Anda di halaman 1dari 12

1.

Motivasi Belajar

Pada bagian ini dijelaskan lima hal, yaitu (a) pengertian motivasi belajar; (b)

kebutuhan motivasi dalam belajar; (c) fungsi motivasi belajar; (d) upaya menumbuhkan

motivasi belajar; dan (e) indikator pengukuran motivasi belajar.

a. Pengertian Motivasi Belajar

Pengertian motivasi dalam KBBI (2008:756), yaitu (1) dorongan yang timbul pada

diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan

tertentu, (2) usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok tertentu tergerak

melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat

kepuasan dengan perbuatannya. Sementara itu, Winkel (1996:151) menjelaskan bahwa istilah

motivasi berasal dari kata motif yang berarti daya penggerak dalam diri seseorang untuk

melakukan aktivitas demi mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian, motivasi merupakan

dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah

laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhan belajar.

Senada dengan pendapat di atas, Sardiman (2007:73) mengungkapkan bahwa

motivasi berasal dari kata motif yang mengandung arti sebagai daya upaya yang mendorong

seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari

dalam diri subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.

Berawal dari kata motif, motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi

aktif pada saat-saat tertentu, terutama apabila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat

dirasakan mendesak. Keberadaan motivasi seperti ini yang membuat seseorang menjadi mau

melakukan segala usaha dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Pendapat senada juga disampaikan oleh Uno (2011:1), motivasi adalah dorongan

dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri

seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam
dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan motivasi tertentu mengandung

tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya. Motivasi juga dapat dikatakan sebagai

perbedaan antara dapat melaksanakan dan mau melaksanakan. Motivasi lebih dekat pada mau

melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan. Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam

maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah

ditetapkan sebelumnya.

Hamalik (2000:173) menyatakan istilah motivasi menunjuk semua gejala yang

terkandung dalam stimulasi tindakan ke arah tujuan tertentu yang sebelumnya tidak ada

gerakan menuju ke arah tujuan tersebut. Motivasi dapat berupa dorongan dasar atau internal

dan intensif di luar diri individu. Selanjutnya, McDonal (dalam Hamalik, 2000:173)

mengungkapkan motivation is a energy change within the person characterized by affective

arousal and anticipatory goal reactions. Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam

pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Perumusan ini mengandung tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu sebagai berikut.

(1) Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi. Perubahan-perubahan

dalam motivasi timbul dari perubahan-perubahan tertentu di dalam sistem neurofisiologis

dalam organisme manusia, misalnya adanya perubahan dalam sistem pencernaan akan

menimbulkan motif lapar. (2) Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan (affective

arousal). Mula-mula merupakan ketegangan psikologis dan menjadi suasana emosi. Suasana

emosi ini menimbulkan kelakuan yang bermotif. (3) Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi

untuk mencapai tujuan. Pribadi yang memiliki motivasi mengadakan respon-respon yang

tertuju ke arah suatu tujuan.

Selanjutnya, Djaali (2011:101) mendefinisikan motivasi sebagai suatu kondisi

fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk

melakukan aktivitas tertentu untuk mencapai suatu tujuan (kebutuhan). Senada dengan
pendapat tersebut, Sobur (2003:268) menyatakan bahwa motivasi merupakan suatu kondisi

seseorang yang mendorong untuk mencapai tujuan tertentu. Kedua pendapat tersebut

menjelaskan bahwa motivasi merupakan suatu dorongan yang menyebabkan seseorang

melakukan perbuatan atau tindakan sesuai dengan yang motif atau tujuan tertentu.

Terkait dengan belajar, pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk merubah tingkah

laku. Hal ini senada dengan pendapat Sardiman (2007:20) bahwa belajar merupakan

perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

subjek belajar itu sendiri. Belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu

yang belajar. Selanjutnya, Syah (2012:59) menjelaskan bahwa belajar sebagai perubahan

tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian tertentu, misalnya dengan membaca,

mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya.

Pengertian lain dikemukakan oleh Hamalik (dalam Syamsiah, dkk:2013), learning is

defined as modification or strengthening of behavior through experiencing (belajar adalah

modifikasi atau memperteguh kelakukan melalui pengalaman). Sementara itu, Uno

(2011:15) juga memaparkan bahwa belajar merupakan pemerolehan pengalaman baru oleh

seseorang dalam bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai akibat adanya

proses dalam bentuk interaksi belajar terhadap suatu objek (pengetahuan) atau melalui suatu

penguatan (reinforcement) dalam bentuk pengalaman terhadap suatu objek yang ada dalam

lingkungan belajar.

