Anda di halaman 1dari 39

INSOMNIA ANORGANIK

Oleh kelompok 1 61E:


1. Soraya Ulfah 4151171543
2. Rizky Fathudin 4151191407
3. Faisal Avisena 4151191408
4. Novia Rosidianawati 4151191417
5. Fathika Hera Luthfia 4151191423
6. Made Vira Dwipayanti 4151191427
7. Cut Para Naumira 4151191431
8. Ainun Nur Kamilah 4151191432
9. Delta Fadila Safarina 4151191437
KLASIFIKASI GANGGUAN TIDUR

2
KLASIFIKASI GANGGUAN TIDUR
ANORGANIK/NON-ORGANIK
Dyssomnia Parasomnia
Kondisi psikogenik primer Peristiwa episodik abnormal
dimana gangguan utamanya yang terjadi selama tidur, (pada
adalah jumlah, kualitas atau masa kanak-kanak hal ini ada
waktu tidur yang disebabkan hubungannya terutama dengan
oleh hal-hal emosional perkembangan anak, sedangkan
pada orang dewasa predominan
Misal: insomnia, hypersomnia,
adalah psikogenik)
gangguan jadwal tidur-jaga

3
DEFINISI INSOMNIA
◦ Insomnia adalah keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau
mempertahankan tidur atau kualitas tidur yang buruk

4
DASAR DIAGNOSIS INSOMNIA PPDGJ-III
1. Gangguan tidur terjadi minimal 3 kali dalam seminggu selama minimal 1 bulan
2. Gangguan tidur (atau kelelahan di siang hari yang terkait) menyebabkan penderitaan
yang secara klinis bermakna atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau area
fungsi penting lain
3. Gangguan tidur tidak terjadi semata-mata selama perjalanan gangguan narkolepsi,
gangguan yang terkait dengan pernapasan, gangguan tidur irama sirkadian, atau
parasomnia
4. Gangguan ini tidak hanya terjadi selama perjalanan gangguan jiwa lain (gangguan
depresif berat, gangguan ansietas menyeluruh, delirium)
5. Gangguan ini bukan disebabkan efek fisiologis langsung oleh suatu zat
(menyalahgunaan obat, medikasi) atau keadaan medis umum

5
KLASIFIKASI INSOMNIA BERDASARKAN
WAKTU
◍ AKUT ◍ KRONIK
Terjadi Kurang dari 1 bulan Terjadi lebih dari 1 bulan

6
KLASIFIKASI INSOMNIA BERDASARKAN INTERNATIONAL
CLASSIFICATION OF SLEEP DISORDER

7
8
Etiologi Dan Faktor Risiko
Faktor biologis
 Peningkatan kortisol (berperan pada proses
bangun tidur)
 Pasien akan lebih sensitive
 Lebih mudah terbangun dari tidur
 Penurunan kadar estrogen dan progesterone
 Terjadi pada kondisi menopause

9
Etiologi Dan Faktor Risiko
◍ Penyakit yang menimbulkan rasa nyeri
◍ Penyakit pada paru
◍ Gangguan psikiatri (skizofrenia, depresi, gangguan cemas, dll)
◍ Kondisi terganggunya skilus tidur yang disebabkan oleh:
◌ stimulan  kafein
◌ Depresan  alkohol
◍ Stress akibat: masalah dalam kerja, hubungan dengan pasangan, dan
faktor lingkungan lain (misal: kerja pada night shift)

10
Ilmu Kedokteran Dasar
Fisiologi Tidur
• Tidur merupakan keadaan berkurangnya tanggapan dan interaksi dengan lingkungan yang
bersifat reversibel dan berlangsung cepat.
• Sistem yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah reticular activating system
(RAS) dan bulbar synchronizing regional (BSR) yang terletak pada batang otak.
• Neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin dalam keadan sadar.
Demikian juga pada saat tidur, terdapat pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada
di pons dan batang otak tengah, yaitu Bulbar Synchronizing Regional (BSR). Saat terbangun,
diatur dari keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan sistem limbik. Sistem pada
batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR

11
Perekaman aktivitas tidur
Elektroensefalografi 
(EEG)

• Ritme alfa (8-13Hz,


kadang lebih lambat )
• Ritme beta (> 13Hz)
• Spindle (12-15 Hz)
• Ritme teta (4-7 Hz)
• Ritme delta (<4Hz)

