Anda di halaman 1dari 21

Makalah Manajemen Keperawatan

Tentang :

“ Timbang Terima / Operan “


Disusun oleh :
Rama
Mayang
Mega
Indri
Ayu gustina lestari
Diana Puspita Sari (1720170035)
Geboy
Nurhapipah (1720170054)
Alfi Divia Qotrun N (1720170056)
Dosen :
Ns. Seni wati SP.d

PRODI DIII KEPERAWATAN FI-kes UIA


TAHUN 2017/2018
Jl. Raya Jatiwaringin No.12 Pondok Gede Jakarta 17411
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih Lagi maha Penyayang, kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang timbang terima / operan.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini tentang timbang terima / operan ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Bekasi, juni 2019

Penyusun
Daftar isi

Halaman judul
Kata pengantar
Daftar isi
Bab 1 pendahuluan
a. Latar belakang masalah
b. Rumusan masalah
c. Tujuan
Bab 2 pembahasan
a. Pengertian timbang terima
b. Proses timbang terima
c. Hal-hal yang perlu diperhatikan
d. Alur operan
e. Renstra operan
f. Format operan
g. Komunikasi SBAR
h. Model SBAR

Bab 3 pembahasan jurnal


a. Pendahuluan
b. Metode penelitian
c. Hasil pembahasan
d. Kesimpulan jurnal
Bab 4 penutup
A. Kesimpulan
B. Saran

Daftar pustaka
BAB I pendahuluan

a. LATAR BELAKANG

Manajemen adalah proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain (Gilles,
1989). Dan menurut (Swanburg, 2000) mendefinisikan manajemen sebagai ilmu atau seni
tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien, efektif, dan rasional untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. (Keliat, 2009).

Dalam kegiatan asuhan keperawatan di butuhkan yaitu kemahiran dalam berkomunikasi,


dan komunikasi yang baik itu mudah di mengerti, singkat, jelas. Komunikasi juga sangat perlu
saat melakukan segala hal dalam kegiatan sehari-hari perawat dalam tindakan keperawatan
maupun dalam bentuk Operan. Dalam operan ini lah sering terjadi kekeliruan ataupun
kesalahpahaman informasi, dan disinilah perawat sangat di butuhkan dalam kemahiran
berkomunikasi.

Pada saat operan antar perawat, diperlukan suatu komunikasi yang jelas tentang kebutuhan
pasien, intervensi yang sudah dan yang belum dilaksanakan, serta respons yang terjadi pada
pasien. Perawat melakukan operan bersama dengan perawat lainnya dengan cara berkeliling ke
setiap pasien dan menyampaikan kondisi pasien secara akurat di dekat pasien. Cara ini akan
lebih efektif dari pada harus menghabiskan waktu orang lain sekedar untuk membaca
dokumentasi yang telah kita buat, selain itu juga akan membantu perawat dalam menerima
operan secara nyata. (Nursalam, 2011).

Ada berbagai macam model operan yaitu model tradisional dan operan disisi tempat tidur
(bedside) yang penerapannya disesuaikan dengan kondisi masing-masing ruangan. (Achmad,
2012). Operan tradisional hanya cukup di meja perawat tanpa mengkonfirmasi keadaan pasien
secara langsung. Hal ini menyebabkan ketidakpuasan dari pasien dan perawat karena tidak ada
komunikasi antara perawat dengan pasien yang nantinya bermanfaat bagi pelayanan yang
dilakukan. (Rina, 2012).
Komunikasi yang efektif dalam lingkungan perawatan kesehatan
membutuhkan pengetahuan, keterampilan dan empati. Ini mencakup mengetahui kapan harus
berbicara, apa yang harus dikatakan dan bagaimana mengatakannya
serta memiliki kepercayaan diri dan kemampuan untuk memeriksa bahwa pesan telah diterima
dengan benar. Meskipun digunakan setiap hari dalam situasi klinis, keterampilan komunikasi
perlu dipelajari, dipraktekkan dan disempurnakan oleh semua perawat sehingga mereka dapat
berkomunikasi dengan jelas, singkat dan tepat dalam lingkungan yang serba cepat dan
menegangkan. Untuk itu diperlukan pendekatan sistematik untuk memperbaiki komunikasi
tersebut salah satunya dengan cara komunikasi teknik SBAR. (Rina, 2012).

