Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN AKHIR

ENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

KEMISKINAN merupakan salah satu problema yang dialami oleh


masyarakat di perdesaan Kadang bicara tentang "desa" orang
sudah mengidentikkan dengan masalah kemiskinan. Ini bisa
dimaklumi, karena minimnya prasarana dan sarana seperti jalan,
permukiman, sanitasi bahkan sampai pada ketersediaan air baku
membuat kawasan ini menjadi tertinggal dibandingkan dengan
kawasan perkotaan.

Rencana program pemerintah dalam mempercepat pertumbuhan


wilayah di perdesaan, dengan melakukan pembangunan
perdesaan secara keseluruhan telah ditangani melalui berbagai
sektor dengan cara yang diupayakan terpadu. perumahan
permukiman di perdesaan menjadi sangat penting sebagai “entry
Point” pembangunan perdesan secara keseluruhan.

Program pembangunan perdesaan dengan melakukan identifikasi


lokasi KTP2D sebagai masukan dalam penentuan potensi
unggulan Desa di Kabupaten Teluk Bintuni yang akan dijadikan
sebagai Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) dan Desa Hinterland.
Penggunakan azaz Tridaya yang intinya adalah pemberdayaan
masyarakat, ekonomi dan pendayagunaan prasarana dan sarana
permukiman didalam menangani pembangunan wilayah
perdesaaan.

Dalam UU No. 24/1992 Penentuan untuk dijadikan sebagai pusat


pengembangan desa atau KTP2D adalah satu satuan kawasan
perdesaan, yang terdiri dari desa pusat dan desa-desa lain
sebagai pendukung yang memiliki keunggulan-keunggulan
strategis. Kawasan terpilih diidentifikasi memiliki peran kawasan
bagi pertumbuhan dan pengembangan potensi kawasan
perdesaan lain di sekitarnya. Memiliki keuntungan ekonomis
untuk mengembangkan potensi andalanya. Memiliki fasilitas
pelayanan sosial ekonomi serta tingkat aksesibilitas yang relatif
lebih baik dibandingkan dengan kawasan perdesaan di
sekitarnya.

Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) dalam kawasan perdesaan


dijadikan desa pusat yang diidentifikasikan sebagai desa yang
cepat berkembang dan berfungsi sebagai pusat distribusi barang,
jasa dan informasi, disamping punya potensi dominan yang dapat

Bab I Pendahuluan I-1


LAPORAN AKHIR

dimanfaatkan untuk pertumbuhan dan perkembangan kawasan.


Punya akses dan dampak bagi desa-desa hinterland di sekitarnya
serta punya akses ke jalur regional

Dengan pembuatan Identifikasi lokasi KTP2D yang meliputi


seluruh desa yang terdapat di wilayah Kabupaten Teluk Bintuni
diharapkan dapat menentukan lokasi yang dapat dijadikan
sebagai DPP dan Desa Hinterland yang akan ditindak lanjuti
dengan pembuatan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM – KTP2D) yang dibuat dalam kurun waktu lima tahun.

1.2 Maksud dan Tujuan

Identifikasi lokasi KTP2D ini disusun agar semua kalangan baik di


Pusat maupun di daerah, yang terkait dengan pembangunan
perdesaan, terutama aparat Pemerintah Kabupaten mengetahui
potensi Desa/Kampung yang terdapat di Kabupaten Teluk Bintuni

1. Maksud

Maksud dari penyusunan Identifikasi Lokasi KTP2D di Kabupaten


Teluk Bintuni yaitu :

 Terciptanya perencanaan dan pelaksanaan pembangunan


yang lebih sistematis dimana :

- “Bottom up Planning”, Program perencanaan


pembangunan dimulai dari bawah (Desa/Kampung).

- Desa yang memiliki potensi Unggulan mendapat prioritas


dalam pembangunan perdesaan.

- Perencanaan pembangunan dalam kawasan KTP2D menjadi


satu kesatuan dengan pembangunan jangka menengah
Kabupaten Teluk Bintuni.

