Anda di halaman 1dari 13

Jurnal 1

SPACE CONSOLIDATION FOR FISHING SETTLEMENT IN MARISO DISTRICT,


MAKASSAR CITY WITH SPACE SYNTAX

Andi Andre Pratama Putra, Ardhya Nareswari, Budi Prayitno

Abstrak: Kajian ini mendiskusikan pengembangan dan perubahna-perubahan ruang yang


muncul di kawasan nelayan Panambungan di Kecamatan Mariso, sekaligus perubahan-perubaha
ruang yang muncul sebagai hasil dari aktivitas reklamasi dan perubahan pola spasial di sekitar
permukiman. Perubahan-perubahan polar uang pada permukiman memperlihatkan trend
ketidaksesuaian antara perkembangan kota dengan kondisi fisik permukiman nelayan yang dapat
mengakibatkan penurunan regional values. Kajian ini bertujuan mendapatkan gambaran kondisi
terkini dari permukiman nelayan di Mariso dan perubahan-perubahannya berdasarkan
perencanaan spasial Kota Makassar 2015-2034 (RTRW??), dan arahan konsolidasi yang dapat
dilakukan. Hasil dari studi ini diharapkan, secara khusus, menjadi masukan atau rekomendasi
permukiman nelayan di Mariso dan secara umum, perukiman nelayan di Indonesia. Proses
analisis menggunakan analisis syntactic kualitatif dengan bantuan software DepthmapX dengan
metode deskriptif kuantitatif yang focus kepada konsolidasi koneksi permukiman nelayan
Mariso. Hasil dari studi ini memperlihatkan pengembagan kota yang menampilkan konfigurasi
spasial permukiman nelayan Mariso, berdasarkan RTRW 2015-2034, memiliki nilai keruangan
yang baik (integrasi, konektivitas, mean of depth, choice dan intelligibility), namun terdapat
ketidakcocokan antara fungsi fisik spasial dan pola dengan kondisi eksisting permukiman
nalayan. Hal ini terindikasi melalui kemunculan aktivitas ekonomi pada kawasan, di mana
terdapat perubahan ruang yang tidak mendukung aktivitas nelayan.

Kata kunci: permukiman nelayan, space syntax, integrasi ruang

IDENTITAS JURNAL
SPACE CONSOLIDATION FOR FISHING SETTLEMENT IN MARISO DISTRICT,
MAKASSAR CITY WITH SPACE SYNTAX

Andi Andre Pratama Putra, Ardhya Nareswari, Budi Prayitno

Journal of Architectural Research and Design Studies, 2 (2), 2019


DOI: https://doi.org/10.20885/jars.vol2.iss2.art8
PENDAHULUAN
Isu  Terbatasnya lahan untuk permukiman mengakibatkan kepadatan yang tinggi
serta permukiman tidak dilengkapi dengan fasilitas dan infrastruktur yang
cukup;
 Aktivitas reklamasi Kawasan tanjong Bunga dan Central Point of Indonesia
mengancam masyarakat nelayan kehilangan pekerjaan karena perubahan
akses;
 Permukiman nelayan Marison memiliki konfigurasi ruang yang tidak
terencana sehingga menghasilkan permukiman yang terpisah dari sistem
ruang regional (???).
Teori  Tiap ruang berkaitan dengan ruang lainnya, dan jika terjadi perubahan pada
pendukun sistem ruang, itu akan berdampak pada struktur ruang secara keseluruhan
g (Hiller, 2007).
Gap  -
Urgensi  Akibat perubahan kawasan tepian air, termasuk permukiman nelayan Mariso,
penelitian yang mengancam eksistensi matapencaharian nelayan, diperlukan sebuah
kajian yang memeriksa dampak dari perubahan konfigurasi dari permukiman
tersebut.
Tujuan  Menganalisis perubahan pada ruang-ruang eksisting berdasarkan Makassar
penelitian City Plan in 2030. (ATAU….)
 Mendapatkan gambaran dari kondisi terkini dari permukiman nelayan Mariso
dan perubahannya berdasarkan RTRW 2015-2034 dan arahan konsolidasi
yang dapat dilakukan.
Pertanyaa  Bagaimana analisis nilai ruang permukiman nelayan Mariso berdasarkan
n space syntax?
penelitian  Bagaimana perubahan ruang permukiman nelayan Mariso setelah konfigurasi
ruang jalan berdasarkan Makassar City Spatial Plane 2015-2030 berdasarkan
space syntax?
 Bagaimana perubahan ruang permukiman nelayan Mariso setelah konsolidasi
berdasarkan space syntax?

