Dibuat oleh :
Kelas : S1 Keperawatan 4B
Seluruh tubuh manusia bagian terluar terbungkus oleh suatu sistem yang disebut
sebagai sistem integumen. Sistem integumen adalah sistem organ yang paling luar.
Sistem ini terdiri atas kulit dan aksesorisnya, termasuk kuku, rambut, kelenjar
(keringat dan sebaseous), dan reseptor saraf khusus (untuk stimuli perubahan internal
atau lingkungan eksternal). Integumen merupakan kata yang berasal dari bahasa Latin
“integumentum“, yang berarti “penutup”. Sesuai dengan fungsinya, organ-organ pada
sistem integumen berfungsi menutup organ atau jaringan dalam manusia dari kontak
luar.
Kulit merupakan organ tubuh yang paling luas yang berkontribusi terhadap total
berat tubuh sebanyak 7 %. Keberadaan kulit memegang peranan penting dalam
mencegah terjadinya kehilangan cairan yang berlebihan, dan mencegah masuknya
agen-agen yang ada di lingkungan seperti bakteri, kimia dan radiasi ultraviolet. Kulit
juga akan menahan bila terjadi kekuatan-kekuatan mekanik seperti gesekan (friction),
getaran (vibration) dan mendeteksi perubahan-perubahan fisik di lingkungan luar,
sehingga memungkinkan seseorang untuk menghindari stimuli-stimuliyang tidak
nyaman. Kulit membangun sebuah barier yang memisahkan organ-organ internal
dengan lingkungan luar, dan turut berpartisipasi dalam berbagai fungsi tubuh vital.
1. Epidermis
Stratum Korneum, terdiri atas 15-20 lapis sel gepeng, tanpa inti dengan
sitoplasma yang dipenuhi keratin. Lapisan ini merupakan lapisan
terluar dimana eleidin berubah menjadi keratin yang tersusun tidak teratur
sedangkan serabut elastis dan retikulernya lebih sedikit sel-sel saling
melekat erat.Lebih tebal pada area-area yang banyak terjadi gesekan (friction)
dengan permukaan luar, terutama pada tangan dan kaki. Juga merupakan
lapisan keratinosit terluar yang tersusun atas beberapa lapis sel-sel gepeng
yang mati dan tidak berinti.
Stratum Lucidum, tidak jelas terlihat dan bila terlihat berupa lapisan tipis
yang homogen, terang jernih, inti dan batas sel tak terlihat.
Stratum lucidum terdiri dari protein eleidin.Merupakan lapisan sel gepeng
yang tidak berinti dan lapisan ini banyak terdapat pada telapak tangan dan
kaki.
2. Dermis
1. Stratum papilare, yang merupakan bagian utama dari papila dermis, terdiri
atas jaringan ikat longgar. Pada stratum ini didapati fibroblast,
sel mast, makrofag, dan leukosit yang keluar dari pembuluh (ekstravasasi).
Lapisan papila dermis berada langsung di bawah epidermis tersusun terutama
dari sel-sel fibroblas yang dapat menghasilkan salah satu bentuk kolagen,
yaitu suatu komponen dari jaringan ikat. Dermis juga tersusun dari pembuluh
darah dan limfe, serabut saraf , kelenjar keringat dan sebasea, serta akar
rambut. Suatu bahan mirip gel, asam hialuronat, disekresikan oleh sel-sel
jaringan ikat. Bahan ini mengelilingi protein dan menyebabkan kulit menjadi
elastis dan memiliki turgor (tegangan). Pada seluruh dermis dijumpai
pembuluh darah, saraf sensorik dan simpatis, pembuluh limfe, folikel rambut,
serta kelenjar keringat dan palit. Lapisan ini tipis mengandung jaringan ikat
jarang.
Pembuluh darah
Semua bagian pada kulit harus diikat menjadi satu, dan pekerjaan
ini dilakukan oleh sejenis protein yang ulet yang dinamakan kolagen.
Kolagen merupakan komponen jaringan ikat yang utama dan dapat ditemukan
pada berbagai jenis jaringanserta bagian tubuh yang harus diikat menjadi satu.