12
Perekaman Aktivitas tidur
 Elektromiografi (EMG)untuk merekam aktivitas
otot
 Elektrookulografi (EOG) untuk merekam
aktivitas pergerakan mata
 Elektrakardiografi (EKG) untuk merekam ritme
jantung
 Dan perekaman aktivitas pernafasan
13
Mekanisme Tidur
◦ Mekanisme tidur dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu Rapid Eye Movement (REM) dan Non Rapid Eye
Movement (NREM)
◦ NREM ditandai oleh denyut jantung dan frekuensi pernafasaan yang stabil dan lambat serta tekanan darah yang
rendah. NREM adalah tahapan tidur yang tenang.
◦ Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 Fase (1,2,3,dan 4) , lalu diikuti oleh fase REM.
Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terjadi secara bergantian antara 4-6 kali siklus semalam.
◦ REM ditandai dengan gerakan mata yang cepat dan tiba-tiba, peningkatan saraf otonom dan mimpi. Pada tidur
REM terdapat fluktuasi luas dari tekanan darah, denyut nadi dan frekuensi nafas. Keadaan ini disertai dengan
penurunan tonus otot dan peningkatan aktivitas otot involunter. REM disebut juga aktivitas otak yang tinggi dalam
tubuh yang lumpuh atau tidur paradoks
◦ Pada tidur yang normal, masa tidur REM berlangsung 5-20 menit, rata-rata timbul setiap 90 menit dengan periode
pertama terjadi 80-100 menit setelah seseorang tertidur. Tidur REM menghasilkan pola EEG yang menyerupai tidur
NREM tingkat I dengan gelombang beta, disertai mimpi aktif, tonus otot sangat rendah, frekuensi jantung dan nafas
tidak teratur (pada mata menyebabkan gerakan bola mata yang cepat atau rapid eye movement), dan lebih sulit
dibangunkan daripada tidur gelombang lambat atau NREM.
Fase bangun dan tidur
EEG oleh Loomis, Harvey dan Hobart (1937)
EOG
Beta Alfa Spindle Delta Bentuk EEG lain oleh
activity EKG dan
Fase Eugene EMG
Respirasi
Aserinsky
(1953)

Fase 0 + > 50% - - - - (tidak Aktivitas otot Dalam batas


(Bangun) aktivitas ada) tinggi normal (dbn)
gel. yg
dihasilkan(
epoch)
Non- Rapid Eye Movement (NREM)
Fase 1 (tidur + + - sedikit Teta, Gelombang vertex lambat Aktivitas dbn
ringan) tajam menurun dari
Fase 0

Fase 2 (tidur - - + <20 dari - Teta - Aktivitas Aktvitas


lebih dalam epoch - K-kompleks menurun dari jantung dan
dari fase 1) Fase 0 pernafasan
menurun

15
EEG
EKG dan
Fase EOG EMG
Beta Alfa Spindle Delta Bentuk EEG Respirasi
activity lain

Non- Rapid Eye Movement (NREM)

Fase 3 (tidur - - + 20-50% - - Aktivitas otot semakin Sama dengan


lebih dalam) dari menurun fase sebelumnya
epoch

Fase 4 (tidur - - + >50% - - Aktivitas otot semakin Nafas bersifat


lebih dalam dari menurun ritmik
lagi) epoch

Rapid Eye Movement (REM)

Fase REM + + - + Gelombang gigi Cepat Tonus otot hampir Aktivita jantung
(terjadi mimpi (cukup gergaji tidak ada, kecuali pada meningkat ,
di fase ini banyak) laki-laki terjadi ereksi pernafasan cepat
dapat diingat) dan dangkal
***

***Pada Fase REM disebut tidur paradoksal karena terdapat perubahan atau perbedaan (anomali) dengan tahap sebelumnya
dan dimana terjadinya tonus otot hampir menghilang namun aktivitas otak meningkat. 16
17
18
19
Irama Sirkadian
◦ “irama sirkadian” berasal dari bahasa latin
“circa” (lingkaran) dan “dies” (hari), yang
artinya irama fisiologis endogen dengan durasi
sekitar 24 jam yang terdapat pada makhluk
hidup.

◦ Irama sirkadian tidak hanya mengatur siklus


tidur dan bangun endogen tetapi juga
mempengaruhi perilaku dan hampir setiap
fungsi fisiologis. “Jam internal” ini dipengaruhi
oleh faktor eksternal seperti cahaya dan
makanan hingga membentuk siklus “harian”
yang sinkron dalam 24 jam.
• Irama ini di atur oleh suprachiasmatic nucleus (SCN) dari hipotalamus di
otak. SCN mengirimkan sinyal ke seluruh otak, perifer osilator dan jaringan
dalam rangka untuk meneruskan atau mengkoordinasikan waktu "internal"
tubuh setiap hari.
• SCN ini menerima informasi tentang siklus terang-gelap melalui jalur saraf
khusus, yaitu retino hypothalamic fiber yang melintas dari optic chiasm ke
SCN.
• Serabut saraf eferen dari SCN menginisiasi sinyal saraf dan humoral yang
bekerja pada berbagai irama sirkadian. Irama ini termasuk irama dalam
sekresi ACTH dan hormon hipofisis lain

22
• Cahaya memengaruhi tubuh untuk memproduksi berbagai substansi yang
erat kaitannya dengan dengan pola sirkadian tubuh seperti kortisol,
serotonin, dan terutama melatonin.
• Kortisol adalah hormon penanda stres yang produksinya mengikuti irama
sirkadian.
• Kortisol meningkat saat pagi hari dan menurun di malam hari.

