Anda di halaman 1dari 2

Dalam membaca puisi, diperlukan pelatihan-pelatihan tertentu, seperti latihan vokal, mimik

(ekspresi wajah), dan pantomimik (ekspresi seluruh tubuh). Stanislavski (Mulyana, 1997: 36)
telah mengelompokkan empat fenomena seni yang tepat dalam pemeranan. Pengelompokkan
yang dilakukan Stanislavski ternyata juga relevan dengan seni membaca puisi. Keempat
kelompok tersebut adalah sebagai berikut.

1. Seni mekanis merupakan seni yang lapuk dan cenderung artifisial. Dalam hal
membaca puisi, misalnya pembaca beranggapan bahwa kata-kata tertentu disimbolkan
dengan cara tertentu pula.
2. Seni penyajian serupa dengan seorang dalang. Pembaca puisi yang menggunakan
seni ini akan senantiasa meniru sang dalang (pelatihnya) dalam hal pengucapan,
sikap, maupun tindakannya.
3. Seni eksploitasi dilakukan oleh pembaca yang sangat sadar dengan kelebihan
dirinya. Oleh karena itu, dia akan berusaha menonjolkan kelebihannya meskipun tidak
dituntut dalam pembacaan puisinya.
4. Seni penghayatan timbul dari diri pembaca. Pengalaman hidup pembaca yang
terekam dalam pikiran bawah sadarnya akan terseleksi sesuai dengan transaksi yang
terjadi berkat pembacaan puisisnya. Oleh karena itu, setiap kata yang diucapkannya
akan sesuai dengan penghayatannya.

Menurut Aritonang (Mulyana, 1997: 38), dasar-dasar membaca puisi itu mencakup olah
vokal, olah musikal, olah sukma, olah mimik, olah gerak, dan wawasan kesastraan. Apabila
dasar-dasar ini telah dikuasai, selanjutnya akan sampai pada proses pembacaan. Untuk
mencapai kualitas membaca puisi secara optimal, perlu mengikuti tahap pembacaan sebagai
berikut:

1. membaca dalam hati (agar puisi tersebut terapresiasi secara penuh);


2. membaca nyaring (agar pembaca dapat mengatur daya vokal, tempo, timbre,
interpolasi, rima, irama, dan diksi);
3. membaca kritis (dengan mengoreksi pembacaan sebelumnya: segi-segi apa saja yang
masih kurang dan bagaimana cara mengatasinya), dan;
4. membaca puitis.

Untuk sampai pada pembacaan puisi yang maksimal, dapat juga mengikuti saran Mursal
Esten (Mulyana, 1998: 38) sebagai berikut.
1. Perhatikan judul puisi.
2. Lihatlah kata-kata yang dominan.
3. Selamilah makna konotatif.
4. Dalam mencari dan menemukan makna, yang benar adalah makna yang sesuai dengan
struktur bahasa.
5. Tangkaplah pikiran yang ada dalam puisi dengan memparafrasekannya.
6. Jawablah apa dan siapa yang dimaksud dengan kata ganti dan siapa yang
mengucapkan kalimat yang diberi tanda kutip.
7. Temukanlah pertalian makna tiap unit puisi (kata demi kata, frase demi frase, larik
demi larik, dan bait demi bait).
8. Carilah dan kejarlah makna yang masih tersembunyi.
9. Perhatikanlah corak dan aliran puisi yang kita baca (imajis, religius, liris, atau epik).
10. Harus ditekankan bahwa tafsiran kita terhadap puisi harus kita kembalikan pada teks
puisi itu sendiri.

TUGAS RUMAH :
1. Carilah puisi yang dikarang oleh sastrawan terkenal di Indonesia !
2. Pertemuan selanjutnya akan di test membaca puisi !

Anda mungkin juga menyukai