PEMBAHASAN
Adaptasi
Adaptasi ialah perubahan bunyi dan struktur bahasa asing menjadi bunyi dan
struktur yang sesuai dengan penerimaan pendengaran atau ucapan lidah bangsa
pemakai bahasa yang dimasukinya. Adaptasi atau penyesuaian dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu:
1. Adaptasi fonologis adalah penyesuaian perubahan bunyi bahasa asing
menjadi bunyi yang sesuai dengan ucapan lidah bangsa pemakai bahasa yang
dimasukinya. Adaptasi ini menekankan pada lafal bunyi, misalnya:
Bahasa Asing atau Daerah
Fadhuli
(Arab)
Vooloper
(Belanda)
Chauffeur
(Belanda)
Trampil
(Jawa)
Kraton
(Jawa)
2.3.4
Analogi
Analogi merupakan salah satu cara pembentukan kata baru. Dalam suatu bahasa
yang disebut analogi adalah suatu bentukan bahasa dengan meniru contoh yang
sudah ada. Dalam suatu bahasa yang sedang tumbuh dan berkembang,
pembentukan kata-kata baru (analogi) sangat penting sebab bentukan kata baru
dapat memperkaya perbendaharaan bahasa.
Menyatakan laki-laki
Menyatakan perempuan
Saudara
/a/
Saudari
/i/
Pemuda
/a/
Pemudi
/i/
Siswa
/a/
Siswa
/i/
Mahasiswa
/a/
Mahasiswi
/i/
Kedua bentuk kata itu terdapat perbedaan fonem, yaitu fonem /a/ dan /i/ pada
akhir kata. Fonem /a/ dan /i/ mempunyai fungsi menyatakan perbedaan jenis
kelamin laki-laki dan perempuan.
2.3.5
Kontaminasi
Hiperkorek
Gejala hiperkorek merupakan proses pembetulan bentuk yang sudah betul lalu
malah menjadi salah. Gejala hiperkorek dapat kita perhatikan dalam uraian
berikut.
1. Fonem /s/ menjadi /sy/ ; sehat menjadi syehat, insaf menjadi insyaf, saraf
menjadi syaraf.
2. Fonem /h/ menjadi /kh/ : ahli menjadi akhli, hewan menjadi khewan,
rahim menjadi rakhim.
3. Fonem /p/ menjadi /f/ ; pasal menjadi fasal, paham menjadi faham.
4. Fonem /j/ menjadi /z/ ; ijazah menjadi izazah, jenazah menjadi zenazah.
2.3.7
Varian
Gejala varian sering kita jumpai dalam ucapan pejabat pada Era Orde Baru.
Vocal /a/ pada sufiks kan menjadi //. Misalnya: Direncanakan menjadi
direncanaken, digalakkan menjadi digalakken, diambilkan menjadi diambilken,
membacakan menjadi membacaken, membanggakan menjadi membanggaken,
berdasarkan menjadi berdasarken.
2.3.8
Asimilasi
2.3.9
Disimilasi
Disimilasi adalah proses berubahnya dua buah fonem yang sama menjadi tidak
sama. Misalnya:
Vanantara
(Sanskerta)
>
belantara;
Citta
(Sanskerta)
>
cipta;
Sajjana
(Sanskerta)
>
sarjana;
Rapport
(Belanda)
>
lapor;
Lalita
(Sanskerta)
>
jelita;
Lauk-lauk
(Melayu)
>
lauk pauk.
2.3.10 Metatesis
Metatesis suatu pertukaran, adalah perubahan kata yang fonem-fonemnya
bertukar tempatnya. Contoh:
Rontal
>
lontar;
Beting
>
tebing;
Kelikir
>
kerikil;
Banteras
>
berantas;
Almari
>
lemari;
Apus
>
usap sapu;
Lebat
>
tebal.
