Oleh
I MADE DWI SAPUTRA
NIM. 1711907
2018
A. PROSES PEMBUATAN PELLET BIJIH BESI, PELLETIZING
Pada prinsipnya proses pelletizing terdiri dari dua tahapan utama yaitu proses
aglomerasi/pembuatan pellet dan tahapan indurasi/pemanasan pengerasan. Tahap
aglomerasi merupakan proses pembentukan bola-bola kecil berukuran antara 8 – 25
mm dari serbuk konsentrat/bijih/mineral. Pellet hasil aglomerasi ini disebut sebagai
green pellet. Sedangkan indurasi adalah proses pemanasan terhadap produk hasil
aglomerasi atau green pellet pada temperatur sekitar 1.200 o Celcius. Indurasi
dilakukan di dalam dapur pemanas yang disebut dengan indurator. Produk dari tahap
indurasi ini disebut sebagai burnt pellet atau pellet bakar.
Tujuan utama dari tahapan induration adalah untuk mendapatkan pellet yang
memiliki sifat-sifat metalurgis seperti sifat mekanik atau kekuatan dan sifat reduksi.
Kekuatan diperlukan agar pellet tahan terhadap beban mekanik selama proses
berikutnya. Sedangkan sifat reduksi diperlukan untuk mempermudah terjadinya
proses reduksi selama pembuatan sponge.Pada Tahapan ini terjadi reaksi antara
oksigen yang terkandung dalam udara dengan senyawa yang terdapat dalam Green
pellet. Kandungan air dan senyawa-senyawa yang mudah terbakar akan terlepas.
Dengan oksigen berlebih ini mineral besi yang semula magnetite (Fe 3O4) dapat
berubah menjadi hematite (Fe2O3). Setelah tahapan indurasi ini akan dihasilkan pellet
yang memiliki sifat-sifat metalurgis yang dibutuhkan.
Green pellet yang sudah kering kemudian diumpankan ke proses indurasi. Unit
indurasi dilengkapi dangan indurator dan gasifier. Gasifier berfungsi sebagai
sumbar bahan bakar yang dugunakan untuk proses pemanasan pada indurator.
Green pellet diumpan dari bagian atas indurator. Gas bahan bakar dari gasifier
dimasukkan ke bagian chamber indurator dan dibakar dengan udara. Pellet yang
sudah mengalami indurasi dikeluarkan dari bagian bawah indurator.
1. Pengertian Umum
Pasir besi terdiri dari mineral opak yang bercampur dengan butiran-butiran dari
mineral non logam seperti, kuarsa, kalsit, feldspar, ampibol, piroksen, biotit, dan
tourmalin. mineral tersebut terdiri dari magnetit, titaniferous magnetit, ilmenit, limonit,
dan hematit, Titaniferous magnetit adalah bagian yang cukup penting merupakan
ubahan dari magnetit dan ilmenit. Mineral bijih pasir besi terutama berasal dari batuan
basaltik dan andesitik volkanik. Kegunaannya pasir besi ini selain untuk industri logam
besi juga telah banyak dimanfaatkan pada industri semen.
Di dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia disebutkan bahwa pasir besi adalah
biji laterit dengan kandungan pokok berupa mineral oksida besi. Pasir besi biasanya
mengandung juga beberapa mineral oksida logam lain, seperti vanadium, titanium,
dan krominum, dalam jumlah kecil.Pasir yang mengandung biji besi ini adalah bahan
galian yang mengandung mineral besi, yang dapat digunakan secara ekonomis
sebagai bahan baku pembuatan besi logam atau baja. Persyaratan utama yang harus
dipenuhi adalah kandungan Fe-nya harus lebih dari 51,5 %.
- Pasir besi didapatkan dalam bentuk senyawa dan bercampur dengan kotoran-
kotoran lainnya
maka sebelum dilakukan peleburan/penghancuran/ crushing, biji besi tersebut
terlebih dahulu harus dilakukan pemurnian untuk mendapatkan konsentrasi biji yang
lebih tinggi (25 - 40% Fe).
-Proses pemurnian ini dilakukan dengan metode : crushing, grinding, screening, washing
(pencucian), dan Roasting / Pemanggangan.