Komunikasi Situasion Background Assessment Recommendation (SBAR) dalam dunia


kesehatan dikembangkan oleh pakar Pasien Safety dari Kaiser Permanente Oakland
California untuk membantu komunikasi antara dokter dan perawat. Meskipun
komunikasiSBAR di desain untuk kumunikasi dalam situasi beresiko tinggi antara perawat dan
dokter, teknik SBAR juga dapat digunakan untuk berbagai bentuk operan tugas, misalnya operan
antara perawat. Di Kaiser tempat asalnya, teknik SBAR tidak hanya digunakan untuk operan
tugas antara klinis tapi juga untuk berbagai laporan oleh pimpinan unit kerja, mengirim pesan
via email atau voice mail serta bagian IT untuk mengatasi masalah (JCI, 2010 dalam Penelitian
Rina, 2012).

Dari hasil uraian di atas terdapat kaitannya operan terhadap komunikasi perawat dalam
melakukan kegiatan sehari-hari maupun saat menerapkan asuhan keperawatan. Maka dari itu
kelompok tertarik untuk membahas materi Operan demi memenuhi tugas mata kuliah
Manajemen Keperawatan disemester genap ditahun 2019 ini.

b. Rumusan masalah
1. apa Pengertian timbang terima
2 bagaimanaProses timbang terima
3 apa Hal-hal yang perlu diperhatikan
4 bagaimana Alur operan
5 apa saja Renstra operan
6 bagaimana Format operan
7 bagaimana cara Komunikasi SBAR
8 apa saja Model SBAR

c. TUJUAN

1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk mendapat pengetahuan tentang
Operan dalam melakukan Asuhan Keperawatan.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian dari Operan
b. Untuk mengetahui Prosedur Operan
c. Untuk mengetahui hal-hal yang diperhatikan dalam Operan
d. Untuk mengetahui Komunikasi SBAR
e. Untuk mengetahui prosedur SBAR dalam Operan

d. Manfaat

Manfaat dalam penulisan makalah ini bermanfaat bagi seorang Perawat, Pasien, Pendidikan dan
Mahasiswa.

1. Manfaat bagi Perawat

a. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat

b. Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat

c. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang berkesinambungan

d. Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna dan meminimalkan


terjadinya kesalahan tindakan
Manfaat bagi Pasien

a. Pasien dan keluarga menjadi lebih nyaman.

b. Pasien dan keluarga dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum
terungkap.
BAB 2 PEMBAHASAN

A. Pengertian Operan

Timbang terima memiliki bebrapa istilah lain. Beberapa istilah itu diantaranya handover,
handoffs, shift report, sign out, sign over dan cross coverange. Handover adalah komunikasi
verbal dari informasi pasien yang dilakukan oleh perawat pada pergantian shift jaga. (Achmad,
dkk, 2012). Operan merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu
(laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Operan pasien harus dilakukan seefektif
mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri
perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dan yang belum dilakukan serta perkembangan pasien
saat itu.

Menurut Keliat, 2009. Operan adalah komunikasi dan serah terima pekerjaan antara shift pagi ,
sore dan malam. Operan dari shif malam ke shif pagi dan dari shif pagi ke shif sore dipimpin
oleh kepala ruangan, sedangkan operan dari shif sore ke shif malam dipimpin oleh penanggung
jawab shif sore. Operan shif berperan penting dalam menjaga kesinambungan layanan
keperawatan selama 24 jam (Kerr, 2002).

