Anda di halaman 1dari 33

A R

A S
D
E P
N S EN
O S IM
K PA . K
N
DA TANE N I
M
,

I P A LA
N S M TU
I L A IA
PR S E F A ’ R
KEE N I
H
DASAR HUKUM
Uu no 13 tahun 2003 ttg ketenagakerjaan
Pasal 86
(1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk
memperoleh perlindungan atas:
a. Keselamatan & kesehatan kerja
b. Moral & kesusilaan
c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat & martabat manusia
d. untuk melindungi keselamatan kerja/buruh guna
mewujudkan produktivitas kerja yang optimal
diselenggarakan upaya K3.
(2) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) & ayat
(2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Uu no 14 tahun 1969 ttg ketentuan-
ketentuan pokok tenaga kerja
Pasal 9
Tiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas:
1. Keselamatan
2. Kesehatan
3. kesusilaan
4. pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan
martabat manusia & moral agama
Pasal 10
Pemerintah membina norma perlindungan tenaga kerja yang
meliputi :
1. Norma keselamatan kerja
2. Norma kesehatan kerja
3. Norma kerja
4. Pemberian ganti kerugian, perawatan & rehabilitasi dalam hal
kecelakaan kerja
UUD 1945
 Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghasilan yang layak bagi kemanusiaan
(pasal 27 ayat 2)
Uu no 1 tahun 1970 ttg keselamatan kerja

1. Agar pekerja & setiap orang lainnya yang berada


ditempat kerja selalu berada dalam keadaan sehat
& selamat.
2. Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai &
digunakan secara aman & efisien.
3. Agar proses produksi berjalan secara lancar tanpa
hambatan.
Uu no 3 tahun 1992 ttg Jamsostek
1. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan
hubungan kerja termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja,
demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari
rumah menuju tempat kerja & pulang kerumah melalui jalan yang biasa
atau wajar dilalui.
2. Jaminan kecelakaan kerja
Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak menerima jaminan
kecelakaan kerja meliputi:
1. Biaya pengangkutan.
2. Biaya pemeriksaan pengobatan dan/atau perawatan.
3. Biaya rehabilitasi.
4. Santunan berupa uang meliputi :
a. Santunan sementara tidak mampu bekerja.
b. Santunan cacat sebagian untuk selamanya.
c. Santunan cacat total untuk selamanya baik fisik maupun mental.
UU No 23 Tahun 2003 tentang Kesehatan
 Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003
tentang Kesehatan, Pasal 23 dinyatakan bahwa
upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
harus diselenggarakan di semua tempat kerja,
khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko
bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit
atau mempunyai karyawan paling sedikit 10
orang
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit, Pasal 43 ayat (1) mewajibkan Rumah Sakit
menerapkan standar keselamatan pasien.
 Yang dimaksud dengan keselamatan pasien (patien safety) adalah
proses dalam suatu Rumah Sakit yang memberikan pelayanan
pasien yang lebih aman. Termasuk di dalamnya asesmen risiko,
identifikasi, dan manajemen risiko terhadap pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti
insiden, dan menerapkan solusi untuk mengurangi serta
meminimalisir timbulnya risiko.
 Standar keselamatan pasien tersebut menurut Pasal 43 ayat (2)
dilaksanakan melalui pelaporan insiden, menganalisa, dan
menetapkan pemecahan masalah dalam rangka menurunkan angka
kejadian yang tidak diharapkan.
 Yang dimaksud dengan insiden keselamatan pasien adalah
kesalahan medis (medical error), kejadian yang tidak diharapkan
(adverse event), dan nyaris terjadi (near miss).
PENDAHULUAN
 Karyawan dihadapkan pada persoalan di keluarga dan
perusahaan.
 Tekanan persoalan dapat berupa aspek emosional dan fisik,
terbatasnya biaya pemeliharaan kesehatan, dan berlanjut
tyerjadinya penurunan produktivitas karyawan.
 Pihak manajemen seharusnya mampu mengakomodasi
persoalan karyawan sejauh terkait dengan kepentingan
perusahaan.
 Unsur kesehatan dan karyawan memegang peranan penting
dalam peningkatan mutu kerja karyawan.
 Semakin cukup jumlah dan kualitas fasilitas kesehatan dan
keamanan kerja maka semakin tinggi pula mutu kerja karyawan.
 Dengan demikian perusahaan akan semakin diuntungkan dalam
 Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau
ketermpilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk
jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan, baik berupa pendidikan gelar-D3, S1, S2 dan S3-;
pendidikan non gelar; sampai dengan pelatihan khusus kejuruan
khusus seperti Juru Imunisasi, Malaria, dsb., dan keahlian.
 Jenis tenaga kesehatan : Perawat, Perawat Gigi, Bidan,
Fisioterapis, Refraksionis Optisien, Radiographer, Apoteker,
Asisten Apoteker, Analis Farmasi, Dokter Umum, Dokter Gigi,
Dokter Spesialis, Dokter Gigi Spesialis, Akupunkturis, Terapis
Wicara dan Okupasi Terapis.
6 SASARAN KESELAMATAN PASIEN
1. KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN
Hal ini untuk mengembangkan pola pendekatan agar
bisa meningkatkan atau memperbaiki ketelitian
dalam identifikasi pasien. Aplikasinya seperti
identifikasi sebelum pemberian atau pengambilan
darah, konsumsi obat dan tindakan lainnya.
Salah satu pendukung poin ini adalah penggunaan
gelang identitas pasien.
2. PENINGKATAN KOMUNIKASI EFEKTIF
Cara ini untuk mengembangkan pola pendekatan
agar komunikasi bisa berjalan dengan efektif. Hal ini
bertujuan agar komunikasi lisan terjadi dengan
akurat, sehingga informasinya bisa diterapkan
secara konsisten.