• 2 faktor yang saling bertolak belakang yaitu: dorongan homeostatik


untuk tidur yang meningkatkan kecenderungan untuk mengantuk dan
irama sirkadian yang mempromosikan status terjaga.

23
Aktifitas ARAS dipengaruhi oleh neurotransmitter:
a) Sistem Serotonergik b) Sistem adrenergik
 Dipengaruhi oleh hasil metabolism asam  Neuron-neuron yang terbanyak
mengandung norepineprin terletak di
trypthopan badan sel nucleus cereleus di batang otak
 Semakin bertambah jumlah trypthopan
 Kerusakan sel neuron pada lokus
maka jumlah serotonin akan meningkat cereleus sangat mempengaruhi
yang menyebabkan keadaan hilangnya REM tdiur
mengantuk/tidur
 Obat-obatan yang mempengaruhi
 Bila serotonin dari trypthopan terhambat peningkatan aktifitas neuron
pembentukannya, maka terjadi keadaan noradrenergic akan menyebabkan
tidak bisa tidur penurunan yang jelas pada tidur REM
 Lokasi terbanyak sistem serotogenik ini
terletak pada nucleus raphe dorsalis di
batang otak

24
c) Sistem Kolinergik
 Stimulais jalur kolinergik ini mengakibatkan aktifitas gambaran EEG
seperti dalam keadaan jaga
 Gangguan aktifitas kolinergik sentral yang berhubungan dengan
perubahan tidur ini terlihat pada orang depresi
d) Sistem Histaminergik
 Pengaruh histamine sangat sedikit mempengaruhi gangguan tidur

25
e) Sistem Hormon
 Pengaruh hormon terhadap siklus tidur dipengaruhi oleh beberapa
hormone seperti ACTH, GH, TSH dan LH
 Hormon-hormon ini secara teratur disekresikan oleh kelenjar pituitary
anterior melalui hypothalamus pathway
 Sistem ini secara teratur mengatur pengeluaran neurotransmitter
norepinefrin, dopamine, serotonin yang bertugas mengatur mekanisme
tidur dan bangun

26
PATOFISIOLOGI
Faktor Biologi Faktor Psikis Faktor Sosial
Genetik, Usia, Jenis Kelamin, Kerentanan Individu Lingkungan sekitar: Keluarga,
Lesi SSP Pekerjaan dll

Gangguan di Nucleus Gangguan di Locus


Raphe Sereleus

Gangguan system Stimulasi Korteks


serotoninergik Adrenal

Penurunan produksi Peningkatan produksi epinefrin dan


serotonin norepinefrin

Penurunan melatonin Peningkatan aktivitas saraf


simpatis
Penurunan melatonin Peningkatan aktivitas saraf
simpatis

Gangguan irama Gangguan inhibisi ARAS Tegang dan tetap terjaga


sirkardian

Peningkatan aktivitas ARAS via


Nukleus Intralamelar Thalamus

Impuls dari Formatio Retikularis menuju Penurunan fungsi kesehatan


Otak (Cortex cerebri) terus berlangsung mental, fisik, dan sosial

Merangsang pola berfikir

Sulit tidur
Preokupasi Sulit mempertahankan tidur
Pemeriksaan Penunjang

◍ Polisomnografi : perekaman
meliputi aktivitas otak, otot,
jantung, dan pernafasan
◍ Sleep diary

Polisomnografi
29
Komplikasi
◍ Kualitas Tidur Terganggu
◍ Gangguan Memori
◍ Gangguan Aktivitas
◍ Depresi