Protein ini dihasilkan oleh sel-seldalam jaringan ikat yang
dinamakan fibroblast. Kolagen diproduksi dalam bentuk serabut yang
menyusun dirinya dengan berbagai cara untuk memenuhi
berbagai fungsiyang spesifik. Pada kulit serabut kolagen tersusun dengan pola
rata yang saling menyilang. Kolagen bekerja bersama serabut protein lainnya
yang dinamakan elastin yangmemberikan elastisitas pada kulit. Kedua tipe
serabut ini secara bersama-sama menentukan derajat kelenturan dan tonus
pada kulit. Perbedaan serat Elastin dankolagen, adalah serat elastin yang
membuat kulit menjadi elastin dan lentur sementara kolagen yang memperkuat
jaring-jaring serat tersebut. Serat elastin dan kolagen itusendiri akan berkurang
produksinya karena penuaan sehingga kulit mengalami kehilangan
kekencangan dan elastisitas kulit.
3) Subkutan atau Hipodermis
Pada bagian subdermis ini terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak
di dalamnya.Pada lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan
getah bening. Untuk sel lemak pada subdermis, sel lemak dipisahkan oleh trabekula
yang fibrosa. Lapisan terdalam yang banyak mengandung sel liposit yang
menghasilkan banyak lemak. Disebut juga panikulus adiposa yang berfungsi sebagai
cadangan makanan. Berfungsi juga sebagai bantalan antara kulit dan setruktur internal
seperti otot dan tulang. Sebagai mobilitas kulit, perubahan kontur tubuh dan
penyekatan panas.Sebagai bantalan terhadap trauma. Tempat penumpukan energi.
Skin Appendages atau /Struktur asesoris kulit
Skin Appendages/adnexa kulit merupakan struktur tambahan kulit. Derivat
kulit berasal dari epidermis, terdiri dari kelenjar sudorifera, kelompok sebasea,
rambut dan folikelrambut serta kuku. Nama
lainnya appendages kulit / adneksa kulit / struktur tambahan kulit.
Warna Kulit
Warna kulit sangat beragam, dari yang berwarna putih mulus, kuning,
coklat, kemerahan atau hitam. Setiap warna kulit mempunyai keunikan tersendiri
yang jika dirawat dengan baik dapat menampilkan karakter yang menarik. Warna
kulit terutama ditentukan oleh :
Fungsi proteksi
Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara sebagai yaitu
berikut:
b. Lipid yang dilepaskan mencegah evaporasi air dari permukaan kulit dan
dehidrasi. selain itu juga mencegah masuknya air dari lingkungan luar
tubuh melalui kulit.
d. Pigmen melanin melindungi dari efek dari sinar UV yang berbahaya. Pada
stratum basal, sel-sel melanosit melepaskan pigmen melanin ke sel-sel di
sekitarnya. Pigmenini bertugas melindungi materi genetik dari sinar
matahari, sehingga materi genetik dapat tersimpan dengan baik. Apabila
terjadi gangguan pada proteksi oleh melanin,maka dapat timbul keganasan.
e. Selain itu ada sel-sel yang berperan sebagai sel imun yang protektif.
Yang pertamaadalah sel Langerhans, yang merepresentasikan antigen
terhadap mikroba. Kemudianadasel fagosit yang
bertugas memfagositosis mikroba yang masuk
melewati keratindan sel Langerhans.
Fungsi absorpsi
Kulit tidak bisa menyerap air, tapi bisa menyerap material larut-
lipid sepertivitamin A, D, E, dan K, obat-obatan tertentu, oksigen dan
karbon dioksida. Permeabilitaskulit terhadap oksigen, karbondioksida dan uap air
memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi. Selain itu
beberapa material toksik dapat diserap sepertiaseton,dan merkuri. Beberapa obat
juga dirancang untuk larut lemak, sepertikortison, sehingga mampu berpenetrasi
ke kulit dan melepaskan antihistamin di tempat peradangan. Kemampuan absorpsi
kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme dan
jenis vehikulum. Penyerapan dapat berlangsung melaluicelah antarsel atau melalui
muara saluran kelenjar; tetapi lebih banyak yang melalui sel-sel epidermis
daripada yang melalui muara kelenjar.
