ABSTRACT
Children deserve a healthy environment to grow and develop into a complete human, both physically
and mentally. Globalization of today’s technology, which is very accessible, was very limitating the
media of children’s play to focus only on the technology on their hands regardless of the nature
around them, when in fact the environment is also a factor of children’s personality and intelligence
development. This study is intended for children in early childhood education, so they can have the
media and facilities to channel their energy to play in natural environment. Give children and their
families an environment that can support the development of children to the fullest. Using the methods
of qualitative description with a case study of some kindergarten both from within and outside the
country, this study was developed by comparing the advantages and disadvantages of the sample and
connected with theories that can support this research. From the results of this study, the concept of
integrate space and nature in kindergarten can help children be aware of the physical environment
around them. Energy and their mind is not only more focused on technology in their hands, but can be
channeled into the natural environment in an educational environment. (B)
ABSTRAK
Anak-anak layak untuk mendapatkan sebuah lingkungan sehat untuk tumbuh dan berkembang
menjadi manusia yang utuh baik secara jasmani dan rohani. Globalisasi teknologi di masa kini yang
sangat mudah diakses ternyata sangat membatasi media bermain anak-anak untuk hanya fokus pada
teknologi di tangan mereka tanpa mempedulikan alam sekitar mereka di saat sebenarnya lingkungan
juga menjadi faktor perkembangan kepribadian dan kecerdasan anak-anak. Penelitian ini ditujukan
agar anak-anak dalam pendidikan usia dini, dapat memiliki peluang untuk memiliki media bermain
yang lebih menyadarkan mereka terhadap alam sekitar agar anak-anak memiliki media dan sarana
bermain yang dapat menyalurkan energi mereka untuk bermain di lingkungan alami. Memberikan
anak-anak dan keluarganya sebuah lingkungan yang dapat menunjang perkembangan anak-anak
secara maksimal. Menggunakan metode deskripsi kualitatif dengan mengambil studi kasus dari
beberapa Taman Kanak-kanak baik dari dalam maupun luar negeri, penelitian ini dikembangkan
dengan membandingkan kekurangan dan kelebihan pada sample dan dihubungkan dengan teori-teori
yang dapat mendukung penelitian ini. Dari hasil penelitian ini didaptakan bahwa konsep menyatukan
ruang dan alam di Taman Kanak-kanak dapat membantu anak-anak sadar terhadap lingkungan fisik di
sekitar mereka. Energi dan pikiran mereka bukan hanya lagi terpusat pada teknologi yang ada di
tangan mereka, tetapi dapat disalurkan ke lingkungan alami yang ada di lingkungan pendidikan. (B)
1
PENDAHULUAN
Anak-anak merupakan generasi penerus bangsa di masa mendatang yang merupakan sumber dari
pembangunan berkelanjutan dunia. Usia dini anak-anak merupakan tahap yang penting bukan hanya
untuk semata demi kesehatan individu maupun fisik tapi juga untuk perkembangan kognitif yang
berpengaruh pada kecerdasan anak dalam menganalisa dan sosial-emosional anak yang berpengaruh
pada mental mereka. UNICEF secara langsung menyatakan bahwa, “Kejadian selama usia dini adalah
formatif dan memainkan peran penting untuk membangun sumber daya manusia, memutus siklus
kemiskinan, menyebarkan produktivitas ekonomi, dan menghilangkan perbedaan ras serta
ketidakadilan”.
Dalam UN-Habitat yang membahas tentang Enviromentally sustainable, healthy and livable
human settlemens menjelaskan bahwa untuk mensosialisasikan lingkungan sehat yang dapat
mendukung tempat yang layak huni untuk semua dan kehidupan manusia yang berkelanjutan untuk
generasi masa kini dan mendatang adalah dengan cara memastikan bahwa anak-anak memiliki akses
ke dunia alam di kehidupan sehari-hari mereka dengan cara bermain secara bebas di ruang luar dan
menyusun program pendidikan untuk menlong anak-anak meneliti lingkungan di sekitar mereka
termasuk ekosistem alami di dalamnya. Telah banyak pakar yang meneliti tentang dampak positif
alam terhadap perkembangan kecerdasan dan kepribadian anak-anak. Dalam era dimana anak-anak
sekarang menghabiskan waktu di lingkungan sekolah sekitar 40-50 jam per minggu, disana ada
kesempatan masyarakat untuk menghubungkan kembali anak-anak dengan dunia alam dan
menghasilakan generasi penerus bangsa yang berharga dan memelihara alam (Malone, 2003).