3. PENINGKATAN KEAMANAN OBAT ATAU HIGH


ALERT YANG HARUS DIWASPADAI
Cara ini dilakukan agar memastikan obat tetap aman
untuk diberikan kepada pasien. Prosedur ini
berkaitan dengan proses identifikasi, pemberian label,
penetapan lokasi dan penyimpanannya.
4. KEPASTIAN TERHADAP LOKASI, PROSEDUR DAN
PASIEN OPERASI
Cara ini diaplikasikan agar pasien tercatat dengan valid
sebelum mendapatkan tindakan operasi.

5. PENGURANGAN TERHADAP RISIKO INFEKSI


SETELAH MENGGUNAKAN PELAYANAN KESEHATAN
Hal ini adalah prosedur dalam pencegahan penyakit
menular dan infeksi sesuai dengan pedomannya
6. PENGURANGAN RISIKO JATUH
Setiap tenaga medis harus memahami dan
mengaplikasikan sejumlah langkah untuk
memastikan pasien tidak mengalami risiko jatuh.
Semua langkah akan diawasi untuk memastikan
keberhasilannya. Dengan begitu segala risiko
tersebut tidak akan menimpa pasien yang tengah
dirawatnya.
TUJUAN PATIENT SAFETY
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di RS
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap
pasien dan masyarakat;
3. Menurunnya KTD di RS
4. Terlaksananya program-program pencegahan
sehingga tidak terjadi pengulangan KTD.
SEMBILAN SOLUSI KESELAMATAN PASIEN DI RS
(WHO COLLABORATING CENTRE FOR PATIENT SAFETY, 2 MAY
2007)
1) Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike
medication names)
2) Pastikan identifikasi pasien
3) Komunikasi secara benar saat serah terima pasien
4) Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
5) Kendalikan cairan elektrolit pekat
6) Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
7) Hindari salah kateter dan salah sambung slang
8) Gunakan alat injeksi sekali pakai
9) Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi nosokomial.
STANDAR KESELAMATAN PASIEN MENURUT
PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR
1691/MENKES/PER/VIII/2011 TENTANG
KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT, PASAL 7
AYAT (2) MELIPUTI:
7 STANDAR KESELAMATAN PASIEN
1. Hak pasien;
2. Mendidik pasien dan keluarga;
3. Keselamatan pasien dalam kesinambungan
pelayanan;
4. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk
melakukan evaluasi dan program peningkatan
keselamatan pasien;
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan
keselamatan pasien;
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien;dan
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk
mencapai keselamatan pasien.
DALAM RANGKA MENERAPKAN STANDAR
KESELAMATAN PASIEN, MENURUT PASAL 9
PERATURAN MENTERI KESEHATAN, RUMAH
SAKIT MELAKSANAKAN TUJUH LANGKAH MENUJU
KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT YANG
TERDIRI DARI:
7 LANGKAH KESELAMATAN PASIEN
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien;
2. Memimpin dan mendukung staf;
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko;
4. Mengembangkan sistem pelaporan;
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien;
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan
pasien;dan
7. Mencegah cedera melalui implementasi sistem
keselamatan pasien.
DELAPAN LANGKAH YANG BISA DILAKUKAN
UNTUK MENGEMBANGKAN BUDAYA PATIENT
SAFETY INI
(MENURUT HASTING G, 2006)
1. PUT THE FOCUS BACK ON SAFETY
Setiap staf yang bekerja di RS pasti ingin memberikan
yang terbaik dan teraman untuk pasien. Tetapi supaya
keselamatan pasien ini bisa dikembangkan dan semua
staf merasa mendapatkan dukungan, patient safety ini
harus menjadi prioritas strategis dari rumah sakit atau
unit pelayanan kesehatan lainnya. Empat CEO RS yang