Nursalam (2008) menyatakan timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan sesuatu
(laporan) yang berkairan dengan keadaan klien. Handover adalah waktu dimana terjadi
perpindahan atau transfer tanggungjawab tentang pasien dari perawat yang satu ke perawat yang
lain. Tujuan dari handover adalah menyediakan waktu, informasi yang akurat, tentang rencana
perawatan pasien, terapi, kondisi terbaru, dan perubahan yang akan terjadi, dan antisipasinya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa timbang terima/ operan adalah cara untuk menyampaikan dan
menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. dilakukan oleh perawat
primer keperawatan kepada perawat primer (penanggung jawab) dinas sore atau dinas malam
secara tertulis dan lisan DENGAN menjelaskan secara singkat, jelas SERTA lengkap tentang
tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dan yang belum dilakukan serta
perkembangan pasien saat itu.

B. Proses Operan
Tahap kegiatan waktu tempat pelaksanaan
Persiap 1. Timbang terima dilaksanakan setiap -menit Nurse PP-PA
an pergantian sif/ operan. station
2. Prinsip timbang terima, semua pasien baru
masuk dan pasien yang dilakukan timbang
terima khususnya pasien yang memiliki
permasalahan yang belum/dapat teratasi serta
yang membutuhkan observasi lebih lanjut.
3. PA/PP menyampaikan timbang terima
kepada PP (yang menerima pendelagasian)
berikutnya, hal yang perlu disampaikan dalam
timbang terima:
a. aspek umum yang meliputi: M1 s/d M5;
b. jumlah pasien;
c. identitas pasien dan diagnosis medis;
d. data (keluhan/subjektif dan objektif);
e. masalah keperawatan yang masih muncul;
f. intervensi keperawatan yang sudah dan
belum dilaksanakan (secara umum);
g. intervensi kolaboratif dan dependen;
h. rencana umum dan persiapan yang perlu
dilakukan (persiapan operasi, pemeriksaan
penunjang, dan program lainnya
pelaksa Nurse Station -menit Nurse KARU-PP-
naan 1. Kedua kelompok dinas sudah siap (sif jaga). station/ru PA
2. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan anagan/b
buku catatan. ad
3. Kepala ruang membuka acara timbang pasien
terima.
4. Penyampaian yang jelas, singkat dan padat
oleh perawat jaga (NIC).
5. Perawat jaga sif selanjutnya dapat
melakukan klarifikasi, tanya jawab dan
melakukan validasi terhadap hal-hal yang
telah ditimbang terimakan dan berhak
menanyakan mengenai hal-hal yang kurang
jelas.
Di Bed Pasien
6. Kepala ruang menyampaikan salam dan PP
menanyakan kebutuhan dasar pasien.
7. Perawat jaga selanjutnya mengkaji secara
penuh terhadap masalah keperawatan,
kebutuhan, dan tindakan yang telah/belum
dilaksanakan, serta hal-hal penting lainnya
selama masa perawatan.
8. Hal-hal yang sifatnya khusus dan
memerlukan perincian yang matang sebaiknya
dicatat secara khusus untuk kemudian
diserahterimakan kepada petugas berikutnya.
Post 1. Diskusi. - menit Nurse KARU-PP-
handov 2. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan station PA
er secara langsung pada format timbang terima
yang ditandatangani oleh PP yang jaga saat
itu dan PP yang jaga berikutnya diketahui oleh
Kepala Ruang.
3. Ditutup oleh KARU.

c. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan


1. Dilaksanakan tepat pada saat pergantian shift
2. Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab pasien (PP)
3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas.
4. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, dan menggambarkan
kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien.
5. Operan harus berorientasi pada permasalahan pasien.
6. Pada saat Operan di kamar pasien, mengunakan volume suara yang cukup sehingga
pasien disebelahnya tidak mendengar sesuatu yang rahasia bagi klien. Sesuatu yang
dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara langsung didekat pasien.
7.Sesuatu yang mungkin membuat klien terkejut dan shock sebaiknya dibicarakan di
nurse station.