LITERATURE REVIEW
Urban space  Konsolidasi lahan merupakan langkah untuk meningkatkan kawasan yang
consolidation terdegradasi denganmerestrukturkan kembali ruang-ruang dalam kawasan
tersebut (Prayitno, 2012);
 Langkah-langkah konsolidasi: (1) memetakan dan menganalisis potensi
dan kerentanan kawasan; (2) memecahkan masalah dengan konsep
berdasarkan karakter kawasan;
 Prosedur space syntax: (1) membangun model dari kawasan saat ini dan
konteksnya;
 Menguji model dengan against-melawan(?) antara aliran pergerakan
eksisting dan pola guna lahan;
 Menggunakan verivied model untuk menguji desain dengan memasukkan
desain tersebut ke dalam analisis model dan re-running;
 Merekomendasikan beberapa ide desain baru ebrdasarkan analisis.
Fishing  Permukiman pesisir/ nelayan berkembang mengikuti garis pantai (Juhana,
settlement 2001) dan dipengaruhi oleh aktivitas melaut (Rusli, 2000);
 Tiga variable dalam mengamati permukiman nelayan: (1) kelengkapan
fasilitas dan infrastruktur); (2) kualitas bangunan (hunian); dan (3) kualitas
lingkungan (Rachmawati, 2017);
 Perkembangan permukiman nelayan terdiri atas lima aspek: (1) fungsi
tempat tinggal; (2) ekonomi dan pariwisata; (3) fasilitas dan infrastruktur);
(4) nilai budaya dalam perdagangan; (5) pola aktivitas industry (Rusli,
2016).
Space syntax  Dalam space syntax, space/ruang dipahami sebagai voids (jalanan, taman,
square, plaza, dll);
 Dalam skala urban, kota merupakan aggregate dari bangunan-bangunan
yang disatukan dengan jaringan ‘ruang’;
 Dua prinsip dalam konfigurasi ruang: (1) mengubah satu elemen dalam
sebuah konfigurasi tidak hanya mengubah karakter dari elemen tersebut,
tetapi juga keseluruhan elemen konfigurasi; (2) perubahan elemen dalam
sebuah konfigurasi tidak menghentikan hubungan atau linkage antar
elemen, tetapi menghadirkan variasi karakteristik konfigurasi yang baru.
Research  Fasilitas dan infrastruktur  kelengkapan dan kualitas;
criteria  Kualitas bangunan  material bangunan, tipologi, luas tanah, status;
 Kualitas lingkungan  tingkat polusi, tangkat kerusakan;
 Aktivitas (pergerakan manusia)  natural movement (gate count);
 Integrasi permukiman nelayan  integration, connectivity, mean of depth,
choice and intelligibility

METODE
Jenis  Destrictive research  digunakan untuk mengekspresikan/menampilkan
penelitian data dan temuan secara akurat dan sistematis;
 Simulation research  simulasi menggunakan computer digunakan untuk
menampilkan model dari kenyataan
Lokasi  Permukiman Nelayan di Kecamatan Mariso
Metode  Observasi  kondisi fisik permukiman nelayan (kelengkapan fasilitas dan
pengumpulan infrastruktur, kualitas bangunan, kualitas lingkungan)
data  Observasi  pergerakan dari penghuni permukiman
Metode  Space syntax (mengukur integrasi permukiman dengan area sekitarnya 
analisis integration, connectivity, mean of depth, choice and intelligibility)

