Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Data WHO pada tahun 2010 menunjukkan sebanyak 300 juta orang di dunia
dan 225 ribu orang meninggal karena mengidap penyakit asma. Jumlah ini diprediksi
akan semakin meningkat hingga 400 juta orang pada tahun 2025. Prevalensi penyakit
asma di Indonesia tahun 2010 diperkirakan mencapai 6,4%. Kasus asma di Jawa
Tengah tahun 2010sendiri mencapai 1,09 %, tahun 2011 sebesar 0,69%, tahun 2012
sebesar 0,68%, dan tahun 2013 mencapai 0,58% (John, 2010).
Penyakit asma merupakan suatu penyakit pada jalan nafas yang disebabkan
oleh stimulus tertentu yang menyerang bagian trakhea dan bronki. Asma terjadi
karena faktor keturunan, perubahan cuaca, stress, dan kondisi lingkungan kerja.
Penyakit asma ditandai dengan adanya batuk, suara nafas mengi, sesak nafas,
penggunaan otot bantu nafas (Musliha, 2010).
Penyakit asma dapat menimbulkan masalah pada jalan nafas dan mengganggu
aktivitas sehari-hari. Seseorang akan merasa terganggu apabila melakukan aktivitas
yaitu cepat merasakan sesak nafas, frekuensi nafas cepat, mudah lelah, dan sulit untuk
bernafas. Pada kasus asma akan menimbulkan batuk disertai dahak yang berlebih.
Apabila dahak tidak segera dikeluarkan maka akan menghambat masuknya oksigen
ke saluran pernafasan sehingga kebutuhan oksigen dalam tubuh berkurang. Selain itu
juga akan menimbulkan suara nafas tambahan mengi pada saat bernafas. Dahak yang
timbul pada jalan nafas apabila tidak segera dikeluarkan juga akan menimbulkan
komplikasi yang lebih serius (Mutaqqin, 2010).
Penatalaksanaan pada pasien asma dapat dilakukan secara farmakologik dan
non farmakologik. Pengobatan farmakologik seperti pemberian bronkodilator dan
obat-obatan untuk penyakit asma. Sedangkan pengobatan secara non farmakologik
seperti penyuluhan mengenai penyakit asma, menghindari faktor pencetus timbulnya
asma, pemberian cairan, fisioterapi dan batuk efektif (Padila, 2013).
Penatalaksanaan penyakit asma secara non farmakologik salah satunya dengan
batuk efektif. Batuk efektif merupakan suatu metode batuk dimana pasien dapat
mengeluarkan dahak secara maksimal dengan teknik yang benar. Dengan melakukan
batuk efektif maka sekret yang menghambat saluran pernafasan dapat dikeluarkan

1
atau dihilangkan. Tindakan inilah yang digunakan perawat untuk mengeluarkan lendir
pada penderita asma bronkhial (Yunus, 2009).
Hasil observasi yang dilakukan penulis pada pasien asma bronkhialdi Rumah
Sakit dr.Moewardi didapatkan data adanya suara nafas tambahan wheezing, batuk
disertai dahak yang sulit dikeluarkan, sesak nafas. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Yosep Agung Nugroho pada tahun 2011 menunjukkan hasil yang
signifikan terhadap pengeluaran dahak sebelum dilakukan batuk efektif sebanyak
13,33 % dan sesudah dilakukan batuk efektif sebanyak 66,66 % dari 15 responden.
Kondisi responden sebelum dan sesudah dilakukan batuk efektif terlihat ada
perbedaan yang signifikan. Hal ini dapat membuktikan bahwa penatalaksanaan non
farmakologik batuk efektif dapat membuat bersihan jalan nafas pasien menjadi lebih
baik (Nugroho, 2011).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk memberikan
batuk efektif terhadap pengeluaran dahak pada pasien dengan asma bronkhial.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh tindakan batuk epektif terhadap pengeluaran sputum
pada pasien asma
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi penyakit asma
b. Mengidentifikasi efektifitas batuk efektif terhadap pengeluaran sputum pada
pasien asma
c. Mengidentifikasi jumlah dan karakteristik sputum