2. Tujuan

“Out put” , penyusunan identifikasi lokasi KTP2D ini ditujukan


untuk :

- Terpilihnya kawasan-kawasan perdesaan/Kampung di


Kabupaten Teluk Bintuni yang teridentifikasi sebagai KTP2D,
lengkap dengan urutan/rangking lokasi.

- Menemukenali karakteristik kawasan, sesuai dengan potensi


dominan yang dapat/akan dikembangkan (agro bisnis, wisata,
industri, perdagangan maupun sekedar pusat pelayanan jasa
lokal),

Bab I Pendahuluan I-2


LAPORAN AKHIR

- Mengidentifikasi potensi dan permasalahan calon KTP2D di


Kabupaten Teluk Bintuni .

1.3 Ruang Lingkup Kegiatan

Ruang lingkup kegiatan dalam penyusunan identifikasi kawasan


terpilaih pusat pengembangan desa secara umum mencakup :

1. Penentuan Kabupaten sebagai fokus kajian.

 Penentuan Kabupaten ini di dasarkan atas pertimbangan


empiris yang mengisyaratkan adanya beberapa embrio
pusat pertumbuhan.

2. Melakukan identifikasi dalam rangka :


 Menemukenali potensi unggulan Desa di Kabupaten Teluk
Bintuni
 Penentuan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP)
 Penentuan desa-desa hinterland dan
 Penetapan Lokasi KTP2D secara definitif

1.4 Kriteria Teknis Indentifikasi KTP2D

Berdasarkan panduan teknis yang diterbitkan oleh Direktorat


Pengembangan Permukiman, Direktorat Jenderal Ciptakarya,
Departemen Pekerjaan Umum. Tahun 2006, kriteria teknis
Identifikasi KTP2D terdiri dari dua bagian yaitu :

1. Kriteria Umum

a. KTP2D Merupakan Satu Kesatuan Kawasan Perdesaan

Lokasi KTP2D adalah satu kesatuan kawasan perdesaan, yang


terdiri dari desa pusat pertumbuhan dan desa-desa
hinterlandnya. Pada umumnya desa-desa tersebut memiliki
ikatan, baik secara ekonomi, sosial dan budaya. Sehingga
batasan wilayah bagi lokasi KTP2D dapat merupakan suatu
batasan fisik dan fungsional. Unutk menjaga effisiensi dan
efektifitas penanganannya, maka jumlah desa dalam KTP2D
minimal 3 dan maksimal 5 termasuk Desa Pusat

b. Pertumbuhannya. KTP2D tidak memiliki ciri perkotaan

Kawasan perdesaan adalah sasaran dari program KTP2D ini,


dengan demikian wilayah-wilayah yang mencirikan kawasan
perkotaan bukan merupakan alternatif lokasi KTP2D.
Berdasarkan Undang-undang Penataan Ruang No. 4 Tahun
1992, ciri kawasan perdesaan adalah kawasan yang
mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan

Bab I Pendahuluan I-3


LAPORAN AKHIR

sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai


tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

c. KTP2D bukan merupakan pusat pemerintahan

Terkait dengan batasan dan ruang lingkup KTP2D, khususnya


pada tahapan identifikasi, maka penetapan lokasi KTP2D perlu
memperhatikan pusat-pusat pemerintahan dan daerah
hinterland-nya, seperti ibukota kabupaten dan ibukota
kecamatan. Hal tersebut mengingat biasanya pada pusat-
pusat pemerintahan telah memiliki program-program
pembangunan, sehingga dapat menimbulkan tumpang
tindihnya program yang pada akhirnya tujuan dan saat ini
tidak tercapai secara maksimal. Pada umumnya di daerah-
daerah sekitar pusat-pusat pemerintahan perkembangannya
cenderung mengikuti bahkan tergantung pada pusat
pemerintahan, sehingga daerah-daerah yang terpengaruh
oleh perkembangan pusat pemerintahan disebut daerah
hinterland pusat pemerintahan yang biasanya memiliki jarak
relatif dekat dengan pusatnya.

