Anda di halaman 1dari 10

PROBLEMATIKA DALAM PEMBELAJARAN DARING SEBAGAI

UPAYA STUDY FROM HOME (SFH) PADA MASA PANDEMI COVID-19

oleh
Indah Kurnia Kale Dara

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja problematika dalam
pembelajaran daring sebagai upaya Study From Home (SFH) pada masa pandemi
Covid-19 sehingga dapat diperhatikan secara seksama dan menemukan solusi
terbaik untuk mengatasi problem yang ada.. Peneliti menggunakan penelitian
kepustakaan dimana dalam mengumpulkan informasi data dengan teknik
dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal yang relevan dari berbagai
literatur, dokumen, buku, majalah, berita, serta referensi lainnya. Kriteria berita
dan artikel yang dipilih yaitu adanya pembahasan tentang pembelajaran daring,
study from home, dan dampak Covid-19. Dari 15 sumber yang didapatkan,
kemudian dipilih yang paling relevan dan diperoleh 8 artikel dan 6 berita yang
dipilih. Hasil dalam penelitian, menunjukkan bahwa problematika yang terjadi
dapat diatasi dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang
menunjukan bahwa problematika dalam pembelajaran daring sebagai upaya Study
From Home (SFH) pada masa pandemi Covid-19 dapat diatasi dengan cukup baik
apabila adanya kerjasama antara guru, siswa, orang tua serta pemerataan sarana
prasaran dan pengoptimalan akses jaringan dari pihak pemerintah.
Kata Kunci: Pembelajaran Daring, Study From Home, Pandemi Covid-19

PENDAHULUAN
Pandemi Covid-19 telah memberikan dampak yang sangat besar hampir
diseluruh dunia termasuk Indonesia. Pandemi ini sudah sangat mengubah gaya
hidup orang di seluruh dunia, orang-orang disarankan untuk menjaga jarak dan
membatasi perjalanan sesering mungkin, serta memakai masker telah menjadi
bagian dari kebutuhan primer. Pandemi Covid-19 di Indonesia memiliki dampak
multi sektor, dari kesehatan, pendidikan, sosial, ekonomi, hingga aktivitas
beribadah di masyarakat. Kondisi kerentanan sosial menjadi realitas nyata yang
terjadi pada masyarakat dalam menghadapi pandemi Covid-19. Kerentanan sosial
menjadikan posisi ketahanan masyarakat mengalami guncangan akibat pandemi
Covid-19. Kerentanan sosial juga membuat produktivitas menurun, mata
pencarian terganggu, dan munculnya gangguan kecemasan sosial di masyarakat
(seperti kepanikan). Surat Edaran (SE) yang dikeluarkan pemerintah pada 18
Maret 2020 bahwa segala kegiatan di dalam dan di luar ruangan pada semua
sektor sementara waktu ditunda demi mengurangi penyebaran virus corona
terutama pada bidang pendidikan. Oleh karena itu, pemerintah mengambil
kebijakan untuk meliburkan seluruh lembaga pendidikan untuk memutus mata
rantai penyebaran Covid-19. Namun dengan adanya kebijakan tersebut, tentunya
tidak sedikit permasalahan yang sangat berpengaruh dalam sistem pendidikan dari
segi pembelajaran, keterampilan, maupun psikologi peserta didik pada setiap
jenjang pendidikan yang ada.