Penelitian juga membuktikan bahwa hubungan positif anak-anak dengan alam dapat membangun
sebuah etika lingkungan (Wilson, Honoring Children's Way of Knowing, Early Childhood News,
1997). Memisahkan anak-anak dengan dunia luar akan memberi dampak buruk terhadap kebribadian
mereka kelak. Saat beranjak dewasa mereka tidak lagi memandang alam sebagai suatu bagian dari
mereka, namun hanyalah sebagai hal yang hidup berdampingan dengan mereka. Oleh karena itu,
selama masa kecil lah dimana pengalaman anak-anak dengan alam dapat membentuk dan membangun
sebuah nilai, prilaku, dan tujuan dasar menuju dunia yang harus mereka jaga selama hidup mereka
(Wilson, North American Association for Enviromental Education, 1994)
Psikolog lingkungan dan perkembangan dari Universitas Cornell, Gary Evans telah melakukan
berbagai studi penelitian tentang dampak lingkungan pada kesejahteraan anak-anak. Dalam
penelitiannya bersama dengan kelompok-kelompoknya, Gary Evans mengindikasikan bahwa
lingkungan fisik dapat mempengaruhi anak-anak dalam berprestasi maupun dalam perkembangan
kognitif, sosial dan emosional termasuk prilaku orang tua terhadap mereka.
Randy White, seorang direktur dan penggagas dari White Hutchinson Leisure & Learning Group
yang telah berdiri selama 25 tahun, menuliskan dalam jurnalnya yang berjudul “Young Children’s
Relationship with Nature: Its Importance to Children Developmet & the Earth’s Future” bahwa
dewasa ini kehidupan anak-anak telah terputus dari alam, pengalaman mereka sebagian besar
didominasi oleh media, bahasa yang tertulis dan gambar visual (Chawla, 1994). Dunia maya
mengganti kenyataan dengan cara menayangkan bahwa alam yang indah terletak pada belahan dunia
yang jauh dari tempat mereka berada dan tidak dapat dicapai. Anak-anak kehilangan akal bahwa alam
sebenarnya bisa terdapat di halaman rumah mereka dan di lingkungan sekitar mereka yang jika
semakin tidak disadakan akan berdampak pada hilangnya pengetahuan dan rasa menghargai mereka
terhadap alam.
Selain itu Anita Rui Olds, seorang ahli dalam bidang pendidikan anak-anak dalam bukunya yang
berjudul Child care design guide juga menegaskan bahwa anak-anak membutuhkan sebuah
lingkungan yang dapat membuat mereka nyaman. Alam memberikan hal tersebut untuk anak-anak
secara cuma-cuma dengan sendirinya. Secara langsung Olds mengatakan bahwa. “Rasa tenang yang
berasal dari keindahan alam disebabkan karena ritme perubahan alam mirip dengan ritme fisiologis
manusia itu sendiri”. Maka dari itu anak-anak membutuhkan aktivitas luar ruang yang dekat dengan
alam untuk memberi mereka ruang berkembang yang nyaman.
Lingkungan sosial pertama yang salah satunya dimasuki oleh anak usia dini adalah Taman
Kanak-kanak. Dalam Norma, Standar, Peraturan dan Kriteria (NSPK) pemerintah yang berjudul
“Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Taman Kanak-kanak” yang dikeluarkan oleh Kementertian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tahun 2013, Taman Kanak-kanak adalah salah satu
bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur formal yang menyelenggarakan pendidikan bagi
anak usia empat sampai enam tahun dan secara terminologi, usia empat sampai enam tahun disebut
sebagai masa usia prasekolah.
Dalam NSPK tersebut juga terdapat penjelasan mengenai tata cara penyelenggaran sebuah Taman
Kanak-kanak dilihat dari sisi kurikulum dan sistem pendidikan yang diatur dalam Undang-undang,
2
Peraturan Pemerintah maupun Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. Selain itu juga terdapat standar
tentang sarana dan prasarana sebuah Taman Kanak-kanak, namun hanya sekedar standarisasi lahan
dan ruang yang harus tersedia. Di Indonesia, pendidikan anak usia dini masih sangat jarang memiliki
perhatian khusus. Dari aspek mutu masih banyak Taman Kanak-kanak yang belum sesuai standar
NSPK dan belum adanya pemerataan lembaga pendidikan anak usia dini di beberapa daerah.
