2
KLASIFIKASI GANGGUAN TIDUR
ANORGANIK/NON-ORGANIK
Dyssomnia Parasomnia
Kondisi psikogenik primer Peristiwa episodik abnormal
dimana gangguan utamanya yang terjadi selama tidur, (pada
adalah jumlah, kualitas atau masa kanak-kanak hal ini ada
waktu tidur yang disebabkan hubungannya terutama dengan
oleh hal-hal emosional perkembangan anak, sedangkan
pada orang dewasa predominan
Misal: insomnia, hypersomnia,
adalah psikogenik)
gangguan jadwal tidur-jaga
3
DEFINISI INSOMNIA
◦ Insomnia adalah keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau
mempertahankan tidur atau kualitas tidur yang buruk
4
DASAR DIAGNOSIS INSOMNIA PPDGJ-III
1. Gangguan tidur terjadi minimal 3 kali dalam seminggu selama minimal 1 bulan
2. Gangguan tidur (atau kelelahan di siang hari yang terkait) menyebabkan penderitaan
yang secara klinis bermakna atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau area
fungsi penting lain
3. Gangguan tidur tidak terjadi semata-mata selama perjalanan gangguan narkolepsi,
gangguan yang terkait dengan pernapasan, gangguan tidur irama sirkadian, atau
parasomnia
4. Gangguan ini tidak hanya terjadi selama perjalanan gangguan jiwa lain (gangguan
depresif berat, gangguan ansietas menyeluruh, delirium)
5. Gangguan ini bukan disebabkan efek fisiologis langsung oleh suatu zat
(menyalahgunaan obat, medikasi) atau keadaan medis umum
5
KLASIFIKASI INSOMNIA BERDASARKAN
WAKTU
◍ AKUT ◍ KRONIK
Terjadi Kurang dari 1 bulan Terjadi lebih dari 1 bulan
6
KLASIFIKASI INSOMNIA BERDASARKAN INTERNATIONAL
CLASSIFICATION OF SLEEP DISORDER
7
8
Etiologi Dan Faktor Risiko
Faktor biologis
Peningkatan kortisol (berperan pada proses
bangun tidur)
Pasien akan lebih sensitive
Lebih mudah terbangun dari tidur
Penurunan kadar estrogen dan progesterone
Terjadi pada kondisi menopause
9
Etiologi Dan Faktor Risiko
◍ Penyakit yang menimbulkan rasa nyeri
◍ Penyakit pada paru
◍ Gangguan psikiatri (skizofrenia, depresi, gangguan cemas, dll)
◍ Kondisi terganggunya skilus tidur yang disebabkan oleh:
◌ stimulan kafein
◌ Depresan alkohol
◍ Stress akibat: masalah dalam kerja, hubungan dengan pasangan, dan
faktor lingkungan lain (misal: kerja pada night shift)
10
Ilmu Kedokteran Dasar
Fisiologi Tidur
• Tidur merupakan keadaan berkurangnya tanggapan dan interaksi dengan lingkungan yang
bersifat reversibel dan berlangsung cepat.
• Sistem yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah reticular activating system
(RAS) dan bulbar synchronizing regional (BSR) yang terletak pada batang otak.
• Neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin dalam keadan sadar.
Demikian juga pada saat tidur, terdapat pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada
di pons dan batang otak tengah, yaitu Bulbar Synchronizing Regional (BSR). Saat terbangun,
diatur dari keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan sistem limbik. Sistem pada
batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR
11
Perekaman aktivitas tidur
Elektroensefalografi
(EEG)
12
Perekaman Aktivitas tidur
Elektromiografi (EMG)untuk merekam aktivitas
otot
Elektrookulografi (EOG) untuk merekam
aktivitas pergerakan mata
Elektrakardiografi (EKG) untuk merekam ritme
jantung
Dan perekaman aktivitas pernafasan
13
Mekanisme Tidur
◦ Mekanisme tidur dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu Rapid Eye Movement (REM) dan Non Rapid Eye
Movement (NREM)
◦ NREM ditandai oleh denyut jantung dan frekuensi pernafasaan yang stabil dan lambat serta tekanan darah yang
rendah. NREM adalah tahapan tidur yang tenang.
◦ Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 Fase (1,2,3,dan 4) , lalu diikuti oleh fase REM.
Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terjadi secara bergantian antara 4-6 kali siklus semalam.