Pada tanggal 24 maret 2020 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia mengeluarkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 Tentang
Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Covid,
dalam Surat Edaran tersebut dijelaskan bahwa proses belajar dilaksanakan di
rumah melalui pembelajaran daring/jarak jauh untuk memberikan pengalaman
belajar yang bermakna bagi siswa. Belajar di rumah dapat difokuskan pada
pendidikan kecakapan hidup antara lain mengenai pandemi Covid-19 sehingga
pengajar dan peserta didik harus terbiasa melakukan interaksi pembelajaran jarak
jauh. Hal tersebut tentunya menjadi salah satu permasalahan pendidikan yang ada
di Indonesia karena adanya pendidikan yang tidak merata. Masalah itu dapat
dilihat dari wilayah Indonesia tidak seluruhnya terjangkau oleh jaringan internet
dan ditambah lagi dengan wilayah Indonesia yang terdiri dari berbagai pulau dan
gunung, mengakibatkan sulitnya pemerataan sarana dan prasarana di daerah
terpencil. Pembelajaran daring ini memang menunjang proses belajar mengajar
dari rumah tetapi belum mengatasi berbagai permasalahan yang timbul dalam
proses belajar mengajar pada setiap jenjang pendidikan. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui apa saja problematika dalam pembelajaran daring
sebagai upaya Study From Home (SFH) pada masa pandemi Covid-19 sehingga
dapat diperhatikan secara seksama dan menemukan solusi terbaik untuk mengatasi
problem yang ada.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian kepustakaan yang
dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi dan data secara mendalam
melalui berbagai literatur, buku, catatan, majalah, referensi lainnya, serta hasil
penelitian sebelumnya yang relevan, untuk mendapatkan jawaban dan landasan
teori mengenai masalah yang akan diteliti. Khatibah (2011) mengemukakan
penelitian kepustakaan sebagai kegiatan yang dilakukan secara sistematis untuk
mengumpulkan, mengolah, dan menyimpulkan data dengan menggunakan
metode/teknik tertentu guna mencari jawaban atas permasalahan yang dihadapi
melalui penelitian kepustakaan.
Dalam penelitian ini, pengumpulan data diperoleh dari berita dan artikel-
artikel pada jurnal online. Peneliti melakukan penelusuran artikel dengan
menggunakan kata kunci “Pembelajaran Daring, Study From Home (SFH), dan
Pandemi Covid-19”.
Berdasarkan penelusuran kata kunci “Pembelajaran Daring, Study From
Home (SFH), dan Pandemi Covid-19” peneliti memperoleh berbagai macam
berita dan artikel. Kriteria berita dan artikel yang dipilih yaitu adanya pembahasan
tentang pembelajaran daring, study from home, dan dampak Covid-19. Dari 15
sumber yang didapatkan, kemudian dipilih yang paling relevan dan diperoleh 8
artikel dan 6 berita yang dipilih. Teknik penelitian yang dilakukan dengan
dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, buku, makalah atau artikel, jurnal dan berita. (Arikunto, 2010) Dalam uji
validitas peneliti menggunakan triangulasi sumber data. Analisis dilakukan
dengan 4 tahap, antara lain 1) pengumpulan data; 2) reduksi data; 3) display data
dan 4) Kesimpulan.
KAJIAN PUSTAKA
Pandemi Covid-19
Semenjak Januari 2020, WHO telah menyatakan dunia masuk ke dalam
darurat global terkait virus corona (Covid-19). Virus corona yang menyerang
sistem pernapasan ini telah mencatat lebih dari 28 juta kasus dari 213 negara di
dunai yang terinfeksi. Dikutip PikiranRakyat.com dari laman Worldo Meters, per
Minggu, 13 September 2020, jumlah total tepatnya telah mencapai 28.916.010
kasus positif COVID-19 secara global. Wabah global telah melanda dunia, begitu
pula yg terjadi di Indonesia, sehingga program stay at home dilaksanakan sebagai
upaya menekan perluasan Covid-19. Untuk menaati program pemerintah, modus
pembelajaran dialihkan menjadi kelas virtual, agar mahasiswa tetap mendapatkan
haknya memperoleh ilmu tetapi tetap aman dengan di rumah saja. Buana (2020)
menjelaskan Langkah-langkah telah dilakukan oleh pemerintah untuk dapat
menyelesaikan kasus luar biasa ini, salah satunya adalah dengan
mensosialisasikan gerakan social distancing. Konsep ini menjelaskan bahwa untuk
dapat mengurangi bahkan memutus mata rantai infeksi Covid-19 seseorang harus
menjaga jarak aman dengan manusia lainnya minimal 2 meter, dan tidak
melakukan kontak langsung dengan orang lain, menghindari pertemuan massal.