d.alur operan
Alur dan format pedoman operan di ruang MPKP menurut (Achmad, dkk., 2012) adalah
sebagai berikut:

Nurse Station:
Operan dipimpin kepala ruangan Ketua Tim melaporkan secara verbal dan tertulis
kondisi pasiennya berdasarkan dokumentasi keperawatan. Ketua Tim/Penanggung
jawab sif dan perawat pelaksana dalam tim mencatat hariannya Proses klasifikasi
informasi.

Bedside
Kepala ruangan memimpin ronde ke tempat tidur pasien Validasi data pasien

Nurse Station
Kepala ruangan merangkum informasi operan, memberikan umpan balik dan saran
tidak lanjut. Menutup operan (doa dan bersalaman).

Nurse Station
Ketua Tim/Penanggung Jawab mulai kegiatan
pre-conference
bersama anggota tim/perawat pelaksana.
e. RENSTRA TIMBANG TERIMA
Pelaksanaan Timbang Terima
Hari/tanggal :
Pukul :
Topik :
Tempat :
Metode
1. Diskusi
2. Tanya jawab
Media
1. Status pasien
2. Buku timbang terima
3. Alat tulis
4. Leaflet
5. Sarana dan prasarana perawatan
Pengorganisasian
Kepala Ruang :
Perawat Primer (pagi) :
Perawat Primer (sore) :
Perawat Associate (pagi) :
Perawat Associate (sore) :
Perawat Associate (malam) :
Perawat Associate (libur) :
Pembimbing/Supervisor :
Uraian Kegiatan
1. Prolog
Pada hari …… jam ……….. seluruh perawat (PP dan PA) sif pagi dan sore serta kepala
ruang berkumpul di nurse station untuk melakukan timbang terima.
2. Session I di Nurse Station
Kepala ruang memimpin dan membuka acara yang didahului dengan doa dan kemudian
mempersilakan PP dinas pagi untuk melaporkan keadaan dan perkembangan pasien
selama bertugas kepada PP yang akan berdinas selanjutnya (sore). PP dan PA sif sore
memberikan klarifikasi keluhan, intervensi keperawatan yang sudah dan belum
dilaksanakan (secara umum), intervensi kolaboratif dan dependen, rencana umum dan
persiapan yang perlu dilakukan (persiapan operasi, pemeriksaan penunjang, dan lain-
lain), serta hal yang belum jelas atas laporan yang telah disampaikan. Setelah
melakukan timbang terima di nurse station berupa laporan tertulis dan lisan, kemudian
diteruskan di ruang perawatan pasien.
3. Session II di ruang perawatan/bed pasien
Seluruh perawat dan kepala ruang bersama-sama melihat ke bed pasien. PP dinas
selanjutnya mengklarifikasi dan memvalidasi data langsung kepada pasien atau
keluarga yang mengalami masalah khusus. Untuk pasien yang tidak mengalami
masalah khusus, kunjungan tetap dilaksanakan. Bila terdapat hal-hal yang bersifat
rahasia bagi pasien dan keluarga perlu diklarifikasi, maka dapat dilakukan di nurse
station setelah kunjungan ke pasien berakhir.
4. Epilog
Kembali ke Nurse Station. Diskusi tentang keadaan pasien yang bersifat rahasia.
Setelah proses timbang terima selesai dilakukan, maka kedua PP menandatangani
laporan timbang terima dengan diketahui oleh kepala ruang.
Evaluasi
1. Struktur (Input)
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia antara lain:
catatan timbang terima, status pasien dan kelompok sif timbang terima. Kepala
ruang/Nurse in charge (NIC) memimpin kegiatan timbang terima yang dilaksanakan
pada pergantian sif yaitu malam ke pagi, pagi ke sore. Kegiatan timbang terima pada sif
sore ke malam dipimpim oleh perawat primer yang bertugas saat itu.
2. Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruang dan dilaksanakan oleh seluruh
perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti sif. Perawat primer mengoperkan
ke perawat primer berikutnya yang akan mengganti sif. Timbang terima pertama
dilakukan di nurse station kemudian ke ruang perawatan pasien dan kemabali lagi ke
nurse station. Isi timbang terima mencakup jumlah pasien, diagnosis keperawatan,
intervensi yang belum/sudah dilakukan.
3. Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian sif. Setiap perawat dapat
mengetahui perkembangan pasien. Komunikasi antarperawat berjalan dengan baik

