Anda di halaman 1dari 21

PEMKIRAN EKONOMI NEO-KLASK

Kelompok 5 :

Chairunisyah 01021382025151

Syabrina Azzahra 01021382025156

Naomi Angelica 01021382025163

Shalsa eldisa 01021382025179

Zahirah Fatihaah 01021282025054

Dosen Pengampu : Rasyida Pertiwi, S.E., M.Si

Universitas Sriwijaya
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-
Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pemikiran Ekonomi
Neo-klasik tepat waktu. Makalah Pemikiran Ekonomi Neo-klasik disusun guna
memenuhi tugas ibu Rasyida Pertiwi, S.E., M.Si pada Sejarah Pemikiran Ekonomi di
Universitas Sriwijaya . Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca tentang Pemikiran Ekonomi Neo-klasik.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada ibu Rasyida Pertiwi, S.E.,
M.Si selaku dosen mata kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang kami ditekuni . kami juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Kelompok 5
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teori-teori yang dikembangkan oleh Marx dan Engels mendapat banyak tanggapan
dari pakar-pakar ekonomi, baik dari kaum sosialis sendiri maupun dari pendukung
sistem liberal-kapitalisme. Pemikiran-pemikiran ekonomi dari para pakar pendukung
sistem liberal ini kemudian dimasukkan ke dalam suatu kelompok pemikiran
ekonomi tersendiri yang disebut mazhab Neo-Klasik. Karena analisis yang dibuat
Marx untuk meramal kejatuhan sistem kapitalis bertitik tolak dari teori nilai kerja
dan tingkat upah, oleh para pakar Neo-Klasik, paling kurang ada empat orang yang
melakukan penelitian tentang hal yang sama, yaitu W. Stanley Jevons (1835-1882),
Leon Walras (1837-1910), Carl Menger (1840-1921) dan Alfred

Marshall (1842-1924). Stanley Jevons dari University of Manchester (Inggris)


menulis Theory of Political Economy tahun 1871. Karl Menger dari Austria menulis

Principles of economics in germany pada tahun yang sama. Leon Walras dari
sekolah Lausanne (Swiss) menulis Elements of Pure economic pada tahun 1874.
Alfred Marshall dari Cambridge University (Inggris) sebetulnya sudah menulis
Principles of Economics Pada awal tahun 1870-an. Akan tetapi, ia termasuk orang
yang sangat hati-hati dalam memberikan pandapat baru, sehingga buku tersebut baru
diterbitkan dua puluh tahun kemudian, yaitu tahun 1891. Walaupun mereka
melakukan penelitian secara terpisah, dari hasil penelitian masing-masing mereka
mengemukakan hal yang sama. Kesimpulan yang dihasilkan pun sama, bahwa teori
nilai lebih (surplus value)

Marx tidak mampu menjelaskan secara tepat tentang nilai komoditas. Mereka seperti
menyepakati bahwa teori Marx tersebut tidak memberikan sumbangan apa pun dalam
perkembangan teori ekonomi. Oleh karena itu, dapat diabaikan. Kesimpulan dari
keempat tokoh neo-klasik yang disebutkan di atas telah meruntuhkan seluruh
bangunan teori sosialis yang dikembangkan Marx dan Engels, sekaligus
menyelamatkan sistem liberal/kapitalis dari kemungkinan krisis sebagaimana diramal
Marx.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja isi pendekatan Marjinal ?
2. Jelaskan pengertian Mazhab Austria ?
3. Jelaskan pengertian Mazhab Lausanne ?
4. Jelaskan pengertian Mazhab Cambridge ?
5. Jelaskan apa saja persaingan monopolistik dan persaingan tidak sempurna ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pendekatan Marjinal
2. Untuk mengetahui Mazhab Austria
3. Untuk mengetahui Mazhab Lausanne
4. Untuk mengetahui Mazhab Cambridge
5. Untuk mengetahui persaingan monopolistik dan persaingan tidak sempurna
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENDEKATAN MARJINAL

Pendekatan Marjinal Para ahli Neo-Klasik tersebut di atas dalam membahas ramalan-
ramalan Marx menggunakan konsep analisis marginal. Fakta ini kemudian memiliki
makna tersendiri bagi perkembangan ilmu ekonomi, karena hasil penelitian mereka
yang menggunakan pendekatan marginal ini telah menciptakan aura baru bagi
perkembangan teori ekonomi modern. Beberapa penulis ekonomi menyebut apa yang
telah dilakukan oleh para ekonom Neo-Klasik. Ini disebut revolusi marjinal, karena
telah ditemukan analisis baru, yaitu pendekatan marjinal. Analisis marjinal pada
dasarnya adalah penerapan kalkulus diferensial terhadap perilaku konsumen dan
produsen serta penentuan harga di pasar. Sejak revolusi marjinal, diskusi ekonomi
menjadi semakin mikro.

