Anda di halaman 1dari 27

TUGAS MAKALAH

PERENCANAAN BENGKEL PEMESINAN

Oleh:

ALFIAN BAGUS EKA PUTRA


NIM. 201511006

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI
BONTANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam merancang bengkel pemesinan ada beberapa aspek yang perlu di
pertimbangkan dan dalam bengkel pemesinan seperti pengoperasian alat mesin
bubut, mesin frais, mesin skrap, mesin gerinda dan mesin CNC dan setra alat
bengkel yang menunjang produksi bengkel pemesinan itu sendiri secara pabrikasi
dan sper part alat yang dibutuhkan .Untuk itulah penyusun melakukan observasi
dalam rangka memenuhi tugas Manajemen Bengkel, yaitu untuk mengetahui
identitas bengkel pemesinan, kondisi bengkel pemesinan, struktur organisasi
bengkel pemesinan, jenis dan fungsi alat dan mesin-mesin pada bengkel pemesinan,
tata letak pada bengkel pemesinan, pengaturan utilitas pada bengkel pemesinan,
penerangan, pengaturan ventilasi, suhu udara dan kelembaman pada bengkel
pemesinan, analisis terhadap kondisi bengkel pemesinan, analisis terhadap
keselamatan kerja di bengkel pemesinan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana identitas bengkel pemesinan?
2. Bagaimana kondisi bengkel pemesinan?
3. Bagaimana struktur organisasi bengkel pemesinan?
4. Apa saja jenis dan fungsi alat dan mesin-mesin pada bengkel pemesinan?
5. Bagaimana tata letak pada bengkel pemesinan?
6. Bagaimana analisis terhadap keselamatan kerja di bengkel pemesinan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui identitas bengkel pemesinan.
2. Untuk mengetahui kondisi bengkel pemesinan.
3. Untuk mengetahui struktur organisasi bengkel pemesinan.
1
4. Untuk mengetahui tata letak pada bengkel pemesinan.
5. Untuk mengetahui analisis terhadap keselamatan kerja di
bengkel pemesinan.

2
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Bengkel Pemesinan

Pengertian bengkel secara umum tempat (bangunan atau ruangan) untuk


perawatan / pemeliharaan, perbaikan, modifikasi alat dan mesin (alsin), tempat
pembuatan bagian mesin dan perakitan alsin. Sedangkan Bengkel pertanian
merupakan tempat untuk melakukan pembuatan, perbaikan, penyimpanan dan
perawatan berbagai alat mesin pertanian. Di dalam bengkel harus terdapat alat-alat
dan bahan-bahan yang menunjang kegiatan-kegiatan yang dilakukan di bengkel
tersebut. Dan setiap pihak yang bersangkutan dengan kegiatan ini harus memahami
masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Perkakas bengkel hampir selalu tersedia
pada setiap satuan kehidupan. Bahkan di rumah tangga biasapun kebanyakan akan
ditemukan peralatan bengkel minimal, yang digunakan untuk perawatan dan
perbaikan barang-barang keperluan rumah tangga. Juga di kantor-kantor, banyak
pekerjaan perawatan kecil yang lebih efisien jika dilakukan sendiri oleh karyawan
kantor tersebut. Pekerjaan perbengkelan selalu dibutuhkan oleh setiap unit
kehidupan. Hal tersebut disebabkan oleh sifat alami barang-barang perlengkapan
kehidupan yang selalu membutuhkan perawatan serta mengalami kerusakan dari
waktu ke waktu. Dapat dikatakan bahwa pekerjaan perbengkelan hampir selalu
menyertai setiap pemilikan barang.

Pada suatu perusahaan yang banyak menggunakan mesin, adanya bengkel


adalah hal yang penting. Mesin-mesin perlu dirawat secara berkala, sehingga
membutuhkan perkakas perawatan. Mesin-mesin juga mengalami kerusakan dalam
pemakaiannya, sehingga diperlukan perbaikan. Jika mesin tidak dirawat dengan
semestinya, maka umur pemakaian akan berkurang sehingga merugikan perusahaan.
Jika mesin rusak, maka jadwal kegiatan akan terganggu sehingga akan merugikan
perusahaan. Pada suatu usaha tani, seberapapun ukuran usaha taninya, pastilah
digunakan alsin pertanian. Untuk usaha tani yang paling sederhana misalnya, dengan
alat yang dipakai adalah cangkul dan sabit, setidaknya akan diperlukan perkakas

3
pengasah semisal batu gerinda atau kikir. Untuk usaha tani yang ukurannya lebih
besar, dengan alsin yang lebih beragam dan lebih rumit, tentulah diperlukan perkakas
yang lebih banyak. Jika alsin yang dimiliki perusahaan tidak terlalu banyak, biasanya
lebih efisien dan ekonomis untuk menggantungkan perbaikan pada perusahaan
bengkel komersial. Namun jika pemilikan alsin jumlahnya banyak, biasanya
pemilikan bengkel sendiri lebih efisien dan ekonomis.

Pada usaha tani dengan skala yang lebih besar, pentingnya bengkel semakin
nyata. Alsin dimiliki suatu perusahaan pertanian adalah untuk dapat digunakan
dengan semestinya, sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Jika alsin mengalami
kerusakan maka jadwal kerja akan terganggu, yang pada giliran selanjutnya akan
merugikan secara ekonomi.

Berdasarkan fungsinya Bengkel Pertanian dibagi kedalam:

1. Bengkel Kecil dan Sederhana ( Small Scale)

Jenis bengkel ini biasanya hanya digunakan untuk melakukan perawatan pada
mesin pertanian dan peralatan yang sederhana.

1. Bengkel Menengah (Medium Scale)

Jenis bengkel ini, selain sebagai tempat perawatan mesin dan alat, biasanya
digunakan untuk lapangan atau field-workshop. Yaitu sebagai pusat perawatan bagi
distributor alat mesin pertanian untuk mendukung pelayanan penjualan.

1. Bengkel Ukuran Besar (Large Scale)

Jenis bengkel ini bersifat tetap atau permanen yaitu memiliki fasilitas-fasilitas
seperti yang ada pada pabrik produksi skala besar. Fungsi dari bengkel ini sebagai
base-workshop dengan ukuran yang lebih besar daripada bengkel medium scale,
untuk menangani pekerjaan bongkaran atau bongkar pasang, memperbaiki dan
mengganti suku cadang, untuk membuat beberapa bagian mesin dan alat pertanian
yang rusak.

4
2.2 Kondisi Bengkel

Bengkel Pemesinan pada umumnya yang digunakan berfungsi sebagai


tempat berlangsungnya kegiatan pekerjaan membubut lurus, bertingkat, tirus, ulir
luar dan dalam, memfrais lurus, bertingkat, roda gigi, menggerinda-alat,
mengebor, dan pengepasan/pemasangan komponen. Bengkel ini menghasilkan
produk yang berupa produk temporer dan produk masal, yang dibanyak di
butuhkan spare part untuk sarana masyarakat dan perusahaan.
Luas bengkel ini adalah 202,5 m2 untuk menampung 20 pekerja, yang meliputi
area kerja mesin bubut, area kerja mesin frais, area kerja mesin gerinda, area kerja
CNC, dapur, ruang kepala laboratorium, ruang penyimpanan, dan ruang
instruktur.

Di dalam sebuah workshop permesinan memiliki 7 orang supervesior yang


bertanggung jawab pada beberapa bengkel dan laboraturium yang meliputi
bengkel kerja bangku, bengkel pemesinan, laboratorium CNC, bengkel
pengelasan, bengkel pengecoran, laboratorium pneumetik, bengkel elektronika
dasar, laboratorium logam, laboratorium konversi energi, laboratorium gambar,
dan laboratorium komputer. Jadi, bengkel pemesinanini tidak memiliki
laboratorium khusus yang hanya bertanggung jawab pada satu bengkel, yaitu
bengkel pemesinan.

2.3 Struktur Organisasi dan Job Description


Struktur organisasi tertinggi pada bengkel Pemesinan terletak pada manager
sarana bengkel. Manajer sarana bengkel ini memiliki tugas dan wewenang, yaitu
menyusun rencana, memberi petunjuk, mengkoordinasikan dan mengevaluasi
pelaksanaan kegiatan produksi dan sarana sharing knowlead, dibawah manajer
sarana bengkel adalah supervisor laboratorium per bidang masing-masing . tugas
dan wewenang supervisor diantaranya adalah merencanakan pengadaan alat dan
bahan laboratorium, menyusun jadwal dan tata tertib penggunaan laboratorium,
mengatur inventarisasi dan pengadministrasian pemakaian alat laboratorium dan
workshop, dan menyusun laporan pelaksanaan kegiatan workshop dan
laboratorium

5
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Jenis dan Fungsi Peralatan/Mesin-Mesin pada Bengkel Pemesinan

Bengkel Pemesinan pada sebuah bengkel permesinan ini memiliki beberapa


jenis mesin, yaitu 14 unit mesin bubut, 2 unit mesin skrap, 3 unit mesin frais, 3 unit
mesin gerinda, 1 unit mesin CNC bubut, 2 unit mesin CNC frais , peralatan yang
mendukung sarana produksi pabrikasi yang dilaksanakan di bengkel ini, serta
perabot bengkel.

Mesin bubut berfungsi untuk memotong benda dengan cara diputar. Mesin skrap
berfungsi untuk merubah bentuk serta ukuran benda kerja seperti apa yang
diinginkan, meratakan sebuah bidang datar, tegak maupun bidang miring, membuat
bidang yang bersudut atau bertingkat, serta membuat alur pasak, alur ekor burung
bahkan alur V. Mesin frais berfungsi untuk membuat/menghasilkan satu atau lebih
permukaan benda dengan menggunakan alat pemotong satu atau lebih. Mesin
gerinda berfungsi untuk untuk menghaluskan benda kerja atau untuk mengasah
mempertajam benda seperti pisau, golok dan senjata tajam lainnya. Mesin CNC
berfungsi untuk menggantikan pekerjaan operator dalam mesin perkakas
konvensional.

Peralatan yang dimiliki oleh Bengkel Pemesinan ini adalah kartel, kunci inggris
yang berfungsi untuk melepas atau mengencangkan mur atau baut dimana ukuran
kunci pas dan ring tidak ada yang sesuai, tetapi kunci ini tidak ditujukan untuk beban
berat, kunci L yang berfungsi untuk membuka baut L dalam keadaan miring, bevel
protector yang banyak dipakai pada gambar arsitektur dan mesin sebelum
perangkat lunak CAD banyak digunakan, gergaji yang berfungsi untuk memotong,
obeng yang berfungsi untuk melepas atau mengencangkan skrup, tang kakak tua
yang berfungsi untuk sebagai pemotong kawat dan kabel, tang kombinasi yang
berfungsi untuk memotong, menjepit dan sebagainya merupakan gabungan dari
fungsi berbagai jenis tang., gunting yang berfungsi untuk memotong, gunting plat
yang berfungsi untuk memotong plat.

6
Perabot bengkel yang dimiliki oleh Bengkel Pemesinan ini adalah sebuah white
board untuk pembelajaran yang bersifat teoritik, 4 buah black board untuk
memasang rincian spesifikasi benda/bahan kerja, sebuah papan pengumuman, 2
tempat sampah masing – masing untuk sampah logam dan non logam, 2 rak untuk
menyimpan alat, 1 lemari simpan alat dan bahan, sebuah kotak PPPK, sebuah kotak
kontak, 6 buah bangku, 1 set meja dosen, sebuah papan untuk menggantung alat
kerja.

Gambar 3.1 : Mesin pada Bengkel Pemesinan

Gambar 3.2 :Kotak PPPK

7
Gambar 3.3 :Tempat Penyimpanan Alat Kerja

8
3.2 Tata Letak Bengkel Pemesinan

3.2.1 Denah Ruang

Bengkel Pemesinan ini terletak di dalam Workshop Mesin. Ruangannya menghadap


ke utara. Di dalam bengkel ini terdapat ruang instruktur yang bersebelahan dengan
ruang kepala bengkel, keduanya menghadap ke selatan. Di sebelah barat ruangan
terdapat dapur yang di dalamnya terdapat tempat untuk

mencuci tangan. Di tepi bengkel sebelah utara terdapat 3 unit mesin frais. Di tepi
bengkel sebelah barat terdapat 2 unit mesin skrap. Di sebelah kanan ruang kepala
laboratorium terdapat 2 unit mesin gerinda. Dan di bagian tengah bengkel dipenuhi
oleh 14 unit mesin bubut.

Gambar 3.4 : Denah Ruang Bengkel Pemesinan

9
Gambar 3.5 : Denah Ruang Bengkel CNC

3.2.2. Tata Letak Peralatan/Mesin-Mesin

Bengkel Pemesinan ini menggunakan sistem tata letak berdasarkan fungsi


(functional layout), sehingga peletakan mesin dikelompokkan berdasarkan jenis
mesin yang ada. Tata letak dalam bengkel merupakan hal yang penting, karena dapat
mempengaruhi efisiensi bengkel,

keselamatan kerja pekerja, serta kepuasan dan kenyamanan dalam melakukan


pekerjaan di dalam bengkel.

Gambar 3.5 : Tata Letak Mesin

10
3.2.3. Instalasi Listrik dan Kebutuhan Daya

Bengkel Pemesinan ini membutuhkan daya 900 volt untuk mesin skrap, 900 volt
untuk mesin frais, 900 volt untuk mesin bubut AM C3, 900 volt untuk mesin
gerinda, 100 ampere untuk mesin CNC, dan 900 volt untuk penerangan.

Gambar 3.6 : Instalasi Listrik dan Kebutuhan Daya

3.3. Utilitas

3.3.1. Pengaturan Jaringan Transportasi

Karena bengkel ini merupakan bengkel produksi dan memberlakukan tata letak
mesin berdasarkan fungsi yang meletakkan mesin dengan cara dikelompokkan
berdasarkan jenisnya, sehingga jaringan transportasi pengerjaan benda kerja di
dalam bengkel ini pun dilaksanakan berdasarkan urutan materi pembelajaran. Hal
ini dilakukan untuk mempermudah pengawasan dosen

terhadap aktivitas pekerja di dalam bengkel, mempermudah supervisor untuk


memberikan materi serta mengarahkan pekerja, memberikan kenyamanan bagi
supervisor dan pekerja saat di dalam bengkel, meningkatkan keterampilan pekerja
mengoperasikan mesin tertentu karena dilatih secara kontinyu, serta memberi
kelengkapan bagi teori, sehingga antara teori dan praktik tidak menjadi dua hal
yang terpisah.

11
3.3.2 Pengaturan dan Perawatan Jaringan Air

Di dalam bengkel pemesinan ini penggunaan air hanya sebatas untuk keperluan
toilet dan membersihkan diri setelah melakukan praktikum di dalam bengkel,
sehingga kebutuhan air di dalam bengkel sangat sedikit.

3.3.3 Pengaturan Limbah (Cair, Padat, dan Gas)

Dalam menjalankan fungsinya sebagai tempat sarana produksi pemesinan, Bengkel


Pemesinan tidak hanya menghasilkan output berupa produk temporer, namun juga
menghasilkan limbah sebagai sisa buangan bahan produksi. Limbah yang dihasilkan
bengkel ini berupa limbah padat dan cair, tidak menghasilkan limbah gas.

Jumlah limbah logam yang sedikit menyebabkan limbah logam yang merupakan
sisa bahan produksi yang tidak terpakai ini tidak dapat didaur ulang. Limbah logam
dikumpulkan agar tidak berbahaya bagi lingkungan sedangkan limbah non logam
dikumpulkan di tempat sampah sebagai tempat pembuangan sementara lalu
diangkut bak truk work shop untuk dibuang di tempat pembuangan akhir.

Penerangan, Pengaturan Ventilasi, Suhu Udara dan Kelembaman.

12
Tabel 1. Prasarana Ruang Pemesinan
No Jenis Rasio Deskripsi

1 Area kerja bangku 8 m²/pekerja Kapasitas untuk 8 pekerja,

Luas minimum adalah 64 m²,

Lebar minimum adalah 8 m.

2 Ruang pengukuran 6 m²/pekerja Kapasitas untuk 4 pekerja, Luas

dan pengujian minimum adalah 24 m²,

logam. Lebar minimum adalah 4 m.

3 Area kerja mesin 8 m²/pekerja Kapasitas untuk 8 pekerja, Luas

bubut minimum adalah 64 m²,

Lebar minimum adalah 8 m.

4 Area kerja mesin 8 m²/pekerja Kapasitas untuk 4 pekerja, Luas

frais minimum adalah 32 m²,

Lebar minimum adalah 4 m.

5 Area kerja mesin 8 m²/pekerja Kapasitas untuk 4 pekerja, Luas

gerinda minimum adalah 32 m²,

Lebar minimum adalah 4 m.

6 Ruang kerja 6 m²/pekerja Kapasitas untuk 4 pekerja, Luas

pengepasan minimum adalah 24 m²,

Lebar minimum adalah 4 m.

7 Ruang penyimpanan 4 m²/pekerja Luas minimum adalah 48 m²,

dan instruktur Lebar minimum adalah 6 m.

12
Tabel 2. Standar Sarana Pada Area Kerja Bangku.

No Jenis Rasio Deskripsi


1. Perabot
1.1. Meja kerja 1 set/area Minimum 8 pekerja
1.2. Kursi kerja pada pekerjaan logam
1.3. Lemari simpan alat dan dasar.
bahan
2. Peralatan
2.1. Peralatan untuk kerja 1 set/area Minimum 8 pekerja pada
bangku pekerjaan logam dasar.

3. Media pendidikan
1.1. Papan tulis 1 set/area Untuk mendukung
minimum 8 pekerja pada
pelaksanaan kegiatan
knowlead sharing yang
bersifat teoritis.

4. Perlengkapan lain
4.1. Kotak kontak Minimum 1 Untuk mendukung
buah/area operasionalisasi peralatan
yang memerlukan daya
listrik
4.2. Tempat sampah Minimum 1
buah/area

13
Tabel 3. Standar Sarana Pada Ruang Pengukuran Dan Pengujian Logam

No Jenis Rasio Deskripsi


1. Perabot
1.1. Meja kerja 1 set/ruang Untuk minimum 4
1.2. Kursi kerja pekerja, pada pekerjaan
1.3. Lemari simpan alat dan pengukuran logam
dan bahan
2. Peralatan
2.2. Peralatan untuk 1 set/ruang Untuk minimum 4
pekerjaan logam pekerja, pada pekerjaan
dan pengukuran logam

3. Media pendidikan
3.1. Papan tulis 1 buah/ruang Untuk mendukung
minimum 4 pekerja pada
pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar
yang bersifat teoritis
4. Perlengkapan lain
4.1. Kotak kontak Minimum 2 Untuk mendukung
buah/ruang operasional peralatan
yang memerlukan daya
listrik.
4.2. Tempat sampah Minimum 1
buah/ruang

14
Tabel 4. Standar Sarana Pada Area Kerja Mesin Bubut.

No Jenis Rasio Deskripsi


1. Perabot
1.1. Meja kerja 1 set/area Untuk minimum 8 pekerja
1.2. Kursi kerja didik pada pekerjaan
1.3. Lemari simpan alat membubut logam, pembuatan
dan bahan ulir luar dan dalam.

2. Peralatan
2.1. Peralatan untuk 1 set/area Untuk minimum 8 pekerja
pekerjaan didik pada pekerjaan
pembubutan logam membubut logam, pembuatan
ulir luar dan dalam.

3. Media pendidikan
3.1. Papan tulis 1 buah/ruang Untuk mendukung minimum 8
pekerja pada pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar
yang bersifat teoritis
4. Perlengkapan lain
4.1. Kotak kontak Minimum 4 Untuk mendukung
buah/ruang Operasionalisasi peralatan
yang memerlukan daya
listrik.
4.2. Tempat sampah Minimum 1
buah/ruang

15
Tabel 5. Standar Sarana Pada Area Kerja Mesin Frais

No Jenis Rasio Deskripsi


1. Perabot
1.1. Meja kerja 1 set/area Untuk minimum 4 pekerja
1.2. Kursi kerja pada pekerjaan pengefraisan
1.3. Lemari simpan alat logam.
dan bahan
2. Peralatan
2.1 .Peralatan untuk 1 set/area Untuk minimum 4 pekerja
pekerjaan pada pekerjaan pengefraisan
pengefraisan logam. logam.
3. Media pendidikan
3.1. Papan tulis 1 Untuk mendukung minimum 4
buah/ruang pekerja pada pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar
yang bersifat teoritis
4. Perlengkapan lain
4.1. Kotak kontak Minimum 2 Untukmendukung
buah/ruang operasionalisasi peralatan
yang memerlukan daya
listrik.
4.2. Tempat sampah Minimum 1
buah/ruang

16
3.4 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah upaya perlindungan yang


ditujukan agar tenaga kerja dan orang lainnya di tempat kerja/perusahaan selalu
dalam keadaan selamat dan sehat, serta agar setiap sumber produksi dapat
digunakan secara aman dan efisien (Kepmenaker Nomor 463/MEN/1993).
Pengertian lain menurut OHSAS 18001:2007, keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) adalah kondisi dan faktor yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan
kerja serta orang lain yang berada di tempat kerja. Berdasarkan Undang-undang
Ketenagakerjaan No.13 Tahun 2003 pasal 87, bahwa setiap perusahaan wajib
menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang
terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.
Berdasarkan Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja,
bahwa tujuan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang berkaitan dengan mesin,
peralatan, landasan tempat kerja dan lingkungan tempat kerja adalah mencegah
terjadinya kecelakaan dan sakit akibat kerja, memberikan perlindungan pada
sumber-sumber produksi sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas.
Menurut Suma’mur (1992), tujuan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah
sebagai berikut:

1. Melindungi tenaga kerja atas hak dan keselamatannya dalam melakukan


pekerjaannya untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan kinerja.
2. Menjamin keselamatan orang lain yang berada di tempat kerja.
3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

Sedangkan menurut Mangkunegara (2004), tujuan keselamatan dan kesehatan


kerja (K3) adalah:

1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik
secara fisik, sosial, dan psikologis.
2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya
selektif mungkin.
18
3. Agar semua hasil produksi di pelihara keamanannya.
4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.
5. Agar meningkatnya kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan
atas kondisi kerja.
7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

3.4.1. Petunjuk Umum Keselamatan Kerja di Bengkel

Di dalam dunia usaha maupun dunia industri pekerjaan pemesinan sangat


dibutuhakn keselamatan kerja bagi para operator yang melakukan aktifitasnya
menjalan berbagai macam mesin-mesin pemotongan. Dalam keselamatan kerja
sendiri ada beberapa poin yang harus diperhatikan, di antaranya :

3.4.2. Keselamatan Kerja pada Mesin.

Untuk pengamanan mesin di dalam bengkel pemesinan perlu diperhatikan


beberapa hal yang menyangkut keselamatan daripada operator dan mesin itu
sendiri. Adapun keselamatan kerjan pada mesin-mesin tersebut adalah :
• Memeliharaan mesin agar selalu berada dalam kondisi yang baik, dan
setelah dipakai perlu dibersihkan.
• Seorang operator harus mengetahui bagaimana mengoperasikan mesin
yang dioperasikan.
• Jangan mencoba menjalankan mesin bila belum atau tidak mengetahui
cara mengoperasikan mesin.
• Jangan menjalankan mesin untuk hal-hal yang tidak berguna
• Lakukan pemeriksaan batas permukaan minyak pelumas (Oli) sebelum
mengoperasikan mesin.
• Memeriksa arah putaran dari pada mesin, searah jarum jam atau
sebaliknya

19
1. Keselamatan Kerja Bagi Operator
• Jangan menggunakan jam tangan, cincin dan lain-lain saat
mengoperasikan mesin.
• Jangan menyimpan alat-alat yang runcing atau tajam di dalam saku
pakaian kerja.
• Jangan mencuci tangan di dalam coolant (bak cairan pendingin).
• Jangan menghilangkan serbuk atau geram dengan menggunakan tangan
telanjang.
• Jangan melakukan mengangkat perlengkapan-perlengkanan atau benda
kerja yang berat dengan tangan
• Jangan menyentuh plat cekap yang sedang berputar, atau benda kerja
yang sedang dikerjakan

20
Peralatan Keselamatan Kerja

Ada berbagai alat keamanan diri yang harus digunakan dalam sebuah pekerjaan
atau sebuah situasi untuk melindungi pekerja dari dampak negatif pekerjaannya,
berikut alat-alat perlindungan diri yang dibutuhkan :
No. Nama APD Gambar Fungsi
Sepatu melindungi kaki dari
jatuhnya barang berat
maupun hantaran listrik
yang akan menyambar
kita apabila kaki
terkontak langsung ke
tanah.
Masker melindungi pernafasan
(penutup dari zat-zat berbahasa
hidung) yang dapat terhirup
melalui hidung.

Helm melindungi kepala dari


benda-benda keras yang
bisa saja jatuh dari atas
pekerja.

Sarung tangan melindungi tangan dari


cairan zat berbahaya
yang dapat merusak
bagian kulit tangan
pekerja.

21
Kaca mata melindungi mata dari
percikan api maupun zat
cair berbahaya.

Baju bengkel melindungi seluruh tubuh


dari zat berbahaya
maupun percikan api.

Tabel 4.1 : Alat Pelindung Diri

Undang-Undang yang Berkaitan dengan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di


Bengkel Pemesinan

Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1970 tentang


Keselamatan Kerja bab 2 pasal 2 ayat 2, bahwa dibuat, dicoba, dipakai atau
dipergunakan mesin, pesawat, alat, perkakas, peralatan atau instalasi yang
berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 tahun 1979 tentang
Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi pasal
9 ayat (1), bahwa pesawat, pesawat pengangkat, mesin perkakas dan perkakas
harus terbuat dan terpelihara sedemikian rupa, sehingga memenuhi syarat-syarat
teknis yang baik dan aman. "mesin perkakas" ialah mesin bubut, mesin bor, mesin
frains dan sebagainya. Pasal 10 ayat (1), bahwa bagian-bagian pesawat; mesin
perkakas dan alat transmisi yang bergerak, yang dapat membahayakan pekerja
yang melayaninya dan membahayakan lalu lintas, harus terlindung dengan baik
dan aman. Pasal 10 ayat (2) bahwa, pesawat dan mesin perkakas yang dalam
penggunaannya dapat menimbulkan bahaya terhadap pekerja yang

22
melayaninya harus diberi pelindung dan dipasang sedemikian rupa sehingga tidak
membahayakan. Pasal 10 ayat (3) bahwa, ruangan diantara pesawat atau mesin
perkakas harus cukup lebar dan bebas dari benda-benda yang dapat merintangi
dan menimbulkan bahaya terhadap pekerja yang melayaninya dan lalu lintas.
Pasal 10 ayat (4), bahwa pesawat dan mesin perkakas yang karena akibat
perputaran yang sangat tinggi mungkin dapat pecah beterbangan harus dilindungi
dengan baik, serta kecepatan putarannya tidak boleh melebihi batas kecepatan
aman yang telah ditentukan untuk pesawat tersebut. Pasal 10 ayat (5), bahwa
masing-masing mesin perkakas yang digerakan oleh pesawat secara sentral, harus
dapat dihentikan secara sendiri. Pasal 10 ayat (6), bahwa apabila sesuatu pesawat
atau mesin perkakas perlu dijalankan untuk percobaan atau hal- hal lain yang
bersifat sementara dengan tidak memakai alat pelindung maka pada tempat yang
mereka terlihat harus dipasang rambu-rambu tanda bahaya yang jelas

23
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan uraian dan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa


perencanaan bengkel merupakan suatu proses pengorganisasian, penggerakan, dan
pengawasan bengkel. Bengkel/laboratorium harus direncanakan dengan tepat mulai
dari perencanaan jadwal, perencanaan kebutuhan peralatan/mesin, dan perencanaan
kebutuhan bahan praktik. Pengorganisasian bengkel/laboratorium terdiri dari
pengorganisasian peralatan/mesin-mesin, pengorganisasian ruangan,dan
pengorganisasian bahan praktik. Selain itu sarana dan prasarana
bengkel/laboratorium juga harus diawasi agar semua rencana dapat terealisasikan
sebagaimana mestinya dan organisasi bengkel berjalan dengan baik. Bengkel juga
perlu dilakuan perawatan agar peralatan/mesin-mesin tetap dalam kondisi baik untuk
digunakan dan tetap memenuhi standar keamanan.

24
25

Anda mungkin juga menyukai