◦ REM ditandai dengan gerakan mata yang cepat dan tiba-tiba, peningkatan saraf otonom dan mimpi. Pada tidur
REM terdapat fluktuasi luas dari tekanan darah, denyut nadi dan frekuensi nafas. Keadaan ini disertai dengan
penurunan tonus otot dan peningkatan aktivitas otot involunter. REM disebut juga aktivitas otak yang tinggi dalam
tubuh yang lumpuh atau tidur paradoks
◦ Pada tidur yang normal, masa tidur REM berlangsung 5-20 menit, rata-rata timbul setiap 90 menit dengan periode
pertama terjadi 80-100 menit setelah seseorang tertidur. Tidur REM menghasilkan pola EEG yang menyerupai tidur
NREM tingkat I dengan gelombang beta, disertai mimpi aktif, tonus otot sangat rendah, frekuensi jantung dan nafas
tidak teratur (pada mata menyebabkan gerakan bola mata yang cepat atau rapid eye movement), dan lebih sulit
dibangunkan daripada tidur gelombang lambat atau NREM.
Fase bangun dan tidur
EEG oleh Loomis, Harvey dan Hobart (1937)
EOG
Beta Alfa Spindle Delta Bentuk EEG lain oleh
activity EKG dan
Fase Eugene EMG
Respirasi
Aserinsky
(1953)
15
EEG
EKG dan
Fase EOG EMG
Beta Alfa Spindle Delta Bentuk EEG Respirasi
activity lain
Fase REM + + - + Gelombang gigi Cepat Tonus otot hampir Aktivita jantung
(terjadi mimpi (cukup gergaji tidak ada, kecuali pada meningkat ,
di fase ini banyak) laki-laki terjadi ereksi pernafasan cepat
dapat diingat) dan dangkal
***
***Pada Fase REM disebut tidur paradoksal karena terdapat perubahan atau perbedaan (anomali) dengan tahap sebelumnya
dan dimana terjadinya tonus otot hampir menghilang namun aktivitas otak meningkat. 16
17
18
19
Irama Sirkadian
◦ “irama sirkadian” berasal dari bahasa latin
“circa” (lingkaran) dan “dies” (hari), yang
artinya irama fisiologis endogen dengan durasi
sekitar 24 jam yang terdapat pada makhluk
hidup.
22
• Cahaya memengaruhi tubuh untuk memproduksi berbagai substansi yang
erat kaitannya dengan dengan pola sirkadian tubuh seperti kortisol,
serotonin, dan terutama melatonin.
• Kortisol adalah hormon penanda stres yang produksinya mengikuti irama
sirkadian.
• Kortisol meningkat saat pagi hari dan menurun di malam hari.
23
Aktifitas ARAS dipengaruhi oleh neurotransmitter:
a) Sistem Serotonergik b) Sistem adrenergik
Dipengaruhi oleh hasil metabolism asam Neuron-neuron yang terbanyak
mengandung norepineprin terletak di
trypthopan badan sel nucleus cereleus di batang otak
Semakin bertambah jumlah trypthopan
Kerusakan sel neuron pada lokus
maka jumlah serotonin akan meningkat cereleus sangat mempengaruhi
yang menyebabkan keadaan hilangnya REM tdiur
mengantuk/tidur
Obat-obatan yang mempengaruhi
Bila serotonin dari trypthopan terhambat peningkatan aktifitas neuron
pembentukannya, maka terjadi keadaan noradrenergic akan menyebabkan
tidak bisa tidur penurunan yang jelas pada tidur REM
Lokasi terbanyak sistem serotogenik ini
terletak pada nucleus raphe dorsalis di
batang otak
24
c) Sistem Kolinergik
Stimulais jalur kolinergik ini mengakibatkan aktifitas gambaran EEG
seperti dalam keadaan jaga
Gangguan aktifitas kolinergik sentral yang berhubungan dengan
perubahan tidur ini terlihat pada orang depresi
d) Sistem Histaminergik
Pengaruh histamine sangat sedikit mempengaruhi gangguan tidur
25
e) Sistem Hormon
Pengaruh hormon terhadap siklus tidur dipengaruhi oleh beberapa
hormone seperti ACTH, GH, TSH dan LH
Hormon-hormon ini secara teratur disekresikan oleh kelenjar pituitary
anterior melalui hypothalamus pathway
Sistem ini secara teratur mengatur pengeluaran neurotransmitter
norepinefrin, dopamine, serotonin yang bertugas mengatur mekanisme
tidur dan bangun
26
PATOFISIOLOGI
Faktor Biologi Faktor Psikis Faktor Sosial
Genetik, Usia, Jenis Kelamin, Kerentanan Individu Lingkungan sekitar: Keluarga,
Lesi SSP Pekerjaan dll
Sulit tidur
Preokupasi Sulit mempertahankan tidur
Pemeriksaan Penunjang
◍ Polisomnografi : perekaman
meliputi aktivitas otak, otot,
jantung, dan pernafasan
◍ Sleep diary
Polisomnografi
29
Komplikasi
◍ Kualitas Tidur Terganggu
◍ Gangguan Memori
◍ Gangguan Aktivitas
◍ Depresi
30
Penatalaksanaan
Farmakologi
Pengobatannya bisa menggunakan obat gol. Benzodiazepine, non-
benzodiazepine, dan Melatonin.