f. Format operan
G. Komunikasi SBAR
Komunikasi SBAR adalah komunikasi dengan menggunakan alat yang logis untuk
mengatur informasi sehingga dapat ditransfer kepada orang lain secara akurat dan
efisien. Komunikasi dengan menggunakan alat terstruktur SBAR untuk mencapai
keterampilan berfikir kritis serta menghemat waktu. (Rina, 2012)

Konsep SBAR
Menurut Rina, 2012 konsep SBAR yaitu sebagai berikut;
1. S (siuation) Situation merupakan kondisi terkini yang sedang terjadi pada pasien. -
Mengidentifikasi diri, unit, pasien, dan nomor kamar. - Nyatakan masalah secara
singkat: apa, kapan dimulai, dan tingkat keparahan.
2. B (background) Sediakan informasi latar belakang yang sesuai dengan situasi,
meliputi: - Daftar pasien - Nomor medical record - Membuat diagnosa dan tanggal
pendiagnosaan - Daftar obat terkini, alergi, dan hasil labor. - Hasil terbaru tanda-tanda
vital pasien - Hasil labor, dengan tanggal dan waktu pengambilan serta hasil dari tes
labor sebagai pembanding - Informasi klinik lainnya Background merupakan informasi
penting tentang apa yang berhubungan dengan kondisi pasien terkini.

3. A (assessment/pengkajian) Assessment merupakan hasil pengkajian dari kondisi


pasien yang terkini
4. R (recommendation) Recommendation merupakan apa saja hal yang perlu dilakukan
untuk mengatasi masalah pasien pada saat ini.

SBAR Model
Menurut Rina, 2012;
1. Komunikasi menjadi efektif dan efisien
2. Menawarkan sebuah cara yang simple untuk standart komunikasi dengan
menggunakan 4 elemen umum
3. Mencerminkan umum dan nursing process
4. Membuat bahasa yang umum

Laporan Kondisi Pasien Antar Shift DinaS (Dengan SBAR)


