Anda di halaman 1dari 12

HERNIA NUCLEUS PULSOSUS

(HNP)

OLEH:
1. Adeyuni puspitasari
2. Gresensia layukan
3. Hazri sartika
4. Liliana toding k.
5. Mersianti tangnga layuk
6. Riswelin katemba
7. Ruben sipi’

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN LAKIPADADA


TANA TORAJA 2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penyusun dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul “ HERNIA NUCLEUS PULSOSUS

(HNP) ”.

            Dalam pembuatan makalah ini mulai dari perancangan, pencarian bahan,

sampai penyusunan, penyusun mendapat bantuan, saran, petunjuk, dan

bimbingan dari banyak pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.

Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terimakasih dan kepada teman-teman

yang ikut berpartisipasi dalam menyelesaikan makalah ini.

            Penyusun menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan

dan jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik

dan saran dari pembaca untuk perbaikan di masa yang akan datang, dan

penyusun juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Makale, November 2016

Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................................

BAB I: PENDAHULUAN

Latar Belakang.....................................................................................................................

Tujuan .................................................................................................................................

BAB II: PEMBAHASAN

Pengertian ...........................................................................................................................

Etiologi ...............................................................................................................................

Tanda dan Gejalah ..............................................................................................................

Patofisiologi ........................................................................................................................

Pemeriksaan Penunjang.......................................................................................................

Komplikasi ..........................................................................................................................

Penatalaksanaan ..................................................................................................................

BAB III: ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian ..........................................................................................................................

Diagnosa Keperawatan........................................................................................................

Intervensi Keperawatan........................................................................................................

BAB IV: PENUTUP

Kesimpulan .........................................................................................................................

Saran ...................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

        Nyeri pungung bawah merupakan suatu keluhan yang dapat  mengganggu aktivitas sehari-hari
bagi penderitanya. Salah satu penyebab terjadinya nyeri pinggang bagian bawah adalah hernia nucleus
pulsosus (HNP), yang sebagian besar kasusnya terjadi pada segmen lumbal. Nyeri punggung bawah
merupakan salah satu penyakit yang sering di jumpai masyarakat.

        Nyeri penggung bawah dapat mengenai siapa saja, tanpa mengenal jenis umur dan jenis kelami.
Sekitar 60-80 % dari seluruh penduduk dunia pernah mengalami paling tidak satu episode nyeri
punggung  bawah selama hidupnya. Kelompok studi  nyeri (pokdi nyeri) PORDOSSI (Persatuan
dokter spesialis saraf Indonesia) melakukan penelitian pada bulan mei 2002 di 14 rumah sakit
pendidikan, dengan hasilmenunjukan bahwa kejadian nyeri punggung bawah meliputi 18,37 % di
sluruh kasus nyeri ditangani.

        Nyeri pinggang bawah hanyalah merupakan suatu symptom gejala, maka yang terpenting adalah
mengetahui factor penyebabnya  agar dapat diberikan pengobatan yang tepat. Pada dasarnya
timbulnya rasa sakit tersebut karena tekanan susunan saraf tepi daerah pinggang. Jepitan pada saraf ini
dapat terjadi karena gangguan pada otot dan jaringan sekitarnya. Maka dari itu, dibutuhkan asuhan
keperawatan HNP yang sesuai sehingga proses penyembuhan klien dengan HNP  dapat maksimal.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
 Untuk mengethui tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan
Muskuloskletal (HNP).
2. Tujuan Khusus
 Untuk mengetahui Jenis-jenis dari tumor kulit ganas dari definisi, etiologi, klasifikasi,
tanda & gejala, penatalaksanaan, dan pemeriksaan penunjang dari HNP.
 Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien gangguan sistem muskulokletal
(HNP) dari tahap pengkajian hingga intervensi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penonjolan diskus inter vertabralis dengan piotusi
dan nukleus kedalam kanalis spinalis pumbalis mengakibatkan penekanan pada radiks atau cauda
equina.