Fungsi Ekskresi
Fungsi persepsi
A. DEFINISI
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ke tubuh (flash),
terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan
listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn) (Moenadjat,
2001).
Menurut Aziz Alimul Hidayat, A, (2008 Hal : 130) luka bakar adalah kondisi
atau terjadinya luka akibat terbakar, yang hanya disebabbkan oleh panas yang tinggi,
tetapi oleh senyawa kimia, llistrik, dan pemanjanan (exposure) berlebihan terhadap
sinar matahari.
Luka bakar adalah luka yang di sebakan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti
api,air panas,listrik,bahan kimia dan radiasi; juga oleh sebab kontak dengan suhu
rendah,luka bakar ini bisa menyebabkan kematian ,atau akibat lain yang berkaitan
dengan problem fungsi maupun estetika. (Kapita Selekta kedokteran edisi 3 jilid 2).
B. ETIOLOGI
Luka bakar pada kulit bisa disebabkan karena panas, dingin ataupun zat kimia.
Ketika kulit terkena panas, maka kedalaman luka akan dipengaruhi oleh derajat panas,
durasi kontak panas pada kulit dan ketebalan kulit (Schwarts et al, 1999).
Luka bakar termal biasanya disebabkan oleh air panas (scald) , jilatan api ke tubuh
(flash), kobaran apai di tubuh (flame) dan akibat terpapar atau kontak dengan objek-
objek panas lainnya (misalnya plastik logam panas, dll.) (Schwarts et al, 1999).
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang biasa
digunakan dalam bidang industri, militer, ataupun bahan pembersih yang sering
dipergunakan untuk keperluan rumah tangga (Schwarts et al, 1999).
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injuri
ini sering disebabkan oleh penggunaan radioaktif untuk keperluan terapeutik dalam
dunia kedokteran dan industri. Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu lama juga
dapat menyebabkan luka bakar radiasi (Gillespie, 2009).
C. MANIFESTASI KLINIS
Untuk mengetahui gambaran klinik tentang luka bakar (Combustio) maka perlu
mempelajari :
Luas luka bakar dapat ditentukan dengan cara Role of nine yaitu dengan tubuh
dianggap 9 % yang terjadi antara
f. Perineum : 9 %
a. Grade I
b. Grade II
Grade II a
1) Jaringan yang rusak sebagian dermis, folikel, rambut, dan kelenjar keringat
utuh.
Grade II b
1) Jaringan yang rusak sampai dermis, hanya kelenjar keringan yang utuh.
c. Grade III
d. Grade IV
4) Luka bakar grade IV mengenai tangan, wajah, mata, telinga, kulit, genetalia serta
persendian ketiak, semua penderita dengan inhalasi luka bakar dengan konplikasi
berat dan menderita DM.
Beratnya luka bakar tergantung kepada jumlah jaringan yang terkena dan kedalaman
luka
Merupakan luka bakar yang paling ringan. Kulit yang terbakar menjadi merah, nyeri,
sangat sensitif terhadap sentuhan dan lembab atau membengkak.Jika ditekan, daerah
yang terbakar akan memutih; belum terbentuk lepuhan.
Menyebabkan kerusakan yang lebih dalam. Kulit melepuh, dasarnya tampak merah
atau keputihan dan terisi oleh cairan kental yang jernih. Jika disentuh warnanya
berubah menjadi putih dan terasa nyeri
Menyebabkan kerusakan yang paling dalam. Permukaannya bisa berwarna putih dan
lembut atau berwarna hitam, hangus dan kasar. Kerusakan sel darah merah pada
daerah yang terbakar bisa menyebabkan luka bakar berwarna merah terang. Kadang
daerah yang terbakar melepuh dan rambut/bulu di tempat tersebut mudah dicabut dari
akarnya.Jika disentuh, tidak timbul rasa nyeri karena ujung saraf pada kulit telah
mengalami kerusakan.