2
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Pasien
Membantu dalam pengeluaran sputum dengan tindakan batuk epektif dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat memberikan informasi tambahan bagi pendidik untuk mengintegrasikannya
dalam pembelajaran terkait dengan tindakan batuk epektif terhadap pengeluaran
sputum pada pasien asma.
3. Bagi Penulis
Dapat memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian teori
1. Asma bronchial
a. Pengertian
Asma bronkhial adalah suatu penyakit dengan ciri
meningkatnyarespon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan
dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan
derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari
pengobatan (Musliha, 2010).

b. Etiologi
Penyebab asma menurut Muttaqin, 2010 yaitu:
1) Alergen
Alergen adalah zat-zat tertentu yang bila diisap atau dimakan dapat
menimbulkan serangan asma misalnya debu, spora jamur, bulu
binatang, beberapa makanan laut, dan lain-lain.
2) Infeksi saluran pernafasan
Infeksi saluran pernafasan terutama disebabkan oleh virus. Virus
influenza merupakan salah satu faktor pencetus yang sering
menimbulkan asma bronkhial.
3) Tekanan jiwa
Tekanan jiwa bukan penyebab asma tetapi pencetus asma karena
banyak orang yang mendapat tekanan jiwa tetapi tidak menderita asma
bronkhial. Faktor ini berperan mencetuskan serangan asma terutama
pada orang yang sedikit labil kepribadiannya. Hal ini lebih menonjol
pada wanita dan anak-anak.
4) Olahraga/ kegiatan jasmani yang berat
Sebagian penderita asma bronkhial akan mendapatkan serangan asma
bila melakukan olahraga atau aktivitas fisik yang berlebihan.
5) Obat-obatan
Beberapa klien dengan asma bronkhial sensitif atau alergi terhadap
obat tertentu seperti penisilin, salsilat, beta blocker, kodein, dan lain-
lain.

4
6) Polusi udara
Klien asma sangat peka terhadap udara berdebu, asap
kendaraan/pabrik, asap rokok, asap yang mengandung hasil
pembakaran, dan bau yang tajam.

c. Patofisiologi
Mekanisme perjalanan penyakit asma bronkhial adalahindividu
dengan asma mengalami respon imun yang buruk terhadap lingkungan.
Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel-sel mast dalam
paru. Pemajanan ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen
dengan antibodi, menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast (disebut
mediator) seperti histamin, bradikinin dan prostaglandin serta anafilaksis
dari substansi yang bereaksi lambat. Pelepasan mediator ini dalam jaringan
paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan napas, bronkospasme,
pembengkakakan membran mukosa dan pembentukan mukus yang sangat
banyak.
Sistem saraf otonom mempersarafi paru. Tonus otot bronkial diatur
oleh impuls saraf vegal melalui sistem parasimpatis. Pada asma idiopatik
atau non alargi ketika ujung saraf pada jalan nafas dirangsang oleh faktor
seperti infeksi, latihan, dingin, merokok, emosi polutan, jumlah asetilkolin
yang dilepaskan meningkat. Pelepasan asetilkolin ini secara langsung
menyebabkan bronkokonstriksi juga merangsang pembentukan mediator
kimiawi yang dibahas diatas. Individu dengan asma dapat mempunyai
toleransi rendah terhadap respon parasimpatis.
Setelah pasien terpajan alergen penyebab atau faktor pencetus, segera
akan timbul dispnea. Pasien merasa seperti tercekik dan harus berdiri atau
duduk dan berusaha penuh mengerahkan tenaga untuk bernafas. Kesulitan
utama terletak pada saat ekspirasi. Percabangan trakeobronkial melebar
dan memanjang selama inspirasi, tetapi sulit untuk memaksakan udara
keluar dari bronkhiolus yang sempit, mengalami edema dan terisi
mukusyang dalam keadaan normal akan berkontraksi sampai tingkatan
tertentu pada saat ekspirasi.
Udara terperangkap pada bagian distal tempat penyumbatan,sehingga
terjadi hiperinflasi progresif paru. Akan timbul mengi ekspirasi

5
memanjang yang merupakan ciri khas asma sewaktu pasien berusaha
memaksakan udara keluar. Serangan asma seperti ini dapatberlangsung
beberapa menit sampai beberapa jam, diikuti batuk produktif dengan
sputum berwarna keputih-putihan (Padilla, 2013).