Lebih lanjut, Uno (2011:16) menjelaskan beberapa ciri yang tampak dari seseorang

yang mempelajari suatu objek (pengetahuan) tertentu, yaitu (1) adanya objek (pengetahuan);

(2) terjadinya proses, berupa interaksi antara seseorang dengan lingkungannya atau sumber

belajar dapat berupa orang, media, dan sebagainya, baik melalui pengalaman langsung atau

belajar berpartisipasi dengan berbuat sesuatu maupun pengalaman pengganti; (3) terjadinya

perubahan perilaku baru sebagai akibat mempelajari suatu objek (pengetahuan) tertentu. Jadi,
belajar sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi setelah siswa mengikuti atau mengalami

suatu kegiatan belajar mengajar, yaitu hasil belajar dalam bentuk penguasaan kemampuan

atau keterampilan tertentu.

Berkaitan dengan pendapat di atas, Winkel (1983:27) mengemukakan bahwa motivasi

belajar merupakan keseluruhan daya di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar

untuk mencapai hasil yang diinginkan. Sementara itu, Uno (2009:23) menjelaskan bahwa

motivasi belajar berupa hasrat dan keinginan berhasil dalam belajar sehingga seseorang

berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat. Motivasi

tersebut mengarahkan siswa belajar untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai. Jadi,

motivasi belajar adalah suatu dorongan (motif) dan harapan yang mengarahkan siswa belajar

untuk memperoleh hasil belajar yang diharapkan.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas terlihat bahwa untuk mencapai tujuan

pembelajaran, dibutuhkan motivasi termasuk dalam pembelajaran keterampilan menulis di

sekolah. Motivasi belajar adalah suatu dorongan yang mengarahkan siswa belajar untuk

memperoleh hasil belajar yang diharapkan. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang

berperan dalam hal menumbuhkan gairah, rasa senang, dan semangat belajar. Selain itu,

motivasi belajar juga dapat diartikan sebagai perubahan energi dalam diri seseorang yang

ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Indikator adalah siswa ingin memperoleh prestasi yang lebih baik, ingin mencapai tujuan

pembelajaran atau ingin mendapatkan penghargaan dari orang tua dan sekolah.

b. Kebutuhan Motivasi dalam Belajar

Maslow (dalam Djaali, 2009:101-103) mengemukakan beberapa kebutuhan dasar

hidup manusia yang mendasari munculnya motivasi, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan

keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan akan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri.

Terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tersebut mendorong siswa dalam belajar. Siswa yang


gagal atau terganggu dalam memenuhi kebutuhan tersebut dapat menghambat aktivitas

belajarnya.

Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan pokok yang harus dipenuhinya dengan segera

seperti keperluan untuk makan, minum, berpakaian dan tempat tinggal. Kebutuhan ini harus

dapat terpenuhi dengan baik. Jika kebutuhan ini terpuaskan dengan baik, maka kebutuhan-

kebutuhan berikutnya akan menjadi pendorong yang kuat. Oleh karena itu, kebutuhan

fisiologis tidak bisa diabaikan karena dapat mempengaruhi kebutuhan-kebutuhan selanjutnya.

Artinya, proses belajar siswa dapat terganggu karena tidak terpenuhinya kebutuhan fisiologis.

Kebutuhan keamanan adalah kebutuhan seseorang untuk memperoleh keselamatan,

keamanan, jaminan atau perlindungan dari ancaman yang membahayakan kelangsungan

hidup dan kehidupan dengan segala aspeknya. Setiap individu selalu berusaha untuk

menyelamatkan dirinya. Dorongan untuk menyelamatkan diri dari segala ancaman akan kuat

apabila kebutuhan fisiologisnya terpenuhi.

Perlu diperhatikan, pada siswa atau anak-anak terdapat kebutuhan yang rutin, yaitu

belajar. Guru maupun orang tua harus membimbing siswa untuk mendapatkan kebutuhan

tersebut sehingga siswa akan merasa nyaman jika kebutuhannya telah terpenuhi. Slameto

(1995:74) menjelaskan bahwa apabila ketentraman siswa terganggu dapat menimbulkan

goncangan-goncangan emosi dan akhirnya dapat menganggu proses belajarnya.