Konsep Marjinal ini sering di akui sebagai kontribusi utama aliran atau mazhab
Austria. Tetapi jika ditelusuri ke belakang ternyata teori ini telah cukup lama
dikembangkan oleh pengarang terdahulu, tepatnya oleh Heindrich Gossen. Menurut
Gossen, manfaat tambahan (marginal utility) dari pengkonsumsian suatu macam
barang akan semakin turun jika barang yang sama dikonsumsi semakin banyak.
Pernyataan ini sering disebut sebagai "Hukum Gossen Pertama". Dalam "Hukum
Gossen Kedua" ia menjelaskan bahwa sumber daya dan dana yang tersedia selalu
terbatas secara relatif untuk memenuhi berbagai kebutuhan yang relatif tak terbatas
adanya.
Dengan adanya kendala (constraint) ini maka kepuasan maksimum yang bisa
diperoleh (sesuai dengan keterbatasan sumber daya dan dana tersebut) terjadi pada
saat faedah marjinal (marginal utility) sama untuk tiap barang yang dikonsumsi
tersebut, dengan syarat semua sumber daya dan dana terpakai habis seluruhnya.

B. Mazhab Austria
Mazhab Austria adalah mazhab ekonomi yang didasarkan pada konsep
individualisme metodologis, artinya fenomena sosial tercipta berkat motivasi dan
tindakan seseorang. Mazhab ini muncul pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20
di Wina melalui karya-karya Carl Menger, Eugen Böhm von Bawerk, Friedrich von
Wieser, dan lain-lain. Secara metodologis, mazhab ini berseberangan dengan mazhab
historis Prusia. Perbedaan antara keduanya disebut Methodenstreit). Ekonom modern
yang mengikuti mazhab Austria tersebar di berbagai negara, namun gagasan mereka
tetap disebut ekonomi Austria. Kontribusi teori Mazhab Austria meliputi teori nilai
subjektif, marginalisme dalam teori harga, dan perumusan masalah perhitungan
ekonomi, masing-masing sudah diterima sebagai bagian dari ekonomi arus
utama.Banyak ekonom yang mengkritik Mazhab Austria modern dan menganggap
penolakan ekonometrika dan analisis ekonomi makro agregatnya tidak sejalan dengan
teori arus utama atau heterodoks. Sebaliknya, ekonom aliran Austria juga mengkritik
ekonomi arus utama. Meski Mazhab Austria sudah dianggap heterodoks sejak akhir
1930-an, akademisi dan masyarakat mulai tertarik dengan mazhab ini pada tahun
1970-an.

Sebelumnya sudah dikatakan bahwa para pendukung dan pemakai konsep


marjinal kebanyakan berasal dari Universitas Wina (Austria). Pandangan mereka
mempunyai ciri-ciri tersendi- ri, yaitu kalkulus dalam pengembangan teori-teori
mereka. Karena dikembangkan oleh pakar-pakar ekonomi dari Austria, maka
pandangan mereka dalam berbagai buku ajar dima- sukkan ke dalam aliran tersendiri
yang disebut mazhab Austria (Austrian School of Economics). Tiga tokoh utama
mazhab Austria tersebut adalah Carl Menger, Friedrich von Wieser dan Eugen von
Bohm Bawerk. Karl Menger (1840-1921) menjabat sebagai profesor ekonomi di
Universitas Wina dari tahun 1873 hingga 1903. Kary utamanya adalah Grunsatze der
Volks Wirtschaftslehre (187) Dalam buku tersebut Menger mengembangkan teori
marjinal, yang kemudian ternyata membawa pengaruh yang sanga utilita besar dalam
pengembangan teori-teori ekonomi.
Pada tahun 1903 kedudukan Menger di Universitas Win digantikan oleh Friedrich
von Wieser (1851-1920). Buku-buks karya utama von Wieser antara lain: Uber den
Ursprung und d Hauptgesetze des Wirtschaftlichen Wertes (1884), Der Natur liche
Wert (1889) dan Theorie der Gesellschatlichen Wirtschaf (1914). Wieser dipandang
sangat berjasa dalam mengemban lebih lanjut teori utilitas marjinal Menger, dengan
menambahkan formulasi biaya-biaya kesempatan (opportunity costs). Kedudukan
Wieser kemudian digantikan pula oleh Eugen von Bohm-Bawerk (1851-1914).
Kontribusi utama Bohm B werk adalah dalam pengembangan teori tentang modal
(theory of capital) dan teori tentang tingkat suku bunga. Hal ini dapat diikut dari
bukunya Capital and Interests (1884). Karyanya yang yang juga menyangkut masalah
modal adalah Positive Theory of Capital (1889) Teori-teori yang dikembangkan oleh
ketiga tokoh utama aliran Austria di atas kemudian diikuti dan dikembangkan lebih
lanjut oleh tokoh-tokoh lain seperti Knut Wicksell, von Mises, F.A. Hayek dan J.R.
Hicks.