d. Penatalaksanaan
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi menjadi dua yaitu (Musliha,
2010):
1) Pengobatan non farmakologi
a) Penyuluhan
Penyuluhan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan klien
tentang penyakit asma sehingga klien secara sadar akan
menghindari faktor-faktor pencetus asma, menggunakan obat
secara benar, dan berkonsultasi pada tim kesehatan.
2) Pengobatan farmakologi
a) Obat pelega asma seperti salbutamol, terbutalin, fenoterol,
metaproterol, formoterol, dan lain-lain
b) Batuk efektif dilakukan sesudah nebulisasi

2. Batuk efektif
a. Definisi
Batuk merupakan mekanisme refleks yang sangat penting untuk
menjaga jalan nafas tetap terbuka (paten) dengan cara menyingkirkan hasil
sekresi lendir yang menumpuk pada jalan nafas. Batuk diakibatkan oleh
iritasi membran mukosa dalam saluran pernafasan. Stimulus yang
menghasilkan batuk dapat timbul dari suatu proses infeksi atau iritan yang
dibawa oleh udara seperti debu, asap, gas, dan kabut. Batuk adalah proteksi
utama pasien terhadap akumulasi sekret dalam bronkhi dan bronkhiolus
(Pranowo, 2012).
Batuk efektif merupakan salah satu tindakan non farmakologi untuk
pasien dengan gangguan pernafasan akut dan kronik. Peran perawat dalam
hal ini sangatlah penting yaitu melatih pasien untuk melakukan batuk efektif
yang bertujuan untuk menambah pengetahuan pasien tentang pentingnya

6
pengeluaran dahak. Batuk efektif dapat diberikan pada pasien dengan cara
mengatur posisi yang benar agar dahak dapat keluar dengan lancar (Sudoyo,
2006).

b. Langkah-langkah batuk efektif


1) Duduk di sudut tempat tidur atau kursi, juga dapat berbaring terlentang
dengan lutut agak di tekukkan
2) Pegang/ tahan bantal atau gulungan handuk terhadap luka operasi
dengan kedua tangan
3) Bernafaslah dengan normal
4) Bernafaslah dengan pelan dan dalam melalui hidung
5) Kemudian keluarkan nafas dengan penuh melalui mulut, ulangi untuk
yang kedua kalinya
6) Untuk ketiga kalinya, ambil nafas secara pelan dan dalam melalui
hidung,penuhi paru-paru sampai terasa sepenuh mungkin
7) Batukkan 2-3 kali secara berturut-turut. Usahakan untuk mengeluarkan
udara dari paru-paru semaksimal mungkin ketika batuk
8) Menampung sekret dalam sputum pot yang berisi desinfektan
9) Relax dan bernafas biasa
10) Ulangi tindakan di atas seperti yang di arahkan
11) Bersihkan mulut klien dengan menggunakan tisu
12) Berikan klien minum air hangat kembali
13) Rapihkan alat-alat
14) Atur kembali posisi klien senyaman mungkin

c. Waktu
Batuk efektif dilkukan setiap pasien mengalami sesak nafas karena asma ,
dilakukan setiap 3 kali dalam seminggu.

7
3. Sputum
a. Pengertian
Sputum adalah lendir kental, membulur dan lengket yang disekresikan di
saluran pernapasan, biasanya sebagai akibat dari peradangan, iritasi atau
infeksi pada saluran pernafasan (Somantri, 2007).

b. Klasifikasi
1) Klasifikasi dahak menurut warnanya (Alsagaf, 2005) yaitu:
a) Dahak kekuning-kuningan, kemungkinan proses infeksi
b) Dahak hijau, kemungkinan proses penimbunan nanah. Warna hijau
dikarenakan adanya verdoperoksidase, sering ditemukan pada
penderita bronkhiektasis
c) Dahak merah muda dan berbusa, kemungkinan tanda edema paru
akut
d) Dahak berlendir/lekat/abu-abu/putih, kemungkinan tanda bronkhitis
kronik
e) Dahak berbau busuk, kemungkinan tanda abses paru (bronkhiektasis)
f) Dahak berdarah (hemoptisisi),sering ditemukan pada tuberkulosis
g) Dahak berbusa putih, berasal dari obstruksi atan edema
h) Dahak kuning kehijauan (mukopurulen)
2) Klasifikasi dahak menurut jumlahnya (Nugroho, 2011) yaitu:
a) Dahak sedikit dipengaruhi karena pasien mengalami sesak nafas,
lemas, dan sulit untuk batuk. Hal ini juga disebutkan bahwa dalam
setiap harinya, seseorang dapat memproduksi dahak sebanyak 100 ml
di saluran pernafasan sehingga menyebabkan dahak menumpuk pada
saluran pernafasan.
b) Dahak sedang dapat dipengaruhi karena keadaan pasien yang kurang
baik sehingga dahak sulit dikeluarkan.