Rumusan masalah difokuskan pada bagaimana ruang di Taman Kanak-kanak dapat menjadi ruang
bermain dan belajar yang dapat mendukung perkembangan anak dan menciptakan konsep ruang yang
menyatu dengan alam.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan mampu menjadi alternatif solusi
untuk mengatasi permasalahan di lokasi tersebut sehingga dapat turut mengembangkan kota Jakarta ke
arah yang lebih baik.
LANDASAN TEORI
Integrasi
Integrasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pembauran hingga menjadi satu
kesatuan yang bulat.
Pembauran berasal dari kata baur yang berarti campur, jadi membaur menurut KBBI adalah
masuk ke dalam sehingga serupa dengan yang dimasuki.
Ruang
Menurut KBBI, ruang mempunyai beberapa arti, yaitu:
• Sela-sela antara dua atau empat deret tiang
• Rongga yang berbatas atau terlingkung oleh bidang
• Rongga yang tidak berbatas, tempat segala sesuatu yang ada
Kesimpulannya ruang adalah sebuh rongga yang berada di antara sela-sela sebuah bidang baik
yang terlihat maupun tidak. Ruang dapat didefinisikan menjadi dua tipe, yaitu ruang luar dan ruang
dalam.
• Ruang luar adalah sebuah ruang yang terbentuk oleh batas horizontal bawah (bentang alam) dan
batas vertikal (massa bangunan atau vegetasi).
• Ruang dalam adalah daerah 3 dimensi dimana objek dan peristiwa berada. Ruang memiliki posisi
serta arah yang relatif. Terutama jika satu bagian dirancang untuk tujuan tertentu.
Alam
Beberapa pengertian alam:
• Alam merupakan segala sesuatu yang ada di langit dan bumi (Kamus Besar Bahasa Indonesia;
Kamus Besar Bahasa Indonesia)
• Alam merupakan terjemahan dari kata “nature” dalam Bahasa Inggris yang secara harafiah
berarti kelahiran. Pada saat ini,alam sering mengacu pada kondisi geologi dan kehidupan liar.
(Wikipedia, 2014)
Disimpulkan bahwa alam merupakan sebuah ruang yang melahirkan atau menciptakan benda-
benda yang ada di bumi maupun langit (angkasa).
Taman Kanak-kanak
Taman kanak-kanak adalah pendidikan prasekolah untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani anak didik di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki
pendidikan dasar. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990; http://www.kswa.com/work/loft/)
Peraturan Pemerintah Indonesia dalam mengatur standarisasi bangunan Taman Kanak-kanak di
Indonesia diatur dalam NSPK Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Taman Kanak-kanak yang
dikeluarkan oleh Depdikbud dan Depsiknas Indonesia. Namun NSPK tersebut hanya menuliskan
3
tentang kebutuhan-kebutuhan dasar ruang tanpa menuliskan aspek-aspek apa saja yang harus
diperhatikan dalam merancang sebuah Taman Kanak-kanak di Jakarta.
Beberapa persyaratan sarana dan prasarana yang diatur dalam NSPK seperti:
1. Luas lahan sekurang-kurangnya 300 m2
2. Memiliki ruang bermain/ ruang belajar dengan rasio sekurang-kurangnya 3 m2 per anak, baik di
dalam ataupun di luar ruangan
3. Memiliki ruang kepala sekolah, guru, layanan kesehatan, toilet dengan air bersih, dan ruang
lainnya yang relevan dengan kebutuhan anak
4. Memiliki perabot, alat peraga dan alat permainan di luar dan di dalam ruangan
5. Memiliki tempat untuk memajang hasil karya anak yang ditata sejajar dengan pandangan anak,
leluasa, tidak terlalu penuh dengan alat permainan (masih ada ruang kosong untuk gerak anak)
6. Penataan ruangan sesuai fungsinya, berikut perabot yang bersih dan terawat
7. Bangunan gedung sekurang-kurangnya memiliki:
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan penelitian kualitatif. Metode penulisan
menggunakan metode deduktif, yaitu dari hal-hal yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat khusus.
Metode yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian adalah
sebagai berikut:
• Tahap persiapan
Untuk menghasilkan data yang lengkap dan akurat, dibutuhkan persiapan antara lain perumusan
masalah, tujuan, dan sasaran studi, penentuan lokasi studi, inventarisasi data-data yang ada,
pengumpulan studi pustaka, penyusunan teknis pelaksanaan observasi dan survey.