Pembelajaran Daring
Perkembangan teknologi informasi memiliki pengaruh besar terhadap
perubahan dalam setiap bidang. Salah satunya ialah perubahan pada bidang
pendidikan. Teknologi dapat dimanfaatkan dalam kegiatan proses belajar
mengajar, yang dapat dikatakan merupakan pergantian dari cara konvensional
menjadi ke modern. (Gheytasi, Azizifar & Gowhary (dalam Khusniyah dan
Hakim, 2019:21) menyebutkan bahwa beberapa penelitian menunjukkan bahwa
dengan adanya teknologi memberikan banyak pengaruh positif terhadap
pembelajaran. Internet telah dipadukan menjadi sebuah alat yang digunakan untuk
melengkapi aktivitas pembelajaran (Martins,2015). Pembelajaran daring
merupakan sistem pembelajaran yang dilakukan dengan tidak bertatap muka
langsung, tetapi menggunakan platform yang dapat membantu proses belajar
mengajar yang dilakukan meskipun jarak jauh. Tujuan dari adanya pembelajaran
daring ialah memberikan layanan pembelajaran bermutu dalam jaringan yang
bersifat masif dan terbuka untuk menjangkau peminat ruang belajar agar lebih
banyak dan lebih luas (Sofyana & Abdul, 2019:82).
Menurut Hanum (2013: 92) pembelajaran online atau e-learning adalah salah satu
bentuk model pembelajaran yang difasilitasi dan didukung pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi. E-learning dapat didefinisikan sebagai sebuah bentuk
teknologi informasi yang diterapkan di bidang pendidikan dalam bentuk dunia
maya (Hanum, 2013: 92). Munir (dalam Hanum, 2013:92) mengatakan bahwa
istilah e-learning lebih tepat ditujukan sebagai usaha untuk membuat sebuah
transformasi pembelajaran yang ada di sekolah atau perguruan tinggi ke dalam
bentuk digital yang dijembatani teknologi internet. Seok (dalam Hanum, 2013:
93) menyatakan bahwa “e-learning is a new form of pedagogy for learning in the
21th century. E-teacher are e-learning instructional designer, facilitator of
interaction, and subject matter experts”. E-learning merupakan sistem
pembelajaran yang open sourece, sistem pembelajaran yang menggunakan
aplikasi web yang dapat dijalankan dan diakses dengan web browser (Wulandari
& Rahayu, 2010: 71). E-learning adalah sistem pendidikan yang menggunakan
aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media jaringan
komputer lain (Wulandari & Rahayu, 2010: 72).

Tantangan dari adanya pembelajaran daring salah satunya adalah keahlian dalam
penggunaan teknologi dari pihak pendidik maupun peserta didik. Dabbagh (dalam
Hasanah, dkk., 2020:3). menyebutkan bahwa ciri-ciri peserta didik dalam aktivitas
belajar daring atau secara online yaitu:
1. Semangat belajar: semangat pelajar pada saat proses pembelajaran kuat
atau tinggi guna pembelajaran mandiri. Ketika pembelajaran daring
kriteria ketuntasan pemahaman materi dalam pembelaran ditentukan oleh
pelajar itu sendiri. Pengetahuan akan ditemukan sendiri serta mahasiswa
harus mandiri. Sehingga kemandirian belajar tiap mahasiswa menjadikan
perbedaan keberhasilan belajar yang berbeda-beda.
2. Literacy terhadap teknologi: selain kemandirian terhadap kegiatan belajar,
tingkat pemahaman pelajar terhadap pemakaian teknologi. Ketika
pembelajaran daring/online merupakan salah satu keberhasilan dari
dilakukannya pembelajaran daring. Sebelum pembelajaran daring/online
siswa harus melakukan penguasaan terhadap teknolologi yang akan
digunakan. Alat yang biasa digunakan sebagai sarana pembelajaran daring/
online ialah komputer, smartphone, maupun laptop. Perkembangan
teknologi di era 4.0 ini menciptakan banyak aplikasi atau fitur–fitur yang
digunakan sebagai sarana pembelajaran daring/online.
3. Kemampuan berkomunikasi interpersonal: dalam ciri-ciri ini pelajar harus
menguasai kemampuan berkomunikasi dan kemampuan interpersonal
sebagai salah satu syarat untuk keberhasilan dalam pembelajaran daring.
Kemampuan interpersonal dibutuhkan guna menjalin hubungan serta
interaksi antar pelajar lainnya. Sebagai makhluk sosial tetap membutuhkan
interaksi dengan orang lain meskipun pembelajaran online dilaksanakan
secara mandiri. Maka dari itu kemampuan interpersonal dan kemampuan
dalam komunikasi harus tetap dilatih dalam kehidupan bermasyarakat.
4. Berkolaborasi: memahami dan memakai pembelajaran interaksi dan
kolaborasi. Pelajar harus mampu berinteraksi antar pelajar lainnya ataupun
dengan dosen pada sebuah forum yang telah disediakan, karena dalam
pembelajaran daring yang melaksanakan adalah pelajar itu sendiri.
