Anda di halaman 1dari 6

UPAYA PELESTARIAN MASJID LAYUR DI SEMARANG

OLEH : DIAN ISTIANA S (L2B008031)/R1

ABSTRAK

Masjid Layur yang berusia sekitar 200 tahun dan terletak di Kampung Melayu,
merupakan salah satu bangunan konservasi di kota Semarang. Keberadaannya sebagai cagar
budaya dan tempat peribadatan tentunya akan mendapat banyak perhatian dari masyarakat
luas. Pada perkembangannya sekarang, masjid tersebut menerima dampak dari fenomena
banjir dan rob yang melanda bagian utara kota Semarang yang diakibatkan oleh penurunan
tanah. Sebagai salah satu bangunan peninggalan arsitektur lama yang ada di kota Semarang,
masyarakat melakukan upaya-upaya konservasi terhadap bangunan tersebut. Hal ini
diperlukan untuk mempertahankan kondisi bangunan yang merupakan ciri dari kawasan
Kampung Melayu. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan.
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, Masjid Layur masih terpelihara dengan baik dan
dan digunakan sebagai tempat peribadatan oleh warga sekitar, meskipun ada beberapa bagian
yang tergenang rob.

Kata kunci : Konservasi, Bangunan Kuno, Kampung Melayu, Semarang

PENDAHULUAN

Konservasi atau pelestarian berarti memelihara dan melindungi tempat-tempat yang


indah dan berharga, agar tidak hancur atau berubah sampai batas-batas yang wajar. Dapat
juga berarti suatu upaya perlindungan terhadap benda-benda cagar budaya yang dilakukan
secara langsung dengan cara membersihkan, memelihara, memperbaiki, baik secara fisik
maupun kimiawi secara langsung dari pengaruh berbagai faktor lingkungan yang merusak.

Konservasi menekankan pada penggunaan kembali bangunan lama, agar tidak terlantar.
Apakah dengan menghidupkan kembali fungsi lama, ataukah dengan mengubah fungsi
bangunan lama dengan fungsi baru yang dibutuhkan.
Arus modernisasi di Indonesia berupa proses urbanisasi, pembangunan baru dan
hilangnya jati diri kota-kota asli atau tradisional. Modernisasi seringkali tidak menyisakan
tempat untuk bangunan tua atau bersejarah, yang sebenarnya memiliki peran penting dalam
pembentukan jati diri suatu tempat.
Terlepas dari rendahnya kesadaran publik, disahkannya Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (UUBG) membuka peluang bagi perlindungan dan
pemanfaatan bangunan bersejarah.

Berikut merupakan beberapa kriteria penilaian bangunan untuk dilestarikan :

1. Fungsi obyek dalam lingkungan urban


- Kaitan antara obyek dengan bangunan lain atau ruang kota seperti misalnya jalan,
plaza, taman, penghijauan kota, dsb; yang berkaitan dengan kualitas arsitektur/urban
secara menyeluruh
- Obyek merupakan bagian dari kompleks bersejarah dan jelas jelas berharga untuk
dilestarikan dalam tatanan itu.
- Obyek merupakan landmark yang mempunyai karakteristik dan dikenal dalam kota
atau mempunyai nilai emosional bagi penduduk kota.
2. Fungsi obyek dalam lingkungan sosial dan budaya
- Obyek dikaitkan dengan kenangan historis.
- Obyek menunjukkan fase tertentu dalam sejarah dan perkembangan kota.
- Obyek yang mempunyai fungsi penting dikaitkan dengan aspek-aspek fisik,
emosional atau keagamaan, seperti mesjid dan gereja.

Dan biasanya bangunan yang sudah berusia 50 tahun, merupakan bangunan yang seharusnya
dilestarikan. Salah satu upaya pelestarian ini adalah dengan melakukan revitalisasi pada
bangunan atau kawasan tersebut.

PEMBAHASAN

1. SEJARAH DAN PROFIL BANGUNAN

Lokasi Masjid Layur atau yang sering disebut “Masjid Menara” ini terletak di Jalan Layur
No. 33 Kampung Melayu, Semarang. Masjid ini merupakan salah satu masjid tertua di
Semarang yang masih kokoh berdiri. Tak sulit untuk menemukan lokasi masjid ini. Dari arah
Pasar Johar mengikuti jalur putar yang menuju arah kantor pos atau arah Stasiun Tawang.
Dari rel kereta api di depan Jalan Layur, menara masjid sudah bisa terlihat dari kejauhan.