Cedera inhalasi biasanya timbul dalam 24 sampai 48 jam pertama pasca luka
bakar
Karakteristik tanda fisik tidak ada dan warna kulit merah bertanda cheery hampir
tidak pernah terlihat pada pasien luka bakar. Manifestasi Susunan Syaraf Pusat dari
sakit kepala sampai koma hingga kematian.
2. Distress pernafasan
Penurunan oksigenasi arterial akibat rendahnya perfusi jaringan dan syok. Penyebab
distress adalah edema laring atau spasme dan akumulasi lendir.Adapun tanda-tanda
distress pernafasan yaitu serak, ngiler dan ketidakmampuan menangani sekresi.
3. Cidera pulmonal
D. PATOFISIOLOGI
Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena konduksi panas langsung atau
radiasi elektromagnetik. Sel-sel dapat menahan temperatur sampai 44°C tanpa
kerusakan bermakna, kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap derajat
kenaikan temperatur. Saraf dan pembuluh darah merupakan struktur yang kurang
tahan terhadap konduksi panas (Sabiston,1995). Kerusakan pembuluh darah ini
mengakibatkan cairan intravaskuler keluar dari lumen pembuluh darah; dalam hal ini
bukan hanya cairan tetapi juga plasma (protein) dan elektrolit. Pada luka bakar
ekstensif dengan perubahan permeabilitas yang hampir menyeluruh, penimbunan
jaringan masif di intersisiel menyebabkan kondisi hipovolemik. Volume cairan
intravaskuler mengalami defisit, timbul ketidakmampuan menyelenggarakan proses
transportasi oksigen ke jaringan. Kondisi ini dikenal dengan sebutan syok (Moenadjat,
2001).
Luka bakar secara klasik dibagi atas derajat I, II, dan III. Penggunaan sistem
klasifikasi ini dapat memberikan gambaran klinik tentang apakah luka dapat sembuh
secara spontan ataukah membutuhkan cangkokan. Kedalaman luka tidak hanya
bergantung pada tipe agen bakar dan saat kontaknya, tetapi juga terhadap ketebalan
kulit di daerah luka (Sabiston, 1995).
1. Sistem Kardiovaskular
b. Kebocoran cairan terbesar terjadi dalam 24 – 36 jam pertama sesudah luka bakar
dan mencapai puncak dalam waktu 6 – 8 jam. Pada luka bakar < 30 % efeknya lokal,
dimana akan terjadi oedema/lepuh pada area lokal, oedema bertambah berat bila
terjadi pada daerah sirkumferensial, bisa terjadi iskemia pada derah distal sehingga
timbul kompartemen sindrom. Bila luka bakar > 30 % efeknya sistemik. Pada luka
bakar yang parah akan mengalami oedema masif.
a. Volume darah mendadak turun, terjadi kehilangan cairan lewat evaporasi, hal ini
dapat mencapai 3 – 5 liter dalam 24 jam sebelum permukaan kulit ditutup.
b. Hyponatremia; sering terjadi dalam minggu pertama fase akut karena air berpindah
dari interstisial ke dalam vaskuler.
c. Hypolkalemia, segera setelah luka bakar sebagai akibat destruksi sel masif,
kondisi ini dapat terjadi kemudian denghan berpindahnya cairan dan tidak
memadainya asupan cairan.
3. Respon Pulmonal
a. Hyperventilasi dapat terjadi karena pada luka bakar berat terjadi hipermetabolik
dan respon lokal sehingga konsumsi oksigen meningkat dua kali lipat.
b. Cedera saluran nafas atas dan cedera inflamasi di bawah glotis dan keracunan
CO2 serta defek restriktif.