Interaksi tersebut diperlukan terutama ketika pelajar mengalami kesulitan
dalam memahami materi. Selain hal tersebut, interaksi juga perlu dijaga
guna untuk melatih jiwa sosial mereka. Supaya jiwa individualisme dan
anti sosial tidak terbentuk didalam diri pelajar. Dengan adanya
pembelajaran daring juga pelajar mampu memahami pembelajaran dengan
kolaborasi. Pelajar juga akan dilatih supaya mampu berkolaborasi baik
dengan lingkungan sekitar atau dengan bermacam sistem yang mendukung
pembelajaran daring.
5. Keterampilan untuk belajar mandiri: salah satu karakteristik pembelajaran
daring adalah kemampuan dalam belajar mandiri. Belajar yang dilakukan
secara mandiri sangat diperlukan dalam pembelajaran daring. Karena
ketika proses pembelajaran, Pelajar akan mencari, menemukan sampai
dengan menyimpulkan sendiri yang telah ia pelajari. “Pembelajaran
mandiri merupakan proses dimana siswa dilibatkan secara langsung dalam
mengidentifikasi apa yang perlu untuk dipelajari menjadi pemegang
kendali dalam proses pembelajaran” (Kirkman dalam Hasanah, 2020).
Ketika belajar secara mandiri, dibutuhkan motivasi sebagai penunjang
keberhasilan proses pembelajaran secara daring.

Study From Home


Belajar dari rumah ditetapkan melalui kebijakan yang dikeluarkan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia melalui SE nomor
4 tahun 2020 tentang pelaksanaan pendidikan masa darurat penyebaran Corona
Virus Desease 2019 (Covid-19). Status kedaruratan kesehatan dan penerapan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) telah ditetapkan pemerintah. Dengan
keluarnya aturan tersebut, diminta kepada seluruh kepala daerah tidak membuat
kebijakan sendiri yang tidak terkoordinir. Pembatasan sosial ini merupakan salah
satu upaya untuk menghadapi wabah covid-19 dalam memutus mata rantai
penyebarannya. Pembatasan sosial berskala besar tersebut tertuang dalam
Undang-Undang Kekarantinaan Kesehatan Pasal 59 Ayat 2 pada tahun 2020 yang
menyebutkan tujuan dari peraturan ini adalah untuk mencegah meluasnya
penyebaran penyakit, kedaruratan kesehatan masyarakat yang sedang terjadi antar
orang di suatu wilayah tertentu. Selanjutnya Undang-Undang Kekarantinaan
Kesehatan Pasal 59 Ayat 3 tahun 2020 menjelaskan bahwa “pembatasan sosial
berskala besar ini paling sedikit meliputi peliburan sekolah dan tempat kerja,
pembatasan kegiatan keagamaan, dan atau pembatasan kegiatan di tempat atau
fasilitas umum.” Hal tersebut mengakibatkan untuk sementara waktu
pembelajaran tidak dapat dilakukan di rumah. Oleh karena itu, pembelajaran harus
dilakukan di rumah masing-masing (study from home). Salah satu hal yang harus
dilakukan adalah pembelajaran daring supaya kegiatan belajar tetap berjalan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Problematika dalam Pembelajaran Daring sebagai Upaya Study From Home
(SFH) pada Masa Pandemi Covid-19
Menurut situs resmi Covid-19, Virus dapat berpindah secara langsung
melalui percikan batuk dan napas orang terinfeksi yang kemudian terhirup orang
sehat. Virus juga dapat menyebar secara tidak langsung melalui benda-benda yang
tercemar virus akibat percikan atau sentuhan tangan yang tercemar virus. Belum
dipastikan berapa lama virus penyebab Covid-19 bertahan di atas permukaan
benda, tetapi perilaku virus ini menyerupai jenis-jenis coronavirus lainnya.