TEMUAN
Kualitas  Jalanan sempit, tidak rata, berbatasan langsung dengan bangunan dan
fasilitas dan terdapat beberapa jalan buntu;
infrastruktur  Air payau, PDAM terdistribusi merata;
 Sampah tidak dipilah; tidak terdapat manajemen persampahan;
 Darinase terbuka, tidak mengalir karena penuh dan tersumbat oleh sampah;
 Pembuangan air kotor langsung ke laut sehingga meninmbulkan bau tak
sedap;
 Tempat pelelangan ikan tradisional, dermaga sempit sehingga hanya kapal
kecil yang dapat bersandar; tidak terdapat bengkel perahu.
Kualitas  Bangunan hunian semi permanen/ semi tradisional. Bagian atas material
bangunan kayu dan bawah batu bata. Perubahan bentuk dan fungsi dipengaruhi
semakin berkurangnya nelayan.
Kualitas  Semenjak aktivitas reklamasi, sering terjadi banjir hingga betis orang
lingkungan dewasa, meskipun sebelumnya banjir tidak pernah terjadi di daerah ini.
Banjir diperparah oleh buruknya kondisi drainasi dan kebiasaan membuang
sampah semabarangan mengakibatkan banjir
Aktivitas  Pergerakan terbanyak terjadi pada sore hari dilanjut ke menjelang sore hari.
(pergerakan Pergerakan paling sedikit terjadi pada siang hari karena temperature yang
mannusia) tinggi
 Pergerakan terbanyak menggunakan sepeda motor. Penggunaan sepeda,
becak tergolong rendah karena kurang praktis dan efisien. Tidak terdapat
mobil karena selain mahal, kondisi jalan yang sempit juga tidak
mendukung;
 Gate 30 dan 34 paling sering dilalui oleh manusia. Hal tersebut dikarenakan
jalan tersebut lebih lebar dibanding jalan lainnya. Selain itu, gate ini
terhubung dengan koridor jalan di sekitar area permukiman.
 Gate 21 paling jarang dilalui oleh manusia. Hal tersebut dikarenakan
koridor jalan sangat sempit dan posisinya yang terlalu dalam (di tengah
kawasan permukiman),
Integrasi  Ruas jalan (1-6) yang memiliki nilai integrasi visual yang baik karena:
permukiman memiliki lebar (3,5 m) yang lebih dari jalur sirkulasi lainnya. Selain itu,
pesisir posisi jalan yang terletak di ‘tepi’ permukiman (nilai lower depth yang
rendah);
 Ruas jalan (9) yang memiliki nilai integrasi rendah karena merupakan jalan
buntu, tidak terkoneksi dengan ruang lain, memiliki bentuk kurva yang
dapat menghalangi pandangan, serta kepadatan yang tinggi (?).

DISKUSI
Karakteristik permukiman  Karakteristik permukiman yang padat membentuk jalur-jalur
mengakibatkan integrasi sirkulasi (jalan) menjadi sempit dan di beberapa titik terdapat
rendah. jalan buntu. Hal tersebut memutuk koneksi permukiman
dengan area di sekitarnya;
Potensi sekitar kawasan  Potensi pusat-pusat ekonomi dan permukiman baru yang
memiliki nilai integrasi yang tinggi di sekitar permukiman
nelayan.
Solusi peningkatan  Menambahkan segmen jalan yang menghubungkan
integrasi dengan permukiman nelayan dengan ruas jalan di sekitar yang
konsolidasi memiliki nilai intensitas pemanfaatan dan integrasi yang
tinggi;
 ‘membuka’ jalan buntu.

KESIMPULAN
 Memiliki integrasi yang rendah yang ikut mengurangi nilai potensi ekonomi dan sosial;
 Kedekatan dengan fungsi ekonomi dan permukiman baru dengan integrasi yang tinggi
meningkatkan nilai ruang;
 Konsolidasi lahan dilakukan untuk meningkatkan integrasi dengan menambah segmen
jalan dan ‘membuka’ jalan buntu.

REVIEW
 Melalui penelitian ini diketahui bahwa integrasi permukiman dengan lingkungan
sekitarnya dapat ditinjau dari segi aksesibilitas, khususnya koneksi antar jaringan jalan,
baik di dalam permukiman maupun koneksi antar permukiman dengan jaringan jalan yang
ada di kawasan sekitarnya;
 Melalui penelitian ini, diketahui bahwa konsolidasi lahan dapat membantu dalam
meningkatkan integrasi kawasan permukiman dengan kawasan sekitarnya; dengan
membuka jalan buntu dan membentuk jaringan jalan baru yang terkoneksi;
 Terdapat beberapa hal yang belum dijelaskan dalam penelitian ini, seperti:
a. Tidak terdapat penjelasan tentang perubahan yang terjadi di permukiman nelayan,
baik fisik maupun non-fisik, sebagai akibat aktivitas reklamasi;
b. Tidak terdapat penjelasan (baik urgensi, latar belakang, dan teori) tentang bagaimana
keterkaitan konsolidasi lahan dengan integrasi kawasan; mengapa konsolidasi lahan
dipilih menjadi solusi dalam menyelesaikan masalah rendahnya integrasi permukiman.
Jurnal 2
INTEGRASI SPASIAL DALAM PERANCANGAN BATAS FISIK PERMUKAHAN
KOTA. STUDI KASUS: PERUMAHAN SETRA DUTA, BANDUNG, JAWA BARAT