Knut Wicksell (1851-1926) mendapat pendidikan di Upp University (Swedia). Ia


berjasa mengasimilasikan analisis ke imbangan umum Walras dengan teori kapital
dan suka be Bohm Bawerk menjadi teori distribusi, yang didasarkan pada analisis
marjinal versi baru dikembangkan oleh Jevons, Wals dan Menger. Pengaruh Wicksell
terhadap pengembangan teo moneter juga sangat besar, sebabia yang pertama melihat
hubung an langsung antara tingkat suku bunga dengan harga-huga suatu yang
dianggap bertentangan waktu itu. Karya utama W sell adalah Lectures on Political
Economy (1901).

Ludwig Edler von Mises (1881-1973) menjabat sebag profesor ekonomi di


Universitas Wina tahun 1913. Karya-karya Mises cukup banyak, antara lain: The
Theory of Money and Credit (1912), The Free and Prosperous Commonwealth
(1927), von Bureaucracy (1944), Omnipotent Government (1944) dan The Ultimate
Foundation of Economic Science (1962). Menurut von Mises sistem harga
merupakan basis paling efisien dalam menga- but tidak mengherankan jika ia sering
mengritik sistem perekono- mian komando, sebab sistem komando tersebut tidak
mempunyai sistem harga. Mises berpendapat bahwa sistem ekonomi komando tidak
akan dapat melembagakan sistem harga tanpa terlebih dahulu menghancurkan
prinsip-prinsip politik

Mises juga mengaplikasikan teori kepuasan marjinal untuk mengembangkan teori


baru tentang uang, dan memaparkan bah- wa kepuasan (utility) dapat diukur secara
ordinal, tetapi tidak secara cardinal. Teori-teori lain yang dikembangkan oleh von
Mises adalah teori paritas daya beli (purchasing power parity) dan teori trade cycle.

Friedrich August von Hayek (1899-..) menjadi direktur lembaga penelitian ekonomi
di Universitas Wina dari tahun 1927 hingga 1931. Selain itu ia juga pernah menjabat
sebagai dosen tamu di University of Chicago (1950-1962). Buku-buku yang ditulis
Hayek antara lain: Monetary Theory and the Trade Cycle (1929). Prices and
Production (1931), Profit, Interest, Investment (1939), The Pure Theory of Capital
(1941), Individualism and Economic Order (1948), The Constitution of Liberty
(1961), dan Studies in Philosophy, Politics and Economics (1967). F.A. Hayek
dianggap sangat berjasa dalam mengembangkan teori siklus perdagangan (theory of
trade cycle) dari von Mises, yang diinteg asikannya dengan teori kapital dari Bohm
Bawerk. Atas jasa- jasenya dalam mengembangkan ilmu ekonomi, Hayek menerima
Hadiah Nobel tahun 1974 bersama-sama dengan Gunnar Myrdal.

C. Mazhab lausanne

Langkah lebih maju yang disumbangkan pemikir neo-klasik adalah analisis yang
lebih komprehensif tentang teori keseimbangan umum oleh Leon Walras. Walras
dapat dianggap sebagai pendiri aliran atau mazhab Lausanne (Lausanne School of
Econo- mics), sebab sewaktu sekolah Lausanne didirikan tahun yang memegang
jabatan ketua jurusan ekonomi. Jabatan tersebut dipangkunya dari tahun 1870 hingga
1892. Karyanya Elements of Pure Economics (1878) dianggap sebagai suatu maha
karya dalam bidang ekonomi. Dalam bukunya tersebut Walras menje- laskan teori
keseimbangan umum dengan pendekatan matematis.