Penelitian coronavirus, dan juga informasi awal tentang virus penyebab penyakit
Covid-19, mengindikasikan virus dapat bertahan di permukaan benda antara
beberapa jam hingga beberapa hari. Lamanya virus bertahan mungkin dipengaruhi
kondisi-kondisi yang berbeda (seperti jenis permukaan, suhu atau kelembaban
lingkungan). Menurut WHO serta didukung dengan beberapa penelitian,
menyebutkan bahwa baik pria maupun wanita, anak-anak hingga lanjut usia, dapat
dengan sangat mudah terpapar Covid-19. Walaupun orang yang berusia di atas 50
tahun memiliki kemungkinan yang paling rentan, kalangan anak muda juga harus
tetap waspada akan adanya paparan virus ini.
Jika tangan tercemar percikan, virus dapat menyebar melalui sentuhan
antarorang, karena itu penting untuk sering mencuci tangan pakai sabun dan air
mengalir serta sementara waktu, menghindari bersalaman dan saling menjaga
jarak fisik.
Akibat dari pandemi Covid-19 ini, menyebabkan diterapkannya berbagai
kebijakan untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di Indonesia. Upaya
yang dilakukan oleh pemerintah di Indonesia salah satunya dengan menerapkan
himbauan kepada masyarakat agar melakukan physical distancing yaitu himbauan
untuk menjaga jarak diantara masyarakat, menjauhi aktivitas dalam segala bentuk
kerumunan, perkumpulan, dan menghindari adanya pertemuan yang melibatkan
banyak orang. Upaya tersebut ditujukan kepada masyarakat agar dapat dilakukan
untuk memutus rantai penyebaran pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini.
Dengan adanya upaya tersebut, tentunya segala aktivitas menjadi terbatas.
Kebiasaan lama diubah menjadi kebiasaan baru. Lembaga pendidikan yang
berpengaruh sangat besar dan memiliki peran penting dalam membentuk
kemajuan bangsa serta potensi anak bangsa baik dari jenjang pendidikan sekolah
dasar sampai perguruan tinggi harus mengikuti anjuran pemerintah untuk
melakukan Study From Home (SFH) atau belajar dari rumah seperti yang di
sampaikan Menteri Nadiem Anwar Makarim, ia menerbitkan Surat Edaran Nomor
3 Tahun 2020 pada Satuan Pendidikan dan Nomor 36962/MPK.A/HK/2020
tentang Pelaksanaan Pendidikan dalam Masa Darurat Coronavirus Disease
(Covid-19) maka kegiatan belajar dilakukan secara daring (online) dalam rangka
pencegahan penyebaran coronavirus disease (Covid-19). (Menteri Pendidikan,
2020). Upaya ini tentu menjadi pilihan terbaik yang ada agar kegiatan belajar
mengajar tetap berlangsung. Tidak menutup kemungkinan bahwa tentunya telah
lahir permasalahan baru yang dialami karena upaya Study From Home, walau
pembelajaran daring ini telah berlangsung hingga penghujung tahun 2020.
Dalam upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19 kegiatan
pembelajaran daring dilakukan menggunakan aplikasi-aplikasi pembelajaran
yang dapat diakses dengan jaringan internet. Di perguruan tinggi secara
keseluruhan, mahasiswa puas dengan pembelajaran yang fleksibel. Dengan
pembelajaran daring, mahasiswa tidak terkendala waktu dan tempat dimana
mereka dapat mengikuti perkuliahan dari rumah masing-masing maupun dari
tempat dimana saja. Dengan pembelajaran daring, dosen memberikan perkuliahan
melalui kelas-kelas virtual yang dapat diakses dimana pun dan kapan pun tidak
terikat ruang dan waktu. Kondisi ini membuat mahasiswa dapat secara bebas
memilih mata kuliah yang diikuti dan tugas mana yang harus dikerjakan lebih
dahulu. Penelitian Sun et al., (2008) menginformasikan bahwa fleksibilitas waktu,
metode pembelajaran, dan tempat dalam pembelajaran daring berpengaruh
terhadap kepuasan mahasiswa terhadap pembelajaran. Namun tentunya peneliti
juga menemukan hasil dari pengamatan bahwa proses adaptasi belajar pada
peserta didik dan mahasiswa yang tadinya cenderung berinteraksi langsung dalam
pembelajaran akan memerlukan berbagai macam adaptasi belajar serta memahami
pembelajaran yang dimodelkan dalam jaringan, sehingga kegiatan study from
home menimbulkan terhambatnya pemahaman peserta didik dan mahasiswa
terhadap pembelajaran. Mengingat bahwa perubahan pembelajaran ini secara
tidak langsung berpengaruh terhadap daya serap peserta didik (Dewi, W. A. F:
2020). Oleh karenanya, bahwa peserta didik harus didasari berbagai pengalaman
belajar agar pembelajaran secara online menjadi fleksibel (Zapalska, A. and
Brozik, D.:2006).
