ri Kelantan berencana memindahkan masjid ini ke tempat yang lebih aman dari terp
a an banjir. Kemudian tahun 1968 Masjid Kampung Laut di bongkar dengan hati hati b
agian per bagian lalu dipindahkan ke lokasinya yang sekarang di dalam kawasan ka
mpus Yayasan Pengajian Tinggi Islam Kelantan (Malaya Islamic University), Nilam
Puri, di Kota Baru. Proses pemindahan kemudian dilanjutkan dengan melakukan perb
aikan terhadap keseluruhan bangunan masjid.
Keseluruhan proses pemindahan dan pembangunan kembali tersebut selesai tahun 197
0 menghabiskan dana sebesar RM 16.850 ringgit Malaysia. Dan pada tanggal 8 Mei 1
970 diselenggarakan upacara serahterima Masjid Kampung Laut dari Ketua Persatuan
Sejarah Malaysia, Hamdan bin Sheikh Tahir kepada pemerintah Kelantan dibawah pe
merintahan Menteri Besar Kelantan Datuk Asri Muda.
Arsitektural
Interior masjid kampung laut
Denah Masjid Kampung Laut nyaris berbentuk bujursangkar sempurna dengan ukuran 7
4kaki X 71 kaki ini memiliki dinding dengan pola yang disebut pola janda berhias
ementara ujung dari masing masing pilar kayu di dalam masjid ini dihias dengan u
kiran ukiran indah.
Masjid kampung laut dibangun dengan struktur atap limas bersusun tiga sama persi
s seperti struktur atap Masjid Agung Demak lengkap dengan empat sokoguru (empat
tiang utama) di tengah masjid menopang struktur atap. bila sokoguru asli di Masj
id Agung Demak bebentuk bundar, Empat tiang kayu di masjid Kampung Laut ini berb
entuk tiang segi empat.[3]
Bentuk atap limas seperti ini adalah arsitektural masa sebelum Islam yang kemudi
an diserap ke dalam tradisi Islam dengan pemaknaan yang berbeda. bila dalam ajar
an leluhur menganggap bentuk atap limas sebagai gunungan, sebagai tempat terting
gi, sebaliknya dalam tradisi Islam bentuk atap bersusun tiga ini sebagai cermina
n dari tiga unsur Islam yakni Iman, Islam, dan Ikhsan. .
Di ujung atap tertinggi Masjid Kampung laut juga di hias dengan ornamen berukir,
di pulau jawa biasa disebut sebagai mastaka, Masyarakat melayu Kelantan menyebu
tnya dengan ornamen buah gutung. ornamen seperti ini memang digunakan hampir dik
eseluruhan masjid masjid tua Indonesia dengan berbagai bentuk termasuk mastaka d
alam bentuk daun simbar seperti yang dipakai di puncak atap masjid Agung Sultan
Palembang dan masjid masjid lainnya.
Masjid Kampung Laut di lokasi aslinya dulu dibangun berbentuk rumah panggung den
gan tiang yang cukup tinggi, mengingat lokasinya yang berada di tepi sungai Kela
ntan, bentuk rumah panggung memang bentuk bangunan tradisional khas melayu baik
di semenanjung, pulau sumatera hingga ke Kalimantan.
Bila Masjid Agung Demak kini berdinding batu bata, masjid Kampung laut masih mem
pertahankan dinding kayu berukir yang dalam tradisi melayu Kelantan disebut deng
an corak dinding Janda Behias. Dinding corak janda berhias ini merupakan dinding
berukir yang biasa dipakai di istana dan kediaman para sultan Kelantan. Pemasan
gan bahan kayu di masjid masjid ini sama sekali tidak menggunakan paku tapi tapi
menggunakan pasak kayu untuk menyatukan setiap sambungan yang sudah dibentuk be
rpasangan satu dan lainnya.