4. Respon Gastrointestinal
Terjadi ileus paralitik ditandai dengan berkurangnya peristaltik usus dan bising usus;
terjadi distensi lambung dan nausea serta muntah, kondisi ini perlu dekompresi
dengan pemasangan NGT, ulkus curling yaitu stess fisiologis yang masif
menyebabkan perdarahan dengan gejala: darah dalam feses, muntah seperti kopi atau
fomitus berdarah, hal ini menunjukan lesi lambung/duodenum.
c. Hypotermia, terjadi pada jam pertama setelah luka bakar karena hilangnya kulit,
kemudian hipermetabolisme menyebabkan hipertermia kendati tidak terjadi infeksi.
2. Elektrolit serum : kalium meningkat karena cedera jaringan /kerusakan SDM dan
penurunan fungsi ginjal. Natrium awalnya menurun pada kehilangan air.
H. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Konservatif
a. Pre Hospital
Seorang yang sedang terbakar akan merasa panik, dan akan belari untuk mencari air.
Hal ini akan sebaliknya akan memperbesar kobaran api karena tertiup oleh angin.
Oleh karena itu, segeralah hentikan (stop), jatuhkan (drop), dan gulingkan (roll) orang
itu agar api segera padam. Bila memiliki karung basah, segera gunakan air atau bahan
kain basah untuk memadamkan apinya. Sedanguntuk kasus luka bakar karena bahan
kimia atau benda dingin, segera basuh dan jauhkan bahan kimia atau benda dingin.
Matikan sumber listrik dan bawa orang yang mengalami luka bakar dengan
menggunakan selimut basah pada daerah luka bakar. Jangan membawa orang dengan
luka bakar dalam keadaan terbuka karena dapat menyebabkan evaporasi cairan tubuh
yang terekspose udara luar dan menyebabkan dehidrasi. Orang dengan luka bakar
biasanya diberikan obat-obatan penahan rasa sakit jenis analgetik : Antalgin, aspirin,
asam mefenamat samapai penggunaan morfin oleh tenaga medis
b. Hospital
1) Resusitasi A, B, C.
Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma, karenanya harus dicek
Airway, breathing dan circulation-nya terlebih dahulu.
b) Breathing - eschar yang melingkari dada dapat menghambat gerakan dada untuk
bernapas, segera lakukan escharotomi. Periksa juga apakah ada trauma-trauma lain
yang dapat menghambat gerakan pernapasan, misalnya pneumothorax, hematothorax,
dan fraktur costae
2) Resusitasi Cairan
Dua cara yang lazim digunakan untuk menghitung kebutuhan cairan pada penderita
luka bakar yaitu :
a) cara Evans
• 3.2000cc glukosa 5%
Separuh dari jumlah (1). (2), (3) diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan
dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairn hari
pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan yang diberikan hari kedua.
Sebagai monitoring pemberian lakukan penghitungan diuresis.
b) cara Baxter
Merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak dipakai. Jumlah kebutuhan
cairan pada hari pertama dihitung dengan rumus :
Separuh dari jumlah cairan yang diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan
dalam 16 jam. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu larutan ringer laktat
karena terjadi hiponatremi. Untuk hari kedua diberikan setengah dari jumlah
pemberian hari pertama.
- Tulle
- Silver sulfa diazin tebal.
f) Obat – obatan
- Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian.
- Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai kultur.
2. Penatalaksanaan Pembedahan
Eskaratomi dilakukan juga pada luka bakar derajat III yang melingkar pada
ekstremitas atau tubuh. Hal ini dilakukan untuk sirkulasi bagian distal akibat
pengerutan dan penjepitan dari eskar. Tanda dini penjepitan berupa nyeri, kemudian
kehilangan daya rasa menjadi kebal pada ujung-ujung distal. Tindakan yang
dilakukan yaitu membuat irisan memanjang yang membuka eskar sampai penjepitan
bebas.