Pembelajaran daring memiliki tantangan khusus, lokasi mahasiswa dan
dosen yang terpisah saat melaksanakan menyebabkan dosen tidak dapat
mengawasi secara langsung kegiatan mahasiswa selama proses pembelajaran.
Tidak ada jaminan bahwa mahasiswa sunguh-sungguh dalam mendengarkan
ulasan dari dosen. Szpunar, Moulton, & Schacter, (2013) melaporkan dalam
penelitiannya bahwa mahasiswa menghayal lebih sering pada perkuliahan daring
dibandingkan ketika kuliah tatap muka. Oleh karena itu disarankan pembelajaran
daring sebaiknya diselenggarakan dalam waktu tidak lama mengingat mahasiswa
sulit mempertahankan konsentrasinya apabila perkuliahan daring dilaksanakan
lebih dari satu jam (Khan.,2012). Hasil penelitian juga melaporkan bahwa tidak
sedikit mahasiswa yang kesulitan dalam memahami materi perkuliahan yang
diberikan secara daring. Bahan ajar biasa disampaikan dalam bentuk bacaan yang
tidak mudah dipahami secara menyeluruh oleh mahasiswa (Sadikin, A., & Hakim,
N., 2019). Mereka berasumsi bahwa materi dan tugas tidak cukup karena perlu
penjelasan secara langsung oleh dosen.
Pelaksanaan pembelajaran daring dinilai mendadak akibat pandemik
membuat kewalahan banyak pihak. Berbagai daerah di Indonesia mengalami
kendala dalam penerapan sistem pembelajaran daring, terutama di daerah pelosok
dengan teknologi dan jaringan internet yang terbatas.
Penggunaan teknologi untuk pembelajaran daring tentunya menimbulkan berbagai
masalah. Hal ini dirangkum dari penelitian-penelitian yang sudah ada
menggunakan penelitian kepustakaan, empat faktor penting yang menghambat
terlaksananya pembelajaran daring diantaranya:
a) Penguasaan Teknologi Informasi oleh Pendidik dan Peserta Didik
Kondisi guru di Indonesia tidak seluruhnya paham penggunaan
teknologi, ini bisa dilihat dari guru-guru yang lahir kisaran tahun 1960-
1980. Kendala teknologi informasi membatasi mereka dalam
menggunakan media daring. Begitu juga dengan siswa yang keadaannya
hampir sama, sebagian siswa tidak terbiasa menggunakan teknologi untuk
pembelajaran.
b) Sarana dan Prasarana
Masalah ini tentunya dialami oleh guru maupun siswa,
kepemilikan perangkat pendukung teknologi menjadi alasan pembelajaran
daring yang tidak terlalu efektif untuk semua kalangan. Untuk masyarakat
dengan keterbatasan ekonomi tentu memiliki prioritas kebutuhan lain yang
lebih diutamakan daripada membeli handphone dan kuota internet.
Perangkat pendukung teknologi jelas mahal. Banyak di daerah Indonesia
yang guru pun masih dalam kondisi ekonomi yang menghawatirkan.
c) Akses Internet
Jaringan internet yang benar-benar masih belum merata di pelosok
negeri menjadi kendala bagi sebagian guru ataupun siswa yang di
daerahnya minim akses jaringan internet. Tidak semua lembaga
pendidikan baik dari sekolah dasar maupun sampai sekolah menengah
dapat menikmati internet. Jika ada pun jaringan internet kondisinya masih
belum mampu mengkover media daring.
d) Kesediaan Anggaran
Penggunaan internet dalam pembelajaran daring tentunya
membutuhkan kuota internet yang lebih. Banyak diantara guru dan juga
orang tua siswa yang tidak siap untuk menambah anggaran dalam
menyediakan kuota internet. Hal ini menjadi sesuatu yang menghambat
karena, aspek kesejahteraan guru dan murid masih jauh dari harapan.
Ketika mereka menggunakan kuota internet untuk memenuhi kebutuhan
media daring, maka jelas mereka tidak sanggup membayarnya. Ada dilema
dalam pemanfaatan media daring, ketika menteri pendidikan memberikan
semangat produktivitas harus melaju, namun disisi lain kecakapan dan
kemampuan finansial guru dan siswa belum melaju ke arah yang sama.