Menurut (Rina, 2012) Sebelum Operan pasien :
1. Dapatkan pengkajian kondisi pasien terkini.
2. Kumpulkan data-data yang diperlukan yang berhubungan kondisi pasien yang akan
dilaporkan
3. Pastikan diagnosa medis pasien dan prioritas masalah keperawatan yang harus
dilanjutkan
4. Baca & pahami catatan perkembangan terkini & hasil pengkajian perawat shif
sebelumnya.
5. Siapkan medical record pasien termasuk rencana perawat harian.
BAB 3
A. PENDAHULUAN
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk
pelayanan biopsikososial dan spiritual yang komprehensif (UU RI No 38, 2014).
Profesionalisme dalam keperawatan dapat dicapai dengan mengoptimalkan peran dan
fungsi perawat terutama peran dan fungsi mandiri perawat, hal ini dapat diwujudkan
dengan baik melalui komunikasi yang efektif antar perawat.
Direktorat Bina Upaya Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Dengan Komisi Akreditasi
Rumah Sakit (2011) menyatakan bahwa keefektifitas komunikasi dalam timbang terima
jika tidak dilakukan dengan benar maka akan menimbulkan beberapa masalah
diantaranya keterlambatan dalam diagnosa medis, dan peningkatan kemungkinan
terjadinya efek samping seperti munculnya kejadian nyaris cidera (KNC) dan kejadian
tidak diharapkan (KTD), juga konsekuensi lain.
Hasil penelitian Andi, K., Noer, N., Alimin, M. (2014) di ruang rawat inap RS universitas
Hasanuddin Makassar, ditemui bahwa pengetahuan perawat, sikap , ketersediaan
prosedur yang tetap dan kepemimpinan serta rekan kerja memiliki pengaruh terhadap
pelaksanaan timbang terima (handover). Kinerja perawat sebagai ujung tombak
pelayanan kesehatan merupakan masalah yang sangat penting untuk dikaji dalam
rangka mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi kinerja antara lain faktor individu pekerja, faktor
organisasi, faktor psikologi. (Kurniadi.A, 2013).
Elmiyasna dan Fifi (2011) dalam jurnal penelitian gambaran keefektifan timbang terima
di ruang kelas 1 IRNA nonbedah RSUP DR.M, Djamil Padang menyatakan bahwa
pelaksanaan timbang terima belum dilaksanakan dengan efektif di setiap shift yang ada
sehingga sering muncul miss communication antar perawat yang berujung pada kurang
maksimalnya pemberian Asuhan Keperawatan pada pasien.
Hasil penelitian Yulistiani, Hanny dan Luknis (2013), dalam jurnal penelitian peningkatan
kinerja perawat pelaksana melalui komunikasi organisasi diruang rawat inap rumah sakit
dengan didapati bahwa terdapat hubungan antara komunikasi organisasi dengan kinerja
perawat pelaksana. Hasil observasi yang telah dilakukan di 4 ruang rawat inap bangsal
yang akan menjadi lahan penelitian yaitu pavilion hannah, pavilion lukas, pavilion ester,
dan pavilion maria memiliki jumlah perawat sebanyak 48 orang. Berdasarkan hasil
wawancara dengan 7 perawat yang ada di 4 ruang rawat inap diatas, diketahui bahwa
setiap ruang rawat inap mengadakan 2-3 kali timbang terima/operan setiap harinya.
Dikatakan juga bahwa sering kali perawat pelaksana pulang terlebih dahulu atau datang
terlambat sehingga tidak mengikuti timbang terima yang berujung pada miss
communication antar perawat baik tentang identitas pasien maupun intervensi
keperawatan lanjutan bagi pasien sehingga mempengaruhi pemberian asuhan
keperawatan diantaranya berupa ketidak tepatan dalam pemberian tindakan
keperawatan maupun dalam melakukan dokumentasi keperawatan. Berdasarkan latar
belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti “Hubungan timbang terima
(Operan Shift) dengan kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSU GMIM
Pancaran Kasih Manado”

METODE PENELITIAN
metode pada penelitian ini yaitu deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional.
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2017 sampai Januari 2018 di
pavilion Maria, pavilion Lukas, pavilion Hanna, pavilion Ester RSU GMIM Pancaran
Kasih Manado. Populasi pada penelitian ini yaitu perawat pelaksana di ruang rawat inap
bangsal sebanyak 44 perawatdan sampel sebanyak
44 perawat yang di ambil menggunakan total sampling. Instrumen dalam penelitian ini
berupa berupa kuesioner timbang terima sebanyak 20 pertanyaan dengan kriteria baik=
>50 dan kriteria kurang= ≤50 dan kuesioner kinerja sebanyak 29 pertanyaan dengan
kriteria baik= >72,5 dan untuk kriteria kurang baik= ≤72. Pengelolahan data melalui
editting, koding, processing, cleaning. Analisa data univariat dan bivariat menggunakan
uji chi square dengan tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05).