Debirdemen diusahakan sedini mungkin untuk membuang jaringan mati dengan jalan
eksisi tangensial. (Arif, 2000)
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien:
Usia :
Jenis Kelamin:
Tanggal Masuk:
No.register :
Diagnosa Medik:
Keluhan utama yang perlu ditanyakan adalah keluhan atau gejala apa yang
menyebabkan klien berobat atau keluhan apa atau gejala saat awal dilakukan
pengkajian pertama kali. (Alimut, Aziz. 2004)
Pada kasus kegawatdaruratan akronim PQRST ini digunakan untuk mengkaji keluhan
nyeri pada pasien yang meliputi :
a. Provokes/palliates : apa yang menyebabkan nyeri apakah karna luka bakar karna
kimia, radiasi, termal atau listrik? Apa yang membuat nyerinya lebih baik? apa yang
menyebabkan nyerinya lebih buruk? apa yang anda lakukan saat nyeri? apakah rasa
nyeri itu membuat anda terbangun saat tidur?
d. Severity : seberapa parah nyerinya? Dari rentang skala 0-10 dengan 0 tidak ada
nyeri dan 10 adalah nyeri hebat
e. Time : kapan nyeri itu timbul?, apakah onsetnya cepat atau lambat? Berapa lama
nyeri itu timbul? Apakah terus menerus atau hilang timbul?apakah pernah merasakan
nyeri ini sebelumnya?apakah nyerinya sama dengan nyeri sebelumnya atau berbeda
3. PENGKAJIAN PRIMER
1. Airway
Tindakan pertama kali yang harus dilakukan adalah memeriksa responsivitas pasien
dengan mengajak pasien berbicara untuk memastikan ada atau tidaknya sumbatan
jalan nafas. Seorang pasien yang dapat berbicara dengan jelas maka jalan nafas pasien
terbuka (Thygerson, 2011). Pasien yang tidak sadar mungkin memerlukan
bantuan airway dan ventilasi. Tulang belakang leher harus dilindungi selama intubasi
endotrakeal jika dicurigai terjadi cedera pada kepala, leher atau dada. Obstruksi jalan
nafas paling sering disebabkan oleh obstruksi lidah pada kondisi pasien tidak sadar
(Wilkinson & Skinner, 2000).
a. Kaji kepatenan jalan nafas pasien. Apakah pasien dapat berbicara atau bernafas
dengan bebas? Pada kasus luka bakar kaji jalan pernafasan apakah terdapat cilia pada
saluran pernafasan mengalami kerusakan yang disebabkan oleh asap atau inhalasi.
Adanya snoring atau gurgling
Agitasi (hipoksia)
Sianosis
Muntahan
Perdarahan
Gigi palsu
Trauma wajah
d. Jika terjadi obstruksi jalan nafas, maka pastikan jalan nafas pasien terbuka.
e. Lindungi tulang belakang dari gerakan yang tidak perlu pada pasien yang berisiko
untuk mengalami cedera tulang belakang.
f. Gunakan berbagai alat bantu untuk mempatenkan jalan nafas pasien sesuai
indikasi :
Lakukan intubasi
2. Pengkajian Breathing (Pernafasan)
Pengkajian pada pernafasan dilakukan untuk menilai kepatenan jalan nafas dan
keadekuatan pernafasan pada pasien. Jika pernafasan pada pasien tidak memadai,
maka langkah-langkah yang harus dipertimbangkan adalah: dekompresi dan drainase
tension pneumothorax/haemothorax, closure of open chest injury dan ventilasi buatan
(Wilkinson & Skinner, 2000).
Inspeksi dari tingkat pernapasan sangat penting. Apakah ada tanda-tanda sebagai
berikut : cyanosis, penetrating injury, flail chest, sucking chest wounds, dan
penggunaan otot bantu pernafasan yanbg disebabkan karna trauma inhalasi.
b. Buka dada pasien dan observasi pergerakan dinding dada pasien jika perlu.
c. Tentukan laju dan tingkat kedalaman nafas pasien; kaji lebih lanjut mengenai
karakter dan kualitas pernafasan pasien.
f. Pemberian intervensi untuk ventilasi yang tidak adekuat dan / atau oksigenasi:
Bag-Valve Masker
g. Kaji adanya masalah pernapasan yang mengancam jiwa lainnya dan berikan
terapi sesuai kebutuhan.
3. Circulation
Regularity
e. Kaji kulit untuk melihat adanya tanda-tanda hipoperfusi atau hipoksia (capillary
refill).
