Anda di halaman 1dari 3

PEMIKIRAN EKONOMI NEO KLASIK

Oleh : Ginanjar Yogi Septiawan (143140075)


Kelas : Ep x

Latar Belakang Munculnya Pemikiran Marjinalis (Neo klasik)


Pada tahun 1870-an telah terjadi pergeseran dalam teori pembangunan ekonomi.
Pergeseran ini disebabkan oleh kemajuan teknologi yang peranannya begitu dominan dalam
pencariaan dan penemuan sumber-sumber produksi baru, serta kemampuannya dalam
mengembangkan lebih lanjut sumber-sumber produksi baru itu. Aliran ekonomi baru ini
kemudian dikenal sebagai mahzab marjinalis (neo klasik).
Kemunculan mahzab neo klasik tidak terlepas dari banyaknya kritik dari pakar ekonomi
terhadap teori-teori yang dikembangkan oleh Karl Marx dan Angels, baik dari kaum sosialis
sendiri maupun dari pendukung mazhab kapitalisme. Hal ini terjadi karena analisis yang
dipergunakan oleh karl Marx untuk meramal kejatuhan sistem kapitalis bertitik tolak dari teori
nilai tenaga kerja dan tingkat upah, maka oleh para pakar ekonomi neo klasik teori-teori
tersebut dipelajari secara mendalam.
Inti/Pokok Pemikiran Marjinalis (Neo klasik)
Ekonomi neo klasik adalah istilah yang digunakan untuk berbagai pendekatan ekonomi
yang berfokus pada penentuan harga, ouput, dan distribusi pendapatan di pasar melalui
permintaan dan penawaran. Sering kali dimediasi melalui maksimalisasi hipotesis utilitas
dengan pendapatan terbatas dan dari keuntungan dengan biaya yang terbatas pula,
menggunakan informasi yang tersedia, dan sesuai dengan teori piliha rasional. Ekonomi neo
klasik bertumpu pada tiga asumsi, antara lain:
1.Orang-orang memiliki preferensi rasional antara hasil yang dapat diidentifikasi dan
terkait dengan nilai;
2. Individu memaksimalkan utilitas dan perusahaan memaksimalkan keuntungan;
3. Orang bertindak independen atas dasar informasi yang lengkap dan relevan.
Pendekatan Marginal
Mazhab neoklasik telah mengubah pandangan tentang ekonomi baik dalam teori
maupun dalam metodologinya. Teori nilai tidak lagi dilandaskan pada nilai tenaga kerja atau
biaya produksi, tetapi telah beralhi pada kepuasan marginal (marginal utility). Pendekatan ini
merupakan pendekatan yang baru dalam teori ekonomi.
Pada intinya, konsep neo klasik merupakan pengaplikasian kalkulus diferensial terhadap
tingkah laku konsumen dan produsen, serta penentuan harga-harga di pasar. Teori ini telah
lama digunakan dan dikembangkan Heindrich Gossen (1810-1858) dalam menjelaskan
kepuasaan (utility) dari pengkonsumsian sejenis barang. Menurutnya, kepuasan marginal
(marginal utility) dari pengkonsumsian suatu macam barang akan semakin turun jika barang
yang sama dikonsumsi semakin banyak (Hukum Gossen I). Dalam Hukum Gossen II,
menjelaskan bahwa sumber daya dan dana yang tersedia selalu terbatas, secara relatif, untuk
memenuhui berbagai kebutuhan yang relatif tidak terbatas.
Hukum Gossen
Hukum Gossen adalah kaidah ilmu ekonomi yang dikekmukakan oleh ahli ekonomi
Jerman, Hermann Heinrich Gossen.
- Hokum Gossen 1
Disebut dengan Hukum Guna Marginal yang Terus Menurun atau Hukum Guna Vertikal: “Bila
jumlah barang yang dikonsumsi pada waktu tertentu terus ditambah, maka guna total yang
diperoleh akan bertambah, tetapi guna marginal akan semakin berkurang. Bahkan bila
konsumsi terus dilakukan, guna total akan menurun dan guna marginal menjadi nol, bahkan
dibawah nol.”
- Hokum Gossen 2
Berbunyi: “Manusia akan berusaha memenuhi bermacam-macam kebutuhannya sampai pada
tingkat intensitas yang sama.”
Contohnya: bila kita memiliki sejumlah uang, kita cenderung menggunakan uang tersebut
untuk membeli bermacam-macam barang dan jasa, sehingga kebutuhan kita dapat terpenuhi