terlibat dalam safer patient initiatives di Inggris
mengatakan bahwa tanggung jawab untuk keselamatan
pasien tidak bisa didelegasikan dan mereka memegang
peran kunci dalam membangun dan mempertahankan
fokus patient safety di dalam RS.
2. THINK SMALL AND MAKE THE RIGHT THING EASY
TO DO
Memberikan pelayanan kesehatan yang aman bagi
pasien mungkin membutuhkan langkah-langkah
yang agak kompleks. Tetapi dengan memecah
kompleksitas ini dan membuat langkah-langkah yang
lebih mudah mungkin akan memberikan
peningkatan yang lebih nyata.
3. ENCOURAGE OPEN REPORTING
Belajar dari pengalaman, meskipun itu sesuatu yang
salah adalah pengalaman yang berharga.
Koordinator patient safety dan manajer RS harus
membuat budaya yang mendorong pelaporan.
Mencatat tindakan-tindakan yang membahayakan
pasien sama pentingnya dengan mencatat tindakan-
tindakan yang menyelamatkan pasien. Diskusi
terbuka mengenai insiden-insiden yang terjadi bisa
menjadi pembelajaran bagi semua staf.
4. MAKE DATA CAPTURE A PRIORITY
Dibutuhkan sistem pencatatan data yang lebih baik
untuk mempelajari dan mengikuti perkembangan
kualitas dari waktu ke waktu. Misalnya saja data
mortalitas. Dengan perubahan data mortalitas dari
tahun ke tahun, klinisi dan manajer bisa melihat
bagaimana manfaat dari penerapan patient safety.
5. USE SYSTEMS-WIDE APPROACHES
Keselamatan pasien tidak bisa menjadi tanggung
jawab individual. Pengembangan hanya bisa terjadi
jika ada sistem pendukung yang adekuat. Staf juga
harus dilatih dan didorong untuk melakukan
peningkatan kualitas pelayanan dan keselamatan
terhadap pasien. Tetapi jika pendekatan patient safety
tidak diintegrasikan secara utuh kedalam sistem
yang berlaku di RS, maka peningkatan yang terjadi
hanya akan bersifat sementara.
6. BUILD IMPLEMENTATION KNOWLEDGE
Staf juga membutuhkan motivasi dan dukungan untuk
mengembangkan metodologi, sistem berfikir, dan
implementasi program. Pemimpin sebagai pengarah
jalannya program disini memegang peranan kunci. Di
Inggris, pengembangan mutu pelayanan kesehatan
dan keselamatan pasien sudah dimasukkan ke dalam
kurikulum kedokteran dan keperawatan, sehingga
diharapkan sesudah lulus kedua hal ini sudah menjadi
bagian dalam budaya kerja.
7. INVOLVE PATIENTS IN SAFETY EFFORTS
Keterlibatan pasien dalam pengembangan patient
safety terbukti dapat memberikan pengaruh yang
positif. Perannya saat ini mungkin masih kecil, tetapi
akan terus berkembang. Dimasukkannya perwakilan
masyarakat umum dalam komite keselamatan pasien
adalah salah satu bentuk kontribusi aktif dari
masyarakat (pasien). Secara sederhana pasien bisa
diarahkan untuk menjawab ketiga pertanyaan
berikut: apa masalahnya? Apa yang bisa kubantu?
Apa yang tidak boleh kukerjakan?
8. DEVELOP TOP-CLASS PATIENT SAFETY LEADERS
Prioritisasi keselamatan pasien, pembangunan sistem untuk
pengumpulan data-data berkualitas tinggi, mendorong budaya
tidak saling menyalahkan, memotivasi staf, dan melibatkan
pasien dalam lingkungan kerja bukanlah sesuatu hal yang bisa
tercapai dalam semalam. Diperlukan kepemimpinan yang kuat,
tim yang kompak, serta dedikasi dan komitmen yang tinggi
untuk tercapainya tujuan pengembangan budaya patient safety.
Seringkali RS harus bekerja dengan konsultan leadership untuk
mengembangkan kerjasama tim dan keterampilan komunikasi
staf. Dengan kepemimpinan yang baik, masing-masing anggota
tim dengan berbagai peran yang berbeda bisa saling melengkapi
dengan anggota tim lainnya melalui kolaborasi yang erat.
33

Anda mungkin juga menyukai