PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kejang demam adalah bangkitan kejang terkait dengan demam dan umur serta
tidak didapatkan infeksi ataupun kelainan intrakranial. Dikatakan demam apabila suhu
tubuh rektal di atas 38°C atau suhu tubuh aksila 37.8°C. Biasanya kejang demam terjadi
pada umur 3 bulan sampai 5 tahun, dan terbanyak pada 1.2 umur 14-18 bulan. Kejang
demam merupakan kelainan tersering pada anak dimana 2%-5% anak berumur di bawah
5 tahun pernah mengalami bangkitan kejang demam.
Di Amerika Serikat insiden kejang demam berkisar antara 2%-5% pada anak
umur kurang dari 5 tahun. Di Asia angka kejadian kejang demam dilaporkan lebih tinggi
dan sekitar 80%-90% dari seluruh kejang demam adalah kejang demam sederhana. Di
Jepang angka kejadian kejang demam adalah sebesar 9%-10% 1,3Prognosis kejang
demam baik, tetapi 25%-50% kejang demam akan mengalami bangkitan kejang demam
berulang dan 4% penderita kejang demam dapat mengalami gangguan tingkah laku dan
penurunan tingkat intelegensi. Insiden epilepsi akibat kejang demam berkisar antara 2%-
5% dan meningkat hingga 9%-13% bila terdapat faktor risiko berupa riwayat keluarga
dengan epilepsi, perkembangan abnormal sebelum kejang demam pertama, atau
mengalami kejang demam kompleks. Selain itu, bangkitan kejang demam berulang dapat
menimbulkan kekhawatiran orangtua penderita. Kepustakaan menyebutkan bahwa 47% -
77% orangtua penderita kejang demam sangat mengkhawatirkan anaknya dan
beranggapan bahwa penyakit anaknya berat dan berakhir dengan kematian.
Kejang demam dapat terjadi karena adanya pengaruh beberapa hal, yaitu umur,
faktor risiko saat kehamilan maupun persalinan yang menyebabkan trauma otak, suhu
badan, faktor genetik, infeksi berulang dan ketidakseimbangan neurotransmitter inhibitor
dan eksitator.Seng (Zn) merupakan antagonis N metil-D-aspartat (NMDA) sehingga
kadar seng rendah diduga dapat mengaktivasi reseptor NMDA dan berperan dalam
pengaturan eksitabilitas jalur sistem saraf pusat. Penelitian oleh Burhanoglu (1996)
mendapatkan adanya penurunan kadar seng serum dan cairan serebrospinal pada
penderita kejang demam. Sebaliknya, konsentrasi tembaga, magnesium, dan protein tidak
mengalami penurunan. Sedangkan penelitian Ganesh dan Janakiraman di India tahun
1
2005-2006 mendapatkan adanya hubungan antara kadar seng serum dengan kejang
demam dengan OR 1.5.
Data dari International Conference of Zine and Human Health tahun 2000
menyimpulkan bahwa diperkirakan 48% populasi dunia mempunyai risiko terjadi
defisiensi seng, penelitian di Jakarta tahun 1988 pada 156 responden anak dan dewasa
didapatkan 87.2% mengalami defisiensi seng. Penelitian belah lintang di Teheran (1997)
pada 881 pelajar dengan usia rata-rata 13.2 tahun didapatkan 31.1% mengalami defisiensi
seng." Di Mexico (2001) insiden defisiensi seng sebesar 40% di daerah perkampungan
sedangkan 18% di daerah perkotaan.
Penelitian oleh Huwae FJ tahun 2006 pada 111 anak usia 6 tahun-8 tahun di
Grobogan Jawa Tengah didapatkan 40% anak mengalami defisiensi seng." Penelitian
tentang hubungan kadar seng serum dengan bangkitan kejang demam belum banyak
dilakukan dan belum diketahui besarnya peranan kadar seng serum terhadap terjadinya
bangkitan kejang demam.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu menguasai konsep dasar medis dan askep tentang Kejang
Demam
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan :
a. Anatomi dan fisiologi otak
b. Konsep dasar medis
c. Konsep dasar askep kejang demam
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
a. Lobus Frontal
Merupakan bagian lobus yang ada di paling depan dari Otak besar. Lobus ini
berhubungan dengan kemampuan membuat alasan, kemampuan gerak, kognisi,
perencanaan, penyelesaian masalah, memberi penilaian, kreativitas, control
perasaan, control perilaku seksual dan kemampuan bahasa secara umum.
