Masjid Lama Gang Bengkok merupakan salah satu Masjid yang bersejarah di Kota Medan
sekaligus menjadi masjid tertua setelah masjid Al- Osmani.
Masjid ini dibangun pada tahun 1874, dan menjadi salah satu saksi bisu berkembangnya
agama Islam di Kota Medan. Corak dan ornamen yang menggambarkan keterwakilan
sejumlah kehidupan budaya di Medan menjadi daya tarik dari Masjid ini.
Corak dan ornamen yang ada dalam masjid inilah bukti bahwa Kota Medan sejak ratusan
tahun silam sudah merupakan kota multi etnis.
Baca artikel detiksumut, "Masjid Lama Gang Bengkok, Bukti Medan Kota Multi Etnis"
selengkapnya https://www.detik.com/sumut/budaya/d-6221884/masjid-lama-gang-bengkok-
bukti-medan-kota-multi-etnis.
Baca artikel detiksumut, "Masjid Lama Gang Bengkok, Bukti Medan Kota Multi Etnis"
selengkapnya https://www.detik.com/sumut/budaya/d-6221884/masjid-lama-gang-bengkok-
bukti-medan-kota-multi-etnis.
Hal itulah yang menggambarkan dan sekaligus menjelaskan bahwa Kota Medan merupakan
kota yang multi etnis dan tingginya kerukunan beragama yang tercipta.
Dalam membangun masjid tersebut, Tjong A Fie bekerjasama dengan tokoh masyarakat
sekitar yang terkenal dengan sebutan Datuk Kesawan yang memberikan wakaf atas tanah
tersebut.
Masyarakat sekitar yang bermukim di sekitar masjid menganggap Masjid Lama Gang
Bengkok adalah saksi dari toleransi antar ernis dan umat beragama di Kota Medan. Setelah
pembangunan selesai, masjid tersebut diserahkan ke Sultan IX Deli, Makmun Al Rasyid
Alamsyah Perkasa.
Masjid yang sudah mencapai usia 135 tahun ini terlihat masih berdiri kokoh dengan warna
kuning cerah yang membaluti disetiap ornamennya. Saat ini masjid tersebut dikelola Muchlis
generasi keempat dari Syekh Muhammad Yaqub seorang penasehat Sultan Makmun.
"Masjid ini unik, karena atapnya tidak berbentuk terlihat seperti kubah, melainkan lebih mirip
seperti khas China yang seperti kelenteng."Kata Muchlis,
Baca artikel detiksumut, "Masjid Lama Gang Bengkok, Bukti Medan Kota Multi Etnis"
selengkapnya https://www.detik.com/sumut/budaya/d-6221884/masjid-lama-gang-bengkok-
bukti-medan-kota-multi-etnis.
"Kalau dirubah arsitektur tidak ada, namun ada beberapa material yang dilakukan oleh
renovasi beberapa kali. Sudah berumur ratusan tahun soalnya."ucapnya.
Hal itu dibenarkan saat memasuki bagian depan masjid kita akan langsung melihat atap
yang bukan seperti kubah, melainkan membentuk seperti kelenteng China.
Setelah memasuki bagian dalam kita akan melihat arsitektur melayu yang kental dengan
perpaduan warna kuning keemasan membalut tiang-tiang masjid.
Baca artikel detiksumut, "Masjid Lama Gang Bengkok, Bukti Medan Kota Multi Etnis"
selengkapnya https://www.detik.com/sumut/budaya/d-6221884/masjid-lama-gang-bengkok-
bukti-medan-kota-multi-etnis.
"Yang berkunjung kemari ada jemaah dari lokal juga asing. Kalau asing kemungkinan
melihat dari internet mereka, saat bulan ramadhan juga aktif memberikan buka puasa
bersama dan pengajian," ujarnya.
Lelaki ini mengatakan, ia sangat berharap kepada setiap jemaah agar selalu meramaikan
masjid ini agar terus berdiri kokoh untuk seterusnya. Dan setiap pengelola agar tetap
memakmurkan masjid bersejarah tersebut
Baca artikel detiksumut, "Masjid Lama Gang Bengkok, Bukti Medan Kota Multi Etnis"
selengkapnya https://www.detik.com/sumut/budaya/d-6221884/masjid-lama-gang-bengkok-
bukti-medan-kota-multi-etnis.
Masjid Lama Gang Bengkok diperkirakan didirikan pada tahun 1874. Bangunan masjid tersebut
berdiri diatas tanah wakaf dari Haji Muhammad Ali, atau lebih dikenal dengan nama Datuk
Kesawan. Ketika proses pembangunannya, Tjong A Fie, yaitu seorang saudagar Tiongkok yang
hijrah ke kota Medan pada awal abad ke 19. Tjong A Fie sendiri menanggung seluruh
pembangunan masjid tersebut.
Sebelumnya masjid Al Osmani merupakan masjid tertua yang berada di Kota Medan didirikan
pada tahun 1854. Kemudian 20 tahun setelahnya, dibangunlah masjid Gang Bengkok yang juga
memiliki sebuah sejarah antara orang melayu dengan orang Tionghoa.
Tepatnya masjid Lama Gang Bengkok didirikan pada tahun 1874. Memiliki nama yang aneh
karena pada awal pembangunannya berada di sebuah gang sempit. Kemudian terdapat sebuah
belokan atau tikungan pas di depan masjid tersebut. Ditambah dengan tidak pernah adanya
nama resmi yang terdapat pada masjid itu sehingga masjid tersebut diberi nama masjid Lama
Gang Bengkok. Pendiri masjid Gang Bengkok adalah Sultan Deli yang juga tidak memberikan
nama resmi terhadap masjid tersebut sehingga masyarakat sekitar menamainya dengan Masjid
Lama Gang Bengkok.
Masjid Lama Gang Bengkok memiliki sentuhan kental dari budaya Tionghoa dan Melayu.
Perpaduan dari sentuhan tersebut menghasilkan sebuah bangunan masjid yang unik. Dilihat dari
arsitekturnya, masjid ini tidak seperti sebuah bangunan masjid pada umumnya, melainkan
seperti sebuah Klenteng. Namun, ketika masuk ke dalam masjid maka akan terlihat jelas serta
akan sangat terasa suasana masjid yang begitu kental. Bangunan seperti Klenteng tersebut tak
heran dkarenakan pembangunannya sendiri diprakasai oleh seorang tokoh Medan dari etnis
Tionghoa, Tjong A Fie. Walaupun demikian, Masjid Lama Gang Bengkok tetap memiliki
sentuhan Melayu dan Islam.
Sentuhan dari gaya Melayu dapat ditemukan pada bagian plafon masjid yang terdapat hiasan
juga disebut dengan "Lebah bergantung". Hiasan tersebut dibuat dari kayu menghasilkan ukiran
yang sangat unik dan mempesona sehingga menghasilkan semacam tirai dengan warna kuning.
Warna kuning sendiri merupakan warna khas dari Melayu. Kemudian pada bagian gapura masjid
Lama Gang Bengkok mendapatkan sentuhan dari gaya Islam Persia
Masjid ini berdiri di atas tanah yang diwakafkan Datuk Kesawan Haji
Muhammad Ali. Sementara biaya pembangunan masjid justru bukan dari
kalangan umat Islam. Melainkan seluruh biaya pembangunan diperoleh dari
Tjong A Fie, yaitu saudagar Tionghoa yang notabene non-muslim.