PENDAHULUAN
1
1.2 Perumusan Masalah
Dari berbagai macam dimensi yang mempengaruhi insentif, tenaga kerja dan
produktivitas merupakan level yang paling banyak memikat perhatian para peneliti untuk
mengkajinya. Maka dari itu diperlukannya analisis faktor yang mempengaruhi insentif
suatu perusahaan dimana tenaga kerja dan produktivitas merupakan faktor yang tidak bisa
dihindari.
1) Mengetahui adanya pengaruh nyata yang diberikan tenaga kerja dan produktivitas
terhadap insentif.
2) Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai acuan
perusahaan dalam menentukan insentif karyawan.
3) Sebagai bahan masukan bagi penelitian selanjutnya yang berkenan dengan masalah
insentif karyawan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Setelah upaya memanfaatkan potensi sungai Asahan yang mengalir dari Danau Toba
di Provinsi Sumatera Utara untuk menghasilkan tenaga listrik mengalami kegagalan pada
masa pemerintahan Hindia Belanda, pemerintah Republik Indonesia bertekad mewujudkan
pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di sungai tersebut.
Tekad ini semakin kuat ketika tahun 1972 pemerintah menerima laporan dari Nippon
Koei, sebuah perusahaan konsultan Jepang tentang studi kelaikan Proyek PLTA dan
Aluminium Asahan. Laporan tersebut menyatakan bahwa PLTA layak untuk dibangun
dengan sebuah peleburan aluminium sebagai pemakai utama dari listrik yang dihasilkannya.
Pada tanggal 7 Juli 1975 di Tokyo, setelah melalui perundingan-perundingan yang
panjang dan dengan bantuan ekonomi dari pemerintah jepang untuk proyek ini, pemerintah
Republik Indonesia dan 12 Perusahaan Penanam Modal Jepang menandatangani Perjanjian
Induk untuk PLTA dan Pabrik Peleburan Aluminium Asahan yang kemudian dikenal
dengan sebutan Proyek Asahan. Kedua belas Perusahaan Penanam Modal Jepang tersebut
adalah Sumitomo Chemical Company Ltd., Sumitomo Shoji Kaisha Ltd., Nippon Light
Metal Company Ltd., C Itoh & Co., Ltd., Nissho Iwai Co., Ltd., Nichimen Co., Ltd., Showa
Denko K.K., Marubeni Corporation, Mitsubishi Chemical Industries Ltd., Mitsubishi
Corporation, Mitsui Aluminium Co., Ltd., Mitsui & Co., Ltd.
Selanjutnya, untuk penyertaan modal pada perusahaan yang akan didirikan di Jakarta
kedua belas Perusahaan Penanam Modal Tersebut bersama Pemerintah Jepang membentuk
sebuah nama Nippon Asahan aluminium Co, Ltd (NAA) yang berkedudukan di Tokyo pada
tanggal 25 Nopember 1975.
Pada tanggal 6 Januari 1976, PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), sebuah
perusahaan patungan antara pemerintah Indonesia dan didirikan di Jakarta. Inalum adalah
perusahaan yang membangun dan mengoperasikan Proyek Asahan, sesuai dengan perjanjian
induk. Perbandingan saham antara pemerintah Indonesia dengan Nippon Asahan Aluminium
Co., Ltd, pada saat perusahaan didirikan adalah 10% dengan 90%. Pada bulan Oktober 1978
perbandingan tersebut menjadi 25% dengan 75% dan sejak Juni 1987 menjadi 41,13%
dengan 58,87%. Dan sejak 10 Februari 1998 menjadi 41,12% dengan 58,88%.
Untuk melaksanakan ketentuan dalam perjanjian induk, Pemerintah Indonesia
kemudian mengeluarkan SK Presiden No.5/1976 yang melandasi terbentuknya Otorita
Pengembangan Proyek Asahan sebagai wakil Pemerintahan yang bertanggung jawab atas
lancarnya pembangunan dan pengembangan Proyek Asahan. Inalum dapat dicatat sebagai
pelopor dan perusahaan pertama di Indonesia yang bergerak dalam bidang Industri
peleburan aluminium dengan investasi sebesar 411 milyar Yen.
Secara de facto, perubahan status Inalum dari PMA menjadi BUMN terjadi pada 1
November 2013 sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam Perjanjian Induk.
Pemutusan kontrak antara Pemerintah Indonesia dengan Konsorsium Perusahaan asal
Jepang berlangsung pada 9 Desember 2013, dan secara de jure Inalum resmi menjadi
BUMN pada 19 Desember 2013 setelah Pemerintah Indonesia mengambil alih saham yang
dimiliki pihak konsorsium. PT INALUM (Persero) resmi menjadi BUMN ke-141 pada
tanggal 21 April 2014 sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2014.
3
B. PROSES PEMBUATAN ALUMINIUM
2. Pabrik Reduksi
Aluminium merupakan unsur yang sangat reaktif sehingga mudah teroksidasi.
Karena sifatnya itu, di alam tidak ditemukan aluminiun dalam bentuk unsur, melainkan
senyawa oksida. Umumnya dalam bentuk oksida alimunat atau silikat. Proses produksi
aluminium yang digunakan saat ini ditemukan secara bersamaan oleh Charles Hall di USA
dan Paul Herloult di Prancis pada tahun 1886. Prosesnya adalah elektrolisa larutan
o
alumina (Al2O3) di dalam lelehan Kriolit (Na3AlF6) pada temperatur 980 C,
sehingga menghasilkan aluminium cair. Pot atau tungku reduksi berbentuk kotak baja
persegi yang dindingnya berlapiskan batu isolasi atau batu tahan api (Brick) dan pasta yang
disebut Castable. Di dasar pot terdapat katoda karbon yang dihubungkan dengan kolektor
bar, yang berfungsi sebagai penghantar listrik. Di bawah katoda dilapisi brick. Di PT.