b. Lobus Parietal
3
c. Lobus Temporal
d. Lobus Occipital
Otak Kecil atau Cerebellum terletak di bagian belakang kepala, dekat dengan ujung
leher bagian atas. Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak, diantaranya:
b. Mengontrol keseimbangan
Mengatur fungsi vital manusia meliputi pusat pernafasan, denyut jantung, mengatur
suhu tubuh, mengatur proses pencernaan, dan merupakan sumber insting dasar
manusia yaitu fight or flight ( menghadapi atau menghindar) saat datangnya ancaman.
Batang Otak terdiri dari 2 bagian, yaitu:
4
a. Mesencephallon
Disebut Otak Tengah (Mid Brain) adalah bagian teratas dari batang otak yang
menghubungkan Otak Besar dan Otak Kecil. Berfungsi dalam hal mengontrol
respon penglihatan, gerakanmata, pembesaran pupil mata, mengatur gerakan
tubuh dan pendengaran.
b. Diencephallon
Merupakan bagian otak yang terletak dibagian atas dari batang otak dan di depan
mesencephalon. Terdiri dari :
1) Thalamus
Yang terletak diantara korteks otak besar dan otak tengah yang berfungsi
untuk menyampaikan impuls / sinyal motorik menuju korteks otak besar dan
medulla spinalis.
2) Hipotalamus
Adalah bagian otak yang terdiri dari sejumlah nucleus dengan berbagai
fungsi yang sangat peka terhadap steroid, glukokortikoid, glukosa dan suhu.
Hipotalamus merupakan pusat control autonom. Salah satu fungsi yang penting
adalah karena terhubung dengan sistem syaraf dan kelenjar hipofisis yang
merupakan salah satu homeostasis sistem endokrin yaitu fungsi neuron
endokrin yang berpengaruh terhadap sistem syaraf otonom sehingga dapat
menjaga homeostasis tekanan darah, denyut jantung, suhu tubuh, perilaku
konsumsi dan emosi.
Adalah titik awal syaraf tulang belakang dari sebelah kiri badan menuju bagian
kanan badan, begitu juga sebaliknya. Berfungsi untuk menghantarkan impuls dari
medulla spinalis menuju otak.
5. Pons
Kata pons berasal dari bahasa latin yang berarti jembatan. Adalah bagian otak
yang berupa serabut syaraf yang menghubungkan dua belahan otak kecil (kiri dan
kanan). Pons juga menghubungkan korteks otak dan medula..
Pons disebut juga Pons Varoli/ Jembatan Varol. Sebagai bagian dari batang otak,
pons juga mempengaruhi beberapa fungsi otomatis organ vital tubuh salah satunya
mengatur intensitas dan frekuensi pernapasan.
1. Pengertian
Kejang demam adalah ganguan neurologis yang paling sering ditemukan pada
anak, hal ini terutama pada rentang usia 4 bulan sampai 4 tahun. Berbagai kesimpulan
telah dibuat oleh para peneliti bahwa kejang demam bisa berhubungan dengan usia,
tingkatan suhu tubuh serta kecepatan peningkatan suhu tubuh, termasuk faktor
hereditas juga berperan terhadap bangkitan kejang demam lebih banyak dibandingkan
dengan anak normal (Sodikin, 2012).
Kejang demam adalah serangan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal diatas 38°C). (Riyadi & Sukarmin, 2009).
Kejang demam adalah kejang pada anak antara usia 6 bulan sampai 5 tahun yang
disebabkan karena anak mengalami demam lebih dari 102°F atau 39°C. Tetapi kejang
6
tidak harus terjadi ketika suhu lebih dari 39°C karena pada pada demam yang
temperaturnya lebih rendah dari 39°C pun juga dapat terjadi kejang (Marmi, 2011).
Jadi dapat disimpulkan kejang demam adalah kejang yang diakibatkan karena
gangguan syaraf otak pada anak-anak. Gangguan syaraf otak tersebut terjadi karena
disebabkan kenaikan suhu (suhu rektal di atas 38C).
2. Etiologi
a. Demam itu sendiri yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis
media, pneumonia, gastroentritis, dan infeksi saluran kemih.