Fauzuyyah Sofiyah Radliyatullah, Yohanes Basuki, Dwisusanto

IDENTITAS JURNAL
INTEGRASI SPASIAL DALAM PERANCANGAN BATAS FISIK PERMUKAHAN
KOTA. STUDI KASUS: PERUMAHAN SETRA DUTA, BANDUNG, JAWA BARAT

Fauzuyyah Sofiyah Radliyatullah, Yohanes Basuki, Dwisusanto

ARTEKS Jurnal Teknik Arsitektur, 5(2), Agustus 2020, hal. 317-339


DOI: https://doi.org/10.30822/arteks.v5i2.456

PENDAHULUAN
Isu  Wilayah perumahan pada suatu kota menciptakan tantangan tersendiri dalam
mengintegrasikan hubungan fisik-spasial batas fisik perumahan dengan
bagian kota yang melingkupinya.
Teori  Agar tidak meninmbulkan ekslusivitas, maka masyarakat harus dengan
pendukun mudah mengakses kawasan kelompok sosial lainnya dengan mudah
g (Alexander et al., 1977)
Gap  Jika batas fisik perumahan di kota tidak dipikirkan dengan baik, maka akan
tercipta fenomena segregasi spasial pada area perbatasan perumahan (lihat di
literature review sub bab Fenomena Segregasi Spasial…..).
Urgensi  -
penelitian
Tujuan  Mengetahui sejauh mana integrasi spasial yang diterapkan pada batas fisik
penelitian Perumahan Setra Duta, Bandung.
Pertanyaa  -
n
penelitian

LITERATURE REVIEW
Konsep  Terdapat dua taatanan fisik dalam satu kota, yaitu planned dan unplanned.
perbatasan Kedua bentuk ini yang menciptakan batas fisik dan membagi kota
pada menjadi beberapa bagian;
perumhan  ‘Batas’ dalam sebuah perumahan kota sangat penting untuk memudahkan
kota identifikasi;
 Fungsi batas: (1) mendefinisikan kawasan permukiman; (2) sebagai
penghubung elemen perumahan dengan elemen perkotaan yang lebih
besar;
 Salahsatu fitur penting dalam mendefinisikan batas fisik adalah
aksesibilitas yang jelas dan zona/ tempat pertemuan bagi penghuni
dan masyarakat di sekitarnya.
Batas pada  Bentuk barrier terbagi menjadi dua macam, yaitu literal dan figurative
permukiman (Natalia, 2007);
kota  Literal barriers merupakan barrier dalam bentuk fisik, yang digunakan
untuk mencegah atau menghalangi masuknya orang-orang tertentu atau
mencegah mobilitas dalam lingkungan tersebut;
 Figurative barriers lebih menekankan kearah barrier sosial, yang
membatasi partisipasi sosial terhadap sebuah lingkungan.
Derajat 
perbedaan
ruang
Edges effect  Sebuah batas dapat memberikan egek pada orang yang berada di
hadapannya (edges effect) (Gehl, 2013);
 Edges dapat berupa fasad bangunan dan kompoten batas spasial, yang
tidak hanya berfungsi untuk mendefinisan sebuah kawasan tetapi juga
menjadi wadah aktivitas;
 Edges yang baik memungkinkan adanya interaksi spasial dan aktivitas
sosial. Edges sebaiknya mengundang, bukan menjaukan penduduk dari
ruang tertentu.
Permeabilitas  Permeabilitas batas merupakan kualitas hubungan antara perumahan dan
batas bagian kota yang melingkupinya;
 Kualitas permeabilitas dilihat dari aksesibilitas: sejauh mana lingkungan
menawarkan alternatif akses/ rute yang akan ditempuh dari satu tempat ke
tempat lain (Bantley 1985).
Meeting  Area antara ruang dalam (permukiman) dan ruang luar (ruang kota di
place sekitar permukiman) dapat menjadi solusi ketegangan sosial yang muncul
(Werthmen, 1965);
 Jalur masuk yang menjadi batas ruang dalam dan luar dapat menjadi titik
temu antara penghuni dan orang luar (Alexander et al, 1977);
Fenomena  Segregasi spasial  pembentukan sekat-sekat ruang yang berasal dari
segregasi manifestasi keragaman kondisi sosial-ekonomi penduduk saat ini dan
spasial pada mekanisme yang memengaruhi perubahannya (Greensein, Sabatini, dan
batas fisik Smolka, 2007);
perumahan  Tiga teori segregasi spasial: (1) teori kelas; (2) teori segregasi diri sendiri;
kota dan (3) teori diskriminasi (Falah, 1996);
 Dalam lingkup permukiman, segregasi spasial tercipta akibat adanya
sesuatu berupa fisik, berwujud nyata dan menyebabkan atau memperjelas
perbedaan yang ada, misalnya dinding pembatas (Lihat Tabel 1);
 Segregasi spasial (penyekatan penghuni berdasarkan kondisi sosial
ekonomi) menciptakan komunitas berpagar (gated community) (Leaf,
1994).
Isu integrasi  Integrasi spasial dapat memunculkan peluang berupa kerja sama dalam hal
spasial pada ekonomi dan budaya; menentukan hubungan sosial antara penghuni dan
batas fisik orang luar; hubungan sosial tercipta karena memiliki keberadaan spasial
perumahan dan terwujud melalui produksi ruang (Lefebvre, 1992);
kota  Integrasi spasial ditunjukkan oleh kemudahan konektivitas dalam sistem
transportasi;
 Integrasi = Tindakan yang menggabungkan beberapa hal = inklusi=
penggabungan= pencampuran= harmoni= dan sebagainya;
 Jarak memberikan pengaruh penting pada identitas ras, kelas, etnis, gender
dan sejenisnya. Jarak geometris dapat memengaruhi atau bahkan
menghasilkan jarak sosial (Ethington, 1997);
 Masalah integrasi dapat dimediasi oleh jarak, yang merupakan bagian
penting dari struktur pembentuk hubungan sosial;
 Integrasi mewakili mobilitas bebas dan pembentukan hubungan positif
dan non-hierarkis (Marcuse, 1997);
 Aspek dari integrasi sosio-spasial: dimensi fiscal, dimensi fungsional,
dimensi relasional dan dimensi simbolik (Ruiz-Tagle, 2013)

