Latar Belakang Munculnya Pemikiran Marjinalis (Neo klasik)
Pada tahun 1870-an telah terjadi pergeseran dalam teori pembangunan ekonomi. Pergeseran ini disebabkan oleh kemajuan teknologi yang peranannya begitu dominan dalam pencariaan dan penemuan sumber-sumber produksi baru, serta kemampuannya dalam mengembangkan lebih lanjut sumber-sumber produksi baru itu. Aliran ekonomi baru ini kemudian dikenal sebagai mahzab marjinalis (neo klasik). Kemunculan mahzab neo klasik tidak terlepas dari banyaknya kritik dari pakar ekonomi terhadap teori-teori yang dikembangkan oleh Karl Marx dan Angels, baik dari kaum sosialis sendiri maupun dari pendukung mazhab kapitalisme. Hal ini terjadi karena analisis yang dipergunakan oleh karl Marx untuk meramal kejatuhan sistem kapitalis bertitik tolak dari teori nilai tenaga kerja dan tingkat upah, maka oleh para pakar ekonomi neo klasik teori-teori tersebut dipelajari secara mendalam. Inti/Pokok Pemikiran Marjinalis (Neo klasik) Ekonomi neo klasik adalah istilah yang digunakan untuk berbagai pendekatan ekonomi yang berfokus pada penentuan harga, ouput, dan distribusi pendapatan di pasar melalui permintaan dan penawaran. Sering kali dimediasi melalui maksimalisasi hipotesis utilitas dengan pendapatan terbatas dan dari keuntungan dengan biaya yang terbatas pula, menggunakan informasi yang tersedia, dan sesuai dengan teori piliha rasional. Ekonomi neo klasik bertumpu pada tiga asumsi, antara lain: 1.Orang-orang memiliki preferensi rasional antara hasil yang dapat diidentifikasi dan terkait dengan nilai; 2. Individu memaksimalkan utilitas dan perusahaan memaksimalkan keuntungan; 3. Orang bertindak independen atas dasar informasi yang lengkap dan relevan. Pendekatan Marginal Mazhab neoklasik telah mengubah pandangan tentang ekonomi baik dalam teori maupun dalam metodologinya. Teori nilai tidak lagi dilandaskan pada nilai tenaga kerja atau biaya produksi, tetapi telah beralhi pada kepuasan marginal (marginal utility). Pendekatan ini merupakan pendekatan yang baru dalam teori ekonomi. Pada intinya, konsep neo klasik merupakan pengaplikasian kalkulus diferensial terhadap tingkah laku konsumen dan produsen, serta penentuan harga-harga di pasar. Teori ini telah lama digunakan dan dikembangkan Heindrich Gossen (1810-1858) dalam menjelaskan kepuasaan (utility) dari pengkonsumsian sejenis barang. Menurutnya, kepuasan marginal (marginal utility) dari pengkonsumsian suatu macam barang akan semakin turun jika barang yang sama dikonsumsi semakin banyak (Hukum Gossen I). Dalam Hukum Gossen II, menjelaskan bahwa sumber daya dan dana yang tersedia selalu terbatas, secara relatif, untuk memenuhui berbagai kebutuhan yang relatif tidak terbatas. Hukum Gossen Hukum Gossen adalah kaidah ilmu ekonomi yang dikekmukakan oleh ahli ekonomi Jerman, Hermann Heinrich Gossen. - Hokum Gossen 1 Disebut dengan Hukum Guna Marginal yang Terus Menurun atau Hukum Guna Vertikal: “Bila jumlah barang yang dikonsumsi pada waktu tertentu terus ditambah, maka guna total yang diperoleh akan bertambah, tetapi guna marginal akan semakin berkurang. Bahkan bila konsumsi terus dilakukan, guna total akan menurun dan guna marginal menjadi nol, bahkan dibawah nol.” - Hokum Gossen 2 Berbunyi: “Manusia akan berusaha memenuhi bermacam-macam kebutuhannya sampai pada tingkat intensitas yang sama.” Contohnya: bila kita memiliki sejumlah uang, kita cenderung menggunakan uang tersebut untuk membeli bermacam-macam barang dan jasa, sehingga kebutuhan kita dapat terpenuhi secara seimbang. Hokum Gossen 2 disebut pula Hukum Guna Horizontal