c. Mekanisme pengeluaran dahak


Pada orang dewasa normal, setiap harinya dapat memproduksi mukus
sebanyak100 ml dalam saluran nafas. Mukus ini kemudian dibawa ke faring
dengan mekanisme pembersihan silia dari epitel yang melapisi saluran nafas.
Keadaan produksi mukus abnormal yang berlebihan menyebabkan proses

8
pembersihan tidak berjalan secara normal sehingga mukus ini banyak
tertimbun pada saluran pernafasan. Bila hal ini terjadi maka membran
mukosa akan terangsang dan mukus akan dikeluarkan dengan tekanan intra
thorakal dan intra abdominal yang tinggi, kemudian timbul reflek batuk.
Mukus tersebut akan keluar sebagai dahak. Dahak yang dikeluarkan
hendaknya dapat dievaluasi sumber, warna, volume, konsistensinya, dan
kondisi dahaknya (Darmanto,2006).

9
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Kerangka Konsep
Variabel independen dalam penelitian ini adalah batuk efektif , sedangkan variabel
dependen dalam penelitian ini adalah pengelusran sputum.

variabel independen variabel dependen

Batuk efektif

Asma Pengeluaran sputum

B. Hipotesis
1. Ada pengaruh tindakan batuk efektif terhadap pengeluaran sputum pada pasien
asma bronchial
2. Efektifitas , batuk efektif terhadap pengeluaran sputum pada pasien asma bronkial

C. Definisi Operasional
No. Variabel Definisi oprasional Alat dan cara Hasil ukur Skala
ukur
1. Independent Batuk yang lembar Ya , Nominal
1. Batuk dilakukan dengan Observasi
epektif teknik menarik
nafas dalam dan
penarikannya
dilakukan hingga 3
kali kemudian
dibatukan secara
maksimal untuk

10
mengeluarkan
sputum
2. Dependent karakteristik lembar observasi Ya, sputum Nominal
1. Pengeluar sputum yang keluar dengan
an dihasilkan oleh karakteristik
sputum asma bonkial berwarna
putih bening
dengan
jumlah
sputum
sedikit

D. Desain Peneitian
Desain penelitian ini adalah Quasi eksperimen dilakukan dengan memberikan
treathmen untuk variabel penelitian , kemudian baru mengukur hasilnya , pada desain
penelitian ini dilakuakan dengan cara pretest , tindakan kemudian post test

E. Lokasi
Penelitian ini dilakukan diruang Flamboyan di Rumah Sakit Umum Kabupaten
Tangerang.

F. Waktu
Penelitian ini dilakukan selama 2 minggu dengan frekuensi latihan 3 kali seminggu ,
dilaksanakan pada tanggal 12-25 Oktober 2018

G. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien asma bronkial 30 orang di
diruang flamboyan di RSU Kabupaten Tangerang,
2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah penderita asma bronkial di ruang flamboyan di RSU
kabupaten Tangerang sebanyak 30 orang.
Sample pada penelitian ini memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi yaitu :

11
a. Kriteria inklusi
Kriteria inkusi pada penelitan ini adalah :
1) Pasien yang di diagnosa asma bronkial
2) Pasiem asma yang mengalami sesak nafas dan terdapat sputum
3) Pasien yang berumur 18-65 tahun
4) Pasien yang bersedia (kooperatif) mengikuti penelitian sampai akhir
5) Pasien dirawat diruang flamboyan RSU Kabupaten Tangerang

b. Kriteria ekslusi
Kriteria ekslusi pada penelitan ini adalah :
1) Pasien asma yang berumur dibawah 18 tahun dan diatas 65 tahun
2) Pasien tidak kooperatif