METODE
Jenis  Kualitatif deskriptif dan deskriptif analitik
penelitian
Lokasi  Perumahan Setra Duta, bandung, Jawa Barat
Metode  Menggunakan peta dan foto udara perubahan fisik spasial
pengumpulan
data
Metode  Analisis literatur untuk mengetahui integrasi spasial pada batas fisik
analisis perumahan kota;
 Analisis kondisi eksisting  gambaran keadaan fisik kawasan sebelum dan
sesudah pembangunan perumahan kota yang terdiri atas batas fisik,
permeabilitas batas dan pertemuan perumahan dengan kota;
 Luaran  pedoman-pedoman yang dapat digunakan sebagai landasan
dalam membuat alternatif desain
TEMUAN DAN DISKUSI/ PEMBAHASAN
Batas fisik  Batas fisik berupa dinding yang memisahkan perumahan Setra Duta
dengan permukiman eksisting di sekitarnya;
 Tingkat porositas rendah karena dinding yang massif, tidak ada bukaan
akses. Akibatnya: tempo berjalan lebih cepat, sedikit berhenti, kontinuitas
visual dan komunikasi antar orang dalam dan orang luar tidak terjadi.
Secara fisik dan psikologis, batas fisik memiliki koneksi yang buruk dan
menciptakan segregasi spasial di sepanjang perbatasan;
 Permukaan batas ada yang dilapisi mural yang menarik, tetapi ada juga
yang dilapisi cat polos. Cat polos = monoton, tidak menarik, jalan tampak
Panjang dan minim pengalaman. Permukaan batas fisik yang monoton
menciptakan kualitas fisik spasial buruk dan mendorok segregasi spasial;
 Tinggi pembatas adalah 6-9 meter yang menghalangi cahaya alami masuk
ke koridor jalan. Kurangnya cahaya mengakibatkan fisik spasial yang
buruk dan menimbulkan segregasi;
 Elevasi pembatas mendorong segregasi karena menghilangkan peluang
untuk bukaan akses pada batas perubahan.
 Orientasi batas fisik memunggungi permukiman eksisting mengakibatkan
kualitas ruang yang buruk karena menghilangka kesempatan berinteraksi
dan bersosialisasi.
Permeabilitas  Hanya terdapat satu akses masuk ke dalam perumahan. Tidak terdapat
batas akses bagi penduduk luar menuju perumahan.
Area  Tidak terdapat fasilitas sosial yang mewadahi interaksi sosial antara
pertemuan penghuni perumahan dengan masyarakat luas
Prinsip-  Meningkatkan porositas batas fisik;
prinsip  Batas fisik memiliki bentuk dan fungsi yang beragam;
 Perbandingan antara lebar jalan dan tinggi batas fisik adalah 1:1;
 Elevasi batas fisik berada dalam jangkauan garis penglihatan;
 Tata letak bangunan harus merespon konteks kawasan;
 Batas buatan memiliki banyak alternatif;
 Memiliki fasilitas sosial yang terhubung langsung dengan jalur pedestrian

