Anda di halaman 1dari 15

Pathway Appendicitis

Infeksi akibat bakteri, virus, jamur, feses yang membatu, pola


hidup, benda asing.

Apendiksitis

Inflamasi

Edema
(Berisi Pus)

Infeksi

Bakteri Apendik Obs. usus


flora usus (bawah kanan
rongga abdomen)

Abses
Konstipasi sekunder
Rangsang syaraf
reseptor

Pelvis Diafragma Hati


Nyeri

Jumlah
lekosit

LAPORAN PENDAHULUAN APPENDISITIS


Hiperthermy
1. KONSEP MEDIS
1. Defenisi
a) Appendiks adalah : Organ tambahan kecil yang menyerupai jari, melekat pada sekum
tepat dibawah katup ileocecal ( Brunner dan Sudarth, 2002 hal 1097 ).
b) Appendicitis adalah : suatu peradangan pada appendiks yang berbentuk cacing, yang
berlokasi dekat katup ileocecal (long, Barbara C, 1996 hal 228)
c) Appendicitis adalah : Peradangan dari appendiks vermiformis, dan merupakan penyebab
abdomen akut yang paling sering. (Arif Mansjoer ddk 2000 hal 307 ).
d) Appendiks adalah ujung seperti jari-jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (4
inchi), melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal (Smeltzer, Suzanne, C., 2001).

2. Etiologi
Appendicitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor
prediposisi Yaitu :
a. Factor yang tersering adalah obtruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini terjadi karena :
1. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak
2. Adanya faekolit dalam lumen appendiks
3. Adanya benda asing seperti biji – bijian
4. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya
b. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan streptococcus
c. Laki – laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15 – 30 tahun (remaja
dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada masa tersebut.
d. Tergantung pada bentuk appendiks
1. Appendik yang terlalu panjang
2. Messo appendiks yang pendek
3. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks
4. Kelainan katup di pangkal appendiks

3. Patofisiologi
Appendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat ,
kemungkinan oleh faecalit ( massa keras dari faeces ), tumor , benda asing , bacterial dan virus.
Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau
menyebar hebat secara prodresif, dalam beberapa jam, terlokalisasi di kuadran kanan bawah dari
abdomen, akhirnya appendiks yanag terinflamasi berisi pus.
Sebagian kecil dari appendiks dapat menjadi membengkak atau nekrosis. Tekanan didalam
appendiks meningkat dengan cepat , menimbulkan nekrosis yang cepat dari dinding appendiks
dengan diikuti oleh perforasi.

4. Manisfestasi klinis
Adapun manifestasi klinis dari appendicitis yaitu :
1. Nyeri kuadran bawah biasanya disertai dengan demam derajat rendah, mual, dan sering
kali muntah.
2. Pada titik McBurney (terletak dipertengahan antara umbilicus dan spina anterior dari
ilium) nyeri tekan setempat karena tekanan dan sedikit kaku dari bagian bawah otot rectum
kanan.
3. Nyeri alih mungkin saja ada, letak appendiks mengakibatkan sejumlah nyeri tekan,
spasme otot, dan konstipasi atau diare
4. Tanda rovsing (dapat diketahui dengan mempalpasi kuadran kiri bawah, yang
menyebabkan nyeri pada kuadran kanan bawah)
5. Jika terjadi ruptur appendiks, maka nyeri akan menjadi lebih menyebar, terjadi distensi
abdomen akibat ileus paralitik dan kondisi memburuk.