Sebetulnya pembahasan tentang ketergantungan berbagai faktor dalam suatu


sistem ekonomi bukan ide baru. Quesnay, sebagaimana sudah pernah didiskusikan
sebelumnya, sudah melihat interdependensi bagian-bagian ekonomi ini dalam
Tableau Eco- noque-nya. Adam Smith juga telah menjelaskan proses pasar secara
gamblang, yang memperlihatkan antar hubungan di antara bagian-bagian ekonomi.
Cournot, seorang pakar ekonomi dari Perancis, pada tahun 1838 telah menganalisis
problema-problema ekonomi mikro dan menyimpulkan bahwa untuk memecahkan
persoalan-persoalan ekonomi perlu mempertimbangkan sistem ekonomi secara
keseluruhan. Begitu juga J.H. von Thunen (1783- 1850) telah mengaplikasikan
kalkulus untuk memecahkan perso- alan-persoalan ekonomi. Bagaimanapun, adalah
Leon Walras yang mampu memberikan fisi yang lebih jelas tentang interdepen- densi
bagian-bagian ekonomi ini dengan gamblang dengan model keseimbangan umumnya
(general equilibrium model).

Dengan amat jelas ia menguraikan bahwa perubahan dalam suatu faktor atau
bagian ekonomi akan membawa perubahan pada variabel- variabel lain dalam sistem
ekonomi tersebut secara menyeluruh. Hanya sayang, konsep dan model
keseimbangan umum yang sudah dikembangkan Walras ini tidak diperhatikan oleh
para pakar ekonomi di zamannya. Adalah jasa Alfred Marshall, yang sangat
menghargai konsep matematikanya, yang menyebabkan pemikiran-pemikiran Walras
kemudian dihargai orang menurut yang sepantasnya. Ia kemudian dianggap sebagai
pendiri dan pengembang ilmu ekonomi matematika, yang kira-kira 60 tahun
kemudian dikembangkan oleh Frisch dan Tinbergen menjadi ilmu ekonometrika, dan
oleh Wassily Leontief kemudian dikembang- kan konsep analisis input-output atas
dasar matematika yang dikembangkan Walras. Sewaktu Walras meninggal,
kedudukannya di Universitas Lausanne digantikan oleh Vilfredo Pareto. Pareto
sebetulnya berkebangsaan Itali, tetapi kemudian lebih banyak berkiprah di Lausanne,
Swiss. Pareto dapat dikatakan sebagai seorang yang sangat loyal terhadap Walras.
Selain meneruskan aliran matema- tika yang sudah dikembangkan Walras, ia juga
banyak membantu Walras dalam menjelaskan kondisi-kondisi yang harus dipenuhi
agar sumber-sumber daya dapat dialokasikan sehingga memberi- kan hasil yang
optimum dalam suatu model keseimbangan umum. Menurut Pareto, suatu
pengalokasian sejumlah sumber dise- but efisien jika lewat suatu re-alokasi tidak ada
seorang individu pun dapat memperoleh kesejahteraan tanpa mengurangi kesejah-
teraan orang atau individu lainnya. Secara lebih sederhana, suatu pengalokasian
sumber-sumber disebut efisien jika keadaan atau kondisi yang dicapai secara jelas
dan pasti tidak bisa dibuat menjadi lebih baik lagi. Apa yang disampaikan oleh Pareto
tersebut kemudian dikenal sebagai hukum Pareto (Pareto's Law). Sebagai catatan,
kondisi yang efisien tersebut tidak harus terjadi pada saat semua orang mendapatkan
"kue" yang sama besarnya. Kondisi ini bisa saja berlangsung dengan pemerataan
pembagian kue yang pincang. Ini yang kemudian menimbulkan kritik yang tidak
berkeputusan tentang sistem perekonomian liberal yang diatur oleh mekanisme pasar