HASIL dan PEMBAHASAN Hasil penelitian


Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan masa kerja
Masa Kerja n %
≤3 Tahun 27 61,4
>3 Tahun 17 38,6

Total 44 100

Sumber Data Primer, 2018


Hasil dari tabel 1 menunjukan bahwa dari total 44 responden ditemui jumlah terbanyak
adalah responden yang memiliki masa kerja ≤3 tahun yaitu sebanyak 27 responden
(61,4%) kemudian 17 responden(38,6%) lainnya memiliki masa kerja >3 tahun.

Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan timbang terima (operan shift)


Timbang Terima n %
(Operan Shift)
Baik 40 90,9
Kurang baik 4 9,1

Total 44 100

Sumber Data Primer, 2018


Tabel 2 menunjukan bahwa dari Total 44 responden terdapat 40 responden (90,9%)
yang menyatakan bahwa timbang terima di ruang rawat inap bangsal RSU GMIM
Pancaran Kasih Manado berada dalam kriteria baik sedangkan 4 responden lainnya (9,1
%) menyatakan bahwa timbang terima di ruang rawat inap bangsal RSU GMIM
Pancaran Kasih Manado dalam kriteria kurang baik.

Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan kinerja


Kinerja Perawat n %
Pelaksana
Baik 40 90,9
Kurang baik 4 9,1

Total 44 100

Sumber Data Primer, 2018


Hasil dari Tabel 3 menunjukan bahwa ruang rawat inap bangsal RSU GMIM Pancaran
Kasih Manado memilikikinerja yang baik yaitu sebanyak 40 responden (90,9%)
sedangkan 4 responden lainnya memiliki kinerja kurang baik.

Tabel 4. Hubungan timbang terima (operan shift) dengan kinerja


Timbang Terima Kinerja Perawat Pelaksana Total Nilai
(operan Shift) p
Baik Kurang Baik

n % n % n %
Baik 3 86,3 2 4,5 4 90.9
8 8 4 0 2 0.03
Kurang baik 2 4,54 2 4,5 4 9.08 6
4

Jumlah 4 90,9 4 9,0 4 100


0 2 8 4

Sumber Data Primer, 2018

Tabel 4 menunjukan dari 44 responden terdapat 40 responden menyatakan timbang


terima baik dengan kinerja baik sebanyak 38 responden dan kinerja kurang baik
sebanyak 2 responden, selanjutnya terdapat 4 responden memiliki kriteria timbang
terima kurang baik dengan kinerja baik sebanyak 2 responden dan 2 responden lainnya
memiliki kinerja kurang baik. Hasil uji statistik menggunakan Chi Square yang dibaca
pada Fisher’s Exact Test didapatkan nilai p = 0,036. Hal ini berarti nilai p lebih kecil dari
nilai a = 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara timbang terima (operan shift)
dengan kinerja perawat pelaksana.