karena membahas pemuasan terhadap bermacam-macam barang. Mazhab Austria Telah dijelaskan sebelumnya bahwa para pendukung dan pemakai konsep marjinal kebanyakan berasal dari Universitas Wina (Austria). Pandangan mereka mempunyai ciri- ciri tersendiri, yaitu penerapan kalkulus dalam pengembangan teori-teori mereka. Karena dikembangkan oleh pakar- pakar ekonomi Austria, pandangan mereka dalam berbagai buku ajar dimasukkan kedalam aliran tersendiri yang disebut mazhab Austria (Austrian School of Economics). Tiga tokoh utama mazhab Austria ini antara lain Carl Menger, Friedrich von Wieser, dan Eugen von Bohm Bawerk. Mazhab Lausanne Langkah lebih maju yang disumbangkan pemikir neo-klasik adalah analisis yang lebih komprehensif tentang teori keseimbangan umum oleh Leon Walras. Walras dianggap sebagai pelopor mazhab Lausanne (Lausanne School of Economic). Karyanya, Elements of Pure Economics (1878), dianggap sebagai suatu mahakarya dalam bidang ekonomi. Dalam bukunya itu dia menjelaskan teori keseimbangan umum dengan pendekatan matematis. Walaupun telah disinggung oleh para pendahulunya, hanya dialah yang mampu memberikan kisi yang lebih jelas tentang interdependensi bagian-bagian ekonomi ini dengan gamblang dengan model keseimbangan umumya (general equilibrium model). Dan ia menguraikan dengan jelas bahwa perubahan suatu faktor atau bagian ekonomi akan membawa perubahan pada variabel-variabel lain dalam sistem ekonomi tersebut secara menyeluruh. Mazhab Cambridge Tokoh paling utama mazhab ini adalah Alfred Marshall (1842-1942). Ia dianggap sebagai pelopor atau pendiri mazhab Cambridge (Cambridge School of Economics) di Inggris. Ia menempuh pendidikan dasar di sekolah Merchant Taylor dan lulus dalam bidang matematika di St. John’s College, Cambridge. Beberapa karya utama Marshall antara lain: The Pure Theory of Foreign Trade (1829), The Principles of Economy (1890), Industry and Trade (1919) dan Money, Credit and Commerce (1923). Dari buku- buku yang ditulisnya tersebut, buku yang dianggap paling berpengaruh adalah Principle of Economics. Marshall dianggap berjasa dalam memperbarui asas dan postulat pandangan-pandangan ekonomi pakar klasik dan neo-klasik sebelumnya. Dimana kaum klasik berpendapat bahwa yang menentukan harga adalah sisi penawaran dimana harga barang ditentukan oleh besarnya pengorbanan untuk menghasilkan barang tersebut; sedangkan neo-klasik beranggapan bahwa yang menentukan harga adalah kondisi permintaan. Menurut Jevons, Menger, dan Walras biaya- biaya bukan satu-satunya faktor yang menentukan harga- harga. Yang paling menentukan harga, sesuai dengan teori utilitas marjinal, adalah utilitas yang diterima dari pengonsumsian satu unit terakhir dari barang tersebut. Teori- teori yang dikembangkan kaum marjinal sangat berbeda dengan teori yang dikembangkan pakar-pakar klasik tentang harga. Jika kaum klasik melihat harga hanya dari sisi produsen (dari jumlah pengorbanan yang dikeluarkan), kaum marjinal melihatnya dari sisi konsumen, yaitu dari kepuasan marjinal (marginal utility) pengkonsumsian satu unit barang terakhir. Pigou adalah orang pertama yang mengemukakan konsep real balance effect (dampak pigou/Pigou’s Effect). Pigou’s Effect adalah suatu stimulasi kesempatan kerja yang disebabkan oleh meningkatnya nilai riil dari kekayaan likuid sebagai konsekuensi dan turunnya harga- harga. Pandangan ini merupakan salah satu dasar mengapa kaum klasik dan neo-klasik percaya bahwa keseimbangan kesempatan kerja penuh (full-employment equilibrium) dapat dicapai sebagai hasil penurunan dalam tingkat upah.