d. Desa Tertinggal tidak dapat mejadi bagian dari KTP2D

Sesuai dengan konsep dasar pembentukan KTP2D, maka desa


yang dikategorikan tertinggal tidak dianjurkan menjadi salah
satu hinterland, karena hampir dipastikan bahwa pemenuhan
kebutuhan pada desa tersebut akan menyedot sumber dana
dan perhatian yang diperuntukkan bagi kawasan garapan,
sehingga dapat diperkirakan akan menarik turun klasifikasi
kawasan. Selain itu telah banyak alternatif program yang
tertuju pada desa /kawasan tertinggal baik nasional, regional
maupun lokal.

2. Kriteria Khusus

a. Kawasan Perdesaan Pusat Jasa dan Pelayanan Lokal

- Merupakan pusat pelayanan (sosial, ekonomi, administrasi,


dll.)

b. Kawasan Perdesaan Wisata

- Mempunyai potensi wisata yang dapat/perlu dikembangkan


menjadi kegiatan utama kawasan

- Didukung oleh kegiatan lokal yang bersifat komplementer


(perkebunan bunga atau buah-buahan, industri rumahan,
terdapat situs sejarah)

- Mempunyai akses ke jalan regional

Bab I Pendahuluan I-4


LAPORAN AKHIR

- Kawasan Perdesaan Industri

- Terdapatnya pengelompokan kegiatan industri yang dapat


dikembangkan sebagai pusat industri perdesaan berskala
kecil dan tidak polutif yang melayani desa-desa sekitarnya

- Saat ini telah berkembang sebagai desa industri yang


kegiatannya ditangani masyarakat dengan teknologi
setempat.

- Didukung oleh kegiatan pertanian yang produknya


merupakan bahan baku industri setempat.

c. Kawasan Perdesaan Pusat Perdagangan

- Masyarakat pada umumnya datang untuk berdagang atau


membeli/mengulak.

- Memiliki peranan sebagai pemasok barang dari desa-desa


hinterland atau bisa juga dari desa/kota lain.

d. Kawasan Perdesaan Pertanian/ Agro Bisnis

- Kawasan adalah pertanian yang Kegiatan utama cenderung


surplus

- Produk berorientasi pasar (lokal/regional), dengan mutu


dan harga kompetitif, terjamin ketersediaannya sepanjang
tahun.

1.5 Landasan Hukum

Landasan hukum pelaksanaan pekerjaan Identifikasi lokasi KTP2D


yaitu :

I. Undang Undang

 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960


tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
2034);

 Undang Undang No. 16 Tahun 1985 Tentang : Rumah


Susun;

 Undang Undang No. 4 Tahun 1992 Tentang : Perumahan


dan Pemukiman

 Undang Undang No. 24 Tahun 1992 Tentang : Penataan


Ruang

Bab I Pendahuluan I-5


LAPORAN AKHIR

 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997


tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999


tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3474) ;

 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002


Tentang Bangunan Gedung

 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi


Khusus Propinsi Papua.

II. Peraturan Pemerintah

 Peraturan pemerintah republik indonesianNomor 4 tahun


1988 Tentang Rumah susun;

 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun


1997 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

 Peraturan pemerintah no. 80 tahun 1999 tentang kawasan


siap bangun dan lingkungan siap bangun yang berdiri
sendiri

III.Peraturan/Keputusan/Intruksi Presiden

 Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990


Tentang Peremajaan Pemukiman Kumuh Yang Berada Di
Atas Tanah Negara

 Keputusan Presiden No. 62 Tahun 2000 Tentang : Koordinasi


Penataan Ruang Nasional

 Keputusan Presiden No. 63 Tahun 2000 Tentang Badan


Kebijaksanaan Dan Pengendalian Pembangunan Perumahan
Dan Permukiman Nasional

 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2005


Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Tahun 2004 - 2009

IV. Peraturan/Keputusan/Surat Edaran Menteri

 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/Kpts/1986


Tentang Pedoman Teknik Pembangunan Perumahan
Sederhana Tidak Bersusun

Bab I Pendahuluan I-6


LAPORAN AKHIR

 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 54/Prt/1991


Tentang Pedoman Teknik Pembangunan Perumahan Sangat
Sederhana

 Keputusan Menteri Negera Perumahan dan Permukiman No


9/KPTS/M/IX/1999 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D)

 Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.