Pembahasan
Karakteristik perawat yang bekerja di ruang rawat inap bangsal RSU GMIM Pancaran
Kasih Manado jika dilihat dari umur paling banyak adalah perawat dengan usia 26-35
tahun yaitu sebanyak 25 perawat (56,8%) hasil tersebut berarti bahwa hampir semua
perawat pelaksana yang ada di ruang rawat inap bangsal RSU GMIM Pancaran Kasih
Manado berada pada masa produktif/ lebih muda, sehingga setiap perawat memiliki
motivasi untuk bekerja dan menghasilkan sesuatu yang lebih baik (Depkes RI, 2009).
Masa kerja perawat yang ada di ruang rawat inap bangsal didapatkan jumlah
terbanyak adalah responden yang memiliki masa kerja ≤3 tahun yaitu sebanyak 27
responden. Masa kerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja bekerja
disuatu tempat (Handoko, 2010). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kanestren (2009)
dengan judul analisis hubungan karakteristik individu dengan kinerja perawat di unit
rawat inap RS Pertamina Jaya Jakarta menyatakan bahwa lama kerja memiliki
hubungan yang signifikan dengan kinerja perawat.
Hasil penelitian yang dilakukan pada 44 perawat pelaksana di ruang rawat inap bangsal
RSU GMIM Pancaran Kasih Manado ditemukan 40 perawat yang menyatakan bahwa
timbang terima berjalan baik dengan 38 perawat memiliki kinerja yang baik sedangkan 2
perawat lainnya memiliki kinerja kurang baik hal tersebut dapat terjadi karena berbagai
hal, jika dilihat dari hasil yang ada, 2 responden yang menilai timbang terima baik
namun memiliki kinerja yang kurang baik merupakan responden dengan masa kerja >20
tahun sehingga kemungkinan besar penyebabnya yaitu kejenuhan kerja (burnout) pada
pekerjaan rutin. Kemungkinan juga kurangnya pola pengembangan karir yang baik,
promosi yang diharapkan tidak tercapai maupun minimnya reward dari pemimpin
terhadap pegawai yang sudah lama bekerja serta terdapat perbedaan gaji dengan
karyawan baru. Pendapat tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nely
dan Novi (2013) dimana didapatkan hasil yaitu perawat yang mengalami burnout
merupakan perawat yang memiliki masa kerja >11 tahun. Hasil penelitian ini juga
ditemui bahwa terdapat 4 perawat pelaksana yang menyatakan bahwa timbang terima
diruang rawat inap bangsal RSU GMIM Pancaran Kasih Manado berjalan kurang baik
dengan 2 perawat memiliki kinerja kurang baik dan 2 lainnya memiliki kinerja baik.
Kinerja seorang perawat tidak hanya dipengaruhi
oleh timbang terima namun ada banyak faktor yang dapat mempengaruhinya. Penelitian
yang dilakukan oleh Indriana, Indar & Asiah (2013) pada perawat diruang rawat inap
Rumah Sakit Ibnu Sina YBWUMI Makassar didapatkan hasil bahwa kepemimpinan,
pelatihan, rekan kerja, pengakuan, sistem imbalan, memiliki hubungan dengan kinerja
seorang perawat.Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wiwik
(2014) di ruang rawat bedah dan ruang penyakit dalam RSUD Dr. Pringadi Medan yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara penerapan
timbang terima dengan keselamatan pasien. Penelitian tersebut juga sejalan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Yulistiani, R., Hanny, H., Luknis, S. (2013) di ruang
rawat inap Rumah Sakit ditemukan bahwa terdapat hubungan antara komunikasi
organisasi dengan kinerja perawat pelaksana. Riesenbug (2010) berpendapat bahwa
komunikasi terhadap berbagai informasi mengenai perkembangan pasien antar profesi
kesehatan di Rumah Sakit merupakan komponen yang fundamental dalam perawatan
pasien. Berdasarkan penjabaran hasil penelitian diatas maka peneliti menyimpulkan
bahwa terdapat hubungan antara timbang terima (operan shift) dengan kinerja perawat.
Hasil tersebut sesuai dengan perhitungan menggunakan uji Chi Square yang dibaca
pada Fisher’s Exact Testdidapatkan nilai p = 0,036. Hal ini berarti bahwa nilai p lebih
kecil dari nilai a = 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
timbang terima (operan shift) dengan kinerja perawat pelaksana.

KESIMPULAN JURNAL
Hasil penelitian yang dilakukan pada 44 perawat pelaksana di ruang rawat inap bangsal
RSU GMIM Pancaran Kasih Manado dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Timbang terima (operan shift) yang ada di ruang rawat inap bangsal RSU GMIM
Pancaran Kasih Manado berada pada kriteria yang baik.
2. Sebagian besar perawat pelaksana di ruang rawat inap bangsal RSU GMIM
Pancaran Kasih Manado memiliki kinerja yang baik
3. Hasil terdapat hubungan yang signifikan antara timbang terima (operan shift) dengan
kinerja perawat perawat pelaksana di ruang rawat inap bangsal RSU GMIM Pancaran
Kasih Manado

Anda mungkin juga menyukai