Pada Mei 1883, pos Belanda di Uluan dan Balige kembali diserang oleh
Sisingamangaraja. Setahun kemudian (1884), kekuatan Belanda di Tangga Batu berhasil
dilumpuhkan. Belanda melakukan upaya pendekatan dan menawarkan penobatan
Sisingamangaraja sebagai Sultan Batak dengan berbagai hak istimewa. Namun, beliau
menolaknya dengan tegas. Pada 1904, Belanda melakukan pengepungan ketat. Pada
1907 Sisingamangaraja berhasil lolos. Namun, upaya keras Belanda akhirnya
membuahkan hasil dengan mengetahui tempat persembunyian Sisingamangaraja di
Hutan Simsim. 17 Juni 1907, markas Sisingamangaraja dikepung Belanda. Dalam suatu
pertempuran jarak dekat, komandan pasukan Belanda kembali memintanya menyerah
dan menjanjikan akan menobatkan Sisingamangaraja menjadi Sultan Batak. Namun,
Sisingamangaraja tetap tidak mau tunduk dan memilih lebih baik mati.
Terjadilan pertempuran sengit yang menewaskan hampir seluruh keluarga dan
pasukannya. Akhirnya, Patuan Bosar Ompu Pulo alias Raja Sisingamangaraja XII
bersama dua putra dan satu putrinya, serta beberapa panglimanya yang berasal dari
Aceh gugur sebagai kusuma bangsa.