D. Mazhab Cambridge

Tokoh paling utama mazhab ini adalah Alfred Marshall (1842-1942), karena dia
dianggap sebagai pelopor atau pendiri mazhab Cambridge (Cambridge School of
Economics) di Inggris. Beberapa karya utamanya antara lain The Pure Theory of
Foreign Trade (1829), The Principles of Economy (1890), Industry and Trade (1919)
dan Money, Credit and Commerce (1923). Dia dianggap berjasa dalam memperbarui
asas dan postulat pandangan-pandangan ekonomi pakar klasik dan neo-klasik
sebelumnya. Dimana kaum klasik berpendapat bahwa yang menentukan harga adalah
sisi penawaran; sedangkan neo-klasik beranggapan bahwa yang menentukan harga
adalah kondisi permintaan.
Akan tetapi Marshal menggabungkan kedua konsep tersebut. Sehingga ia
menyimpulkan bahwa harga terbentuk sebagai integrasi dua kekuatan di pasar:
penawaran dari pihak produsen dan permintaan dari pihak konsumen. Perbedaan lain
antara Marshall dan kaum klasik adalah dalam metode penelitiannya. Jika kaum
klasik lebih banyak menggunakan metode induktif. Lain halnya dengan Marshall
yang mengombinasika nmetode induktif dan deduktif (abstraksi digabung dengan
realisme yang didukung oleh data statistik) agar terhindar dari kemiskinan dan
kemelaratan itu.

Marshall dianggap sangat berjasa dalam memperbarui asas dan pandangan-


pandangan ekonomi yang dikemukakan pakar klasik dan pakar Neo klasik
sebelumnya

a. Menurut kaum Klasik harga barang ditentukan oleh besarnya pengorbanan


untuk menghasilkan barang. Dengan demikian bagi kaum klasik yang
menentukan Harga adalah sisi penawaran.
b. Sedangkan menurutkaum Neo-Klasik (jevons, Manger dan Walras) bahwa
yang menentukan harga adalah kondisi permintaan

Perbedaanya :

kaum klasik lebih menentukan harga dari sisi Produsen sedangkan Neo Klasik
cara penentuan Harganya lebih pada sisi Konsumen cambridge
Marshal tidak menyalahkan kedua konsep diatas tetapi menggabungnya. Menurut
marshall, selain oleh biaya. Biaya harga juga dipengaruhi oleh unsur subyektif
lainnya. Baik dari konsumen (Pendapatan / daya beli) maupun producen (keadaan
keuangan) dianggap sangat berjasa dalam memperbarui asas dan pandangan-
pandangan ekonomi yang dikemukakan pakar klasik dan pakar Neo klasik
sebelumnya

c. Dengan demikian bagi marshal harga terbentuk dari integritas kedua kekuatan
tersebut yang menentukan harga dipasar.

Pertemuan antara permintaan dan penawaran yang menetukan harga yang terbentuk
dipasar. Kalau harga dipasar lebih besar dari biaya-biaya yang dibutuhkan untuk
menghasilkan barang, berarti perusahaan dalam jangka pendek
memperolehkeuntungan. Akan tetapi, dalam jangka panjang keadaan akan lebih
normal. Hal itu karena keuntungan yang dinikmati perusahaan tersebut akan menarik
perusahaan-perusahaan lain untuk masuk pasar. Makin banyak perusahaan masuk
pasar, berarti semakin banyak pula produksi dan penawaran. Kelebihan penawaran
atas permintaan memaksa harga-harga turun dan keadaan kembali pada situasi semula

Jika banyak pembeli dan penjual dan tidak ada halangan masuk dan keluar pasar (free
entry and exit), dalam jangka panjang harga yang terbentuk di pasar hanya cukup
untuk menutup biaya-biaya saja (di dalamnya sudah termasuk biaya-biaya buruh atau
jasa para menejer perusahaan). Jadi, dalam jangka panjang perusahaan tidak
memperoleh laba ekonomi yang tinggi sebagaimana dikhawatirkan para penentang
aliran klasik.

Sebaliknya, kaum neo-klasik percaya bahwa bentuk pasar persingan sempurna


merupakan bentuk pasar yang paling efisienyang akan menguntungkan semua pihak.
Perusahaan-perusahaan memperoleh laba normal (normal profit), yang besarnya laba
hanya cukup untuk bertahan dipasar. Para konsumen dapat membeli barang dalam
jumlah cukup dengan harga rendah. Sumber – sumber daya dimanfaatkan secara
optimum dan dialokasikan secara efisien.