Bahan baku utama adalah Pasir Besi (Iron Sand), umumnya terdapat di alam
Indonesia yang mempunyai kadar besi (Fe) sekitar 35% – 40% berbentuk besi
oksida hematit (Fe2O3) dan bercampur dengan material ikutan seperti SIO2,
Al2O3, CaO, MgO, TiO2, Cr2O3, NiO2, P, S dan H2O. Secara umum pasir besi
terdiri dari mineral opak yang bercampur dengan butiran-butiran dari mineral non
logam seperti, kuarsa, kalsit, feldspar, ampibol, piroksen, biotit, dan tourmalin. Mineral
tersebut terdiri dari magnetit, titaniferous magnetit, ilmenit, limonit, dan hematit,
Titanife- rous magnetit adalah bagian yang cukup penting, bahan ini merupakan
ubahan dari magnetit dan ilmenit. Mineral biji pasir besi tersebut berasal dari batuan
basaltik dan andesitik vulkanik, yang sering didapatkan didaerah pesisir pantai dan
tepian sungai yang berhubungan dengan gunung berapi.
Kegunaannya pasir besi ini selain untuk industri logam besi juga telah banyak
dimanfaatkan pada industri semen. Pasir besi ini banyak didapat didaerah seperti di
Sumatera, Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores, dan Timor. Jadi selama ini para
pengusaha tambang hanya mengekspor bahan mentah (raw material) ke negara lain
kemudian melalui proses pengolahan hasil produksinya yang berupa Sponge
Iron maupun Pig Iron diimpor kembali ke Indonesia yang tentunya sudah dalam harga
beli yang berpuluh kali lipat. Disini tidak terdapat nilai tambah bagi negara (Indonesia),
tidak ada peningkatan pendapatan potensi daerah, tidak ada penyerapan tenaga kerja
dan tidak ada penambahan devisa negara. Dengan dikeluarkan Peraturan Menteri
ESDM No. 7 Tahun 2012 tentang peningkatan nilai tambah mineral melalui Kegiatan
Pengolahan dan Pemurnian Mineral, bahwa para pemilik/pengusaha tambang tidak
diperbolehkan lagi mengekspor bahan mentah/raw material. Dari sini diharapkan para
pemilik/pengusaha tambang untuk melakukan kegiatan proses pengolahan atau
pemurnian di Indonesia sehingga bisa meningkatkan potensi pendapatan daerah,
pembukaan lapangan kerja baru sehingga ada nilai tambah untuk negara Indonesia.
Untuk menjembatani terjadinya hubungan yang hilang antara industri penambangan
dan industri baja ini, maka dibutuhkan integrasi yaitu iron making industri.
Sponge Iron (besi spons) adalah produk setengah jadi / intermediate yang
mempunyai kandungan besi (Fe) minimum 90%, berbentuk bola-bola dengan
diameter 12 mm dengan kekuatan tekan 250 MPa (25 kg/mm2) dipakai sebagai bahan
baku/dasar industri baja yang berbasis proses asam dicampur dengan besi
skrap/bekas/rosokan dan diproses di dapur listrik yang menghasilkan baja.Sponge
Iron juga dikenal sebagai besi tereduksi langsung, adalah produk yang dihasilkan dari
biji besi. Biji besi ini sering dalam bentuk pelet atau bulatan, dan mengacu kepada
proses reduksi yang dibuat dengan menggunakan gas pengurang yang dipancarkan
dari batubara atau sumber gas alam. Sponge Iron dapat diproduksi dalam beberapa
jenis tungku, termasuk oven kokas atau arang, tungku ledakan, dan tungku oksigen
dasar.
Bahan:
1. Biji besi, antara lain :
batu besi coklat atau limonit (2Fe2O3 + 3H2O)
batu besi merah atau hematit (Fe2O3)
batu besi magnet (Fe2O4)
batu besi kalsit (FeCO3)
2. Kokas
3. Batu Kapur
3. Batu kapur
Batu kapur sebagai bahan tambahan gunanya untuk mengikat abu kokas dan batu-
batu ikutan hingga menjadi terak yang dengan mudah dapat dipisahkan dari besi
kasar.
Proses pembuatan:
1. Biji besi yang sumbernya dari dalm perut bumi tentu tidak hanya mengandung unsur
ferro. Biji besi tersebut berbentuk bongkahan bongkahan batu yang didalamnya masih
terdapat pasir, tanah liat, dan batu-batuan yang lainnya sehingga dilakukan
pemisahan antara biji besi dengan bahan-bahan lainnya yang tidak digunakan.
pemisahan ini menggunakan tromol magnet.
3. Biji besi yang telah dicuci dan dikelompokkan, kemudian dipanggang, tujuannya
adalah untuk mengeluarkan unsur yang mudah menjadi gas. Biji biji besi tersebut akan
dimasukkan kedalam dapur tinggi bersama dengan bahan bahan lainnya.