HNP adalah suatu penekanan pada suatu serabut saraf spinal akibat dari herniasi dan nucleus
hingga annulus, salah satu bagian posterior atau lateral (Barbara C.Long, 1996).

B. Etiologi
1.Trauma, hiperfleksia, injuri pada vertebra
2.Spinal stenosis
3.Ketidakstabilan vertebra karena salah posisi, mengangkat, dll.
4.Pembentukan osteophyte
5.Degenerasi dan degidrasi dari kandungan tulang rawan annulus dan nucleus
mengakibatkan berkurangnya elastisitas sehingga mengakibatkan herniasi dari nucleus
hingga annulus.
C. Tanda dan Gejalah
1. Mati rasa, gatal dan penurunan pergerakan satu atau dua ekstremitas.
2. Nyeri tulang belakang
3. Kelemahan satu atau lebih  ekstremitas
4. Kehilangan control dari anus dan atau kandung kemih sebagian atau lengkap.

Gejala Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah adanya nyeri di daerah diskus yang mengalami
herniasasi didikuti dengan gejala pada daerah yang diinorvasi oleh radika spinalis yang terkena oleh
diskus yang mengalami herniasasi yang berupa pengobatan nyeri ke daerah tersebut, mati rasa,
kelayuan, maupun tindakan-tindakan yang bersifat protektif. Hal lain yang perlu diketahui adalah
nyeri pada hernia nukleus pulposus ini diperberat dengan meningkatkan tekanan cairan intraspinal
(membungkuk, mengangkat, mengejan, batuk, bersin, juga ketegangan atau spasme otot), akan
berkurang jika tirah baring.

D. Patofisiologi

Daerah lumbal adalah daerah yang paling sering mengalami hernisasi pulposus, kandungan air
diskus berkurang bersamaan dengan bertambahnya usia. Selain itu serabut menjadi kotor dan
mengalami hialisasi yang membantu perubahan yang mengakibatkan herniasi nukleus purpolus
melalui anulus dengan menekan akar – akar syaraf spinal. Pada umumnya harniassi paling besar
kemungkinan terjadi di bagian koluma yang lebih mobil ke yang kurang mobil (Perbatasan Lumbo
Sakralis dan Servikotoralis) (Sylvia,1991, hal.249).

Sebagian besar dari HNP terjadi pada lumbal antara VL 4 sampai L 5, atau L5 sampai S1. arah
herniasi yang paling sering adalah posterolateral. Karena radiks saraf pada daerah lumbal miring
kebawah sewaktu berjalan keluar melalui foramena neuralis, maka herniasi discus antara L 5 dan S 1.
Perubahan degeneratif pada nukleus pulpolus disebabkan oleh pengurangan kadar protein yang
berdampak pada peningkatan kadar cairan sehingga tekanan intra distal meningkat, menyebabkan
ruptur pada anulus dengan stres yang relatif kecil.

Sedang M. Istiadi (1986) mengatakan adanya trauma baik secara langsung atau tidak langsung
pada diskus inter vertebralis akan menyebabkan komprensi hebat dan transaksi nukleus pulposus
(HNP). Nukleus yang tertekan hebat akan mencari jalan keluar, dan melalui robekan anulus tebrosus
mendorong ligamentum longitudinal terjadilah herniasi.