INALUM (Persero) terdapat 510 unit pot reduksi yang terbagi menjadi 3 gedung, sehingga
di masing-masing gedung terdapat 170 pot. Arus listrik yang digunakan sebesar 207kA,
dengan tegangan rata-rata di setiappot 4,3 Volt.
2) Start Up
Merupakan proses menghidupkan pot yang baru diperbaiki maupun baru
dikonstruksi ulang, sehingga elektrolisa bisa berlangsung. Proses ini diawali dengan
mengeluarkan kokas dasar dan memutuskan arus listrik yang mengalir ke pot. Kemudian
dimasukkan bath cair (Kriolit) sebanyak 6 ton ke dalam pot. Setelah itu arus listrik
dialirkan kembali ke dalam pot sehingga proses elektrolisa berlangsung. Agar terjadi
kesetimbangan panas (heat balance) di dalam pot, 20 jam atau 72 jam setelah start up metal
cair dimasukkan ke dalam pot sebanyak 12 ton, dan selanjutnya mengalami proses transisi.
5
3) Transisi
Masa transisi merupakan masa peralihan dari start up menuju normal. Selama tahap
ini, komposisi bath, tinggi metal dan tinggi bath harus dijaga sesuai dengan standarnya.
Dalam proses ini terjadi pembentukan kerak samping yang berguna sebagai pelindung
dinding samping dari serangan bath yang korosif. Meskipun masa transisi ini hanya
berlangsung 60 hari, tetapi sangat menentukan umur dan kestabilan pot.
a. Operasi normal
Operasi normal adalah keadaan dimana pot sudah berada dalam keadaan stabil dan
dapat dioperasikan untuk proses elektrolisa. Selama pot dalam keadaan normal, pekerjaan
utama yang biasa dilakukan antara lain :
a) Kadar Fe dan Si di dalam metal cair meningkat dan tidak bisa diturunkan lagi. Hal ini
biasanya terjadi apabila blok katoda retak atau berlubang, sehingga baja kolektor yang
terletak dibawah blok katoda dapat tererosi dan larut dalam metal cair, hal ini akan
mengakibatkan kandungan Fe naik. Sedangkan kenaikan kadar Si terjadi apabila dinding
pot samping tererosi, sehingga silika yang terkandung dalam isolasi akan larut dan
menaikkan kadar Si dalam metal cair.
b) Operasi pot yang sulit. Bila gangguan (noise)voltasesulit dikendalikan, suhu dan
tegangan sering naik dan sulit diturunkan. Hal ini mengakibatkan Anode Effect yang timbul
sulit dihentikan. Keadaan seperti ini membuat banyak operasi manual dilakukan, sehinggga
memberatkan operator. Pot biasanya dimatikan untuk dilakukan perbaikan, sehingga akan
dapat digunakan kembali jika kerusakannya telah diperbaiki.
Kebutuhan dana untuk mengambil alih 120 juta dollar AS, dan kemungkinan ada aliran
dana dari Indonesia ke Jepang sebesar 723 juta dollar AS untuk pembelian saham Jepang
pada nilai buku. Dampak lain adalah, hilangnya kesempatan investasi baru yang ditawarkan
Jepang untuk ekspansi smelter 367 juta dollar AS dan pembangunan pembangkit listrik baru
150 megawatt sebesar 300-500 juta dollar AS. hak atas keuntungan PT Inalum ke depan
berkurang sesuai proporsi saham yang disepakati. Suplai aluminium ke dalam negeri sesuai
proporsi saham Pemerintah RI.
Dampak Negatifnya, ialah adanya limbah yang di hasilkan yaitu limbah udara dan
limbah padat
limbah udara yang mengandung karbon dioksida dan sisa pembakaran karbon.
limbah padat contohnya berupa besi tua.
Dampak Positifnya, adalah pemerintah diperkirakan akan memperoleh pemasukan
dana dari selisih penjualan saham PT Inalum berdasarkan harga valuasi. Kendali
pengelolaan PT Inalum sebagai industri aluminium terintegrasi tetap berada di tangan
Pemerintah RI.
7
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
PT. Indonesia Asahan Aluminium merupakan perusahaan antara pemerintah
indonesia dengan 12 anak perusahaan Jepang yang bergerak dalam bidang peleburan
aluminium yang menghasilkan aluminium ingot yang berkualitas tinggi.
Untuk pengelolaan data di PT. Indonesia Asahan Aluminium mendirikan seksi SIT
(Section Information Tecnology ) yang terdiri dari 5 ( lima ) bagian kelompok kerja, yaitu
system support, Aplicatiom software support, Security network and database support,
Hardware infrastruktur support, and general.
B.SARAN
Saran kami kepada PT. Indonesia Asahan Aluminium agar dapat memperbaharui terus
Hardware pada jaringannya sehingga didapat jaringan yang optimal dan update.
Bagi siswa OJT ( On The Job Training ) agar dapat diberikan suatu training yang khusus
pada bidang keilmuan / kejuruan masing – masing yang sesuai agar tercapai kefokusan
terhadap ilmu yang dipelajari.
8
DAFTAR PUSTAKA
http://nitazaharanasution.blogspot.com/2017/03/laporan-inalum.html
https://www.academia.edu/9439318/TUGAS_MANAJEMEN_STRATEGI_ANALISIS_PT.
_INDONESIA_ASAHAN_ALUMINIUM_INALUM_Diusulkan_oleh_Tri_Kurnia_Maulid
a_110810301061