• Tahap pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan adalah berupa data primer dan data sekunder.
Data primer dapat dikumpulkan melalui studi banding atau observasi secara langsung, materi
visual dan wawancara. Sedangkan data sekunder dapat didapatkan dengan melakukan studi
literatur pada jurnal, buku, karya ilmiah dan dari dokumen terkait.
• Tahap Analisa
Analisa data akan dilakukan secara kualitatif. Setelah data-data telah didapatkan maka semua data
tersebut akan dianalisis berdasarkan teori-teori yang telah dikumpulkan.
4
HASIL DAN BAHASAN
Studi Banding
Studi banding ini merupakan tinjauan terhadap tiga Taman Kanak-kanak di luar Indonesia
maupun yang ada di Indonesia.
Fuji Kindergarten terletak di Tokyo, Jepang. Dengan luas lahan sebesar 4792 m2, TK ini dapat
menampung murid sebanyak 620 dengan menyediakan 19 kelas. TK Fuji memiliki kebijakan untuk
mendidik anak-anak dengan metode bahwa semua anak itu berbeda dan semuanya benar, menolong
anak-anak untuk menjadi mandiri dan memiliki motto bahwa kejutan adalah asal dari pengertian.
Mereka menganggap setiap aspek dalam Taman Kanak-kanak merupakan hal yang penting bagi anak-
anak untuk dapat merasa, berpikir lalu kemudian dapat mengambil tindakan atas kemauan mereka
sendiri.
TK Fuji dibangun dengan konsep bahwa Taman Kanak-kanak merupakan tempat bermian yang
luas untuk anak-anak berkembang. Dengan memiliki sirkulasi secara vertikal dan horizontal, TK ini
dipastikan dapat mengembangkan gerak motorik anak secara maksimal. Menurut penelitian MEXT
Jepang, anak-anak di TK Fuji melangkah lebih banyak daripada kebanyakan anak di TK yang
memiliki sepak bola sebagai olahraga utama di sekolah dikarenakan bentuknya yang tidak memiliki
sekat dan berkelanjutan secara struktur. TK Fuji memiliki lingkaran besar yang lebar sebagai atap
mereka utnuk tempat anak-anak bermain.
Taman Kanak-kanak ini memiliki kebijakan untuk menerima anak-anak yang sehat dan riang,
menghargai alam dan ekindahanm dapat belajar dan berpikir secara mandiri, memiliki rasa kebebasan
dan ontrol diri, memedulikan sesama. Mereka menyadari bahwa anak-anak zaman sekarang sudah
sangat jarang memiliki kesempatan untuk bermain di ruang terbuka, maka mereka bermaksud untuk
menfasilitasi anak-anak dengan kesempatan bermain di ruang terbuka dengan alam untuk merasakan
hidup
dengan
alam.
TK Youtsukaido memiliki beberapa ruang bermain untuk siswa-siswinya, baik di luar maupun di
dalam ruang. Untuk ruang luar, mereka meiliki 2 tipe ruang yaitu Fureai No Mori yang digunakan
untuk aktivitas yang ditujukan untuk beraktivitas secara langsung dengan alam seperti observasi
kolam, berkebun, dsb. serta Yurinen yang digunakan untuk aktivitas fisik dengan difasilitasi oleh
beberapa objek permainan yang mendukung motorik anak.
TK Pangudi Luhur terletak di daerah Cilandak, Jakarta Selatan. Dikelola oleh Yayasan Pangudi
Luhur dan dibangun pada tahun 1973. Pada tahun 2008 Yayasan Pangudi Luhur membangun
5
PlaygroupPangudi Luhur yang dijadikan satu bangunan dengan Taman Kanak-kanak. Seiring dengan
bertambahnya kebutuhan ruang, TK Pangudi Luhur yang tadinya terdiri dari satu lantai sekarang
menjadi dua lantai. Jumlah murid pada tahun 2015 adalah 24 murid Play Group, 80 murid TK A dan
82 murid TK B. kelas Playgroup disatukan menjadi satu kelas, sedangkan TK A dan TK B menjadi 3
kelas yang dibagi menjadi shift pagi dan shift siang. Isi kelas maksimal adalah 28 anak dengan 2 guru
pendamping.
Fasilitas di TK PL adalah 1 ruang kelas Playgroup, 3 ruang kelas TK A dan TK B yang dibagi
menjadi 2 shift, ruang bermain indoor untuk murid Playgroup, ruang menari, ruang komputer untuk
28 murid, ruang audio visual, ruang bermain luar, kolam renang, ruang makan, dapur, UKS,
perpustakaan, ruang guru, ruang tata usaha, ruang kepala sekolah, toilet siswa, toilet guru, gudang,
ruang musik dan rumah penjaga.