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboraturium:
 Darah  rutin
 Cairan cerebrospinal
2. Foto polos lumbosakral dapat memperlihatkan penyempitan pada keeping sendi
3. CT scan lumbosakral : dapat memperlihatkan letak disk protusion.
4. MRI ; dapat memperlihatkan perubahan tulang dan jaringan lunak  divertebra serta
herniasi.
5. Myelogram : dapat menunjukkan lokasi lesi untuk menegaska pemeriksaan fisik sebelum
pembedahan
6. Elektromyografi :  dapat menunjukkan lokasi lesi  meliputi bagian akar saraf spinal.
7. Epidural venogram : menunjukkan lokasi herniasi
8. Lumbal functur :  untuk mengetahui kondisi infeksi dan kondisi cairan serebro spinal.
F. Komplikasi
1. RU
2. Infeksi luka
3. Kerusakan penanaman tulang setelah fusi spinal.
G. Penatalaksanaan
1. Konservatif  bila tidak dijumpai defisit neurologik:
 Tidur selama 1 – 2 mg diatas kasur yang keras
 Exercise digunakan untuk mengurangi tekanan atau kompresi saraf
 Terapi obat-obatan : muscle relaxant, nonsteroid, anti inflamasi drug dan analgetik.
 Terapi panas dingin
 Imobilisasi atau brancing, dengan menggunakan lumbosacral brace atau korset
 Terapi diet untuk mengurangi BB
 Traksi lumbal, mungkin menolong, tetapi biasanya resides
 Transcutaneus Elektrical Nerve Stimulation (TENS).
2. Pembedahan
 Laminectomy hanya dilakukan pada penderita yang mengalami nyeri menetap dan
tidak dapat diatasi, terjadi gejala pada kedua sisi tubuh dan adanya gangguan
neurology utama seperti inkontinensia usus dan kandung kemih serta foot droop.
 Laminectomy adalah suatu tindakan pembedahan atau pengeluaran atau pemotongan
lamina tulang belakang dan biasanya dilakukan untuk memperbaiki luka pada spinal.
 Laminectomy adalah pengangkaan sebagian dari discus lamina (Barbara C. Long,
1996).
 Laminectomy adalah memperbaiki satu atau lebih lamina vertebra, osteophytis, dan
herniated nucleus pulposus.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas
 HNP terjadi pada umur pertengahan, kebanyakan pada jenis kelamin pria dan pekerjaan
atau aktivitas berat (mengangkat baran berat atau mendorong benda berat).
2. Keluhan Utama
Nyeri pada punggung bawah :
a. P, trauma (mengangkat atau mendorong benda berat).
b. Q, sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat, mendenyut, seperti kena api, nyeri
tumpul atau kemeng yang terus-menerus. Penyebaran nyeri apakah bersifat nyeri
radikular atau nyeri acuan (referred fain). Nyeri tadi bersifat menetap, atau hilang timbul,
makin lama makin nyeri .
c. R, letak atau lokasi nyeri menunjukkan nyeri dengan setepat-tepatnya sehingga letak
nyeri dapat diketahui dengan cermat.
d. S, Pengaruh posisi tubuh atau atau anggota tubuh berkaitan dengan aktivitas tubuh, posisi
yang bagaimana yang dapat meredakan rasa nyeri dan memperberat nyeri. Pengaruh pada
aktivitas yang menimbulkan rasa nyeri seperti berjalan, turun tangga, menyapu, gerakan
yang mendesak. Obat-obatan yang ssedang diminum seperti analgetik, berapa lama
diminumkan.
e. T. Sifanya akut, sub akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat menetap, hilang timbul,
makin lama makin nyeri.
3. Riwayat Kesehatan
a. Apakah klien pernah menderita Tb tulang, osteomilitis, keganasan (mieloma  multipleks),
metabolik (osteoporosis).
b. Riwayat menstruasi, adneksitis dupleks kronis, bisa menimbulkan nyeri punggung bawah.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum
Pemeriksaan tanda-tanda vital, dilengkapi pemeriksaan jantung, paru-paru, perut.
 Inspeksi
 Inspeksi punggung, pantat dan tungkai dalam berbagai posisi dan gerakan
untuk evalusi neyurogenik
 Kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal,adanya angulus, pelvis