Walaupun pemerintah telah memberikan kuota internet secara gratis,
namun tidak tercapai secara menyeluruh dalam memfasilitasi kebutuhan
yang dimaksud.
Adapun permasalahan lain berdasarkan pengamatan peneliti, karena
beberapa faktor yang menghambat terlaksananya pembelajaran daring seperti di
atas, terdapat kebijakan-kebijakan lain yang dilakukan di beberapa sekolah di
bagian Nusa Tenggara Timur seperti di SMP Negeri 2 Sabu Barat dan SMA
Negeri 1 Sabu Barat. Bahwa tidak ada pilihan lain selain melakukan kegiatan
pembelajaran secara tatap muka, namun kebiasaan yang dulu di ubah sehingga
murid yang hadir ke sekolah bukan keseluruhan isi kelas melainkan dibagi waktu
kehadirannya pada pukul 07.00 dan pukul 09.00 dan tetap disertai dengan aturan
protokol kesehatan. Tak luput perhatian untuk peserta didik sekolah dasar yang
ada di wilayah ini, dimana setiap guru harus mencetak materi pembelajaran
karena menerapkan study from home kemudian dibagikan ke setiap rumah peserta
didik karena jarak rumah yang jauh dari sekolah.
Permasalahan lainnya adalah penggunaan media dalam menyampaikan
pembelajaran seperti Whatsapp, Google Classroom, Youtube, Google Meet,
Zoom, Video Converence, dll, yakni penggunaan aplikasi tidak disetujui secara
serentak oleh setiap guru pada masing-masing sekolah sehingga menyulitkan
peserta didik karena menggunakan banyak media dan tidak di dukung oleh
penyimpanan perangkat yang dimiliki peserta didik.
Penggunaan smartphone guna menunjang pembelajaran daring juga
menjadi perhatian khusus karena hal ini sangat memicu kecanduan penggunaan
smartphone. Beberapa penelitian menunjukkan adanya indikasi kecanduan gadget
akibat penggunaan yang berlebihan. Sehingga hal tersebut dapat menimbulkan
kekhawatiran akan efek negatif pada penggunaan gadget dan media sosial seperti
kemungkinan terpapar informasi yang salah dan tidak perhatian selama belajar
akibat bermain media sosial (Siddiqui & Singh, 2016). Selain itu, orang yang
kecanduan gadget cenderung memiliki masalah sosial dan akademik (Kwon et al.,
2013). Sehingga penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa lebih
memilih untuk segera kembali bersekolah.
Dalam penelitian Anugrahana (2020), selama pembelajaran daring peserta
didik mengalami beberapa kendala lain seperti pendampingan orang tua kurang
karena harus bekerja dari pagi sampai sore. Sehingga waktu untuk mendampingi
siswa dalam mengerjakan tugas hanya saat malam hari. Jika siswa terlambat
memberi respon tugas, sementara guru harus segera merekap skornya, maka
dampak tersebut berpengaruh dalam nilai siswa. Kemudian adanya hambatan
tidak bisa memantau proses secara langsung. Guru hanya bisa menerima produk
saja. Hal ini menyebabkan esensi dari pembelajaran yang mengedepankan proses
tidak dapat teramati oleh guru. Produk merupakan satu-satunya hal yang bisa
dipantau oleh guru. Penelitian dalam Anugrahana (2020) juga menyampaikan
kelemahan dalam pembelajaran daring adalah kurang maksimalnya keterlibatan
siswa. Keterlibatan siswa yang dimaksud dapat dilihat dari hasil keterlibatan siswa
dalam mengikuti pembelajaran daring secara penuh dari awal pembelajaran
sampai akhir pembelajaran. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 50%
siswa yang aktif terlibat secara penuh, 33 % siswa yang terlibat aktif. Sedangkan
17% lainnya, siswa yang kurang aktif dan kurang berpartisipasi dalam
pembelajaran daring. Hal ini terjadi karena keempat faktor penting seperti
kurangnya penguasaan teknologi informasi perserta didik yang tidak terbiasa
dengan pembelajaran online terkhusus pada daerah dalaman, kepemilikan sarana
prasarana yang tidak memadai disebabkan orang tua yang berprofesi petani,
terhambatnya akses internet disebabkan oleh cuaca buruk seperti hujan deras dan
angin kencang serta wilayah tempat tinggal yang tidak memiliki koneksi internet,
dan minimnya biaya yang dimiliki disebabkan oleh orang tua profesi petani dan
kehilangan pekerjaan.