6
Tanaman ● ●● -
Binatang - ●● -
Pasir ●● ● -
Perbedaan warna ● ●● ●●
Tempat alami untuk
●● ●● ●
duduk
Perbedaan ketinggian ●● ● ●●
Struktur, peralatan dan
●● ●● ●●
material
Sumber: data pribadi
Keterangan:
●● : sangat memadai
● : memadai
- : tidak memadai
Dilihat dari perbandingan TK di luar dan dalm Indonesia yang sudah ada, Taman Kanak-kanak di
Indonesia belum cukup mempunyai elemen ruang luar untuk dijadikan media pembelajarann anak-
anak.
7
Gambar 8 Analisa view kedalam tapak
Sumber: data pribadi
Area di dalam tapak memiliki beberapa pepohonan asri, salah satu yang dapat menjadi point
keunggulan tapak yaitu deretan pepohonan asri di tengah tapak yang dapat dijadikan landmark tapak
sebagai sebuah lingkungan yang asri.
8
Gambar 10 Sirkulasi luar bangunan
Sumber: data pribadi
Sirkulasi luar bangunan digunakan untuk menentukan zoning tapak yang dibagi menjadi sirkulasi
kendaraan dan sirkulasi manusia. Setelah kedua hal tersebut sirkulasi manusia dibagi berdasarkan
kepentingan pengguna, yaitu anak-anak, wali murid dan servis. Setelah tiga sirkulasi tersebut
dihubungkan dengan analisa tapak, maka tercipta zonasi tapak.
Kebutuhan Ruang
Tabel 3Kebutuhan ruang berdasarkan kurikulum
Kurikulum Ruang yang Dibutuhkan
Bahasa Kelas regular
Perpustakaan
English Language Arts Kelas regular
Perpustakaan
Art-Dance Ruang Tari
Art-Drama Ruang Pertunjukan
Art-Music Ruang Musik
Ruang Audiovisual
Art-Visual Ruang Audiovisual
Ruang Komputer
Kelas Reguler
Ruang luar
Health and Career Ruang makan
Kelas regular
Math Kelas regular
Social Studies Kelas regular
Ruang bermain indoor
Daily Physical Activity Lapangan terbuka
Physical Education Lapangan terbuka
Science Ruang observasi hewan
Ruang observasi tumbuhan
Lapangan terbuka
Sumber: data pribadi
Dalam kurikulum yang menggunakan mata pelajaran alam, ada beberapa ruang yang harus
ditambahkan untuk mendukung pelajaran tersebut. Ruang tersebut ditujukan untuk ruang observasi
alam untuk anak-anak. Selain itu dibutuhkan juga beberapa ruang pokok yang dibutuhkan untuk
mendukung mata pelajaran lainnya seperti yang tertera di table atas.
Hubungan Ruang
Hubungan antara satu ruang dengan ruang lainnya diperoleh dari analisa kegiatan manusia.
Hubungan antar ruang ini mempengaruhi peletakan ruang dan pencapaian antara ruang-ruang tersebut.
Berdasarkan matriks hubungan ruang, keterkaitan antar ruang yang dapat digambarkan dalam diagram
sebagai berikut :
9
Gambar 11Bubble diagram
Sumber: data pribadi
Luasan Ruang
Hasil analisa kebutuhan ruang yang didapat kemudian dianalisa lebih lanjut untuk mendapatkan
luasan ruang. Berdasarkan tabel program ruang, diketahui perkiraan luasan yang dibutuhkan :
10
Parkir 9m2/org 12m2/org 1 12 54 648
Area servis 5%x1930 135 1 97
Total luas ruang luar 3536
Total luas ruang dalam+luar 5466
Sirkulasi 30% 30%6111 1834 1640
Total 7106
Sumber: data pribadi
Simpulan
Dari hasil analisa tapak, bangunan dan kegiatan didapatkan peletakkan zoning, entrance dan
orientasi bangunan. Dikarenakan kendaraan yang datang lebih banyak dari arah Jl. Karang Tengah,
maka entrance akan diletakkan di sisi yang dekat dengan jalan tersebut. Jalur kendaraan masuk dan
keluar akan dibuat berbeda agar sirkulasi kendaraan di dalam tapak tidak terhambat ketika ada
kendaraan yang masuk atau keluar.