yang miring/asimitris, muskulatur paravertebral atau pantat yang asimetris,
postur tungkai yang abnormal
 Hambatan pada pegerakan punggung , pelvis dan tungkai selama begerak
 Klien dapat menegenakan pakaian secara wajar/tidak
 Kemungkinan adanya atropi, faskulasi, pembengkakan, perubahan warna
kulit.
2. Palpasi dan Perkusi
 Paplasi dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-hati atau halus sehingga
tidak membingungkan klien
 Paplasi pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah yang paling
terasanyeri
 Ketika meraba kolumnavertebralis dicari kemungkinan adanya deviasi ke
lateral atau antero-posterior
 Palpasi dan perkusi perut, distensi pewrut, kandung kencing penuh dll.
3. Neuorologik
 Pemeriksaan Motorik
 Kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki, ibu jari dan
jari lainnya dengan menyuruh klien unutk melakukan gerak fleksi dan
ekstensi dengan menahan gerakan
 Atropi otot pada maleolus atau kaput fibula dengan membandingkan kanan-
kiri
 Fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada otot-otot tertentu.
 Pemeriksan sensorik
 Pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa getar
(vibrasi) untuk menentukan dermatom mana yang terganggu sehingga dapat
ditentuakn pula radiks mana yang terganggu.
4. Pemeriksaan reflex
 Refleks lutut /patela/hammer (klien bebraring.duduk dengan tungkai menjuntai),
pada HNP lateral di L4-5 refleks negatif.
 Refleks tumit.achiles (klien dalam posisi berbaring , luutu posisi fleksi, tumit
diletakkan diatas tungkai yang satunya dan ujung kaki ditahan dalam posisi
dorsofleksi ringan, kemudian tendon achiles dipukul. Pada aHNP lateral 4-5
refleks ini negatif.
5. Pemeriksaan range of movement (ROM)
 Pemeriksaan ini dapat dilakukan aktif atau pasif untuk memperkirakan derajat
nyeri, functio laesa, atau untuk mememriksa ada/tidaknya penyebaran nyeri.
b. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto rontgen,
 Foto rontgen dari depan, samping, dan serong) untuk identifikasi ruang antar
vertebra menyempit. Mielografi adalah pemeriksaan dengan bahan kontras
melalu tindakan lumbal pungsi dan pemotrata dengan sinar tembus apabila
diketahiu adanya penyumbatan.hambatan kanalis spinalis yang mungkin
disebabkan HNP.
2. Elektroneuromiografi (ENMG)
 Untuk menegetahui radiks mana yang terkena / melihat adanya polineuropati.
3. Scan tomografi
 Melihat gambaran vertebra dan jaringan disekitarnya termasuk diskusi
intervertebralis.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan penjepitan saraf pada diskus intervetebralis
2. Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri,
hilangnya fungsi
3. Perubahan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplegia
4. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan tirah baring lama
C. Intervensi Keperawatan
Nyeri berhubungan dengan penjepitan saraf pada diskus intervetebralis
 Tujuan :Nyeri berkurang atau rasa nyaman terpenuhi
 Kriteria hasil :
1. Klien mengatakan tidak terasa nyeri.
2. Lokasi nyeri minimal
3. Keparahan nyeri berskala 0
4. Indikator nyeri verbal dan noverbal (tidak menyeringai)
 Intervensi:
1. Identifikasi klien dalam membantu menghilangkan rasa nyerinya.
Rasional: Pengetahuan yang mendalam tentang nyeri dan keefektifan tindakan
penghilangan nyeri.
2. Berikan informasi tentang penyebab dan cara mengatasinya.
Rasional: Informasi mengurangi ansietas yang berhubungan dengan sesuatu yang
diperkirakan
3. Tindakan penghilangan rasa nyeri noninvasif dan nonfarmakologis (posisi, balutan
(24-48 jam), distraksi dan relaksasi.
Rasional: Tindakan ini memungkinkan klien untuk mendapatkan rasa control
terhadap nyeri.