(Djamaludin, 2010), tanda dan gejala anak yang mengalami kejang. demam adalah
sebagai berikut :
a. Demam
c. Tubuh, termasuk tangan dan kaki jadi kaku, kepala terkulai kebelakang, disusul
gerakan kejut yang kuat.
d. Warna kulit berubah pucat, bahkan dapat membiru, dan bola mata naik ke atas.
Infeksi yang terjadi pada jaringan diluar kranial seperti tonsilitis, otitis. media
akut, bronkitis penyebab terbanyaknya adalah bakteri yang bersifat toksik. Toksik
yang dihasilkan oleh mikroorganisme dapat menyebar keseluruh tubuh melalui
hematogen maupun limfogen.
Naiknya suhu di hipotalamus, otot, kulit dan jaringan tubuh yang lain. akan
disertai pengeluaran mediator kimia seperti epinefrin dan prostaglandin. Pengeluaran
mediator kimia ini dapat merangsang peningkatan potensial aksi pada neuron.
Peningkatan potensial inilah yang merangsang perpindahan ion natrium, ion kalium
dengan cepat dari luar sel menuju kedalam sel. Peristiwa inilah yang diduga dapat
menaikan fase deplorasi neuron dengan cepat sehingga timbul kejang. (Sujono &
Sukarmin, 2009).
5. Pemeriksaan penunjang
8
1) Bayi usia kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan
6. Penatalaksanaan Keperawatan
9
3) Refleks patologis dapat menilai adanya refleks babinski dengan cara
mengompreskan plantar kaki dengan alat yang sedikit runcing, hasilnya positif
apabila terjadi ekstensi ibu jari.
c. Pemeriksaan tanda meningeal antara lain kaku kuduk dengan cara pasien diatur
posisi terlentang kemudian leher ditekuk apabila terdapat tekanan dagu dan tidak
menempel atau mengenai bagian dada maka terjadi kaku kuduk.
7. Komplikasi
a. Pneumonia
b. Asfiksia
c. Retardasi mental
1. PENGKAJIAN
a. Pengumpulan Data
2) Keluhan utama
Meliputi keluhan paling utama yang dialami oleh pasien, biasanya keluhan
yang dialami pasien kejang demam adalah anak mengalami kejang pada saat
panas diatas> 37,5-39,5 °C.
10
3) Riwayat penyakit sekarang
f). Keadaan sebelum, selama dan sesudah serangan Sebelum kejang perlu
ditanyakan adakah aura atau rangsangantertentu yang dapat menimbulkan
kejang, misalnya lapar, lelah, muntah, sakit kepala dan lain-lain. Dimana
kejang dimulai dan menjalamya. Sesuda jangan perlu ditanyak apakah
penderita segera sadar, tertidur, kesadaran menurun, ada paralise. menangis
dan sebagainya.
11
5). Riwayat penyakit keluarga
Adakah keluarga yang memiliki penyakit kejang demam sepertti pasien (25 %
penderita kejang demam mempunyai faktor turunan). Adakah anggota keluarga
yang menderita penyakit saraf atau lainnya. Adakah anggota keluarga yang
mendedta penyakit seperti ISPA, diare atau Penyakit infeksi menular yang dapat
mencetuskan terjadinya kejang demam.
b) Pola nutrisi
c) Pola eliminasi
12
e) Pola tidur/istirahat
Berapa jam sehari tidur, berangkat tidur jam berapa. Bangun tidur jam berapa,
kebiasaan sebelum tidur, serta bagaimana dengan tidur siang.
a) Keadaan Umum
Pertama kali perhatikan keadaan umum vital tingkat kesadaran, tekanan darah,
respirasi, nadi dan suhu. Pada kejang demam sederhana akan didapatkan suhu
tinggi sedang kesadaran setelah kejang akan kembali normal seperti sebelum
kejang tanpa kelainan neurologi.
b) Head to toe
Adalah pemeriksaan secara menyeluruh dari ujung kepala hingga ujung kaki
untuk mendapatkan data objektif tentang kondisi pasien (Perry, 2005).
(a) Kepala
(b) Rambut
(c) Muka/Wajah
13
(d) Mata
Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil dan
ketajaman penglihatan. Bagaimana keadaan sklera, konjungtiva. Mata
biasanya terbelalak.