11
Gambar 15 Hirarki Ruang
Sumber: Data Pribadi
Peletakkan letak bangunan didasarkan pada kegiatan pengguna, dari area drop off, pengguna
akan masuk ke area entrance bangunan, dari entrance akan ada area adminitrasi, area pengajar dan
kesehatan, selanjutnya akan ada area bermain dan belajar anak-anak yaitu kelas-kelas dan area
bermain. Area tengah bangunan dan area tapak yang lebih rendah akan dibiarkan kosong untuk area
bermain anak yang akan dijadikan area terbuka, area menanam, area hewan, area permainan
bertualang dan amphitheatre.
Ruang-ruang dalam bangunan ini juga menyediakan unsur-unsur alam seperti bebatuan dan
pohon agar anak-anak dapat tetap merasakan kehadiran alam walaupun sedang berada di dalam ruang
tertutup. Dalam pembentukkan massa, diantara massa terdapat celah untuk ruang hijau di antara kelas-
kelas yang mengapitnya. Kelebihan lain yang didapatkan adalah adanya area menanam dan hewan
dimana anak-anak dapat belajar dari pengalaman untuk menanam dan berinteraksi dengan beberapa
jenis hewan sesuai dengan kurikulum yang digunakan. Beberapa area ruang dalam dibuat bias dengan
area ruang luar bangunan ditujukan agar bangunan terasa menyatu dengan alam sesuai dengan teori
Child Care Design Guide.
Saran
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan untuk membuat sebuah kawasan
pendidikan yang baik bagi Taman Kanak-kanak, terutama di daerah perkotaan yang sudah jarang
memiliki ruang terbuka sebagai tempat bermain anak.
REFERENSI
Anthony, K. H. (1991). Design Juries on trial, The Reinassance of the Design Studio. New York: Van
Nostrand Reinhold.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1990). Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 1990.
Indonesia: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Olds, A. R. (2000). Child Care Design Guide. New York: McGrawa-Hill Professional Architecture.
UNICEF. (2005). Location, Design and Construction. In UNICEF, Child Friendly School (pp. 31-59).
New York: UNICEF.
Ariestadi, D. (2010, September). Kajian dan Pengembangan Standar Bangunan Taman Kanak-kanak
sebagai Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia. Teknologi dan Kejuruan,
vol. 22, no. 2, 211-222. Retrieved November 3, 2014
Berris, R. M. (2011). How design of Physical Environment Impacts Early Learning: Educators and
Parents Perspective. Australian Journal of Early Childhood, 36 (4), 1-17. Retrieved November 3, 2014
12
Dini, K. P. (2013). Petunjuk Teknis Penyelenggaraan taman Kanak-kanak. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Green, C. (2013, September 16). A Sense of Autonomy in Young Children's Special Places.
International Journal for Early Childhood Environmental Education, 1 (1), 8-31. Retrieved November
3, 2014
Nurrachmawati. (2014). Pengaruh Sistem Operasi Mobile Android pada Anak Usia Dini. Prodi
Informatika, Jurusan Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, 6-7.
Wendel, A. M., Dannenberg, A. L., & Frumkin, H. (2009). Designing and Building Healthy Places for
Children. International J. Environment and Health, 338-355. Retrieved November 3, 2014
White, R. &. (1998). Children's Outdoor Play & Learning Environments: Returning to Nature.
Retrieved Maret 7, 2015, from www.whitehutchinson.com
Dinas Tata Ruang ProvinsiDKI Jakarta. (2014). RDTR Dki Jakarta. Retrieved Februari 13, 2015, from
RDTR Dki Jakarta: http://www.sosialisasirdtrdkijakarta.com/
Google. (2015). Google Maps. (Google) Retrieved Februari 14, 2015, from Google Maps:
htps://www.google.co.id/maps
http://www.kswa.com/work/loft/. (n.d.).
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (n.d.). Retrieved Januari 11, 2015, from Kamus Besar Bahasa
Indonesia: http://kbbi.web.id/taman
Wikipedia. (2014, Desember 02). Wikipedia. Retrieved Januari 11, 2015, from Wikipedia:
http://id.wikipedia.org/wiki/Taman_kanak-kanak
RIWAYAT PENULIS
Beatrice lahir di kota Jakarta pada tanggal 22 Desember tahun 1992. Penulis menamatkan pendidikan
S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang arsitektur pada tahun 2015.
13