4. Terapi analgetik.

Rasional: Terapi farmakologi diperlukan untuk memberikan peredam nyeri.

Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri,


hilangnya fungsi
 Tujuan              : Rasa cemas klien akan berkurang/hilang
Kriteria hasil    :
1. Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekuatirannya
2. Respon klien tampak tersenyum
 Intervensi:
1. Diskusikan mengenai kemungkinan kemajuan dari fungsi gerak untuk
mempertahankan harapan klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Rasional: Menunjukkan kepada klien bahwa dia dapat berkomunikasi dengan efektif
tanpa menggunakan alat khusus, sehingga dapat mengurangi rasa
cemasnya.
2. Berikan informasi mengenai klien yang juga pernah mengalami gangguan seperti
yang dialami klien danmenjalani operasi
Rasional: Harapan-harapan yang tidak realistik tiak dapat mengurangi kecemasan,
justru malah menimbulkan ketidak percayaan klien terhadap perawat.
3. Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-lat yang tersedia yang dapat
membantu klien.
Rasional: Memungkinkan klien untuk memilih metode komunikasi yang paling tepat
untuk kehidupannya sehari-hari disesuaikan dnegan tingkat
keterampilannya sehingga dapat mengurangi rasa cemas dan frustasinya.
4. Berikan support sistem (perawat, keluarga atau teman dekat dan pendekatan spiritual)
Rasional: Dukungan dari bebarapa orang yang memiliki pengalaman yang sama akan
sangat membantu klien

5. Reinforcement terhadap potensi dan sumber yang dimiliki berhubungan dengan


penyakit, perawatan dan tindakan

Rasional: Agar klien menyadari sumber-sumber apa saja yang ada disekitarnya yang
dapat mendukung dia untuk berkomunikasi

Perubahan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplegia


 Tujuan : Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya
 Kriteria hasil:
1. Tidak terjadi kontraktur sendi
2. Bertabahnya kekuatan otot
3. Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
 Intervensi:
1. Ubah posisi klien tiap 2 jam

Rasional: Menurunkan resiko terjadinnya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang
jelek pada daerah yang tertekan
2. Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstrimitas yang tidak sakit
Rasional: Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta
memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan
3. Lakukan gerak pasif pada ekstrimitas yang sakit
Rasional: Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih
untuk digerakkan

Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan tirah baring lama


 Tujuan : Klien mampu mempertahankan keutuhan kulit
 Kriteria hasil :
1. Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka
2. Klien mengetahui penyebab dan cara pencegahan luka
3. Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka
 Intervensi:
1. Anjurkan untuk melakukan latihan ROM (range of motion) dan mobilisasi jika
mungkin

Rasional: Meningkatkan aliran darah ke semua daerah


2. Rubah posisi tiap 2 jam

Rasional: Menghindari tekanan dan meningkatkan aliran darah

3. Gunakan bantal air atau pengganjal yang lunak di bawah daerah-daerah yang
menonjol
Rasional: Menghindari tekanan yang berlebih pada daerah yang menonjol
4. Lakukan massage pada daerah yang menonjol yang baru mengalami tekanan pada
waktu berubah posisi
Rasional: Menghindari kerusakan-kerusakan kapiler-kapiler
a. Observasi terhadap eritema dan kepucatan dan palpasi area sekitar terhadap
kehangatan dan pelunakan jaringan tiap merubah posisi
Rasional: Hangat dan pelunakan adalah tanda kerusakan jaringan
5. Jaga kebersihan kulit dan seminimal mungkin hindari trauma, panas terhadap kulit

Rasional: Mempertahankan keutuhan kulit


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah


bantalan diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan
dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus disebut nukleus
pulposus. HNP merupakan rupturnya nukleus pulposus. (Brunner & Suddarth, 2002)

Hernia Nukleus Pulposus bisa ke korpus vertebra diatas atau bawahnya, bisa
juga langsung ke kanalis vertebralis. (Priguna Sidharta, 1990)
DAFTAR PUSTAKA

1. Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta.
2. Doenges, M.E.,Moorhouse M.F.,Geissler A.C., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3,
EGC,Jakarta.
3. Engram, Barbara, 1998, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3,
EGC,Jakarta.
4. Gallo B.M.,1996, Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, Edisi VI, VolumeII, EGC,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai

  • Penyimpangan KDM Hepatoma
    Penyimpangan KDM Hepatoma
    Dokumen1 halaman
    Penyimpangan KDM Hepatoma
    ecce alikgerori
    Belum ada peringkat
  • Sampul Askep
    Sampul Askep
    Dokumen1 halaman
    Sampul Askep
    ecce alikgerori
    Belum ada peringkat
  • LP Hepatoma
    LP Hepatoma
    Dokumen30 halaman
    LP Hepatoma
    ecce alikgerori
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen7 halaman
    Bab 1
    ecce alikgerori
    Belum ada peringkat
  • Sampul LP
    Sampul LP
    Dokumen1 halaman
    Sampul LP
    ecce alikgerori
    Belum ada peringkat
  • Sampul LP
    Sampul LP
    Dokumen1 halaman
    Sampul LP
    ecce alikgerori
    Belum ada peringkat
  • Dokumen
    Dokumen
    Dokumen2 halaman
    Dokumen
    ecce alikgerori
    Belum ada peringkat
  • Sampul Askep
    Sampul Askep
    Dokumen1 halaman
    Sampul Askep
    ecce alikgerori
    Belum ada peringkat
  • Spss Elsa
    Spss Elsa
    Dokumen14 halaman
    Spss Elsa
    ecce alikgerori
    Belum ada peringkat
  • LP N Resume Ana Di Pelamonia
    LP N Resume Ana Di Pelamonia
    Dokumen13 halaman
    LP N Resume Ana Di Pelamonia
    saalim
    Belum ada peringkat
  • Resume Epilepsi
    Resume Epilepsi
    Dokumen18 halaman
    Resume Epilepsi
    ecce alikgerori
    Belum ada peringkat
  • LP Epilepsi
    LP Epilepsi
    Dokumen25 halaman
    LP Epilepsi
    ecce alikgerori
    Belum ada peringkat
  • Spss Elsa
    Spss Elsa
    Dokumen14 halaman
    Spss Elsa
    ecce alikgerori
    Belum ada peringkat
  • Spss Elsa
    Spss Elsa
    Dokumen14 halaman
    Spss Elsa
    ecce alikgerori
    Belum ada peringkat
  • SAMPUL Askep
    SAMPUL Askep
    Dokumen1 halaman
    SAMPUL Askep
    ecce alikgerori
    Belum ada peringkat
  • LP Epilepsi
    LP Epilepsi
    Dokumen25 halaman
    LP Epilepsi
    ecce alikgerori
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    ecce alikgerori
    Belum ada peringkat
  • ASKEP FR Humerus
    ASKEP FR Humerus
    Dokumen23 halaman
    ASKEP FR Humerus
    mardisupriyansah
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    ecce alikgerori
    Belum ada peringkat
  • Cuci Tangan
    Cuci Tangan
    Dokumen14 halaman
    Cuci Tangan
    ecce alikgerori
    Belum ada peringkat
  • Loli Tumor Colon
    Loli Tumor Colon
    Dokumen17 halaman
    Loli Tumor Colon
    ecce alikgerori
    Belum ada peringkat
  • Pengkajian PNC
    Pengkajian PNC
    Dokumen6 halaman
    Pengkajian PNC
    ecce alikgerori
    Belum ada peringkat
  • Askep Pengkajian L3BB
    Askep Pengkajian L3BB
    Dokumen2 halaman
    Askep Pengkajian L3BB
    ecce alikgerori
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan
    Laporan Pendahuluan
    Dokumen14 halaman
    Laporan Pendahuluan
    ecce alikgerori
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan
    Laporan Pendahuluan
    Dokumen28 halaman
    Laporan Pendahuluan
    Hazri Sartika
    Belum ada peringkat
  • Loli Tumor Colon
    Loli Tumor Colon
    Dokumen17 halaman
    Loli Tumor Colon
    ecce alikgerori
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan
    Laporan Pendahuluan
    Dokumen14 halaman
    Laporan Pendahuluan
    ecce alikgerori
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahulua1 Misel CKD
    Laporan Pendahulua1 Misel CKD
    Dokumen13 halaman
    Laporan Pendahulua1 Misel CKD
    Hazri Sartika
    Belum ada peringkat
  • LP Tbi
    LP Tbi
    Dokumen24 halaman
    LP Tbi
    Nhàthàlyà Pàeloñģàñ
    Belum ada peringkat