Kebutuhan sosial adalah kebutuhan seseorang untuk diterima dan dicintai, disukai dan

menyukai, bergaul, berkelompok, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ali dan Asrori

(2004:155) menjelaskan bahwa setiap insan sangat membutuhkan rasa memiliki dan dimiliki

dalam lingkungannya. Lebih lanjut Ali dan Asrori menjelaskan bahwa kebutuhan sosial ini

sangat diperlukan sejak lahir sampai tua. Oleh karena itu, seseorang yang kurang

mendapatkan rasa cinta dan kasih sayang tentu ia akan membutuhkan rasa cinta dan kasih

sayang itu.
Seseorang yang telah mendapatkan rasa cinta dan kasih sayang, selanjutnya ia ingin

diterima dikelompoknya untuk dapat bersosialisasi dan berperan dengan baik. Keadaan ini

menuntut adanya persamaan derajat, saling toleransi, dan saling membantu antarsesama

dalam mencapai kebutuhan sosial. Seseorang yang tidak mendapatkan kebutuhan sosialnya

dengan baik atau terganggu, maka dapat berpengaruh terhadap motivasinya dalam

beraktivitas khususnya dalam belajar bahasa Indonesia.

Proses pergaulan yang terjadi di sekolah memungkinkan banyak siswa yang merasa

kurang beruntung dari temannya atau kurang berhasil dalam belajar. Peran guru, orang tua,

maupun pihak sekolah umumnya sebagai teman siswa hendaknya dapat menciptakan

lingkungan belajar yang nyaman, memberikan bimbingan, arahan, maupun pujian sebagai

bentuk penghargaan dalam belajar. Pujian diberikan supaya siswa selalu bersemangat dalam

belajar dan merasa dihargai dalam bergaul atau saat berinteraksi antarsesama.

Kebutuhan akan harga diri adalah kebutuhan seseorang untuk memperoleh

kehormatan, penghormatan, pujian, penghargaan, dan pengakuan. Harga diri seseorang

timbul apabila terjadi hubungan dengan orang lain. Seorang merasa dihargai jika dirinya

dianggap penting. Ali dan Asrori (2004:156) menjelaskan bahwa seseorang yang tidak cukup

memiliki harga diri cenderung merasa rendah diri, tidak percaya diri bahkan dapat

menyebabkan kehilangan inisiatif.

Tugas guru dalam menghadapi siswa yang kurang atau tidak percaya diri, yaitu

mencari dan menemukan sesuatu yang berarti dari diri siswa. Hal ini dilakukan untuk

membuat siswa merasa berarti keberadaannya, khususnya ketika belajar bahasa Indonesia,

terutama pembelajaran menulis. Siswa termotivasi untuk belajar apabila keberadaannya

dihargai, berarti, dihormati, dan disenangi.

Kebutuhan akan aktualisasi diri adalah kebutuhan seseorang untuk memperoleh

kebanggaan, kekaguman, dan kemasyhuran sebagai pribadi yang mampu dan berhasil
mewujudkan potensi bakatnya. Setiap siswa memiliki potensi dan bakatnya masing-masing

dalam mengaktualisasi diri. Siswa yang mempunyai bakat dalam belajar (khususnya bahasa

Indonesia), tentu akan lebih mudah mempelajari bahasa Indonesia dibandingkan dengan

siswa yang tidak berbakat.

Hamalik (2009:178) menjelaskan bahwa jika seseorang mempelajari sesuatu sesuai

dengan bakat dan minatnya, maka ia akan belajar dengan kehendaknya sendiri tanpa

dimotivasi oleh orang lain. Semakin dimotivasi siswa yang berbakat dalam belajar bahasa

Indonesia, apalagi menulis maka dapat memicu dan meningkatkan kualifikasinya. Siswa

yang tidak mendapatkan dorongan dapat menghambat aktualisasi dirinya dalam belajar

bahasa Indonesia.

Semua kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow menjadi pemicu bagi seorang

siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Apabila kebutuhan tersebut

tidak terpenuhi, maka dapat mempengaruhi motivasi belajarnya, bahkan siswa dapat gagal

atau kurang optimal dalam mencapai tujuan pembelajarans. Oleh sebab itu, segala kebutuhan

yang diharapkan dapat dipenuhi dengan baik agar hasil belajarnya dapat dicapai dengan baik

pula.

c. Fungsi Motivasi Belajar

Motivasi mempunyai fungsi yang penting dalam belajar karena motivasi akan

menentukan intensitas usaha belajar yang dilakukan siswa. Motivasi dapat berfungsi sebagai

pendorong usaha-usaha pencapaian prestasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan

menunjukkan hasil yang baik pula. Fungsi motivasi menurut Sardiman (2007:85), yaitu (1)

mendorong manusia untuk berbuat, dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap

kegiatan; (2) menentukan arah perbuatan, yaitu ke arah tujuan yang hendak dicapai; dan (3)

menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan yang harus dikerjakan.