Tahun pembuatan masjid ini tidak diketahui dengan pasti karena tidak ada literatur atau
peninggalan sejarah yang menerangkannya. Salah satu sumber menyebutkan Masjid Layur
dibangun pada tahun 1743 oleh penduduk yang sebagian besar menghuni kawasan tersebut
berasal dari ras Melayu[1]. Sumber yang lain menyebutkan bahwa masjid ini didirikan oleh
seorang saudagar sekaligus ulama dari Yaman, Abah Bani Hasyim, pada tahun 1802[2].

Bangunan ini termasuk dalam bangunan-bangunan peninggalan sejarah yang telah ditetapkan
sebagai bangunan cagar budaya (BCB) yang harus dilindungi berdasarkan Surat Keputusan
Wali Kotamadya KepalaGb.1 Kampung
Daerah TingkatMelayu
II Semarang Nomor 646/50 2 tanggal 4 Februari
1992.

Masjid Layur dikelilingi tembok menyerupai benteng. Masjid tersebut merupakan bangunan
dua tingkat. Hal yang unik dari masjid ini adalah bentuk bangunan yang kental dengan
bangunan di Timur Tengah. Hal tersebut tampak pada menara yang berdiri kokoh di depan
pintu masuk masjid. Semula masjid ini dilengkapi menara setinggi hampir 21 meter. Namun,
karena tersambar petir, menara itu diperpendek dan kini tinggal 13 meter.
[1]
Laporan wartawan KOMPAS.com Eko Hendrawan Sofyan
[2]
http://mampir-mas.blogspot.com/2008_02_01_archive.html

Adapun bangunan utama masjid bergaya khas Jawa dengan atap masjid susun tiga.

Ornamen-ornamen dinding terlihat unik dan indah. Lantai bangunan dibuat seperti rumah
gadang dan hanya dapat dicapai dengan tangga yang terdapat pada sisi muka. Pondasi dari
batu yang memikul struktur kerangka kayu.

Dari gaya arsitekturnya, Masjid Layur merupakan percampuran dari tiga budaya yakni, Jawa,
Melayu, dan Arab.

Gb.2 dan Gb.3 Masjid Layur


2. UPAYA KONSERVASI

Masjid tersebut telah direstorasi beberapa kali, karena pengaruh usia dan kikisan air garam,
termasuk mengalami peninggian lantai sekitar 200 centimeter akibat terendam rob, banjir
akibat limpasan air laut.

Lantai dasar masjid saat ini juga sudah tidak dapat digunakan lagi, karena adanya peninggian
lantai tersebut, namun bentuk dan struktur bangunan dan menara masjid tersebut tetap asli
meskipun telah beberapa kali diperbaiki.

Dari segi keasliannya, Masjid Layur masih seperti pertama kali dibuat. Hanya ada sedikit
perbaikan dan penggantian pada bagian genteng dan penambahan ruang untuk pengelola di
sisi kanan masjid.

Walaupun sudah dimakan usia namun masjid ini masih kokoh dan masih digunakan oleh
masyarakat sekitar untuk beribadah. Sampai sekarang masjid ini masih terus dirawat oleh
yayasan masjid setempat sebagai upaya pelestarian sejarah dan sebagai masjid tua
kebanggaan Kota Semarang.
DAFTAR PUSTAKA

http://travel.kompas.com/travelstory

http://www.wawasandigital.com/index.php?
option=com_content&task=blogcategory&id=18&Itemid=32

http://www.news.id.finroll.com/articles/131204-____menara-masjid-layur-bekas-mercusuar-
oleh-zuhdiar-laeis____.html

http://semarangan.loenpia.net/bangunan-bersejarah/masjid-layur-tempat-ibadah-di-kampung-
melayu.htm/

http://www.arsitekturindis.com/?p=41

http://www.arsitekturindis.com/?p=138

http://www.skyscrapercity.com/showthread.php?t=768000&page=36

http://mampir-mas.blogspot.com/2008_02_01_archive.html

Anda mungkin juga menyukai