5. Pemeriksaan penunjang
Untuk menegakkan diagnosa pada appendicitis didasarkan atas anamnesa ditambah dengan
pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
a. Gejala appendicitis ditegakkan dengan anamnesa, ada 4 hal yang penting adalah :
 Nyeri mula – mula di epeigastrium (nyeri visceral) yang beberapa waktu kemudian
menjalar keperut kanan bawah.
 Muntah oleh karena nyeri visceral
 Panas (karena kuman yang menetap di dinding usus)
 Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita nampak sakit,
menghindarkan pergerakan di perut terasa nyeri.
b. Pemeriksaan yang lain
1. Lokalisasi
Jika sudah terjadi perforasi, nyeri akan terjadi pada seluruh perut,tetapi paling
terasa nyeri pada titik Mc Burney. Jika sudah infiltrat, insfeksi juga terjadi jika orang
dapat menahan sakit, dan kita akan merasakan seperti ada tumor di titik Mc. Burney
2. Test Rectal
Pada pemeriksaan rectal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri
pada daerah prolitotomi.
3 Psoas sign
Pasien terlentang, tungkai kanan lurus dan ditahan oleh pemeriksa.Pasien disuruh
aktif memfleksikan articulation coxae kanan, akanterasa nyeri di perut kanan bawah
( cara aktif ) pasien miring kekiri, paha kanan dihiperekstensi oleh pemeriksa, akan
terasa nyeridi perut kanan bawah ( cara pasif ).
c. Pemeriksaan Laboratorium
a. Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi tubuh terhadap
mikroorganisme yang menyerang pada appendicitis akut dan perforasi akan terjadi
leukositosis yang lebih tinggi lagi.
b. Hb (hemoglobin) nampak normal
c. Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan appendicitis infiltrat
d. Urine penting untuk melihat apa ada insfeksi pada ginjal.
d. Pemeriksaan Radiologi
Pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnosaappendicitis akut, kecuali
bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan gambaran sebagai berikut :
 Adanya sedikit fluid level disebabkan karena adanya udara dan cairan
 Kadang ada fekolit (sumbatan)
 Pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam diafragma

6. Komplikasi
Apabila tindakan operasi terlambat, timbul komplikasi sebagai berikut
 Peritonitis generalisata karena ruptur appendiks
 Abses hati
 Septi kemia

7. Penatalaksanaan
a) Perawatan prabedah perhatikan tanda – tanda khas dari nyeri:
Kuadran kanan bawah abdomen dengan rebound tenderness (nyeri tekan lepas),
peninggian laju endap darah, tanda psoas yang positif, nyeri tekan rectal pada sisi kanan. Pasien
disuruh istirahat di tempat tidur, tidak diberikan apapun juga per orang. Cairan intravena mulai
diberikan, obat – obatan seperti laksatif dan antibiotik harus dihindari jika mungkin.
b) Terapi bedah :
Appendicitis tanpa komplikasi, appendiktomi segera dilakukan setelah keseimbangan
cairan dan gangguan sistemik penting.
c) Terapi antibiotik,
Terapi antibiotic ini diberikan tetapi anti intravena harus diberikan selama 5 – 7 hari jika
appendicitis telah mengalami perforasi.

2. KONSEP KEPERAWATAN
a) Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : Malaise
 Sirkulasi
Tanda : Takikardi
 Eliminasi
Gejala : Konstipasi pada awal awitan
Diare
Tanda : Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan.
4 Makanan / cairan
Gejala : Anoreksia , mual, muntah
 Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang meningkat berat dan
terlokalisasi pada titik McBurney (setengah jarak antara umbilicus dan tulang ileum
kanan), meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam (nyeri berhenti tiba-
tiba diduga perforasi atau infark pada apendiks
Keluhan berbagai rasa nyeri / gejala tak jelas (sehubungan dengan lokasi apendiks,
contoh retrosekal atau sebelah ureter).
Tanda : Perilaku berhati-hati, berbaring kesamping atau telentang dengan lutut ditekuk,
meningkatnya nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan /
posisi duduk tegak.

Nyeri lepas pada sisi kiri diduga inflamasi peritoneal.


Keamanan : Demam (biasanya rendah)
Pernapasan : Takipnea, pernapasan dangkal.
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat kondisi lain yang berhubungan dengan nyeri abdomen, contoh
pielitis akut, batu ureter, salpingitis akut, ileitis regional. Dapat terjadi pada berbagai usia .
b) Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan penekanan ujung-ujung saraf, pelepasan mediator kimia
(histamine, bradikinin, prostaglandin), distensi jaringan usus oleh inflamasi
2. Risiko terhadap perubahan volume cairan / kekurangan volume cairan berhubungan dengan
muntah, mual, pembatasan makanan dan cairan, kadang-kadang diare
3. Resiko infeksi berhubungan dengan perforasi atau ruptur appendiks, peritonitis, pembentukan
abses
4. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan, nyeri
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan adanya mual,muntah dan
pembatasan makanan .
6. Pembatasan aktivitas berhubungan dengan relokasi nyeri .
7. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman.
8. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang mengingat, atau kurangnya insformasi