4. Pengkajian Level of Consciousness dan Disabilities
A - alert, yaitu merespon suara dengan tepat, misalnya mematuhi perintah yang
diberikan
V - vocalises, mungkin tidak sesuai atau mengeluarkan suara yang tidak bisa
dimengerti
P - responds to pain only (harus dinilai semua keempat tungkai jika ekstremitas
awal yang digunakan untuk mengkaji gagal untuk merespon)
U - unresponsive to pain, jika pasien tidak merespon baik stimulus nyeri maupun
stimulus verbal.
5. Expose, Examine dan Evaluate
Menanggalkan pakaian pasien dan memeriksa cedera pada pasien. Jika pasien diduga
memiliki luka bakar yang mempunyai derajad luka yang tinggi, imobilisasi in-line
penting untuk dilakukan. Lakukan log roll ketika melakukan pemeriksaan pada
punggung pasien. Yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan pada pasien
adalah mengekspos pasien hanya selama pemeriksaan eksternal. Setelah semua
pemeriksaan telah selesai dilakukan, tutup pasien dengan selimut hangat dan jaga
privasi pasien, kecuali jika diperlukan pemeriksaan ulang (Thygerson, 2011).
Dalam situasi yang diduga telah terjadi mekanisme trauma yang mengancam jiwa,
maka Rapid Trauma Assessment harus segera dilakukan:
Perlakukan setiap temuan luka baru yang dapat mengancam nyawa pasien luka
dan mulai melakukan transportasi pada pasien yang berpotensi tidak stabil atau kritis.
4. PENGKAJIAN SEKUNDER
a. Anamnesis
Anamnesis juga harus meliputi riwayat AMPLE yang bisa didapat dari pasien dan
keluarga (Emergency Nursing Association, 2007):
L: Last meal (obat atau makanan yang baru saja dikonsumsi, dikonsumsi berapa jam
sebelum kejadian, selain itu juga periode menstruasi termasuk dalam komponen ini)
Ada beberapa cara lain untuk mengkaji riwayat pasien yang disesuaikan dengan
kondisi pasien. Pada pasien dengan kecenderungan konsumsi alkohol, dapat
digunakan beberapa pertanyaan di bawah ini (Emergency Nursing Association, 2007):
c. G. have you ever felt bad or Guilty about your drinking?
d. have you ever had a drink first think in the morning to steady your nerver or
get rid of a hangover (Eye-opener)
Pada kasus kekerasan dalam rumah tangga akronim HITS dapat digunakan dalam
proses pengkajian. Beberapa pertanyaan yang diajukan antara lain : “dalam setahun
terakhir ini seberapa sering pasanganmu” (Emergency Nursing Association, 2007):
Suhu 36,5-37,5 Dapat di ukur melalui oral, aksila, dan rectal. Untuk
mengukur suhu inti menggunakan kateter arteri pulmonal,
kateter urin, esophageal probe, atau monitor tekanan
intracranial dengan pengukur suhu. Suhu dipengaruhi oleh
aktivitas, pengaruh lingkungan, kondisi penyakit, infeksi
dan injury.
Saturasi >95% Saturasi oksigen di monitor melalui oksimetri nadi, dan hal
oksigen ini penting bagi pasien dengan gangguan respirasi,
penurunan kesadaran, penyakit serius dan tanda vital yang
abnormal. Pengukurna dapat dilakukan di jari tangan atau
kaki.
b. Pemeriksaan fisik
1) Kulit kepala
Seluruh kulit kepala diperiksa. Lakukan inspeksi dan palpasi seluruh kepala dan
wajah untuk melihat derajad dari luka bakar baik yang ditimbulkan oleh termal,
radiasi, listrik maupun kimia.