- Initial insomnia (sulit masuk tidur)
gol. Benzodiazepine short acting: Zolfidem, tirazolam
- Delayed insomnia (proses tidur terlalu singkat, setelah bangun sukar tidur kembali)
gol. Benzodiazepine long acting: Quazefam
- Broken insomnia (siklus pola tidur normal terpecah-pecah menjadi beberapa bagian)
Melatonin: Ramelteon
• Pemberian tunggal dosis dianjurkan 15-30 menit sebelum tidur
• Dosis awal dapat dinaikkan mencapai dosis efektif dan dipertahankan sampai 1-2 minggu,
kemudian secepatnya tappering off untuk mencegah timbulnya rebound dan toleransi obat
Non-Farmakologi
a. Sleep hygiene
◦ Lakukan senam secara teratur (3-4x/minggu), dan hindari melakukan aktivitas
berat sebeum tidur.
◦ Menggunakan bantal dan kasur yang nyaman dengan penderita.
◦ Pastikan kamar tidur mempunyai ventilasi yang baik.
◦ Hindari mengkonsumsi alkohol, kafein, dan produk nikotin sebelum tidur.
◦ Meminimumkan suasana bising, pencahayaan yang terlalu terang, suhu ruangan
yang terlalu dingin atau panas.
b. Stimulus Control Therapy
No. Do Don’t
5. Jika anda sibuk atau khawatir tentang sesuatu saat tidur, tulis dan
9. Tidur siang
No. Do Don’t
10. Perhatikan jam tidur, sehingga anda tau seberapa buruk insomnia
yang anda alami
11. Berolahraga tepat sebelumtidur
12. Menonton televisi di tempat tidur ketika anda tidak bisa tidur
13. Makan makanan berat sebelum tidur untuk membantu anda tidur
◦ Suatu metode untuk mengubah pola pikir, pemahaman penderita yang salah
tentang sebab dan akibat insomnia.
◦ Kebanyakan penderita mengalami cemas ketika hendak
tidur dan ketakutan yang berlebihan terhadap kondisi mereka yang sulit tidur.
◦ Untuk mengatasi hal itu, mereka lebih sering tidur di siang hari dengan tujuan
untuk mengganti jumlah tidur yang tidak efisien di malam hari.
◦ Namun itu salah, malah memperburuk status insomnia mereka.
◦ Pada studi yang terbaru, menyatakan cognitive therapy dapat mengurangi onset
tidur sehingga 54%.
Epidemiologi
• Wanita > laki-laki
• Cederung pada warga dengan sosial
ekonomi rendah
• Di Amerika tercatat 60-70 kasus
dewasa
• Indonesia sekitar 10% dari penduduk
menderita insomnia, 28 juta
penduduk dari total 238 juta
penduduk
37
Prognosis
◦ Prognosis baik jika terapi adekuat termasuk terapi
komorbid dan penyebabnya.
◦ Prognosis buruk biasanya jika disertai skizofrenia dan
terdapat penyakit berat yang menyertai.
Daftar Pustaka
◦ DSM-IV-TR insomnia primer
◦ Ganong, WF. 2003. Review of Medical Physiology. 21st ed. United States of America: McGraw-Hill Companies.
◦ Hirshkowitz, Max dan Sharafkhaneh, Amir. The Physiology of Sleep. Clinical Neurophysiology of Sleep Disorders
Handbook of Clinical Neurophysiology 2005; 6:6-9.
◦ Smolensky M, Lamberg L. (2000). The Body Clock Guide to Better Health: How to Use Your Body's Natural Clock to
Fight Illness and Achieve Maximum Health. New York: Henry Holt and Company. 2011.
◦ Hudson T, Bush B. The Role of Cortisol in Sleep. Natural Medicine Journal. 2010;2(6):26-9.
◦ Redwine L, Hauger RL, Gillin JC, Irwin M. Effects of Sleep and Sleep Deprivation on Interleukin-6, Growth
Hormone, Cortisol, and Melatonin Levels in Humans; 2013.
◦ Maslim R. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. 4th ed. Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya Jakarta. 2014
39