c) Intervensi dan rasional Keperawatan


1. Nyeri berhubungan dengan penekanan ujung-ujung saraf, pelepasan mediator kimia
(histamine, bradikinin, prostaglandin), distensi jaringan usus oleh inflamasi.
Intervensi keperawatan dan rasionalisasi :
a. Kaji karakteristik nyeri : catat lokasi, durasi, intensitas nyeri (skala 0-10).
Rasional : untuk mengetahui tingkat rasa nyeri sehingga dapat menentukan jenis tindakannya.
b. Selidiki dan laporkan perubahan nyeri dengan cepat.
Rasional : untuk mengetahui sejauh mana perkembangan dari penyakit klien.
c. Pertahankan istirahat dengan posisi semi fowler.
Rasional : Posisi ini mengurangi ketegangan pada organ – organ abdomen.
d. Berikan aktivitas hiburan
Rasional : Mengalihkan pasien dari rasa nyeri.
e. Anjurkan teknik relaksasi dengan napas dalam.
Rasional : Mengurangi ketegangan dapat mengurangi nyeri.
f. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.
Rasional : sebagai mitra kita perlu berkolaborasi dengan dokter, apabila nyeri pasien tidak dapat
hilang dengan posisi dan tehnik relaksasi.
2. Risiko terhadap perubahan volume cairan / kekurangan volume cairan berhubungan dengan
muntah, mual, pembatasan makanan dan cairan, kadang-kadang diare.
Intervensi keperawatan dan rasionalisasi :
a. Kaji tanda – tanda vital klien; awasi tekanan darah dan nadi
Rasional : Tanda – tanda vital sangat membantu mengidentifikasi fluktuasi volume intravaskuler
b. Lihat membrane mukosa, kaji turgor kulit dan pengisian kapiler.
Rasional : Turgor kulit dan membran mukosa merupakan indikasi status hidrasi serta
keadekuatan sirkulasi perifer
c. Kaji dan catat intake dan output cairan secara teliti, termasuk urine output,catat warna
urine/konsentrasi dan jenis
Rasional : Penurunan output urine pekat dan peningkatan berat jenis diduga dehidrasi/ kebutuhan
peningkatan cairan.
d. Berikan cairan peroral atau parenteral sesuai anjuran dan lanjutkan dengan diet sesuai
toleransi
Rasional : Dapat menurunkan iritasi gaster dan muntah serta meminimalkan kehilangan cairan

3. Resiko infeksi berhubungan dengan perforasi atau ruptur appendiks, peritonitis, pembentukan
abses.
Intervensi keperawatan dan rasionalisasi :
a. Awasi dan catat tanda – tanda vital, perhatikan bila ada demam berkeringat, perubahan
mental, meningkatnya nyeri abdomen
Rasional : Segera timbulnya dugaan infeksi atau terjadinya sepsis, abses peritonitis memudahkan
perawat merencanakan dan melakukan tindakan keperawatan secara dini.
b. Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka septic sesuai prosedur kerja
Rasional : Dapat menurukan atau mencegah terjadinya infeksi

c. Pantau insisi luka dan balutan, catatan karakteristik drainase luka/ adanya eritema
Rasional : Memberikan deteksi dini terjadinya situasi proses infeksi atau pengawasan
penyembuhan
d. Berikan informasi yang tepat dan jujur pada klien atau orang terdekatnya tentang kondisi klien
Rasional : Suatu informasi yang akurat memberikan pengetahuan tentang adanya kemajuan
situasi sehingga memberikan dukungan emosi, membantu menurunkan kecemasan
e. Kolaborasi dalam pemberian abat – obat antibiotic
Rasional : Memungkinkan penurunan jumlah organisme terutama pada infeksi yang telah ada
sebelumnya

4. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan, nyeri


Intervensi keperawatan dan rasionalisasi :
a. Kaji tingkat cemas.
Rasional : untuk mengidentifikasi sejauh mana tingkat ansietas klien dan memudahkan tindakan
selanjutnya.
b. Beri penyuluhan tentang penyakit klien.
Rasional : dengan penyuluhan maka klien akan lebih paham dengan penyakitnya serta
mengurangi kecemasan klien.
c. Beri penyuluhan tentang tindakan pembedahan yang akan dilakukan.
Rasional : penyuluhan awal sebelum pembedahan akan menurunkan tingkat kecemasan klien.
d. Anjurkan kepada keluarga untuk selalu berada disamping klien.
Rasional : keluarga sangat dibutuhkan sebagai penyemangat klien dalam menghadapi
pembedahan.
e. Beri aktivitas hiburan atau bahan bacaan yang menyenangkan.
Rasional : untuk mengalihkan pasien dari kecemasan.
f. Ingatkan klien untuk selalu berdoa pada Tuhan sesuai dengan agamanya.
Rasional : dengan berdoa maka klien lebih kuat dalam menghadapi pembedahan.
g. Jika dibutuhkan, kolaborasi untuk pemberian obat penenang. Rasional : untuk membantu
klien dalam tidur dan istirahat.