H. Teknik Pengumpulan Data


Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan intervensi no control
a. Pre test
dengan cara pemerikasaan fisik dan pengisian quisioner
b. Tindakan
dengan cara pemberian tindakan batuk efektif
c. Post test
Pasien mengerti dan bisa melakukan batuk efektif secara efektif , hasilnya yaitu
ada pengaruhnya batuk efektif terhadap pengeluaran sputum

I. Manajemen Analisa Data


Anlisa data pada analisis univaria data yang diperoleh dari hasil pengumpulan dapat
disajikan bentuk table distribusi frekuensi. Tujuan analisis bivaria adalah untuk
menguji hipotesis kerja yang diajukan , tentang adanya pengaruh dari peberian batuk
efektif terhadap penurunan asma pada pasien asma , diruang Flamboyan
Rsu.Kabupaten Tangerang.

DAFTAR PUSTAKA
12
Arif muttaqin. 2010. Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan system
pernapasan. Salemba medik. Jakarta

Darmanto. 2006. Faktor-faktor resiko yang berpengaruh terhadap kejadian asma bronchial.
Doisertasi. Program pasca sarjana universitas diponegoro. Semarang

Gamal, S. 2013. Konsep penyakit saluran pernafasan. Salemba medika Jakarta

Hadibroto. 2006. Asma. Gramedia. Jakarta

Lampiran 1 quisioner

13
Lampiran 2 langkah-langkah batuk efektif

14
1. Duduk di sudut tempat tidur atau kursi, juga dapat berbaring terlentang dengan lutut
agak di tekukkan
2. Pegang/ tahan bantal atau gulungan handuk terhadap luka operasi dengan kedua
tangan
3. Bernafaslah dengan normal
4. Bernafaslah dengan pelan dan dalam melalui hidung
5. Kemudian keluarkan nafas dengan penuh melalui mulut, ulangi untuk yang kedua
kalinya
6. Untuk ketiga kalinya, ambil nafas secara pelan dan dalam melalui hidung,penuhi
paru-paru sampai terasa sepenuh mungkin
7. Batukkan 2-3 kali secara berturut-turut. Usahakan untuk mengeluarkan udara dari
paru-paru semaksimal mungkin ketika batuk
8. Menampung sekret dalam sputum pot yang berisi desinfektan
9. Relax dan bernafas biasa
10. Ulangi tindakan di atas seperti yang di arahkan
11. Bersihkan mulut klien dengan menggunakan tisu
12. Berikan klien minum air hangat kembali
13. Rapihkan alat-alat
14. Atur kembali posisi klien senyaman mungkin

LAMPIRAN

15
Lampiran 1.Kuisioner Pre-Test dan Post-Test

KUISIONER PRE-TEST DAN POST-TEST


BATUK EFEKTIF TERHADAP PASIEN ASMA
POLITEKNIKKESEHATAN KEMENKES BANTEN

___________________________________________________________________________
______

Nama :
Jurusan/ Nim :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
Tanggal :
Tanda tangan :
___________________________________________________________________________
______

Petunjuk : Berilah tanda centang (√) pada salah satu kotak yang tersedia yang paling sesuai
dengan jawaban pada setiap pertanyaan dibawah ini

Pre test

Post test

No pertanyaan ya Tidak
1 apakah pasien mengeahui tentang penyakit asma?
2 Apakah saat pasien sesak terdengaar suara wheezing?
3 Apakah saat di auskultasi terdengar suara ronchi?
4 Apakah saat sesak pasien melakukan batuk?
5 Apakah saat pasien batuk disertai dahak?
6 Apakah dahak yang keluar banyak?

No pertanyaan ya Tidak
1 Apakah pasien dpat melakukan batuk efektif dengan benar?
2 Apakah saat melakukan batuk efektif disertai dahak ?
3 Apakah dahak yang keluar lebih banyka dibandingkan dengan batuk
biasa?
4 Apakah masih terdengar suara wheezing pada pasien?
5 Apakah saat di auskultasi masih terdengar suara ronchi?

16

Anda mungkin juga menyukai