Selanjutnya, fungsi motivasi belajar menurut Hamalik (2007:175) adalah sebagai

pengarah atau mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang dilakukan dan

diinginkan sebagai penggerak. Kuat lemahnya motivasi, cepat atau lambatnya suatu

pekerjaan, motivasi dapat mendorong siswa untuk melakukan aktivitas tertentu yang

berhubungan dengan kegiatan belajar. Motivasi dapat memberikan semangat kepada siswa

dalam belajarnya dan memberikan petunjuk atau perbuatan yang dilakukan. Selain itu,

motivasi juga dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu

termasuk perilaku belajar.

Sementara itu, Rohani (dalam Mustafa, 2008:5) mengungkapkan bahwa fungsi

motivasi dalam proses pembelajaran, yaitu (1) memberikan semangat dan mengaktifkan

peserta didik supaya tetap berminat dan siaga; (2) memudahkan perhatian peserta didik pada

tugas-tugas tertentu yang berhubungan dengan pencapaian tujuan belajar; dan (3) membantu

memenuhi kebutuhan hasil jangka pendek dan hasil jangka panjang.

Fungsi motivasi belajar juga dipaparkan oleh Uno. Menurut Uno (2011-27-29) peran

penting motivasi dalam belajar dan pembelajaran, yaitu sebagai berikut. (1) Motivasi

menentukan penguatan belajar. Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila

seorang anak yang belajar maka diharapkan pada suatu masalah yang memerlukan

pemecahan dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya. (2)

Motivasi memperjelas tujuan belajar. Hal ini erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Anak

akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang dipelajarinya itu setidaknya sudah diketahui

atau dinikmati manfaatnya bagi anak. (3) Motivasi menentukan ketekunan belajar. Seorang

anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu akan berusaha mempelajarinya dengan baik

dan tekun dengan harapan memperoleh hasil yang baik.

Berdasarkan pendapat di atas, terlihat bahwa motivasi mempunyai peranan yang

penting dalam belajar karena motivasi akan menentukan intensitas usaha belajar yang
dilakukan siswa. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi hasil belajarnya akan

lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Hal ini

disebabkan oleh motivasi belajar merupakan daya penggerak yang terdapat pada diri

seseorang untuk mencapai suatu tujuan.

d. Upaya Menumbuhkan Motivasi Belajar

Pada prinsipnya, guru hendaknya selalu memperhatikan prinsip belajar dalam rangka

mengupayakan agar motivasi belajar siswa tinggi. Guru harus memandang bahwa kehadiran

siswa di kelas merupakan suatu motivasi belajar yang datang dari siswa, sehingga dengan

adanya prinsip tersebut ia akan menganggap siswa sebagai seorang siswa yang harus dihargai

dan dihormati. Perlakuan seperti itu akan memberi makna terhadap pelajaran yang

dihadapinya.

Sardiman (2007:92-95) menjelaskan bahwa ada beberapa cara untuk menumbuhkan

motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, yaitu memberi angka, hadiah, saingan/

kompetensi, ego-envolvement, memberi ulangan, mengetahui hasil, pujian, hukuman, hasrat

untuk belajar, minat, dan tujuan yang diakui. Pendapat senada diungkapkan Hamalik

(2007:166-168) bahwa untuk membangkitkan motivasi belajar siswa dapat dilakukan

berbagai cara, yaitu memberi angka, pujian, hadiah, kerja kelompok, persaingan, tujuan,

sarkasme, penilaian, karyawisata, film pendidikan, dan belajar melalui radio.

Sementara itu, Faturrohman dan Sutikno, (2009:20-21) juga mengemukakan beberapa

strategi untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, yaitu menjelaskan tujuan belajar ke

peserta didik, hadiah, saingan/kompetensi, pujian, hukuman, membangkitkan dorongan

kepada peserta didik untuk belajar, membentuk kebiasaan belajar yang baik, membantu

kelompok belajar peserta didik, baik secara individual maupun komunal (kelompok),

menggunakan metode yang bervariasi, dan menggunakan media pembelajaran.