5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan adanya mual,muntah dan
pembatasan makanan.
Intervensi keperawatan dan rasionalisasi :
a. Kaji tingkat kebutuhan nutrisi klien
Rasional : untuk menentukan tindakan selanjutnya.
b. Beri makanan kesukaan klien.
Rasional : memberikan makanan yang disukai klien akan mengundang selera makan klien.
c. Beri makan porsi kecil tapi sering secara bertahap.
Rasional : membantu klien untuk makan secara perlahan – lahan sehingga klien tidak mengalami
muntah
d. Jangan beri makan yang merangsang asam lambung.
Rasional : makanan yang merangsang asam lambung akan mengakibatkan mual dan muntah
pada klien.
e. Jelaskan pada klien tentang pentingnya nutrisi.
Rasional : agar klien lebih meningkatkan asupan nutrisinya

f. Kolaborasi tim kesehatan lain tentang pemenuhan kebutuhan gizi klien


Rasional : agar kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi dengan baik.

6. Pembatasan aktivitas berhubungan dengan relokasi nyeri.


Intervensi keperawatan dan rasionalisasi :
a. Kaji tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas
Rasional : untuk mengetahui sejauh mana kemampuan klien dalammelakukan aktivitas dan
memudahkan dalam pemberian tindakan selanjutnya.
b. Anjurkan kepada klien untuk menentukan sendiri posisi yang menyenangkan baginya.
Rasional : memberikan kenyamanan bagi klien
c. Anjurkan pada keluarga untuk selalu berada disamping klien dan membantu dalam memenuhi
kebutuhan aktivitas sehari-hari.
Rasional : agar klien tidak kesulitan dalam melakukan aktivitas karena selalu dibantu oleh
keluarga.

7. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman.
Intervensi keperawatan dan rasionalisasi :
a. Tentukan kebiasaan tidur yang biasanya dan perubahan yang terjadi.
Rasional : mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat.
b. Berikan tempat tidur yang nyaman dan beberapa milik pribadi, misalnya : bantal dan guling.
Rasional : meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologis/psikologis.
c. Buat rutinitas tidur baru yang dimasukkan dalam pola lama dan lingkungan baru.
Rasional : bila rutinitas baru mengandung aspek sebanyak kebiasaan lama, stress dan ansietas
dapat berkurang.
d. Cocokkan dengan teman sekamar yang mempunyai pola tidur yang serupa dan kebutuhan
malam hari.
Rasional : menurunkan kemungkinan bahwa teman sekamar yang “ burung hantu “ dapat
menunda pasien untuk terlelap atau menyebabkan terbangun.
e. Dorong beberapa aktivitas fisik pada siang hari, jamin pasien berhenti beraktivitas beberapa
jam sebelum tidur.
Rasional : aktivitas siang hari dapat membantu pasien menggunakan energy dan siap untuk tidur
malam hari.
f. Instruksikan tindakan relaksasi
Rasional : membantu menginduksi tidur.
g. Kurangi kebisingan dan lampu
Rasional : memberikan situasi kondusif untuk tidur
h. Gunakan pagar tempat tidur sesuai indikasi, rendahkan tempat tidur bila mungkin
Rasional : pagar tempat tidur memberikan keamanan dan dapat digunakan untuk membantu
merubah posisi
i. Kolaborasi dalam pemberian obat sedate, hipnotik sesuai indikasi
Rasional : mungkin diberikan untuk membantu pasien tidur atau istirahat selama periode transisi
dari rumah ke lingkungan baru.

8. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang mengingat, atau kurangnya informasi.