5. Bahan bahan besi kasar kemudian dimasukkan kedalam dapur tinggi, berturut turut
kokas, bahan tambahan dan biji besi. Besi cair di dalam dapur tinggi, kemudian dicerat
dan dituang menjadi besi kasar, dalam bentuk balok-balok besi kasar yang digunakan
sebagai bahan ancuran untuk pembuatan besi tuang (di dalam dapur kubah), atau
dalam keadaan cair dipindahkan pada bagian pembuatan baja di dalam konvertor
atau dapur baja yang lain, misalnya dapur Siemen Martin.
Gambar 1 : Dapur tinggi (blast furnace)
Di bagian atas dapur tinggi pada suhu 3000 sampai 8000 C oksid besi yang lebih
tinggi diubah menjadi oksida yang lebih rendah oleh reduksi tidak langsung dengan
CO tersebut menurut prinsip :Fe2O3+CO -------> 2FeO+CO2
Pada waktu proses berlangsung muatan turun ke bawah dan terjadi reduksi tidak
langsung menurut prinsip
:FeO+CO ---------> FeO+CO2
Reduksi ini disebut tidak langsung karena bukan zat arang murni yang mereduksi
melainkan persenyawaan zat arang dengan oksigen. sEdangkan reduksi langsung
terjadi pada bagian yang terpanas dari dapur, yaitu langsung di atas pipa pengembus.
Reduksi ini berlangsung sebagai berikut.
FeO+C --------> Fe+CO
CO yang terbentuk itulah yang naik ke atas untuk mengadakan reduksi tidak langsung
tadi.
Setiap 4 sampai 6 jam dapur tinggi dicerat, pertama dikeluarkan teraknya dan baru
kemudian besi. Besi yang keluar dari dapur tinggi disebut besi kasar atau besi mentah
yang digunakan untuk membuat baja pada dapur pengolahan baja atau dituang
menjadi balok-balok tuangan yang dikirimkan pada pabrik-pabrik pembuatan baja
sebagai bahan baku.
Besi tuang dihasilkan dengan cara mencairkan besi kasar di dalam dapur
yang sesuai. Terlebih dahulu ditambahkan besi bekas atau baja bekas sebelum
proses pencairan berlangsung atau sebelum proses penuangan dilaksanakan.
Logam ini termasuk logam yang tidak mahal (harganya lebih murah daripada
logam-logam lainnya). Besi tuang dalam jumlah yang besar dihasilkan dari
pencairan besi bekas dan baja bekas.
Besi tuang yang berkualitas tinggi dihasilkan dengan cara "suntikan" atau
menambahkan grafit ke dalam besi cair sewaktu masih dalam panci-panci tuangan.
Suntikan dilakukan pada besi tuang supaya pembentukan strukturya oleh grafit
dapat dikontrol. Besi tuang paduan dihasilkan dengan cara pemurnian dan
penambahan unsur-unsur paduan ke dalam besi tuang cair pada waktu masih
berada di dalam dapur atau setelah dikeluarkan dari dalam dapur.
1. Dapur-Dapur Peleburan
a. Dapur Kubah
Dapur kubah adalah suatu dapur yang paling banyak digunakan untuk
memproduksi besi tuang. Sekitar 90% produksi besi tuang di dunia dikerjakan
secara ekonomis dalam mencairkan besi kasar, besi bekas, dan baja bekas. Dapur
ini termasuk dapur tinggi dalam skala kecil yang terdiri dari logam-logam disusun
berbentuk silinder dan bagian dalamnya dilapisi dengan batu tahan api.
Bahan mentah yang dimasukkan ke dalam dapur terdiri dari besi kasar, besi
dan baja bekas, kokas, batu kapur, dari udara dengan tekanan atmosfer 0,23
kg/cm2. Bahan mentah yang pertama terbakar adalah kokas. Kokas digunakan
untuk memanaskan dapur dan mencairkan bahan logam dan bahan imbuh.
Kemudian terjadi reduksi unsur-unsur campuran dan pelarutan gas bahan bakar ke
dalam cairan logam sehingga terbentuk terak cair. Logam cair dan terak cair turun
ke bagian bawah dapur, seterusnya dikeluarkan melalui lubang laluan besi tuang
cair dan terak cair.
Gambar 1 : Dapur Kubah
b. Dapur Aduk
Dapur aduk disebut juga dapur udara. Dapur aduk dapat digunakan berulang-
ulang untuk mencairkan logam untuk kebutuhan yang spesial dan seragam,
misalnya untuk digiling dingin. Dapur jenis ini terutama digunakan untuk
memproduksi besi tempa atau besi aduk. Dalam prows produksi besi tuang
digunakan pasir untuk lapisan atas bagian alasnya dan kokas sebagai bahan bakar.
Bahan bakar kokas dinyalakan dan dibakar di atas, tungku. Panas yang
dihasilkannya digunakan untuk memanaskan bagian atas dapur. Kemudian pangs
dipantulkan ke permukaan bahan yang akan dicairkan sehingga bahan bakar tidak
bersinggungan dengan bahan logam cair. Proses peleburan terjadi secara
perlahan-lahan. Berdasarkan penjelasan di atas dapur aduk termasuk dapur yang
kurang ekonomis. Walaupun demikian, dapat dilakukan pengontrolan tertutup pada
komposisi campuran besi tuang. Di samping itu, dapur aduk jugs digunakan untuk
memproses logam cair dalam jumlah yang besar dan komposisi campuran yang
seragam atau tidak seragam.
Dapur rotasi adalah dapur pelebur logam yang digunakan untuk membuat besi tuang
yang mempunyai kualitas khusus. Dapur ini menggunakan bahan bakar minyak atau gas.
Bahan bakar digunakan untuk memanaskan bahan-bahan, sehingga terjadi prows
pencairan. Pada waktu bekerja dapur berputar, digerakkan oleh rantai-rantai pemutar.
Perhatikan Gambar 4.3.
d. Dapur Listrik
Dapur listrik digunakan untuk melebur bahan-bahan logam untuk membuat besi
tuang. Besi tuang yang dihasilkan mempunyai kualitas tinggi karena bahan-bahan logam
cair tidak bersinggungan dengan bahan bakarnya. Dapur listrik ini mempunyai
prinsip yang sama dengan dapur listrik yang digunakan untuk memproduksi baja. Jenis
yang digunakan adalah dapur listrik busur nyala tidak langsung dan busur nyala langsung.
Struktur besi tuang dapat disesuaikan dengan mengatur komposisi kimia Jan
pelarutan unsur-unsur campurannya. Silikon (Si) dapat menaikkan nembentukan
grafit. Lapisan silikon (Si) berwarna kelabu apabila campurannya dikontrol pada
persentase tertentu. Besi ini sewaktu membeku menjadi keras Jan lapisannya
berwarna putih karena pengaruh campuran unsur sulfur.
Apabila besi tuang sukar untuk dibentuk, diperlukan besi tuang yang
filempunyai lapisan tipis dan temperatur pencairan rendah. Besi tuang harus i i
iengandung fosfor sekitar 1% sehingga besi tuang mudah dibentuk dan dicairkan.
Fosfor membuat besi menjadi logam yang rapuh. Apabila kekuatannya yang
dibutuhkan maka campuran fosfor tidak diperlukan.
Komposisi unsur-unsur campuran yang larut di dalam besi tuang terdiri dari
fosfor, sulfur, silikon, dan mangan, di samping unsur pokok besi dan karbon.
Pengaruh unsur-unsur campuran di dalam besi tuang adalah sebagai berikut.
Pelarutan unsur silikon (Si) di dalam besi dapat mengurangi sifat larut unsur
karbon di dalam besi. Dengan demikian, silikon dapat digunakan untuk
mengontrol jumlah persentase unsur karbon yang larut di dalam besi. Apabila di
dalam larutan besi tuang tidak terdapat unsur silikon maka strukturnya berwarna
putih. Tetapi apabila ditambahkan unsur silikon dan didinginkan secara
perlahan-lahan maka strukturnya berwarna kelabu kehitam-hitaman. Besi tuang
yang didinginkan secara tiba-tiba strukturnya berwarna putih walaupun
mengandung unsur silikon. Untuk membentuk ferro silikon (logam besi silikon),
besi tuang cair ditambahkan dengan silikon sekitar 8 – 20%.
c. Unsur Mangan
Pelarutan unsur mangan di dalam besi tidak lebih dari 1,2%. Unsur mangan
akan menaikkan kekerasan dan kekuatan tarik pada besi tuang. Untuk
membentuk mangan silikon, 50 – 70% unsur mangan ditambahkan ke dalam
besi cairan sewaktu dalam panci tuangan.
d. Unsur Sulfur
Pelarutan unsur sulfur di dalam besi akan membuat besi tuang menjadi kuat
dan cenderung memelihara kondisinya berwarna putih. Oleh karena itu, persentase
campuran sulfur di dalam besi harus dikontrol dan dijaga serendah mungkin.
e. Unsur Fosfor
Pelarutan unsur fosfor (P) di dalam besi adalah di atas 1,7% tanpa terjadi
pembentukan besi fosfit. Kehadiran unsur karbon di dalam besi dapat mengurangi sifat
dapat larut unsur fosfor di dalam besi tuang. Pelarutan unsur fosfor di dalam besi akan
membuat besi tuang bersifat lemah dan mengurangi ketahanannya terhadap
guncangan. Apabila larutnya unsur di dalam besi membentuk besi fosfit, akan
membuat besi tuang mempunyai titik cair yang rendah. Selain itu akan membuat cairan
besi lebih cair pada waktu dipanaskan karena besi fosfit akan cair pada temperatur
950°C.