KESIMPULAN
Dapat kita pahami bahwa pandemi Covid-19 telah memaksa seluruh sektor
untuk melakukan perubahan besar secara tiba-tiba guna mengatasi penyebaran
virus dengan mengakomodir kegiatan-kegiatan berbasis offline menjadi online.
Kebijakan pemerintah untuk bekerja dari rumah dan belajar dari rumah
merupakan upaya untuk menjaga masyarakat dari pandemi Covid-19. Terkhusus
dalam dunia pendidikan, telah diterapkan pembelajaran daring guna menyambung
aktivitas pembelajaran dari rumah agar tidak terhenti. Pembelajaran daring
merupakan salah satu solusi untuk menerapkan social distancing guna mencegah
mata rantai penyebaran wabah Covid-19. Namun ternyata banyak problematik
yang timbul, sehingga disimpulkan bahwa tenaga pendidik, peserta didik, orang
tua serta pemerintah harus bekerja sama dengan baik untuk memenuhi
pembelajaran yang baik. Pemerintah perlu mengatasi permasalahan seperti
penyediaan sarana prasarana dan mengoptimalkan akses jaringan untuk
menunjang proses belajar daring terkhusus pada daerah pedalaman. Tenaga
pendidik harus menggunakan strategi pembelajaran yang efektif dan efisien
berkenaan dengan pembelajaran daring, membangun suasana belajar yang
menarik agar materi pembelajaran dapat dipahami dengan baik dan tidak
membosankan bagi peserta didik. Proses pembelajaran daring harus dilakukan
secara singkat dari sebelumnya namun memiliki pencapaian belajar yang
bermakna. Tenaga pendidik juga harus tetap memberikan semangat belajar,
kegiatan literasi bagi peserta didik dengan cara-cara yang menarik. Peserta didik
harus berkolaborasi, interaksi juga perlu dijaga untuk melatih jiwa sosial mereka.
Supaya jiwa individualisme dan anti sosial tidak terbentuk didalam diri pelajar,
serta memiliki keterampilan belajar sendiri. Dari semua peran tersebut, orang tua
menjadi peran penting karena pembelajaran ini dilakukan dari rumah. Tenaga
pendidik dan orang tua harus bekerja sama untuk mencapai hasil belajar yang
diinginkan. Orang tua perlu mengawasi dan mengatur aktivitas belajar anak untuk
menghindari kecanduan smartphone, tanpa peran dan pengawasan orang tua, anak
tidak dapat memenuhi pencapaian belajar.

DAFTAR PUSTAKA
Syah Aji (2020), ‘Dampak Covid-19 pada Pendidikan di Indonesia: Sekolah,
Keterampilan, dan Proses Pembelajaran’, Jurnal Sosial & Budaya Syar-I, Vol.
7 No. 5 (2020), pp. 395-402.
Sadikin & Hamidah (2020), ‘Pembelajaran Daring di Tengah Wabah Covid-19’,
Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi, Volume 6, Nomor 02, Tahun 2020, Hal.
214-224.
Handayani (2020), ‘Keuntungan, Kendala dan Solusi Pembelajaran Online
Selama Pandemi Covid-19 : Studi Ekploratif di SMPN 3 Bae Kudus’, Journal
Industrial Engineering & Management Research (Jiemar)’, Vol. 1 No. 2.
Rigianti (2020), ‘Kendala Pembelajaran Daring Guru Sekolah Dasar Di
Kabupaten Banjarnegara’, Volume 7 nomor 2 Juli 2020, Hal. 297-302.
Handarini & Wulandari (2020), ‘Pembelajaran Daring Sebagai Upaya Study From
Home (SFH) Selama Pandemi Covid 19’, Jurnal Pendidikan Administrasi
Perkantoran (JPAP), Volume 8, Nomor 3.
Anugrahana (2020), ‘Hambatan, Solusi dan Harapan: Pembelajaran Daring
Selama Masa Pandemi Covid-19 Oleh Guru Sekolah Dasar’.

Anda mungkin juga menyukai