(e) Telinga
Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda tanda adanya infeksi
seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar cairan
dari telinga, berkurangnya pendengaran.
(f) Hidung
Apakah ada pernafasan cuping hidung, polip yang menyumbat jalan nafas,
apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya.
(g) Mulut
(h) Tenggorokan
(i) Leher
(j) Thorax
(k) Jantung
14
Bagaimana keadaan dan frekuensi jantung serta iramanya, adakah bunyi
tambahan, adakah bradicardi atau tachycardia.
(l) Abdomen
(m)Integument
(n) Ekstremitas
(o) Genetalia
Adakah kelainan bentuk edema, sekret yang keluar dari vagina, tanda-
tanda infeksi.
b. klasifikasi data
15
6. gigi gemertakan
c. analisa data
Hipertermi
2. seluruh tubuh
gemetar
Peningkatan masukan ion
16
3. mata terbelalak natrium, ion kalium kedalam
sel neuro dengan cepat
4. gigi gemertakan
kejang
5. jatuh secara tiba-tiba
fase depolarisasi neuron dan
6. otot tubuh tergerak
otot dengan cepat
tidak terkendali
penurunana respon
7. pasien tampak pucat
rangsangan dari luar
Resiko Cedera
Do:
2. Pasien anak
tampak lemas
17
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan perjalanan patofisologi penyakit dan manisfestasi klinis yang muncul maka
keperawatan yang muncul pada pasien dengan kejang demam adalah:
b) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan orang tua atau informasi tentang
penyakit
c) Risiko cedera ( terjatuh, terkena benda tajam ) berhubungan dengan aktivitas kejang
3. INTERVENSI
O KEPERAWATAN
18
pusing mencegah hilangnya 7. Untuk mempercepat
kehangatan tubuh penyembuhan pasien
7. Kolaborasi pemberian
antibiotik dan
antipiretik
4. Penggunaan sumber
daya masyarakat
untuk pengendalian
resiko
5. Menggunakan
teknik relaksasi
untuk menurunkan
kecemasan
4. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah tahap ke empat dari proses keperawatan tahap ini muncul
jika perencanaan yang dibuat di aplikasikan pada klien. Tindakan yang dilakukan
mungkin sama mungkin juga berbeda dengan urutan yang telah di buat pada perencanaan.
5. EVALUASI
Evaluasi adalah tahap kelima dari proses keperawatan pada tahap ini perawat
membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria hasil yang sudah
ditetapkan serta menilai apakah masakah yang terjadi sudah diatasi seluruhnya hanya
sebagian atau belum teratasi semuanya.
BAB III
20
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kejang demam adalah ganguan neurologis yang paling sering ditemukan pada anak, hal
ini terutama pada rentang usia 4 bulan sampai 4 tahun. Berbagai kesimpulan telah dibuat oleh
para peneliti bahwa kejang demam bisa berhubungan dengan usia, tingkatan suhu tubuh serta
kecepatan peningkatan suhu tubuh, termasuk faktor hereditas juga berperan terhadap
bangkitan kejang demam lebih banyak dibandingkan dengan anak normal
Kejang demam adalah kejang pada anak antara usia 6 bulan sampai 5 tahun yang
disebabkan karena anak mengalami demam lebih dari 102°F atau 39°C. Tetapi kejang tidak
harus terjadi ketika suhu lebih dari 39°C karena pada pada demam yang temperaturnya lebih
rendah dari 39°C pun juga dapat terjadi kejang (Marmi, 2011).
Jadi dapat disimpulkan kejang demam adalah kejang yang diakibatkan karena gangguan
syaraf otak pada anak-anak. Gangguan syaraf otak tersebut terjadi karena disebabkan
kenaikan suhu (suhu rektal di atas 38C).
B. SARAN
Semoga asuhan keperawatan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan sebagai acuan
dalam Asuhan Keperawatan Anak tentang kejang demam. Kami menyadari bahwa asuhan
keperawatan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca demi kesempurnaan dimasa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
21
Sodikin. 2012. Prinsip Perawatan Demam Pada Anak. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Riyadi, Sujono & Sukarmin. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta : Graha Ilmu
Marmi. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenatal. Yogyakarta : Pustaka Belajar
22