2) Wajah
a) Mata
periksa kornea ada cedera atau tidak, ukuran pupil apakah isokor atau anisokor serta
bagaimana reflex cahayanya, apakah pupil mengalami miosis atau midriasis, adanya
ikterus, ketajaman mata (macies visus dan acies campus), apakah konjungtivanya
anemis atau adanya kemerahan, rasa nyeri, gatal-gatal, ptosis, exophthalmos,
subconjunctival perdarahan, serta diplopia
b) Hidung
c) Telinga
inspeksi pada bagian mucosa terhadap tekstur, warna, kelembaban, dan adanya lesi;
amati lidah tekstur, warna, kelembaban, lesi, apakah tosil meradang, pegang dan tekan
daerah pipi kemudian rasakan apa ada massa/ tumor, pembengkakkan dan nyeri,
inspeksi amati adanya tonsil meradang atau tidak (tonsillitis/amandel). Palpasi
adanya respon nyeri
Pada saat memeriksa leher, periksa adanya luka, deformitas dan selalu jaga jalan nafas
4) Toraks
a) Inspeksi
Inspeksi dinding dada bagian depan, samping dan belakang untuk adanya karna
inhalasi, penggunaan otot pernafasan tambahan dan ekspansi toraks bilateral, apakah
terpasang pace maker, frekuensi dan irama denyut jantung, (lombardo, 2005)
b) Palpasi
seluruh dinding dada untuk melihat adanya nyeri tekan dan kedalaman luka
c) Perkusi
d) Auskultasi
suara nafas tambahan (apakah ada ronki, wheezing, rales) dan bunyi jantung (murmur,
gallop, friction rub)
5) Abdomen
6) Pelvis (perineum/rectum/vagina)
Cedera pada pelvis yang berat akan nampak pada pemeriksaan fisik (pelvis menjadi
stabil), pada cedera berat ini kemungkinan penderita akan masuk dalam keadaan syok,
yang harus segera diatasi. Bila ada indikasi pasang PASG/ gurita untuk mengontrol
perdarahan dari fraktur pelvis (Tim YAGD 118, 2010).
7) Ektremitas
Pemeriksaan dilakukan dengan look-feel-move. Pada saat inspeksi, jangan lupa untuk
memriksa adanya luka bukar dengan kedalaman derajad IV, pada saat pelapasi jangan
lupa untuk memeriksa denyut nadi distal dari fraktur pada saat menggerakan,.
Sindroma kompartemen (tekanan intra kompartemen dalam ekstremitas meninggi
sehingga membahayakan aliran darah), mungkin luput terdiagnosis pada penderita
dengan penurunan kesadaran atau kelumpuhan (Tim YAGD 118, 2010).
8) Bagian punggung
9) Neurologis
✨Nyeri Kronis
Definisi :
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual
atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga
berat dan konstan, yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
Penyebab :
3.penekan saraf
4.infiltrasi tumor
Subjektif
1.mengeluh nyeri
2. Merasa depresi
Objektif
1. Tampak meringis
2. Gelisah
Subjektif
Objektif
2. Waspada
5. Fokus menyempit
2.infeksi
5.tumor
✨Menejemen nyeri
Definisi :
Tindakan :
Observasi
Terapeutik
-berikan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENSI, hipnosis,
akupuntur, terapi musik, bio feedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi, ter
bimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
-pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan stategi meredakan nyeri
Edukasi
Kolaborasi
✨ pemantauan nyeri
Definisi :
Tindakan
Observasi
-monitor kualitas nyeri (mis.terasa tajam, tumpul, diremas -remas, ditimpa beban
berat)
Terapeutik
Edukasi
Faktro Risiko:
2. Trauma/perdarahan
3. Luka bakar
4. Aferesis
5. Asites
6. Obstruksi Intestinal
7. Peradangan pankreas
9. Disfungsi intestinal
4. Luka Bakar
Tindakan:
Observasi
1. Monitor status hidrasi(mis. frekuensi nadi, kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler,
kelembapan mukosa, turgor kulit, tekanan darah).
4. Monitor hasil pemeriksaan Laboratorium (mis. hematokrit, Na, K, Cl, berat jenis
urine, BUN)
5. Monitor status hemodinamik (mis. MAP, CVP, PAP, PCWP, jika perlu)
Trapeutik
Kolaborasi