Intervensi keperawatan dan rasionalisasi :
a. Kaji pembatasan aktivitas pasien
Rasional : Memberi informasi pada klien untuk merencanakan kembali rutinitas tanpa
menimbulkan masalah.
b. Dorong aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahat
Rasional : Mencegah kelemahan, meningkatkan penyembuhan dan mepermudah aktifitas normal
c. Diskusikan mengenai perawatan dengan pasien dan keluarga.
Rasional : Pemahaman meningkatkan kerjasama dalam program terapi, meningkatkan
penyembuhan dan proses perbaikan

d) Evaluasi
1. Mengalami peredaan nyeri
Melaporkan berkurangnya nyeri
Tidak mengalami nyeri tekan ditempat terjadinya infeksi
Tidak mengalami ketidaknyamanan bila bergerak
2. Defisit volume cairan tidak terjadi
turgor kulit baik,
kelembaban membran mukosa baik,
tanda – tanda vital stabil dan keluaran urine adekuat.
3. Tidak terjadi infeksi
tidak dijumpainya tanda – tanda infeksi
inflamasi,
drainase purulenta,
eritema
suhu badan normal
angka leukosit dan laju endap darah kembali normal.
4. Ansietas berkurang
Ekspresi wajah relaks
Cemas dan rasa takut hilang atau berkurang.
5. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
6. Peningkatan toleransi terhadap aktivitas
Menurunnya keluhan terhadap kelemahan
Tidak terjadi kelelahan dalam melakukan aktivitas
Berkurangnya nyeri
7. Pola tidur kembali normal
Jumlah jam tidur tidak terganggu
Insomnia berkurang
Adanya kepuasan tidur
Pasien menunjukkan kesejahteraan fisik dan psikologi
8. Pengetahuan pasien tentang proses penyakitnya bertambah.
2.1 Pengkajian

2.1.1 Anamnese
1) Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, tanggal atau jam masuk rumah sakit, nomor
register, diagnosa, nama orang tua, alamat, umur pendidikan, pekerjaan, pekerjaan orang tua,
agama dan suku bangsa.
2) Riwayat penyakit sekarang
Klien dengan post appendiktomy mempunyai keluhan utama nyeri yang disebabkan insisi
abdomen.
3) Riwayat penyakit dahulu
Meliputi penyakit apa yang pernah diderita oleh klien seperti hipertensi, operasi abdomen yang
lalu, apakah klien pernah masuk rumah sakit, obat-abatan yang pernah digunakan apakah
mempunyai riwayat alergi dan imunisasi apa yang pernah diderita.
4) Riwayat penyakit keluarga
Adalah keluarga yang pernah menderita penyakit diabetes mellitus, hipertensi, gangguan jiwa
atau penyakit kronis lainnya uapaya yang dilakukan dan bagaimana genogramnya.
5) Pola Fungsi Kesehatan
 Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol dan kebiasaan olah raga (lama
frekwensinya), bagaimana status ekonomi keluarga kebiasaan merokok dalam mempengaruhi
lamanya penyembuhan luka.
 Pola Tidur dan Istirahat
Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat sehingga dapat mengganggu
kenyamanan pola tidur klien.
 Pola aktifitas
Aktifitas dipengaruhioleh keadaan dan malas bergerak karena rasa nyeri luka operasi, aktifitas
biasanya terbatas karena harus bedrest berapa waktu lamanya setelah pembedahan.
 Pola hubungan dan peran
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa melakukan peran baik dalam
keluarganya dan dalam masyarakat, penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
 Pola sensorik dan kognitif
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan, pearaan serta pendengaran, kemampuan
berfikir, mengingat masa lalu, orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat.
 Pola penanggulangan stress
Kebiasaan klien yang digunakan dalam mengatasi masalah.
 Pola tata nilai dan kepercayaan
Bagaimana keyakinan klien pada agamanya dan bagaimana cara klien mendekatkan diri dengan
tuhan selama sakit.

2.1.2 Pemeriksaan Fisik


1) Status kesehatan umum
Kesadaran biasanya kompos mentis, ekspresi wajah menahan sakit tanpa sakit ada tidaknya
kelemahan.
2) Integumen
Ada tidaknya oedem, sianosis, pucat, pemerahan luka pembedahan pada abdomen sebelah kanan
bawah.
3) Kepala dan Leher
Ekspresi wajah kesakitan pada konjungtiva lihat apakah ada warna pucat.
4) Thoraks dan Paru
Apakah bentuknya simetris, ada tidaknya sumbatan jalan nafas, gerakan cuping hidung maupun
alat Bantu nafas frekwensi pernafasan biasanya normal (16 – 20 kali permenit). Apakah ada
ronchi, whezing, stridor.
5) Abdomen
Pada post operasi biasanya sering terjadi ada tidaknya pristaltik pada usus ditandai dengan
distensi abdomen, tidak flatus dan mual, apakah bisa kencing spontan atau retensi urine, distensi
supra pubis, periksa apakah produksi urine cukup, keadaan urine apakah jernih, keruh atau
hematuri jika dipasang kateter periksa apakah mengalir lancar, tidak ada pembuntuan serta
terfiksasi dengan baik.
6) Ekstremitas
Apakah ada keterbatasan dalam aktivitas karena adanya nyeri yang hebat, juga apakah ada
kelumpuhan atau kekakuan.
2.1.3 Pemeriksaan Penunjang.