KESIMPULAN
 Perumahan Setra Duta belum terintegrasi dengan lingkungan sekitarnya karena tidak
memperhatikan keberadaan lingkungan eksisting. Jika integrasi tidak dijadikan sebagai
salah satu pertimbangan dalam perancangan, maka akan muncul sekat-sekat pada ruang
kota.

REVIEW
 Melalui penelitian ini dapat diketahui bahwa darah tepi (edge) dari sebuah permukiman
memegang peranan penting dalam integrasi kawasan tersebut dengan lingkungan
sekitarnya. Dalam artikel ini, perimbangan menciptakan ruang publik pada area batas
permukiman menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan integrasi. Ruang publik
tersebut dapat dimanfaatkan oleh para penghuni dengan masyarakat di sekitarnya
sehingga interaksi dan konektifitas dari segi sosial dapat tercipta. Fugnsi ruang publik
pada edge permukiman juga dapat meingkatkan aksesibilitas dan permeabilitas kawasan
yang menjadi salah satu indicator integrasi kawasan.
Jurnal 2
UPGRADING URBAN SPACES IN SLUMS AS A TOOL TO ACHIEVE SOCIAL
SUTAINABILITY (MAKING SLUMS LIVABLE)- THE CASE STUDY OF MEIT-
ELWAN SLUM-KAFR EL SHEIKH CITY-EGYPT

Rania Abd Al Lateef Ghanam and Ahmed Salah El-Deep

Abstrak:
Sepertiga dari populasi negara-negara berkembang saat ini tinggal di kawasan kumuh. Urbanisasi
yang tinggi, sebesar 50% dari populasi dan dilakukan oleh kaum mengengah ke bawah,
meningkatkan jumlah penduduk. Dengan demikian,dibutuhkan kajian dengan pendekatan
mengembangkan keberlanjutan sosial di kawasan kumuh untuk menyelamatkan sumber daya dan
meningkatkan kualitas hidup para penghuni permukiman kumuh.
Penelitian ini bertujuan untuk mencapai mekanisme yang mengkombinasikan elemen-elemen
dari pengembangan kawasan kota yang berkelanjutan dalam komunitas urban berdasarkan
kebutuhan dasar manusia, menyediakan model keberlanjutan sosial di permukiman kumuh.
Penelitian ini didasarkan atas pendekatan teori dalam mempelajari konsep yang berkaitan dengan
keberlanjutan sosial dan dimensinya. Selanjutnya, dilakukan analisis studi kasus terkait
perbaikan kawasan kumuh di India dan Columbia untuk mendapatkan indicator dalam
pengembangan keberlanjutan sosial untuk kawasan kumuh. Setelah itu, dilakukan studi
penerapan indicator tersebut di permukiman kumuh di Meit Elwan di Kafr Alsheikh, Mesir.
Hasil dari penelitian ini adalah peningkatan permukiman kumuh dilakukan dengan pendekatan
street led citywide (UN Habitat).
Kata kunci: keberlanjutan sosial, kualitas hidup, kawasan kota informal, ruang terbuka kota.

IDENTITAS JURNAL
UPGRADING URBAN SPACES IN SLUMS AS A TOOL TO ACHIEVE SOCIAL
SUTAINABILITY (MAKING SLUMS LIVABLE)- THE CASE STUDY OF MEIT-
ELWAN SLUM-KAFR EL SHEIKH CITY-EGYPT

Rania Abd Al Lateef Ghanam and Ahmed Salah El-Deep

Journal of Architectural Research and Design Studies, 2 (2), 2019


DOI: https://doi.org/10.20885/jars.vol2.iss2.art8

PENDAHULUAN
Isu 
Teori 
pendukun
g
Gap 
Urgensi 
penelitian
Tujuan 
penelitian
Pertanyaa 
n
penelitian

LITERATURE REVIEW


Anda mungkin juga menyukai