534/kpts/m/2001 Tentang Pedoman Penentuan Standar
Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang, Perumahan dan
Permukiman D Pekerjaan Umum

 Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.


217/KPTS/BKP4N/2002 Tentang Kebijakan dan Strategi
Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP)

 Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.


403/KPTS/2002 tentang Pedoman Umum Rumah Sederhana
Sehat

 Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.


20/KPTS/M/2004 Tentang Perubahan Keputusan Menteri
Permukiman dan Prasarana Wilayah NO.: 24/KPTS/M/2003
Tentang Pengadaan Perumahan dan Permukiman Dengan
Dukungan Fasilitas Subsidi Perumahan

 Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik


Indonesia Nomor 14/Permen/M/2006 Tentang
Penyelenggaraan Perumahan Kawasan Khusus

 Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik


Indonesia Nomor 15/Permen/M/2006 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Penyelenggaraan Pengembangan Kawasan
Nelayan

 Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik


Indonesia Nomor 16/Permen/M/2006 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Penyelenggaraan Pengembangan Perumahan
Kawasan Industri

 Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik


Indonesia Nomor 17/Permen/M/2006 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Penyelenggaraan Pengembangan Perumahan
Kawasan Perbatasan

 Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik


Indonesia Nomor : 31/Permen/M/2006 Tentang Petunjuk

Bab I Pendahuluan I-7


LAPORAN AKHIR

Pelaksanaan Kawasan Siap Bangun Dan Lingkungan Siap


Bangun Yang Berdiri Sendiri

 Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik


Indonesia Nomor 32/Permen/M/2006 Tentang Petunjuk
Teknis Kawasan Siap Bangun Dan Lingkungan Siap Bangun
Yang Berdiri Sendiri

 Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik


Indonesia Nomor 33/Permen/M/2006 Tentang Pedoman
Tatacara Penunjukan Badan Pengelola Kawasan Siap
Bangun Dan Penyelenggara Lingkungan Siap Bangun Yang
Berdiri Sendiri

 Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor : 34


Permen/M/2006 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan
Keterpaduan Prasarana, Sarana Dan Utilitas (PSU) Kawasan
Perumahan

1.6 Metode Pelaksanaan Kegiatan Identifikasi

Metode pelaksanaan Kegiatan dalam Identifikasi Lokasi KTP2D


terdiri dari:

a. Persiapan Survey

Tahap persiapan survey dalam penyusunan Laporan Identifikasi


Lokasi KTP2D Kabupaten Teluk Bintuni terdiri atas 2 (dua)
kegiatan yaitu :

 Persiapan Dasar meliputi kajian rona awal, identifikasi data


dan kajian literatur yang terkait dengan penyusunan laporan

 Persiapan Teknis meliputi penyiapan peta dasar, daftar data,


daftar pertanyaan serta persiapan peralatan yang diperlukan
selama kegiatan lapangan.

b. Pengumpulan Data/Pelaksanaan Survey

Tahap pengumpulan data/pelaksanaan survey meliputi


pengumpulan data primer dan data sekunder yaitu dengan cara :

 Pengumpulan data primer dilaksanakan baik melalui


observasi langsung di lapangan, wawancara kepada
masyarakat maupun melalui instansi terkait guna
mengetahui kondisi dan potensi yang dimiliki desa yang
bersangkutan.

 Pengumpulan data sekunder dilaksanakan guna menguatkan


data-data primer yang telah dikumpulkan sebelumnya
seperti telaah pustaka, pedoman penyusunan dan lain-lain.

Bab I Pendahuluan I-8


LAPORAN AKHIR

Survey-survey yang dilaksanakan pada tahap ini antara lain :

 Survey Instansional, dalam hal ini adalah pengumpulan data


instansi meliputi kondisi dan karakteristik umum wilayah,
baik dalam bentuk angka maupun peta, seperti kondisi sosial
budaya masyarakat, kondisi demografi dan kependudukan
dan lain-lain.

 Survey Lapangan, merupakan kegiatan pengecekan


terhadap kondisi lapangan yang selanjutnya akan dituangkan
kedalam gambar atau peta. Data-data tersebut antara lain
pola penggunaan lahan, jaringan jalan dan utilitas,
penyebaran fasilitas dan lain-lain.

c. Tahap Analisis Data

 Analisis Peringkat/Rangking Desa

Penggunan metode analisis disesuaikan dengan tersedianya


data yang diperoleh dilapangan baik data primer maupun
data sekunder. Kabupaten Teluk Bintuni yang dimekarkan
pada tahun 2003 memiliki data base yang sangat minim,
untuk itu digunakan sistem scoring data yang sederhana.
(alternative III), sesuai dengan panduan teknis yang tersedia.

 Analisis Potensi Dominan Desa

 Analisis Kualitatif, yaitu tahap analisis data yang dibuat


dalam bentuk deskriptif baik terhadap kondisi fisik
wilayah maupun kondisi non fisik.

 Analisis Kuantitatif, yaitu tahap analisis data yang


menggunakan model matematis sebagai alat analisis,
dimana format kajian dapat berupa tabulasi maupun
angka statistik

 Analisis Kebutuhan Sarana dan Prasarana Perdesaan

Analisis kebutuhan sarana dan prasarana perdesaan yaitu


analisis proyeksi jumlah penduduk untk lima tahu kedepan,
dengan kebutuhan sarana dan prasarana yang ada, juga
disesuaikan dengan standarisasi kebutuhan sarana dan
prasarana dengan jumlah penduduk pedukungnya.

Adapun model-model analisis tersebut, antara lain :

- Analisis Proyeksi dan Perbandingan

Bentuk umum :

Bab I Pendahuluan I-9


LAPORAN AKHIR

2  x px
 p x  
A
n x 2 -   x 2
n  px   x  p
B
n  x 2    x 2

Dimana : pt  x  A  B x 

pt  x  Jumlah penduduk (T  x)

X  Tambahan tahun

A, B  Tetapan

 Penentuan Daftar Lokasi Kawasan Terpilih Pusat


Pengembangan Desa (KTP2D) menurut prioritas dan
potensi dominannya.

Penentuan ini didasarkan dari hasil analisis sesuai dengan


variable-variable yang mempengaruhi sehingga kawasan
menjadi calon lokasi KTP2D.

1.7 Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan yang digunakan dalam penyusunan


identifikakasi Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa
(KTP2D) adalah sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan, berisikan tentang latar belakang,


maksud dan tujuan , Kriteria Teknis Identifikasi
KTP2D, landasan hukum, dan metode pelaksanaan
kegiatan identifikasi

BAB II Gambaran Umum Kabupaten Teluk Bintuni,


berisikan uraian secara tentang kondisi umum
Kabupaten Teluk Bintuni, ditinjau dari aspek fisik
lahan, penyediaan sarana dan prasarana sosial,
ekonomi serta jasa hingga potensi – potensi ekonomi
wilayah yang dimiliki Kabupaten Teluk Bintuni.

BAB III Identifikasi Pusat Pertumbuhan Desa (DPP),


berisikan uraian analisis potensi unggulan setiap desa
di Kabupaten Teluk Bintuni. Disini juga di tetapkan
calon dari Desa Pusat Pertumbuhan (DPP).

BAB IV Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa


(KTP2), bab ini menguraikan tentang penentuan
desa-desa hinterland sebagai bagian dari KTP2D dan
Penentuan secara defenitif lokasi KTP2D di Kabupaten
Teluk Bintuni.

Bab I Pendahuluan I - 10
LAPORAN AKHIR

Bab I Pendahuluan I - 11

Anda mungkin juga menyukai