Pada tahun 1908 kedudukan Marshall diganti oleh muridnya, Arthur Cecil Pigou
(1877-1959). Karya-karyanya antara lain Principles and Methods of Industrial Peace
(1905), Wealth and Welfare (1912), The Theory of Unumployment (1933) dan
Employment and Equilibrium (1941). Pigou adalah orang pertama yang
mengemukakan konsep real balance effect (dampak pigou/Pigou’s Effect). Pigou’s
Effect adalah suatu stimulasi kesempatan kerja yang disebabkan oleh meningkatnya
nilai riil dari kekayaan likuid sebagai konsekuensi dan turunnya harga-harga.
Pandangan ini merupakan salah satu dasar mengapa kaum klasik dan neo-klasik
percaya bahwa keseimbangan kesempatan kerja penuh (full-employment equilibrium)
dapat dicapai sebagai hasil penurunan dalam tingkat upah.

E. Persaingan Monopolistik dan Persaingan Tidak Sempurna

Sebelum masuk keabad 20 tokoh tokoh klasik generasi pertama tidak


mempersoalkan apakah pasar dalam kenyataan kehidupan sehari hari betul betul
mencerminkan pasar persaingan sempurna atau tidak.dalam situasi ini asumsi pasar
persaingan sempurna tiddak pernah dipersoalkan

Contoh asumsi tersebut misalnya :

- terdapat banyak pembeli dan penjual barang2 yang dijual di pasar relative
sama dalam jenis,sifat,dan mutu
- tiap perusahaan bebas keluar masuk pasar
- tidak ada pembeli maupun. Penjual yang mampu mengubah harga yang
ditentukan di pasar
- setiap pembeli dan penjual memiliki indormasi yang. Lengkap tentang
pasar,setiap pembeli dan pepnjual bertindak sebagai penerima harga (price
takers). tidak ada peerbedaan biaya transport di antara para pejual

Tetapi setelah abasd 20 sraffa mengamati bahwa dalam kenytaan asumsi pasar
persaingan semupurna yang diantu tokoh2 klasik dan begitu juga tokoh tokoh neo
klasik tidak bisa diterima bagitu saja.sekarang sudah banyak perusahaan2 besar,dan
tiap perusahaan mengenal bahwa kalau seandainya mereka mengubah keoutusab
output atau oenawaran mereka harga bias berubah.

Setelah ada pengamatan itu kemudian chamberlin,professor ekonomi dari harvrs


memusatkan perhatian pada monopolistic pada the theory of monopolistic
competition tahun 1933,dalam buku itu disebutkan bahwa banyak asumsi yang
digunakan dalam model pasar persaingan sempurna terutama bahwa semu produk
homogen,tidak realistis.untuk membedakan produknya dari produk yang dihasilkan
perusahaan-perusahaan lain perusahaan dapat melakukan diferensiasi
produk,sehingga masing-masing perusahaan menjual barang yang khas dan dengan
demikian ia dapat mempengaruhi harga pasar.

Faktor penyebab pasar monopolistik Pasar Monopolistik tidak tercipta begitu saja,ada
beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya pasar monopolistik,yaitu :

a. Ketidakpuasan terhadap pasar sempurna dan monopoli Dikarenakan produsen


yang tidak puas dengan sistem pasar sempurna dan pasar monopoli sehingga
banyak sekali produsen atau perusahaan yang berpindah ke sistem pasar
monopolistik.
b. Sumber alam Sumber daya alam yang amat sangat melimpahruah di Indonesia
membuat setiap orang atau produsen mudah terjun dalam industry
monopolistik,karena sangat mudah untuk mencari bahan baku maupun bahan
pendukung dalam produksi suatu barang.
c. produk diferensial Dikarenakan produk diferensial yang tidak terlalu tinggi
membuat setiap produsen lebih mudah dalam persaingan non harga seperti
iklan dan hal lainnya. Memaksimalkan Keuntungan Tingkat kurva permintaan
yang ada dalam struktur pasar monopolistik sangat fleksibel akan tetapi tidak
sefleksibel kurva permintaan yang dterima