1) Pemeriksaan Laboratorium
Darah : Ditemukan leukosit 10.000 – 18.0000 mn.
Urine : Ditemukan sejumlah kecil leukosit dan eritrosit .

2) Pemeriksaan Radiologi
BOF, tampak distensi sekum pada appendisitis akut.

2.2 Diagnosa Keperawatan dan Intervensi

No Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Intervensi

1. Nyeri abdomen berhu-Nyeri berkurang. Kaji tanda vital


bungan dengan obstruksiKriteria : Kaji keluhan nyeri, tentukan
dan peradangan apen-diks. Klien mengungkapkanlokasi, jenis dan intensitas nyeri.
Subyektif : rasa sakit berkurang. Ukur dengan skala 1-10.
Nyeri daerah pusarWajah dan posisi tubuh Jelaskan penyebab rasa sakit, cara
menjalar ke daerah peruttampak rileks mengurangi.
kanan bawah. Beri posisi ½ duduk untuk
Tungkai kanan tidak dapat mengurangi penyebaran in-feksi
diluruskan. pada abdomen.
Ajarkan tehnik relaksasi.
Obyektif : Kompres es pada daerah sakit
Nyeri tekan di titik Mc untuk mengurangi nyeri.
Burney. Anjurkan klien untuk tidur pada
posisi nyaman (miring dengan
menekuk lutut kanan).
Puasa makan minum apabila akan
dilakukan tindakan.
Ciptakan lingkungan yang tenang.
Laksanakan program medik.
Pantau efek terapeutik dan non
terapeutik dari pembe-rian
analgetik.
2. Resiko kekurangan voCairan dan elektrolit da- Observasi tanda vital suhu, nadi,
lume cairan berhubung anlam keadaan seimbang. tekanan darah, perna-pasan tiap 4
dengan mual, mun- tah,Kriteria : jam.
anoreksia dan diare. Turgor kulit baik. Observsi cairan yang keluar dan
Cairan yang keluar danyang masuk.
masuk seimbang. Jauhkan makanan/bau-bauan yang
merangsang mual atau muntah.
Kolaborasi pemberian infus dan
pipa lambung

3. Kurang pengetahuanSetelah diberikan penje- Jelaskan prosedur persiapan


tentang prosedur per-lasan klien memahamioperasi.
siapan dan sesudahtentang prosedur per-  pemasangan infus.
operasi.  puasa
siapan dan sesudah operasi makan & minum
Subyektif sebelumnya 6 - 8 jam.
Klien / keluarga ber-tanyaKriteria  cukur daerah operasi.
tentang prosedur persiapanKlien kooperatif dengan Jelaskan situasi dikamar bedah.
dan sesudah operasi tindakan persiapan operasi Jelaskan aktivitas yang perlu
Obyektif maupun sesudah operasi. dilakukan setelah operasi.
Klien tidak kooperatifKlien mendemonstrasikan  Latihan batuk efektif.
terhadap tindakan per-latihan yang diberikan.  mobilisasi dini secara pasif dan
siapan operasi. aktif bertahap.

4. Kerusakan integritas ku-litLuka insisi sembuh tanpa Pantau luka pembedahan dari
berhubungan dengan lukaada tanda infeksi. tanda-tanda peradangan: demam,
pembedahan. kemerahan, bengkak dan cairan
yang keluar, warna jumlah dan
karak-teristik.
Rawat luka secara steril.
Beri makanan berkualitas atau
dukungan klien untuk makan.
Makanan mencukupi untuk
mempercepat proses
penyembuhan.
Beri antibiotika sesuai program
medik.

DAFTAR PUSTAKA :

Carpenito, L.J. (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, EGC, Jakarta.

Doengoes, M.E. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan:Pedoman untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien, EGC, Jakarta.

Rothrock, J.C. (2000), Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif, EGC, Jakarta.

Sjamsuhidajat, R. & Jong, W.D. (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed. Revisi, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai