TUGAS AKHIR
Disusun Oleh:
i
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR
Disusun Oleh :
Nama : AHMAD IKBAL
Nomor Bp : 1901011054
Program Studi : D3 Teknik Mesin
Disetujui Oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Disahkan Oleh:
ii
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR
Disusun Oleh :
Nama : AHMAD IKBAL
Nomor Bp : 1901011054
Program Studi : D3 Teknik Mesin
Tugas Akhir Ini Telah Diuji dan Dipertahankan di Depan Tim Penguji Tugas Akhir
Diploma III Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Padang
Tim Penguji :
iii
Lembar persembahan
Sembah sujud serta syukur kepadamu ya Allah SWT. Taburan cinta dan
kasih sayang MU telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan
ilmu serta memperkenalkanku dengan cinta. Atas karunia serta
kemudahan yang Engkau berikan akhirnya tugas akhir yang sederhana
ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam selalu terlimpahkan kepada
Rasulullah SAW.
Sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terima kasih yang tiada
terhingga kupersembahkan karya kecil ini kepada ibu (Yenti Alpine)
dan almarhum ayah (Ardi Mukhlis) yang telah memberikan kasih
sayang, secara dukungan, ridho, do’a, dan cinta kasih yang tiada
terhingga yang tiada mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar
kertas yang bertuliskan kata persembahan.
Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat ibu dan ayah
bahagia, karena aku sadar selama ini belum bisa berbuat lebih untuk
ibu dan ayah yang selalu membuatku termotivasi dan selalu menyirami
dengan kasih sayang, selalu mendo’akanku, selalu menasehatiku serta
selalu meridhoiku melakukan hal yang lebih baik.
Terima kasih ibu, terima kasih ibu, terima kasih ibu, terima kasih
ayah…
iv
Kakak Dan Abangku Tercinta
Bapak Nofriadi, ST.,MT dan bapak Nota effiandi, ST.,Mpd selaku dosen
pembimbing tugas akhir saya. Terima kasih banyak bapak sudah
membimbing, mengajari, menasehati dan mengarahkan saya sampai
Tugas Akhir ini selesai. Tanpa bapak, karya ini tidak akan pernah
tercipta. Semoga amal bapak dibalas oleh allah dengan pahala yang
berlimpah. Aamiin….
Teman-teman
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, berkat rahmat dan karunianya penulis
bisa dapat mengelesaikan laporan tugas akhir ini, sholawat beserta salam tidak lupa
pula penulis kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Pembuatan tugas akhir merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan diploma III untuk memperoleh gelar DIII (Ahli Madya). Setelah
menyelesaikan pembuatan tugas akhir maka disusunlah sebuah laporan yang
berisikan tentang semua hal-hal yang dibahas pada pembuatan tugas akhir.
Dalam penulisan laporan ini penulis dibantu dan dibimbing oleh berbagai
pihak. Oleh sebab itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah melimpahkan nikmatnya,baik itu nikmat iman maupun
nikmat kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini.
2. Orang tua dan keluarga yang selalu mendo’akan dan mengasih arahan serta
semangat dalam setiap langkah yang ananda tempuh dalam pendidikan
3. Bapak Nofriadi, S.T., MT selaku dosen pembimbing I penulis yang telah tabah
membimbing penulis dan memberikan arahan dalam menyelesaikan tugas akhir
ini
4. Bapak Nota Effiandi, ST.,M.Pd selaku dosen pembimbing II penulis yang telah
tabah membimbing penulis dan memberikan arahan dalam menyelesaikan
tugas akhir ini
5. Bapak Surfa Yondri, ST.,S.ST.,M.Kom. selaku Direktur Politeknik Negeri
Padang
6. Bapak Menhendry, Dipl.Ing. HTL., M.Eng selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin
Politeknik Negeri Padang.
7. Seluruh staff pengajar dan karyawan jurusan teknik mesin Politeknik Negeri
Padang
8. Fikri wafi selaku rekan kerja dalam pembuatan tugas akhir ini
xii
9. Serta semua pihak yang telah mendo’akan serta berkonstribusi dan teman-
teman yang telah membantu dalam kelancaran pembuatan laporan tugas akhir
ini.
Laporan ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada pembaca tentang
masalah yang penulis angkat menjadi tugas akhir. Dalam penulisan laporan ini
mungkin masih banyak kekurangan dan tidak luput dari kesalahan,oleh karena itu
penulis mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun. Penulis berharap
semoga laporan ini dapat bermanfaat terutama bagi penulis dan bagi pembaca
khususnya.
AHMAD IKBAL
NIM. 1901011054
xiii
DAFTAR ISI
xiv
2.4.4 Poros...................................................................................................... 18
2.4.5 Pasak ..................................................................................................... 20
2.4.6 Bantalan................................................................................................. 23
2.4.7 Pegas ..................................................................................................... 26
2.4.8 Gaya tempa............................................................................................ 34
2.4.9 Sambungan Las .................................................................................... 36
BAB III METODOLOGI ......................................................................................... 39
3.1 Alir Proses Rancang Bangun ........................................................................ 39
3.2 Waktu dan tempat Pelaksanaan .................................................................... 40
BAB IV PEMBAHASAN .......................................................................................... 41
4.1 Konstruksi Dasar Mesin Tempa ................................................................... 41
4.2 Perencanaan dan Perhitungan Motor Listrik ................................................ 44
4.3 Perencanaan Sabuk dan Pully....................................................................... 45
4.4 Perhitungan Poros ......................................................................................... 50
4.5 Perhitungan Pasak ........................................................................................ 53
4.6 Perhitungan Bantalan ................................................................................... 54
4.7 Perhitungan pegas ......................................................................................... 55
4.8 Gaya tempa ................................................................................................... 57
4.9 Pemilihan komponen atau bahan - bahan yang akan digunakan dalam
pembuatan mesin tempa .......................................................................................... 58
4.10 Spesifikasi Mesin dan Produk yang Dapat Dihasilkan................................. 59
4.11 Proses Kerja Alat dan Perawatan ................................................................. 59
4.12 Hasil Pengujian Alat ..................................................................................... 63
BAB V PENUTUP ..................................................................................................... 65
5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 65
5.2 Saran ............................................................................................................. 66
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 67
LAMPIRAN ............................................................................................................... 68
xv
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTAR TABEL
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
1
pertanian seperti komponen mata bajak dan lain-lain. Dengan keadaan tersebut
industri pandai besi Sumatera Barat semakin tidak berkembang.
Dari pengamatan dilapangan, proses penempaan logam tempa dengan system
manual ini mempunyai beberapa kelemahan yang membuat proses kerja tidak efisien
antara lain :
2
Atas pertimbangan diatas maka penulis mengambil judul tugas akhir adalah
Rancang Bangun Mesin Tempa Besi Dengan Sistem penggerak Motor. Melalui tugas
akhir ini penulis ingin mengetahui lebih jauh tentang prinsip kerja mesin tempa
menggunakan shock breaker, cara pengoperasian dan perawatannya yang nantinya
akan sangat bermanfaat sebagai bahan ilmu untuk terjun ke dunia industri dan
masyarakat.
3
1.5 Manfaat
Adapun manfaat dari rancang bangun mesin penempa besi dengan sistem
penggerak motor ini adalah:
1. Bagi penulis, sebagai penerapan teori-teori yang telah diperoleh di bangku
kuliah ke dalam praktek yang sebenarnya dan sebagai pengalaman praktek
dalam menganalisa suatu masalah yang terjadi agar bisa diselesaikan lebih
muda
2. Sebagai inovasi terkini bagi pengerajin pandai besi untuk memudahkan
pengerjaan penempaan besi
4
bermanfaat dan dapat penulis gunakan untuk merencanakan perancangan
mesin penempa besi.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
6
suhu tersebut barulah diangkat dan diletakkan dalam paron ( landasan tempa ) dan
dipukul dan dibentuk menurut bentuk yang diinginkan. Untuk memanasi benda kerja
yang akan ditempa digunakan tungku atau dapur tempa / pemanas yang dibuat dari
besi. Udara dialirkan kedalam api tempa ini dengan perantaraan abu ventilator
dimana udara penghembus dilakukan dari bagian bawah tungku. Sebagai bahan bakar
digunakan batu bara pembakar yang potongan nya tidak begitu besar. Gas pembakar
ditampung dalam kap baja dan dihubungkan dengan pipa isap atau kecerobong.
Untuk perubahan fasa dapat dilihat pada diagram fasa Fe-Fe3C.Diagram Fasa Fe-
Fe3C adalah diagaram yang menampilkan hubungan antara temperature dimana
terjadi perubahan fasa selama proses pendinginan lambat dan pemanasan lamabat
dengan kandungan karbon (%C). Diagram fasa besi dan karbida besi Fe3C ini
menjadi landasan untuk laku panas kebanyakan jenis baja yang kita kenal. Diagaram
fasa ini dibatasi dengan komposisi karbon sampai 6,7%. Diagram fasa Fe-C sangat
penting di bidang metalurgi karena sangat bermanfaat di dalam menjelaskan
perubahan-perubahan fasa Baja (paduan logam Fe-C). Adapun untuk diagram fasa fe
dapat dilihat pada gambar 2. 1 dibawah ini.
7
logam yang ingin ditempa perlu dikurangi kekuatannya dan ditingkatkan sifat mampu
bentuknya.karena logam yang akan ditempa kekuatannya berkurang dan mampu
bentuknya meningkat, hot forging relatif memerlukan gaya yang lebih kecil
dibanding cold forging.
Perkakas yang penting untuk menempa adalah martil dan landasan , tujuan
martil yaitu supaya pukulan – pukulan yang dilakukan dengan perkakas ini dapat
menyebabkan pemindahan tempat kepada bagian – bagian logam dengan
mengadakan perubahan yang tetap. Perubahan yang ditimbulkan oleh pukulan itu
tergantung kepada berat martil dan kecepatan pukulannya.
8
yang diperlukan oleh seluruh langkah proses. Karakteristik mesin yang paling penting
adalah jumlah langkah tempa tiap menit, karena hal ini menentukan laju produksi.
Beberapa jenis mesin tempa yang ada banyak digunakan yaitu mesin tempa palu dan
hidrolis [3], dan mesin tempa system spring hammer [2]:
9
Gambar 2. 3 Mesin tempa hidrolik
10
2.4 Landasan Teori Perhitungan dan Perancangan Mesin
2.4.1 Daya Motor
Motor merupakan komponen yang penting dalam suatu mesin. Sebuah motor
bisanya berfungsi sebagai penggerak utama pada sebuah mesin. Energy mekanik
(torsi) yang dihasilkan oleh motor berasal dari arus yang dialirkan kekumparan yang
terdapat dimotor. Semakin besar kumparan maka semakin besar pula yang dihasilkan
oleh motor. Untuk gambar motor listrik dapat dilihat pada gambar 2. 4 dibawah ini.
Dimana :
Pd = daya rencana (Watt,Kw)
Fc = faktor koreksi
P = daya output dari motor (Watt,Kw)
Faktor koreksi dari daya motor dapat dilihat pada table 2. 1 di bawah ini :
Tabel 2. 1 Faktor Koreksi Daya Rencana Pada Motor
11
2.4.2 Pully
Pully biasanya digunakan untuk tempat sabuk, pully berfungsi sebagai pengatur
langkah dan kecepatan, sehingga panjang langkah dapat diatur sesuai dengan
kebutuhan. Bahan pully ini adalah dari besi cor. Untuk gambar pully dapat dilihat
pada gambar 2. 5 dibawah ini.
Gambar 2. 5 Pully
Untuk menentukan perbandingan yang digunakan adalah menggunakan rumus :
Dimana :
i = perbandingan / rasio
n1 = putaran penggerak (rpm)
n2 = putaran yang digerakan (rpm)
d1 = diameter pully penggerak (mm)
d2 = diameter pully yang digerakan (mm)
2.4.3 Sabuk
Sabuk adalah elemen transmisi daya yang fleksibel yang dipasang secara ketat
pada pully atau cakra. Jika sabuk digunakan untuk penurunan kecepatan, pully kecil
dipasang pada poros yang berkecepatan tinggi, semisal poros motor listrik. Pully
besar dipasang pada mesin yang digerakkan. Sabuk ini dirancang untuk mengitari dua
pully tanpa selip [5]. Adapun untuk gambar dasar-dasar geometri transmisi sabuk
dapat dilihat pada gambar 2. 6 dibawah ini.
12
Gambar 2. 6 Dasar-dasar geometri transmisi sabuk
Sabuk dipasang dengan menempatkannya mengitari dua pully setelah jarak
pusat antara keduanya dikurangi. Kemudian kedua pully digeser menjauh, sampai
sabuk memiliki tegangan tarik awal yang cukup tinggi. Ketika sabuk memindahkan
daya, gesekan menyebabkan sabuk mencengkeram pully penggerak, sehingga
menaikkan tegangan tarik pada satu sisi, yang disebut “sisi kencang”. Gaya tarik pada
sabuk menimbulkan gaya tangensial pada poros yang digerakkan, sehingga
menghasilkan gaya torsi pada pully yang digerakkan. Pada sisi lainnya sabuk masih
mengalami tegangan tarik tetapi bernilai kecil. Bagian ini disebut “sisi kendor”.
Pada mesin tempa ini digunakan sabuk V memiliki keuntungan jika
dibandingkan dengan sabuk datar, antara lain karena hampir tidak terjadi slip,
berputar dengan tenang, mampu meredam kejutan pada saat mulai jalan, kapasitas
daya sabuk besar dan perbandingan tarikan lebih tinggi. Gambar konstruksi sabuk
dan gambar penampang sabuk V dapat dilihat pada gambar 2. 7 dan 2. 8 dibawah ini.
13
Gambar 2. 8Ukuran penampang sabuk-V
Menentukan profil alur sabuk V :
Untuk gambar profil sabuk V dapat dilihat pada gambar 2. 9, sedangkan
untuk diagram pemilihan sabuk V dapat dilihat pada gambar 2. 10.
14
Gambar 2. 10 Diagram pemilihan sabuk V
Berdasarkan diameter kecil pully, maka pemilihan ukuran sabuk dapat
ditentukan berdasarkan tabel 2. 2 dibawah ini.
Tabel 2. 2 Ukuran sabuk
15
Hubungan antara panjang jarak bagi, L, jarak sumbu poros, dan diameter pully adalah
( )
( )
Dimana :
L = panjang sabuk (mm)
C = jarak antar sumbu poros (mm)
= diameter pully kecil (mm)
= diameter pully besar (mm)
Untuk menentukan jarak sumbu poros (C) dapat digunakan rumus berikut :
√ ( )
Dimana :
C = jarak antara sumbu poros (mm)
B = 2L-3,14( ) (mm)
= diameter pully besar (mm)
= diameter pully kecil (mm)
L = panjang sabuk (mm)
Dimana :
i = reduksi sabuk
n1 = putaran pully penggerak (rpm)
n2 = putaran pully yang digerakkan (rpm)
16
Untuk menghitung kecepatan linier sabuk (v) dapat digunakan rumus berikut :
Dimana :
V = kecepatan linier sabuk (m/s)
= diameter pully kecil (mm)
n = putaran pully penggerak (rpm)
( )
Dimana:
= diameter pully besar (mm)
= diameter pully kecil (mm)
C = jarak antar sumbu poros (mm)
Untuk menentukan daya yang dapat ditransmisikan oleh sabuk V (Po) dapat
digunakan rumus berikut :
[ ( ) ( ) ]( ) [ ]
Dimana:
= 0,8542
= 1,432
= 2,436.10⁻ ⁴
= 0,1703
n = putaran pully kecil dibagi 1000 (rpm)
d = diameter pully kecil (inch)
Kᴀ = 1,1106
17
Untuk menghitung gaya yang terjadi pada sabuk sisi tarik (T₁) :
Dengan menggunakan persamaan :
Dimana :
𝛕 = kekuatan tarik (kg/mm²)
b = lebar sabuk (mm)
t = tinggi sabuk (mm)
Untuk menentukan gaya yang terjadi pada sabuk sisi kendor (T₂) :
Dengan menggunakan persamaan
Dimana :
= bilangan euler = 2,718
= koefisien gesek antara sabuk dan pully
= sudut kontak
2.4.4 Poros
Poros adalah komponen alat mekanis yang mentransmisikan gerak berputar dan
daya. Poros ini merupakan satu kesatuan dari sebarang sistem mekanis dimana daya
ditransmisikan dari penggerak utama, misalnya motor listrik atau motor bakar,
kebagian lain yang berputar dari sistem [5].
Poros untuk meneruskan daya dikualifikasikan menurut pembenannya sebagai
berikut :
1. Poros transmisi
Poros semacam ini mendapat beban puntir murni atau puntir dan lentur.
2. Spindel
Poros relative pendek dimana beban utamanya berupa puntiran.
3. Gandar
Poros seperti yang dipasang diantara roda-roda, dimana tidak mendapat beban
puntir dan hanya mendapat beban lentur.
18
Hal-hal yang penting dalam perancangan poros :
1. Kekuatan poros
2. Putaran kritis
3. Korosi
4. Bahan poros
Dimana :
T = momen puntir (kg.mm)
P = daya penggerak (k.W)
n₁ = kecepatan putaran (rpm)
Dimana :
= tegangan geser (kg/mm²)
T = momen puntir (kg.mm)
Ds = diameter poros (mm)
Dimana :
𝑎 = tegangan geser izin (kg/mm²)
σB = kekuatan tarik (kg/mm²)
Sf = faktor keamanan
19
Untuk faktor keamanan dari beban statis, beban dinamis dan beban kejut dari
setiap material dapat pada tabel 2. 3 dibawah ini.
Tabel 2. 3 Pemilihan Faktor Keamanan
[ √( ) ( ) ]
𝑎
Dimana :
Ds = diameter poros (mm)
𝑎 = tegangan izin bahan (kg/mm²)
Km = faktor koreksi momen lentur (1,5)
M = momen lentur (kg.mm)
Kt = faktor koreksi momen puntir (1 sampai 5)
T = momen puntir (kg.mm)
2.4.5 Pasak
Pasak adalah suatu elemen mesin yang dipakai untuk menetapkan bagian-
bagian mesin seperti roda gigi, pully, kopling, dll agar tidak ikut berputar seiring
dengan perputaran poros. Ukuran pasak dipilih dan disesuaikan dengan ukuran poros.
Ukuran pasak yang telah distandarkan tertera pada table 2. 4 dibawah ini :
20
Tabel 2. 4 Tabel Ukuran Pasak
Adapun untuk gambar macam – macam pasak diatas dapat dilihat pada
gambar 2. 11 di bawah ini.
21
Dalam perencanaan pasak, ada beberapa hal yang harus diperhitungkan diantaranya :
Dimana :
F = gaya yang bekerja (kg)
T = torsi (kg.mm)
d = diameter (mm)
Dimana :
ₖ = tegangan geser (kg/mm²)
F = gaya yang bekerja (kg)
b = lebar pasak (mm)
l = panjang pasak (mm)
( 𝑎𝑎 )
Dimana :
P = tekanan bidang (kg/mm²)
F = gaya yang bekerja (kg)
I = panjang pasak (mm)
(t1 atau t2) = tebal (mm)
22
2.4.6 Bantalan
Bantalan yang digunakan pada mesin tempa system shock breaker ini adalah
gelinding karena bantalan gelinding mempunyai keuntungan dari gesekan gelinding
sangat kecil dibandingkan dengan bantalan luncur. Untuk gambar bantalan dan
bagian-bagiannya dapat dilihat pada gambar 2. 12 dibawah ini.
Gambar 2. 12 Bantalan
23
4. Diameter dalam ≥ 10 mm (Kecil)
dan Diameter luar sampai 80 mm
5. Diameter dalam ˂ 10 mm (Diameter kecil)
dan Diameter luar ≥ 9 mm
6. Diameter luar ˂ 9 mm (Miniatur)
Menurut pemakaiannya
1. Bantalan otomobil
2. Bantalan mesin
3. Bantalan instrument
Perhitungan dari bantalan:
𝑎
Dimana :
P = beban ekivalen (kg)
X = nilai X barisan tunggal pada table
V = nilai V beban putar pada cincin dalam table
Fr = beban radial (kg)
Y = nilai Y barisan tunggal pada table
Fa = beban aksial (kg)
Dimana :
Fn = faktor kecepatan
C = Beban dinamis (kg)
P = Beban ekivalen (kg)
24
Menghitung Faktor kecepatan (Fn)
[ ]
Dimana :
Fn = faktor kecepatan
n = putaran (rpm)
( )
Untuk faktor-faktor V,X,Y dan Xo,Yo dapat dilihat pada tabel 2. 5 dibawah
ini.
Tabel 2. 5 Faktor-faktor V,X,Y dan Xo,Yo
Untuk spesifikasi bantalan bearing dapat dilihat pada tabel 2. 6 dibawah ini
Tabel 2. 6 Bantalan bearing
No d D B r C C0
bearing (mm) (mm) (mm) (mm) (kg) (kg)
6304 20 52 15 2 1250 785
6305 25 62 17 2 1610 1080
6306 30 72 19 2 2090 1440
6307 35 80 21 2,5 2620 1840
6308 40 90 23 2,5 3200 2300
6309 45 100 25 2,5 4150 3100
6310 50 110 27 3 4850 3650
25
2.4.7 Pegas
Pegas diterapkan dalam berbagai bentuk dan dalam banyak konstruksi, seperti
pesawat kerja, mekanisme dan radas serta instrumen. Dalam kebanyakan hal, tidak
terdapat alternatif lain yang dapat dipakai, kecuali menggunakan pegas dalam
konstruksi. Pegas mempunyai fungsi sebagai berikut :
Menyimpan energi
Melunkan kejutan
Pendistribusian gaya
Elemen ayun
Pembatas gaya
Pengukur
26
Gambar 2. 13 Macam-macam pegas
Pegas yang digunakan pada mesin tempa besi ini adalah menggunakan Pegas
ulir / pegas tekan. Pada saat pemegasan, batang pegas koil menerima beban puntir
dan lengkung.
Sifat-sifat dari pegas ulir ini yaitu :
- Langkah pemegasan panjang
- Tidak dapat meredam getaran sendiri
- Tidak dapat menerima gaya horizontal (perlu lengan-lengan)
- Energi beban yang diabsorsi lebih besar dari pegas daun
- Dapat dibuat pegas lembut
1. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perancangan pegas ulir yaitu :
- Besarnya lendutan / defleksi yang diijinkan
- Besarnya energy yang akan diserap
- Apakah kekerasan pegas akan dibuat tetap atau bertambah dengan
membesarnya beban
- Berapa besar ruangan yang dapat disediakan
- Bagaimana corak beban : berat, sedang atau ringan. Dengan kejutan atau
tanpa kejutan
- Lingkungan kerjanya : korosif, temperature tinggi dll.
Untuk perencanaan dan perancangan pegas dapat dilihat pada gambar 2. 14 di
bawah ini.
27
Gambar 2. 14 Perancangan pegas
2. Perancangan pegas ulir :
1. Solid Length / Panjang kerapatan pegas (Ls)
Dimana :
nʼ = jumlah lilitan d = diameter kawat
2. Free Length / Panjang kebebasan pegas (Lf)
𝑎 ( )
Dimana :
δmax = tekanan maksimal
3. Indeks pegas (C)
Dimana :
D = diameter rata-rata lilitan
d = diameter kawat
4. Spring rate / Konstanta pegas (k)
Dimana :
F = beban
δ = defleksi pegas
28
5. Pitch (P)
𝑎𝑎
Untuk material pegas ulir dapat dilihat pada tabel 2. 7 dibawah ini.
Tabel 2. 7 Material pega
29
Gambar 2. 15 Bagian ujung pegas ulir
4. Pegas dengan defleksi yang sebanding dengan beban
Dimana :
F = beban (kg)
k = konstanta pegas (kg/mm)
δ = defleksi/lendutan (mm)
Untuk gambar defleksi pegas dapat dilihat pada gambar 2. 16
30
- Besarnya momen puntir ( T )
( ) 𝑎 𝑎 𝑎 𝑎 𝑎𝑎 𝑎𝑎
( ) 𝑎 𝑎 𝑎 𝑎𝑎 𝑎 𝑎 𝑎 𝑎
( )
Dimana :
K = faktor koreksi wahl
D/d = C adalah indeks pegas, semakin kecil c maka semakin tajam
kelengkungan pegas
- Tegangan geser maksimum
( )
( )
31
Gambar 2. 17 Hubungan faktor tegangan dan indeks pegas
Table standar ukuran kawat / standar of wire gauge (SWG) pada ulir dapat
dilihat pada tabel 2. 8 dibawah ini
Tabel 2. 8 Standar Ukuran Kawat
32
Besarnya sudut puntir adalah :
( )
- Konstanta pegas(k)
Dimana :
Maka :
( )
Dimana :
V = volume kawat pegas
= panjang kawat x luas penampang pegas
= Dn X /4
33
2.4.8 Gaya tempa
Hammer forging adalah salah satu diantara tipe mesin forging yang cukup
mahal dan tipe peralatan yang paling mumpuni dalam merubah gaya dan energy
untuk melakukan proses forming. Hammer forging sangat sering di gunakan dalam
proses hot forging untuk coining. Hammer forging memiliki reputasi yang sangat
baik untuk meningkatkan sifat-sifat metalurgi dari berbagai macam material termasuk
untuk jenis high-performance material seperti Waspaloy, yaitu superalloy berbasis
nikel yang digunakan untuk berbagai aplikasi pada disc turbine. Salah satu hal
terpenting dalam hammer forging adalah lebih diutamakannya menyatakan
kemampuan mesin dalam konteks spesifikasi besaran energi yang bisa diberikan
selama proses, dan diabaikannya spesifikasi mesin berdasarkan berat ram/beban yang
dimiliki mesin (Shirgaokar, 2005).
Ada dua tipe sistem drop hammer yaitu gravity drop hammer dan power drop
hammer. Untuk gravity drop hammer sistem bergantung pada besaran energy
pembentukan yang bisa dikontrol dari dua variabel yaitu berat ram dan ketinggian
jatuh ram tersebut. Untuk koneksi yang digunakan ada yang menggunakan batang
kaku, belt, rantai dan piston. Pada power drop hammer konstruksi yang digunakan
mirip seperti pada air drop hammer, dimana kecepatan jatuh selain menggunakan
gravitasi juga dipercepat dengan menggunakan uap panas (steam), udara dingin, dan
tekanan udara panas. Untuk gambar drop hummer forging dapat dilihat pada gambar
2. 18 di bawah ini.
34
Saat ini sebagian besar model drop hammer adalah menggunakan tipe
power/pressure drive drop hammer, dimana tekanan dan ketinggian jatuh ram
dicontrol dan dukur secara elektronik dan sebagai hasil outputnya energi per
tempaan akan bisa tercatat secara otomatis. Pada sistem drop hammer berkaitan
effisiensi energi untuk energpembentukan (blow efficiency) ada dua pendekatan yang
bisa dipakai. Blow efficiency adalah energi terpakai dibagi dengan energi maksimum
dari mesin, dimana nilainya adalah sebesar 0,8 – 0,9 untuk kategori soft blows
(Gaya/Load kecil dan displacement besar), dan 0,2 – 0,5 untuk kategori hard blows (
Gaya /Load besar dan displacement kecil). Untuk skema proses gravitasi drop
hummer dapat dilihat pada gambar 2. 19 dibawah ini.
35
Salah satu karakteristik penting dalam spesifikasi mesin forging adalah
variabel kecepatan. Seperti halnya pada mesin drop hammer, antara gravity-power
drop hammer ternyata memiliki karakteristik kecepatan untuk memberikan
tumbukan yang berbeda.
Bagian sambungan las dinamakan kampuh las atau kampuh, ada tiga macam
kampuh :
- Kampuh lurus, ada 12 bentuk
- Kampuh sudut, bentuk biasa dan bentuk khusus
- Kampuh T, ada 4 bentuk.
36
Untuk gambar jenis-jenis kampuh las dapat dilihat pada gambar 2. 20 di bawah
ini.
Dimana :
g = tegangan geser (N/mm²)
F = gaya (N)
l = panjang pengelasan (mm)
t = tebal plat (mm)
37
gw = tegangan geser yang dizinkan dari pengelasan
= V. g
gp = tegangan geser yang diizinkan dari plat
= V1.V2. g
Untuk faktor V dapat pada tabel 2. 9 berikut ini.
Tabel 2. 9 Faktor V
38
BAB III
METODOLOGI
Mulai
Literatur
Perhitungan/Perancangan
Rancangan Gambar
Proses Pembuatan
Ya
Tidak
Pengujian Ya
Alat
Ya
Selesai
39
1) Mencari Judul
Pada tahap ini dilakukan pemilihan dalam judul sebuah rancang bangun, serta
mencari dan mengadakan pengamatan tentang kegunaan dari alat yang akan
dilakukan perancangan dan juga tentang komponen – komponen alat yang ada
didalamnya.
2) Perhitungan/Perancangan
Pada tahap ini dilakukan perhitungan/perancangan dari setiap komponen
bahan dan material yang telah didapat dari rancangan gambar.
3) Rancangan Gambar
Pada tahap ini dilakukan perancangan gambar pada alat yang akan dibuat,
dengan membuat gambar kerja dan juga melakukan perhitungan dalam pembuatan
serta pemilihan komponen yang akan dipakai.
4) Proses Pembuatan
Pada tahap ini dilakukan pembuatan alat yang telah direncanakan dan
dipersiapkan bahan serta materialnya. Seperti pembentukan kerangka alat,
pembuatan komponen, pemasangan komponen, dan lainnya.
5) Pengujian
Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap alat yang telah dibuat, alat diuji
dan dilihat hasil kerjanya, bagaimana kemampuannya, dan dilihat juga kekurangan
dari alat tersebut.
40
BAB IV
PEMBAHASAN
41
Keterangan :
1 = Rangka 7 = hummer 13 = Pengh. Lengan ayun
2 = Dudukan Motor 8 = Jalur Hummer 14 = V-belt
3 = Motor 9 = Landasan hummer 15 = Poros
4 = Lengan Ayun 10 = Alas meja 16 = Pillow block bearing
5 = Cam 11 = Pully Kecil 17 = Penghubung jalur hummer
6 = Pully besar 12 = Tuas pengontrol 18 = Spring
a) Motor Listrik
Pada motor listrik ini, tenaga motor listrik diubah menjadi tenaga mekanik.
Perubahan ini dilakukan dengan mengubah tenaga listrik menjadi magnet yang
disebut elektromagnetik. Sebagaimana bahwa kutub-kutub dari magnet yang sama
akan tolak-menolak dan kutub-kutub yang berbeda akan tarik-menarik. Maka dapat
memperoleh gerakan jika menempatkan sebuah magnet pada suatu poros yang dapat
berputar dan magnet yang lain pada suatu kedudukan yang tetap.
Motor listrik ini berfungsi sebagai tenaga penggerak yang digunakan untuk
memutar poros penggerak yang dihubunngkan dengan v-belt. Dari putaran poros ini
akan memutar lingkaran hummer.lingkaran hummer inilah yang akan menganngkat
hummer / penempa yang dihubungkan melalui lengan ayun
b) Bantalan (Bearing)
Dalam desain mesin tempa ini bantalan digunakan untuk menahan poros yang
berputar dan menerima beban dari poros tersebut. Jenis bearing yang digunakan
adalah jenis pillow block bearing yaitu dengan diameter 25 mm dengan jumlah 2
buah, dan ukuran 18 mm dengan jumlah 1 buah. Untuk ukuran 25 mm digunakan
untuk penahan poros yang berputar sedangkan yang ukuran 18 mm digunakan untuk
cam poros lengan ayun agar bisa mengangkat hummer atau penempa.
c) Pulley dan V-belt
Dalam rancang bangun mesin tempa ini, pulley dan v-belt digunakan untuk
mentransmisikan daya dari motor listrik ke poros transmisi dan ke poros penggerak.
Pada mesin tempa ini menggunakan 1 buah v-belt. V-belt yang digunakan dalam
42
mesin tempa ini adalah v-belt tipe A
d) Poros Penggerak Palu
Pada mesin tempa ini, hummer bisa terangkat karena poros penggerak yang
berputar. Poros penggerak ini terhubung ke bandul atau lingkaran hummer yang akan
menggerakkan lengan ayun agar hummer dapat terangkat dan dapat melakan proses
tempa. Poros penggerak pada mesin penempa ini menggunakan diameter 25 mm
dengan panjang 500 mm. Untuk gambar poros penggerak dapat dilihat pada gambar
4. 2 dibawah ini:
e) Pegas
Material pegas yang ideal adalah material yang memiliki kekuatan ultimate
yang tinggi, kekuatan yield yang tinggi, dan modulus elastisitas atau modulus geser
yang rendah untuk menyediakan kemampuan penyimpanan energi yang maksimum.
Kekuatan ultimate dan yield yang tinggi dapat dipenuhi oleh baja karbon rendah
sampai baja karbon tinggi, baja paduan, stainless steel, sehingga material jenis ini
paling banyak digunakan untuk pegas. Pegas yang digunakan pada perencanaan
mesin tempa ini adalah jenis pegas Helix (ulir).
f) Hummer atau Penempa
Hummer atau penempa merupakan bagian untuk menempa benda kerja yang
akan dikerjakan, maka dari itu bahan dari Penempa harus lebih keras dari besi
biasanya. Palu yang dipakai di mesin tempa ini berbahan baja karbon medium S45C,
dan memiliki berat palu sebesar 4,5 kg dengan panjang 45cm karena tujuan
pembuatan alat ini untuk benda – benda kerja yang berukuran kecil.
g) Rangka mesin
Rangka utama pada pada mesin tempa ini menggunakan ST37 dengan tipe besi
menggunakan besi U dengan ukuran 80mm X 45mm X 45mm. Sedangkan rangka
43
dudukan untuk mesin tempa ini menggunakan besi ST37 dengan tipe besi
menggunakan besi siku atau besi L dengan ukuran 50mm X 50mm.
h) Hand Controller
Dalam mesin tempa ini diperlukan pengoperasian mesin agar dapat dijalankan
dan diberhentikan dengan mudah. Mesin tempa dapat digunakan dengan sesuai tanpa
dijalankan terus-menerus dengan menggunakan hand controller atau tuas pemutus
aliran. Jadi saat tuas tidak ditekan maka v-belt akan dalam keadaan kendor dan tidak
dapat melakukan putaran untuk mengangkat hummer, begitu sebaliknya saat kita
ingin menggunakan mesin tempa, kita harus menekan tuas agar v-belt dalam keadaan
tegang dan dapat memutar poros yang akan mengangkat palu atau hummer.
3. Kecepatan Sudut
ω=
44
Keterangan:
n = Putaran yang diinginkan 300 (rpm)
Jadi:
ω= = = = 31,4
4. Daya yang Diperlukan
P=
Jadi:
P=
=0,76 kw
Keterangan:
P = Daya yang diperlukan (Kw)
T = Torsi yang terjadi (Kg.mm)
n = Putaran mesin (rpm)
5. Daya Rencana
Pd = P × Fc
Jadi:
Pd = 0,76 kw . 0,9
= 0,68 kw
Nb: penggunaan factor koreksi sebesar 0,9 dikarenakan untuk menjaga agar
daya rencana tidak terlalu besar tetapi tetep bisa dikatakan aman.
45
Dengan begitu perhitungan sabuk dan pully sebagai berikut:
1. Perbandingan Reduksi
i=
Keterangan:
n1 = rpm puli penggerak (rpm)
n2 = rpm puli yang digerakan (rpm)
Diket:
n1 = 1400 rpm
n2 = 300 rpm
Jadi:
i=
i=
i = 4,67
46
Jadi:
Dk = Dp + 2.k
= 303,55 + 2 . (4,5)
= 303,55 + 9
= 312,55 mm,
Nilai Dk = 312,55 mm, sedangkan nilai Dk menyesuaikan Pully yang ada
dipasaran.
V=
Keterangan:
V = Kecepatan Linier Sabuk (m/s) n = Putaran Mesin (rpm)
Jadi:
V=
47
= =4,76 m/s
6. Jarak antar poros
C = 2 . Dp
Keterangan:
C = Jarak Antar Poros
Jadi:
C = 2 . Dp
= 2 . 303,55 = 607,1 mm
Jarak minimal antar poros yaitu 607,1 mm sedangkan jarak poros yang
direncanakan yaitu 800 mm.
7. Panjang keliling belting
( )
( )
( )
= ( ) ( ) ( )
= + 1600 + 17,78
= 2.196,4mm
Berdasarkan hasil yang didapat yaitu 2.196,4mm, maka sesuai tabel dimensi v-
belt diputuskan untuk memakai v-belt type A dengan panjang 2240mm
8. Jarak sumbu poros
√ ( )
√
C=
C=
48
C=
C = 803,6mm = 80,36 cm
9. Menentukan sudut kontak (Ɵ)
( )
( )
Ɵ= – 17,02
Ɵ = 162,98°
10. Menentukan daya yang ditransmisikan oleh sabuk V
* ( ) ( ) +( ) [ ]
=* ( ) - ( )+ ( )
* +
Po = 0,62 HP
= 0,62 X 746 watt
= 462,5 watt
= 0,4625KW
11. Gaya sabuk pada sisi tarik
Fs =
49
Keterangan:
FS = Gaya tarik Sabuk (kg)
Fs =
= 9,8 kg
12. Gaya yang terjadi pada sisi kendor
T2 =
Dimana :
= bilangan euler = 2,718
= koefisien gesek antara sabuk dan pully = 0,27
= sudut kontak = 162,98֩/58 = 2,81 rad
T2 =
= = 4,85 kg
𝑎 =
= = 40,29 N/mm2
T = 9,74.105.
50
T = 9,74.105.
T = 175,32 Kg.mm
T = 2.142,8 N.mm
3. Gaya yang terjadi pada poros penahan lengan ayun
∑F = (massa palu + massa pegas + massa lengan) x 9,8
= (4,5 + 0,5 + 1) x 9,8
= 58,8 N
4. Gaya lingkaran camshaft hummer
F = massa x 9,8
= 2 x 9,8 = 19,6 N
5. perhitungan poros penggerak palu
W POROS = 2kg
F1 F2 F3
RA RB
75 350 75
51
Reaksi yang terjadi dititik A :
∑MA = 0 +
F1(75mm) +RB(75mm)- F2(350mm) - F3(75) + = 0
98,98N(75mm) + RA(75mm) - 13,72N(350mm) - 125,44 (75) + = 0
RB.75mm = -7423Nmm + 4802Nmm + 9408Nmm
RB.75mm = 7423Nmm - 4802Nmm + 9408Nmm
RB =
RB = 90,5 N
∑MB =0 +
-F1(75mm) - F2(350mm) + F3(75) + RA(75) = 0
-98,98N(75mm) - 13,72N(350mm) + 125,44 (75) + RB.75mm = 0
RA.75mm = 7423Nmm + 4802Nmm - 9408Nmm
RA =
RA = 37,56 N
Bidang momen : +
Momen di F1
MF1 = RA(75mm)
= 37,56N(75mm)
= 2817 Nmm
Momen di F2
MF2 = F1(425mm) – RA(31mm)
=98,98N(425mm) – 2817N(75mm)
= 42.066,5Nmm – 211.275Nmm
= -169.209Nmm
Momen di F3
MF3 = RB (75)
=90,5N(75)
=6787,5N
Momen bengkok maksimal terjadi di MF3, yaitu sebesar = 6787,5Nmm.
52
Menghitung torsi
T = F.r
Diketahui diameter lingkaran camshaft 250mm, jarak dari pusat poros ke
lengan penahan lengan ayun sebesar 90mm.
Maka F = Besar gaya pada poros keseluruhan
r =2x90 = 180mm
Jadi:
T = F.r
= 238,14N. 1,8m
= 228,6Nm
6. Diameter poros
Poros dengan beban puntir dan lentur dapat dicari dengan rumus :
Diketahui :
a = 45,73 N/mm2
Km =3
Kt =3
M = 6787,5 Nmm
T = 428,6 N.mm
[ √( ) ( ) ]
𝑎
[ √( ) ( ) ]
[ ]
√
Ds = 13,09mm
Jadi 13,09 adalah diameter minimum yang dapat digunakan. Jadi dalam
pembuatan poros ini digunakan poros dengan diameter 25mm
53
Sfk2 masing-masing adalah 6 dan 1,5. Pasak tersebut menerima tegangan geser yang
diakibatkan oleh adanya gaya tangensial yang bekerja pada permukaan poros.
1. Besarnya gaya tangensial
F=
= 7,24 kg
2. Besarnya tegangan geser
= 0,14 kg/mm2
3. Besarnya tegangan geser izin
𝑎
( )
=
( )
= 4,11 kg/mm²
Karena tegangan geser izin lebih besar dari tegangan geser yang terjadi pada
pasak, maka pasak aman digunakan.
54
= berat poros + beban pully besar + beban pada pusat poros lingkaran
rotasi hummer
= 2Kg + 9,8Kg + 8Kg
= 19,8kg
Y = 0(dianggap nol)
Fa = diabaikan
Sehingga :
P = XVFr + YFa
= 0,56.1.19,8kg
= 11,088 Kg
2. Menentukan kecepatan
* +1/3
=* +
=0,037
3. Menentukan faktor umur bantalan (Fh)
Fh =
Fh = 0,037
Fh = 5,37
4. Menghitung umur nominal bantalan
Lh = 500 x (5,37)3
Lh = 500 x (5,37)3
Lh = 500 x 154,8
Lh = 77.400 jam
55
Pegas yang direncanakan adalah pegas ulir
Material carbon steel : 4,625 to 8,00
Jumlah lilitan (n) = 13 lilitan
Diameter kawat (d) = 7mm
Diameter lilitan (D) = 57mm
Tegangan diizinkan( ) = ≤ 4,2 kg/cm²
Modulus kekakuan (G) = 8 x 10⁵ kg/cm²
Modulus Elastisitas (E) = 2,1 x 10 kg/cm² (Tabel 2,5)
Tinggi cam = 400 mm
Sudut pegas = 30֩
Berat batang penumbuk = 4,5 Kg
1. Menentukan Indeks Pegas (C)
C=
= 8,142
2. Menentukan konstanta pegas
K=
=
( )
= 0,997 Kg/mm
3. ∆X (Perubahan panjang)
= Sin180.180mm
=0
4. Menentukan gaya pegas (F)
F=
= 0,997 Kg/mm.0mm
56
= 23,92 Kg 0N
Jadi, kerja pegas adalah sebesar 0 N, hal ini karena pegas disini hanya
berfungsi sebagai peredam gaya hentakan yang terjadi pada hummer dan juga sebagai
penopang lengan ayun.
57
Keterangan:
m = massa (kg)
g = gravitasi (m/s2)
h = ketinggian (mm)
4.9 Pemilihan komponen atau bahan - bahan yang akan digunakan dalam
pembuatan mesin tempa
Setelah dilakukan perencanaan, perancangan dan perhitungan, maka
didapatkan komponen yang akan digunakan.
Adapun komponen komponen tersebut dapat dilihat pada tabel 4. 1 berikut:
Tabel 4. 1 Komponen
58
13 Pulley ST 37 𝑎 2
14 V belt Karet+Serat A 1
Nilon
15 Pillow Block Bearing ST 37 𝑎 ( ) 3
16 Pegas 1
59
atas landasan hummer akan ditempa secara berulang ulang sampai seperti hasil yang
diinginkan.
a. Pengoperasian mesin
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan proses
pengoperasian mesin tempa besi diantaranya :
1. Sebelum dioperasikan, pastikan mesin tempa berada dalam keadaan siap
untuk dioperasikan.
2. Pastikan diatas mesin tidak ada alat yang dapat mengganggu nanti pada saat
pengoperasian.
3. Pastikan tidak ada benda kerja diatas landasan, karena jika pedal telah
ditekan dengan kuat, maka palu akan menyentuh landasan, ini menyebabkan
terlemparnya benda kerja tersebut.
4. Perhatikan keselamatan kerja, operator, mesin dan lingkungan sekitar
tempat bekerja.
5. Siapkan benda kerja yang sudah dipanaskan dengan temperature tertentu.
6. Hubungkan motor dengan harus listrik
7. Tekan pedal perlahan-lahan lalu palu akan memukul dies (landasan).
8. Letakkan benda kerja yang sudah dipanaskan diatas dies (landasan).
9. Tekan pedal injakan lebih kuat/dalam sampai palu memukul benda kerja
dengan pukulan ringan.
10.Tetap kuat lagi pedal, sehingga benda kerja dipukul lebih kuat, namun
pukulan itu harus tetap kontsan.
11. Bila hal ini sudah dikuasai, maka pembuatan produk sudah dimulai
dengan produk-produk yang sederhana diperoleh
12. Setelah proses penempaan selesai matikan mesin dengan memutuskan
hubungan arus listrik.
13. Bersihkan mesin dari kotoran dan dari bekas serpihan-serpihan besi,
kemudian bersihkan juga lingkungan sekitar bekerja.
60
b. Perawatan
Perawatan (maintenance) dapat diartikan sebagai kegiatan untuk memelihara
atau menjaga fasilitas/peralatan dan mengadakan perbaikan serta pergantian pada
komponen atau alat yang mengalami kerusakan, sehingga proses produksi tetap
berjalan dengan maksimal sesuai dengan yang diinginkan.
Adapun tujuan utama dari fungsi perawatan adalah :
1. Menjaga kualitas produk
2. Kemampuan produksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan rencana
produksi.
3. Mengurangi pemakaian dan penyimpanan diluar batas dan menjaga modal.
4. Mencapai tingkat biaya perawatan serendah mungkin.
5. Keselamatan pekerja.
Dalam melaksanakan perawatan dan pemeliharaan terhadap mesin tempa ini
dilakukan beberapa macam perawatan, yaitu :
Perawatan prediktif
Yaitu perawatan yang dilakukan untuk mengetahui/memprediksi terhadap
kerusakan-kerusakan yang terjadi.
Perawatan preventif
Yaitu perawatan yang dilakukan secara rutin yang berfungsi untuk
menjaga dari kemungkinan-kemungkinan terjadinya kerusakan.
Perawatan korektif
Yaitu perawatan yang dilakukan dengan cara mengganti komponen atau
alat yang rusak dikarenakan kerusakan yang cukup berat.
Adapun metode pendekatan untuk pemecahan masalah dalam melakukan
perawatan dan perbaikan adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi masalah
2. Mendifinisikan tujuan/menetapkan tujuan
3. Mencatat semua data yang relevan
4. Menguji data dengan cara sistematis
5. Mengembangkan solusi yang memungkinkan
61
6. Pilih solusi terbaik
7. Laksanakan solusi yang dipilih
8. Tindak lanjuti/periksa hasil pekerjaan
62
Kesalahan pemasangan baut merupakan gangguan tersembunyi.
Perawatan Korektif
Perawatan korektif merupakan kegiatan pemeliharaan dan perawatan
yang dilakukan setelah terjadinya kerusakan akibat adanya kelalaian
dalam perawatan prediktif dan preventif, sehingga mesin mengalami
kerusakan yang sangat berat, solusi dari permasalahan ini adalah dengan
cara mengganti komponen yang rusak dengan komponen yang baru
Untuk tabel hasil pengujian alat dapat dilihat pada tabel 4. 2 di bawah ini
Spesifikasi Hasil
Waktu
No bahan Suhu Tebal
(s) Tebal akhir
yang diuji awal
1 541 30 9 mm 5,9 mm
2 Baja u 24 624 30 9 mm 5,7 mm
3 728 30 9 mm 5,5 mm
a) Suhu 541
Hasil pengukuran suhu dapat dilihat pada Gambar 4.3 pengkuran suhu
541 .
63
b) Suhu 624
Hasil pengukuran suhu dapat dilihat pada Gambar 4.4 pengkuran suhu
624 .
c) Suhu 728
Hasil pengukuran suhu dapat dilihat pada Gambar 4. 5 pengkuran suhu
728 .
64
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penguraian beberapa bab sebelumnya, dapat disimpulkan
beberapa hal diantaranya :
1) Dari hasil perancangan, dapat diketahui bahwa mesin tempa baja dapat
digunakan di industri kecil.
2) Dari perhitungan bab sebelumnya didapat :
- Gaya yang terjadi pada pegas adalah 0N karena pegas berada pada sudut 180.
- Jadi fungsi pegas disini hanya sebagai penopang dudukan lengan ayun agar
tidak saling berbenturan saat berputar.
- Putaran pully (n2) yang direncanakan 300 rpm, sehinnga didapatkan untuk
perencanaan penggunaan piuli besar dengan ukuran 303,55 mm (12 inchi
untuk yang ada di pasaran)
- Daya yang diperlukan sebesar 760 watt dan daya motor rencana 680 watt.
- Sabuk yang digunakan adalah sabuk tipe A dengan panjang keliling sabuk
2196,4 mmm (2240 berdasarkan pemilihan yang mendekati di tabel).
- Momen puntir yang terjadi pada poros yaitu sebesar 2.142,8 N.mm dengan
diameter poros sebesar 25 mm.
- Bantalan yang digunakan adalah bantalan glinding dengan jenis pillow block
bearing.
- Mesin tempa ini mempunyai kemampuan dapat menekan produk dalam
proses pengerjaannya sesuai dengan kapasitas mesin yang digunakan.
- Jenis pengerjaan mesin tempa ini yaitu dengan cara memanaskan besi pada
tungku dengan sesuai temperature suhu yang telah diasumsikan dan
mengangkat besi tersebut dan meletakannya pada dies tempa besi ini.
65
- Dari perhitungan dan penjelasan bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan
bahwa,mesin tempa ini dapat meningkatkan produktivitas logam tempa pada
industry kecil pandai besi.
3) Mesin tempa baja yang telah dibuat dapat membantu industri pande besi
khususnya untuk di daerah Sumatera Barat.
4) Dari hasil survey di Sumatera Barat, menunjukan bahwa mesin tempa baja
yang penulis buat dapat membantu sekali produktivitas pande besi yang
ada.
5.2 Saran
Rancang bangun mesin tempa besi ini tentu masih ada kesalahan baik dari
segi perhitungan, perencanaan dan pembuatan. Maka perlu ketelitian dan diskusi
lebih mendalam untuk meminimalisir kesalahan dalam perancangan dengan para ahli
atau orang yang lebih berpengalaman. Selain itu proses pembuatan dan perhitungan
sering terjadi ketidak sesuaian antara ilmu teoritis dan keadaan dilapangan. Untuk itu
perlu dipertimbangkan perencanaan yang matang dan perlengkapan yang memadai
untuk membuat sebuah alat yang hampir sama dengan perancangan demi
memaksimalkan hasil pembuatan
Untuk kesempurnaan kinerja mesin tempa ini, penulis menyarankan kepada
pembaca yang hendak melakukan modifikasi mesin tempa ini agar merencanakan
sematang matangnya, dan penulis juga memberikan saran agar mesin penempa ini
untuk selanjutnya bisa digunakan dengan sistem pengontrol kaki. Selain itu, karena
mesin penempa ini memiliki getaran yang kuat penulis juga menyarankan agar mesin
penempa ini dibuatkan kedudukan sempurna diatas lantai dengan cara dibuatkan
dudukan pengecoran besi ulir dan setiap sisi dudukannya dikasih lobang dan
dikuatkan dengan mur.
66
DAFTAR PUSTAKA
[1]Cholik. Abdul, 2019. Rancang Bangun Mesin Tempa Baja Menggunakan Shock
Breaker. Politeknik Negeri Padang. Padang.
[2] Pardede. P, 2002. Proses Mekanisasi Untuk Industri Kecil Pandai Besi. Balai
Penelitian dan Pengembangan Industri Medan.
[3] Dieter. G, 1992. Metalurgi Mekanik. Penerbit Erlangga. Jakarta.
[4] Sularso, MSME dan Kiyokatsu Suga, 1997. Dasar Perancangan dan Pemilihan
Elemen Mesin. PT.Pradnya Paramita. Jakarta
[5] Mott, LR. 2009. Elemen-elemen Mesin dalam Perancangan Mekanis jilid 1.
Andi.Yogyakarta.
67
LAMPIRAN
68