perusahaan dalam struktur pasar persainga sempurna. Dalam memaksiimalkan


keuntungan atau laba dalam struktur pasar monopolistik bisa dibedakan menjadi
2,yaitu :
1. memaksimalkan laba jangka pendek Keuntungan maksimal produsen atau sebuah
perusahaan dapat dicapai jika produsen atau perusahaan terus menurus berproduksi
dan memproduksi barangnya sampai pada titik mencapai MC = MR maka perusahaan
menerima laba maksimal dalam jangka pendek.Dalam pasar monopolistik
keseimbangan yang dicapai produsen atau perusahaan sama dengan yang dicapai
ditingkat monopoli hanya beda dalam jumlah permintaanya atau dengan kata lain
pasar monopoli menerima permintaan seluruh pasar sedangkan pasar monopolistic
hanya menerima sebagian permintaan pasar. Dalam situasi ini perusahaan bisa
bertindak sebagai penentu harga , dan tidak harus menerima harga seperti dalam
asumsi pasar persaingan sempurnsa.Semakin banyaknya produsen dan perusahaan
baru yang masuk dalam sistem pasar monopolistic membuat penurunan kurva di
berbagai sektor industri yang berakibat pada penurunan laba penghasilan turun
sampai ke tingkat normal sebaliknya jika banyak perusahaan atau produsen yang
keluar dari pasar persaingan monopolistik mengakibatkan naiknya kurva permintaan
yang dialami oleh produsen atau perusahaan yang masih bertahan membuat pendapat
menjadi ke tingkat laba normal pada saat mencapai laba normal berarti tidak ada lagi
produsen atau perusahaan yang masuk atau keluar dalam pasar monopolistik,intinya
produsen atau perusahaan hanya akan menerima laba keuntungan normal dalam
jangka panjang Dikarenakan hal tersebut bisa diartikan itu adalah salah satu
kelemahan industri pasar persaingan monopolistik,penyebab ketidakefisienan itu ada
dua yaitu

a. .marjinal lebih rendah daripada harga jual


b. berlebihnya kapasitas

Dalam pasar persaingan monopolistik mempunyai beberapa corak yang menjadi ciri
khas pasar persaingan monopolistik diantaranya adalah

1. pengoptimalan dan pembedaan produk Di dalam pasar monopistik terdapat banyak


sekali produk yang sama sebab itu setiap perusahaan melakukan berbagai cara untuk
melakukan difersiasi atau membuat pembeda dengan produk perusahaan lain bisa dari
aspek kemasan warna bentuk hingga spesifikasi,perbedaan ini membuat konsumen
mempunyai lebih banyak pilihan dan alternatif produk ,setiap perusahaan
berlombalomba membuat produk yang benar-benar mempunyai cirikhas khusus.

2.Improvisasi teknologi dan inovasi Sistem pasar monopolistik cenderung sangat


terbatas dalam melakukan improvisasi teknologi dan inovasi dikarenakan jika pada
saat mendapat laba yang tinggi maka akan banyak perusahaan baru yang masuk ke
pasar monopolistik sehingga membuat laba menjadi normal dengan kata lain laba
tinggi hanya dalam kurun waktu singkat disbanding proses improviasi teknologi dan
inovasi

3.persaingan non harga Dalam pasar monopolistik upaya dalam melakukan


perubahan harga untuk menarik pelanggan termasuk kurang efisien karena dalam
pasar monopolistik yang terpentingan adalah iklan dan promosi bukan persaingan
harga.
4.pendapatan merata Ketika suatu perusahaan mendapat laba tinggi maka perusahaan
lain akan ikut meniru dan membuat produk yang sama ketika banyak barang produk
yang sama maka kurva pendapatan setiap perusahaan akan kembali normal bisa
dibilang pendapatan terbagi rata.

Pasar monopolistik adalah pasar homogen atau berarti pasar dimana produsen dan
konsumen hanya saling memenuhi kebutuhan barang yang sama atau sejenis tetapi
setiap produsen mempunyai cirikhas produk masing-masing,dalam pasar
monopolistik tingkat persaingan biasa dibilang sangat tinggi karena setiap perusahaan
mempunyai produk yang sama dan biasanya berupa barang primer atau kebutuhan
sehari-hari,setiap pengusaha sangat mudah masuk dan keluar dalam pasar
monopolistik karena banyaknya sumber daya alam dan peluang yang cukup
lebar,setiap perusahaan berlombalomba menciptakan produk terbaik yang sekilas
sama tapi tetap mempunyai perbedaan
Salah satu bentuk ketidak sempurnaan pasar apa-bila salah satu pihak apakah itu
penjual atau pembeli mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi pasar.

PASAR MONOPOLI
Disebut pasar monopoli apabila hanya ada satu penjual tunggal untuk produk
tertentu.Dengan demikian ciri-ciri pasar monopoli:
1. Hanya ada satu penjual saja di pasar.
2. Tidak mudah mencari barang pengganti (close substitute), sehingga konsumen
harus membeli kepada penjual yang hanya satu tersebut. Pengusaha yang mempunyai
posisi monopoly disebut monopolist.