Besi 93 — 96
Karbon 1,80-4
Fosfor 0,05 — I
Sulfur 0,05 —0,12
Mangan 0,04— 1,20
Silikon 1 — 1,20
Baja karbon diproduksi didalam dapur pengolahan baja dari besi kasar baik padat
maupun cair, besi bekas ( Skrap ) dan beberapa paduan logam. Ada beberapa proses
pembuatan baja karbon antara lain :
1. Proses Konvertor
Terdiri dari satu tabung yang berbentuk bulat lonjong dengan menghadap kesamping.
Sistem kerja
Dipanaskan dengan kokas sampai ± 1500 0C,
Dimiringkan untuk memasukkan bahan baku baja. (± 1/8 dari volume konvertor)
Kembali ditegakkan.
Udara dengan tekanan 1,5 – 2 atm dihembuskan dari kompresor.
Setelah 20-25 menit konvertor dijungkirkan untuk mengelaurkan hasilnya.
Proses konvertor terdiri dari:
Keuntungan :
Proses :
Pemanasan pendahuluan agar bebas dari uap cair.
Bahan bakar (arang kayu dan kokas) dinyalakan selama ± 15 jam.
Kokas dan udara dihembuskan dengan kecepatan rendah hingga kokas mencapai
700 – 800 mm dari dasar tungku.
Besi kasar dan baja bekas kira-kira 10 – 15 % ton/jam dimasukkan.
15 menit baja cair dikeluarkan dari lubang pengeluaran.
Untuk membentuk terak dan menurunkan kadar P dan S ditambahkan batu kapur
(CaCO3) dan akan terurai menjadi:
Proses pembuatan baja karbon dimulai dengan proses ekstraksi bijih besi. Proses
reduksi umumnya terjadi di dalam tanur tiup (blast furnace) di mana di dalamnya bijih
besi (iron ore) dan batu gamping (limestone) yang telah mengalami pemanggangan
(sintering) diproses bersama-sama dengan kokas (cokes) yang berasal dari batubara.
Serangkaian reaksi terjadi di dalam tanur pada waktu dan lokasi yang berbeda-beda,
tetapi reaksi penting yang mereduksi bijih besi menjadi logam besi adalah sebagai
berikut:
Fe2O3 + 3CO à 2Fe + 3CO2
Gambar 2 : Proses Peleburan Besi
Luaran utama dari proses ini adalah lelehan besi mentah (molten pig iron) dengan
kandungan karbon yang cukup tinggi (4% C) beserta pengotor-pengotor lain seperti
silkon, mangan, sulfur, dan fosfor . Besi mentah ini belum dapat dimanfaatkan secara
langsung untuk aplikasi rekayasa karena sifat-sifat (mekanis)-nya belum sesuai dengan
yang dibutuhkan karena pengotor-pengotor tersebut. Besi mentah berupa lelehan atau
coran selanjutnya dikirim menuju converter yang akan mengkonversinya menjadi baja.
Proses pembuatan baja karbon umumnya berlangsung di tungku oksigen-basa (basic-
oxygen furnace). Di dalam tungku ini besi mentah cair dicampur dengan 30% besi tua
(scrap) yang terlebih dahulu dimasukkan ke dalam tanur. Selanjutnya, oksigen murni
ditiupkan dari bagian atas ke dalam leburan, bereaksi dengan Fe membentuk oksida besi
FeO. Beberapa saat sebelum reaksi dengan oksigen mulai berlangsung, fluks pembentuk
slag dimasukkan dalam jumlah tertentu.
Oksida besi atau FeO selanjutnya akan bereaksi dengan karbon di dalam besi mentah
sehingga diperoleh Fe dengan kadar karbon lebih rendah dan gas karbon monoksida.
Reaksi penting yang terjadi di dalam tungku adalah sebagai berikut:
FeO + C à Fe + CO
Selama proses berlangsung (sekitar 22 menit), terjadi penurunan kadar karbon dan
unsur-unsur pengotor lain seperti P, S, Mn, dalam jumlah yang signifikan.
Gambar 3 : Baja Karbon (Pipa)