secara seimbang. Hokum Gossen 2 disebut pula Hukum Guna Horizontal karena membahas
pemuasan terhadap bermacam-macam barang.
Mazhab Austria
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa para pendukung dan pemakai konsep marjinal
kebanyakan berasal dari Universitas Wina (Austria). Pandangan mereka mempunyai ciri- ciri
tersendiri, yaitu penerapan kalkulus dalam pengembangan teori-teori mereka. Karena
dikembangkan oleh pakar- pakar ekonomi Austria, pandangan mereka dalam berbagai buku
ajar dimasukkan kedalam aliran tersendiri yang disebut mazhab Austria (Austrian School of
Economics). Tiga tokoh utama mazhab Austria ini antara lain Carl Menger, Friedrich von
Wieser, dan Eugen von Bohm Bawerk.
Mazhab Lausanne
Langkah lebih maju yang disumbangkan pemikir neo-klasik adalah analisis yang lebih
komprehensif tentang teori keseimbangan umum oleh Leon Walras. Walras dianggap sebagai
pelopor mazhab Lausanne (Lausanne School of Economic). Karyanya, Elements of Pure
Economics (1878), dianggap sebagai suatu mahakarya dalam bidang ekonomi. Dalam bukunya
itu dia menjelaskan teori keseimbangan umum dengan pendekatan matematis.
Walaupun telah disinggung oleh para pendahulunya, hanya dialah yang mampu memberikan
kisi yang lebih jelas tentang interdependensi bagian-bagian ekonomi ini dengan gamblang
dengan model keseimbangan umumya (general equilibrium model). Dan ia menguraikan
dengan jelas bahwa perubahan suatu faktor atau bagian ekonomi akan membawa perubahan
pada variabel-variabel lain dalam sistem ekonomi tersebut secara menyeluruh.
Mazhab Cambridge
Tokoh paling utama mazhab ini adalah Alfred Marshall (1842-1942). Ia dianggap
sebagai pelopor atau pendiri mazhab Cambridge (Cambridge School of Economics) di Inggris.
Ia menempuh pendidikan dasar di sekolah Merchant Taylor dan lulus dalam bidang
matematika di St. John’s College, Cambridge. Beberapa karya utama Marshall antara lain: The
Pure Theory of Foreign Trade (1829), The Principles of Economy (1890), Industry and Trade
(1919) dan Money, Credit and Commerce (1923). Dari buku- buku yang ditulisnya tersebut,
buku yang dianggap paling berpengaruh adalah Principle of Economics.
Marshall dianggap berjasa dalam memperbarui asas dan postulat pandangan-pandangan
ekonomi pakar klasik dan neo-klasik sebelumnya. Dimana kaum klasik berpendapat bahwa
yang menentukan harga adalah sisi penawaran dimana harga barang ditentukan oleh besarnya
pengorbanan untuk menghasilkan barang tersebut; sedangkan neo-klasik beranggapan bahwa
yang menentukan harga adalah kondisi permintaan.
Menurut Jevons, Menger, dan Walras biaya- biaya bukan satu-satunya faktor yang
menentukan harga- harga. Yang paling menentukan harga, sesuai dengan teori utilitas marjinal,
adalah utilitas yang diterima dari pengonsumsian satu unit terakhir dari barang tersebut. Teori-
teori yang dikembangkan kaum marjinal sangat berbeda dengan teori yang dikembangkan
pakar-pakar klasik tentang harga. Jika kaum klasik melihat harga hanya dari sisi produsen (dari
jumlah pengorbanan yang dikeluarkan), kaum marjinal melihatnya dari sisi konsumen, yaitu
dari kepuasan marjinal (marginal utility) pengkonsumsian satu unit barang terakhir.
Pigou adalah orang pertama yang mengemukakan konsep real balance effect (dampak
pigou/Pigou’s Effect). Pigou’s Effect adalah suatu stimulasi kesempatan kerja yang disebabkan
oleh meningkatnya nilai riil dari kekayaan likuid sebagai konsekuensi dan turunnya harga-
harga. Pandangan ini merupakan salah satu dasar mengapa kaum klasik dan neo-klasik percaya
bahwa keseimbangan kesempatan kerja penuh (full-employment equilibrium) dapat dicapai
sebagai hasil penurunan dalam tingkat upah.

Anda mungkin juga menyukai