Monopolist adalah price maker dalam arti perusahaan dapat menetapkan harga agar
keuntungan-nya maksimum. Posisi monopoli dapat dipertahankan karena adanya
halangan memasuki pasar
yang dapat disebabkan oleh:
(1) alasan ekonomis,
(2) alasan hukum dan atau
(3) ketersediaan input.

Di dalam kenyataan monopoli murni jarang terjadi. Beberapa jenis barang/ jasa yang
hanya disediakan oleh pemerintah, misalnya pertahanan, pengumpulan sampah,
telekomunikasi dan sebagainya sering dipakai sebagai contoh monopoli. Namun
masyarakat dapat menemukan barang/jasa pengganti walaupun dengan nama berbeda
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kelompok ekonomi Neoklasik generasi pertama bisa dibedakan lagi atas dua
kelompok, yaitu:
1. Kelompok ekonomi Austria (The Classical Liberal Perspectives),
2. Kelompok ekonomi Cambridge ( The Modern Liberal Perspective).
Kelompok pertama disebut kelompok Ekonomi Austria karena hampir semua
pendukungnya seperti Carl Manger, Friedlich von Wieser, dan Eugen von Bohm
Bawer berasal dari Austria. Pakar-pakar Neoklasik yang tergabung dalam kelompok
ekonomi Austria ini sangat berjasa mengembangkan teknik-teknik matematika,
terutama kalkulus. Dari tangan merekalah lahir konsep-konsep marginal utility,
marginal revenue, the law of diminishing return, dan sebagainya yang sarat dengan
hitungan-hitungan matematis. Sejak munculnya teori “marginal revolution” yang
dikembangkan oleh pakar-pakar Neoklasik dari mazhab Austria tersebut, pembahasan
ekonomi lebih bersifat mikro. Karena ilmu ekonomi ditangan pakar-pakar Neoklasik
mengalami perkembangan yang pesat melebihi perkembangan legislasi, hal ini
memeksa diceraikannya politik dari ilmu yang semula disebut ekonomi politik.
Lebih tepat, oleh pakar-pakar ekonomi Neoklasik istilah “political” dihilangkan dari
“political economy”, dan yang tinggal hanya “ilmu ekonomi” ( “economics”)
sebagai suatu disiplin ilmu yang mandiri. Adapun kelompok kedua digolongkan
didalam Ekonomi Cambridge karena para pendirinya seperti Alfred Marshall dan
kebanyakan pendukungnya kebanyakan berasal dari university of Cambridge.
Walaupun Marshall memiliki peran besar dalam perkembangan ilmu ekonomi,
pendekatan yang digunakan Marshall sedikit berbeda dari pendekatan pakar-pakar
ekonomi lain. Perbedaan yang mencolok antara Marshall dengan ekonomi-ekonomi
lain dari mazhab Austria yang pada umumnya “tegar” ialah Marshall lebih
memperhatikan nasib. Bagi Marshall, ilmu ekonomi politik adalah sarana untuk
memperbaiki kesejahteraan masyarakat dan bahkan juga sebagai motor untuk

Pada tahun 30-an, muncul pakar-pakar ekonomi Neoklasik generasi kedua, di


antaranya Piero Srafa, Joan Violet Robinson, dan Edward Chamberlin. Kalau pakar-
pakar ekonomi Klasik mengansumsikan pasar persaingan sempurna, pakar-pakar
ekonomi Neoklasik generasi kedua justru mengansumsikan pasar persaingan tidak
sempurna, bisa berbentuk kompetisi monopoli, oligopoly, atau monopoli. Bagi
pemikir-pemikir Neoklasik, hal ini membuka peluang bagi tindakan politik, dimana
pemerinta perlu ikut campur “mengoreksi” ketidaksempurnaan yang terjadi dipasar.
Dalam hal ini, perlu dicatat bahwa walaupun pakar-pakar ekonomi Neokalasik
menganggap perlunya campur tangan pemerintah, pada awalnya mereka tidak
membahas tentang peran redistribusi, kemiskinan, kesenjangan sosial, pendidikan,
kesehatan, atau isu-isu tentang lingkungan, melainkan hanya berupaya untuk
membawa perekonomian kearah ideal seperti yang mungkin dicapai dalam kondisi
pasar yang berfungsi sempurna. Tegasnya campur tangan pemerintah hanya dalam
proses dan keputusan politik untuk memperbaiki pasar.
DAFTAR PUSTAKA

Deliarnov, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, 2014. Jakarta : PT. Raja


Graffindo.

Anda mungkin juga menyukai