Selanjutnya, Kustina (2013:23) menjelaskan bahwa strategi untuk menumbuhkan

motivasi belajar siswa, yaitu menjelaskan tujuan belajar kepada peserta didik, memberikan

hadiah, saingan/kompetisi, memberikan pujian, memberikan hukuman, membangkitkan

dorongan kepada peserta didik untuk belajar. membentuk kebiasaan belajar yang baik,

membantu kesulitan belajar peserta didik, baik secara individual maupun komunal

(kelompok), menggunakan metode yang bervariasi, dan menggunakan media yang baik serta

tujuan pembelajaran. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat diketahui bahwa motivasi belajar

dapat ditingkatkan dengan memberikan reinforcement (penguatan) bagi tingkah laku yang

menunjukkan motif dan menciptakan lingkungan kelas yang dapat mengembangkan curiosity

(keingintahuan) dan kegemaran siswa belajar.

e. Indikator Pengukuran Motivasi Belajar

Individu yang memiliki motivasi belajar tinggi akan terlihat dari perilakunya dalam

belajar. Sardiman (2007:83) mengemukakan ciri-ciri individu yang memiliki motivasi belajar,

yaitu (1) tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak

pernah berhenti sebelum selesai; (2) ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa); (3)

menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah; (4) lebih senang bekerja mandiri;

(5) cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang

begitu saja, sehingga kurang kreatif; (6) dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah

yakin akan sesuatu); (7) tidak mudah melepaskan hal yang diyakini, dan (8) senang mencari

dan memecahkan masalah soal.

Apabila seseorang memiliki ciri-ciri seperti di atas, berarti orang tersebut selalu

memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri motivasi tersebut sangat penting dalam kegiatan
belajar-mengajar. Semua ciri-ciri motivasi harus dipahami oleh guru. Hal tersebut diharuskan

agar interaksi antara siswa dengan guru dapat memberikan motivasi yang tepat dan optimal.

Jika itu semua terwujud, maka tujuan dalam proses belajar-mengajar akan tercapai.

Menurut Uno (2011:23) hakikat dan indikator motivasi adalah dorongan internal dan

eksternal yang diperoleh siswa sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku.

Pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai

peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat

diklasifikasikan sebagai berikut. (1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil. (2) Adanya

dorongan dan kebutuhan dalam belajar. (3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan. (4)

Adanya sumber belajar. (5) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga

memungkinkan seorang siswa belajar dengan baik.

Selanjutnya, Djaali (2011:111-112) menyatakan bahwa individu yang memiliki

motivasi belajar yang tinggi memiliki karakteristik sebagai berikut. (1) individu tersebut

menyukai situasi atau tugas yang menuntut tanggung jawab terhadap hasil-hasil yang

diperoleh dan bukan atas dasar untung-untungan, nasib, atau faktor kebetulan. (2) Cenderung

memilih tujuan yang realistis tetapi menantang dari tujuan yang terlalu mudah dicapai atau

terlalu besar resikonya. (3) Mencari situasi atau pekerjaan di mana ia memperoleh umpan

balik dengan segera dan nyata untuk menentukan baik tidaknya hasil pekerjaannya. (4)

Senang bekerja sendiri dan bersaing untuk mengungguli orang lain. (5) Mampu

menangguhkan pemuasan keinginannya demi masa depan yang lebih baik. (6) Selalu

berambisi untuk berprestasi dan berhasil.

Jadi, motivasi dalam kegiatan belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya

penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan dan memberikan arah kegiatan belajar,

sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dikatakan keseluruhan karena ada beberapa

motif yang secara bersama-sama menggerakkan siswa untuk belajar. Peranannya yang khas
adalah dalam hal menumbuhkan gairah, merasa senang, dan semangat untuk belajar. Siswa

yang memilki motivasi tinggi akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan

belajar.

Teori yang dikemukakan oleh ahli di atas, menjadi landasan dalam menentukan

indikator pengukuran tingkat motivasi belajar. Berdasarkan beberapa teori yang dikemukakan

di atas, indikator yang digunakan untuk mengukur motivasi belajar, yaitu (1) ketekunan

dalam belajar, (2) keuletan dalam menghadapi kesulitan, (3) perhatian dalam belajar, (4)

keinginan untuk berprestasi, dan (5) kemandirian dalam belajar. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3. Indikator Pengukuran Motivasi Belajar

No Indikator
1. Ketekunan dalam belajar
2. Keuletan menghadapi kesulitan
3. Perhatian dalam belajar
4. Keinginan untuk berprestasi
5. Kemandirian dalam belajar
(Disarikan dari Sardiman, 2007:83)

Anda mungkin juga menyukai