30
Penatalaksanaan
Farmakologi
Pengobatannya bisa menggunakan obat gol. Benzodiazepine, non-
benzodiazepine, dan Melatonin.
- Initial insomnia (sulit masuk tidur)
gol. Benzodiazepine short acting: Zolfidem, tirazolam
- Delayed insomnia (proses tidur terlalu singkat, setelah bangun sukar tidur kembali)
gol. Benzodiazepine long acting: Quazefam
- Broken insomnia (siklus pola tidur normal terpecah-pecah menjadi beberapa bagian)
Melatonin: Ramelteon
• Pemberian tunggal dosis dianjurkan 15-30 menit sebelum tidur
• Dosis awal dapat dinaikkan mencapai dosis efektif dan dipertahankan sampai 1-2 minggu,
kemudian secepatnya tappering off untuk mencegah timbulnya rebound dan toleransi obat
Non-Farmakologi
a. Sleep hygiene
◦ Lakukan senam secara teratur (3-4x/minggu), dan hindari melakukan aktivitas
berat sebeum tidur.
◦ Menggunakan bantal dan kasur yang nyaman dengan penderita.
◦ Pastikan kamar tidur mempunyai ventilasi yang baik.
◦ Hindari mengkonsumsi alkohol, kafein, dan produk nikotin sebelum tidur.
◦ Meminimumkan suasana bising, pencahayaan yang terlalu terang, suhu ruangan
yang terlalu dingin atau panas.
b. Stimulus Control Therapy
No. Do Don’t

1. Pertahankan jam tidur dan bangun teratur 

2. Jika lapar, makanlah makanan ringan sebelum waktu tidur 

3. Pertahankan jadwal olahraga teratur 

4. Beri waktu satu jam untuk anda bersantai sebelum tidur 

5. Jika anda sibuk atau khawatir tentang sesuatu saat tidur, tulis dan 

hadapi di pagi hari


6. Pastikan kamar tidur dengan suhu yang nyaman 

7. Pastikan kamar tidur gelap 

8. Patikan kamar tidur hening, tidak berisik 

9. Tidur siang 
No. Do Don’t

10. Perhatikan jam tidur, sehingga anda tau seberapa buruk insomnia 
yang anda alami
11. Berolahraga tepat sebelumtidur 

12. Menonton televisi di tempat tidur ketika anda tidak bisa tidur 

13. Makan makanan berat sebelum tidur untuk membantu anda tidur 

14. Minum kopi di sore dan malam hari 

15. Jika anda tidak bisa tidur, merokoklah 

16. Gunakan alkohol untuk membantu tidur 

17. Membaca di tempat tidur ketika anda tidak bisa tidur 

18. Makanlah di tempat tidur 

19. Berolahraga di tempat tidur 

20. Berbincang-bincang di tempat tidur sebelum tidur 


c. Cognitive Therapy

◦ Suatu metode untuk mengubah pola pikir, pemahaman penderita yang salah
tentang sebab dan akibat insomnia.
◦ Kebanyakan penderita mengalami cemas ketika hendak
tidur dan ketakutan yang berlebihan terhadap kondisi mereka yang sulit tidur.
◦ Untuk mengatasi hal itu, mereka lebih sering tidur di siang hari dengan tujuan
untuk mengganti jumlah tidur yang tidak efisien di malam hari.
◦ Namun itu salah, malah memperburuk status insomnia mereka.
◦ Pada studi yang terbaru, menyatakan cognitive therapy dapat mengurangi onset
tidur sehingga 54%.
Epidemiologi
• Wanita > laki-laki
• Cederung pada warga dengan sosial
ekonomi rendah
• Di Amerika tercatat 60-70 kasus
dewasa
• Indonesia sekitar 10% dari penduduk
menderita insomnia, 28 juta
penduduk dari total 238 juta
penduduk

37
Prognosis
◦ Prognosis baik jika terapi adekuat termasuk terapi
komorbid dan penyebabnya.
◦ Prognosis buruk biasanya jika disertai skizofrenia dan
terdapat penyakit berat yang menyertai.
Daftar Pustaka
◦ DSM-IV-TR insomnia primer
◦ Ganong, WF. 2003. Review of Medical Physiology. 21st ed. United States of America: McGraw-Hill Companies.
◦ Hirshkowitz, Max dan Sharafkhaneh, Amir. The Physiology of Sleep. Clinical Neurophysiology of Sleep Disorders
Handbook of Clinical Neurophysiology 2005; 6:6-9.
◦ Smolensky M, Lamberg L. (2000). The Body Clock Guide to Better Health: How to Use Your Body's Natural Clock to
Fight Illness and Achieve Maximum Health. New York: Henry Holt and Company. 2011.
◦ Hudson T, Bush B. The Role of Cortisol in Sleep. Natural Medicine Journal. 2010;2(6):26-9.
◦ Redwine L, Hauger RL, Gillin JC, Irwin M. Effects of Sleep and Sleep Deprivation on Interleukin-6, Growth
Hormone, Cortisol, and Melatonin Levels in Humans; 2013.
◦ Maslim R. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. 4th ed. Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya Jakarta. 2014

39

Anda mungkin juga menyukai