2.3.11 Diftongisasi
Diftongisasi adalah proses perubahan suatu monoftong jadi diftong. Contoh:
Sodara
>
saudara;
Suro
>
surau;
Pulo
>
pulau;
Pete
>
petai;
Sate
>
satae;
Gule
>
gulai;
2.3.12 Monoftongisasi
Monoftongisasi adalah proses perubahan suatu diftong (gugus vocal) menjadi
monoftong. Contoh:
Gurau
>
guro;
Sungai
>
sunge;
Danau
>
dano;
Buai
>
bue;
Tunai
>
tune.
2.3.13 Anaptiksis
Anaptiksis adalah proses penambahan suatu bunyi dalam suatu kata guna
melancarkan ucapannya. Contoh:
Putra
>
putera;
Putri
>
puteri;
Slok
>
seloka;
Candra
>
candera;
Srigala
>
serigala.
2.3.14 Haplologi
Haplologi adalah proses penghilangan suku kata yang ada di tengah-tengah kata.
Contoh:
Sarnantara
>
sementara;
Budhidaya
>
budaya;
Mahardhika
>
merdeka.
2.3.15 Kontraksi
Kontraksi adalah gejala yang memperlihatkan adanya satu atau lebih fonem
yang dihilangkan. Kadang-kadang, ada perubahan atau penggantian fonem.
Contohny
Perlahan-lahan
>
pelan-pelan;
Bahagianda
>
baginda;
Tidak ada
>
tiada;
Tapian na uli
>
tapanuli.
Namun jika diteliti lebih lanjut, penggunaan bahasa alay ini sudah ada jauh
sebelum bahasa alay berkembang di facebook maupun twitter, yaitu ditandai
dengan maraknya penggunaan singkatan dalam mengirim pesan pendek atau
SMS (short message service). Hanya saja pada saat itu belum disebut dengan
bahasa alay. Selain itu ada banyak tambahan variasi yang menyebabkan
bahasa tersebut kemudian disebut dengan bahasa alay. Misalnya dalam bentuk
SMS biasa, km lg ngapa? yang maksudnya adalah kamu lagi ngapain?,
dan dalam bentuk SMS alay menjadi, xm Gy nGaps?. Tujuan awalnya
adalah sama yaitu untuk mengirimkan pesan yang singkat, padat, dan dapat
menekan biaya (Hanuem, 2012).
c.
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa bahasa alay sudah mulai
berkembang pesat seiring dengan berkembangnya teknologi. Yang
sebelumnya hanya digunakan oleh kalangan tertentu, sekarang bahasa alay
sudah dapat digunakan oleh berbagai kalangan, tak terkecuali anak-anak. Yang
semula hanya digunakan dalam bentuk tulisan, sekarang bahasa alay sudah
banyak ditemukan dalam bentuk lisan. Bagaimana caranya? Banyak cara yang
digunakan untuk berbahasa alay dalam bentuk lisan, salah satunya yaitu
dengan memonyongkan bibir atau mendesah mengikuti kata-kata yang mereka
ucapkan(Hanuem, 2012).
Bagi mereka yang sudah terbiasa dan menyukai kebiasaan mereka berbahasa
alay, hal tersebut merupakan kesenangan dan kebanggaan tersendiri. Mereka
menginginkan untuk menjadi yang paling keren dari teman-temannya.
Mereka menganggap bahwa bahasa alay merupakan bentuk kreativitas yang
harus mereka kembangkan untuk mencapai sebuah kepuasan dan untuk
mendapatkan pujian dari teman-temannya. Namun dalam pandangan orang
lain yang tidak terbiasa mendengar atau menggunakan bahasa alay, hal
tersebut justru sangat norak dan kampungan. Mereka tidak mau menerima
adanya bahasa alay karena mereka terganggu dan menganggap bahasa alay
adalah bahasa yang sangat sulit untuk dipahamai serta tidak mudah
dimengerti(Hanuem, 2012).
2) Bahasa Gaul
Bahasa gaul adalah ragam bahasa Indonesia nonstandar yang lazim digunakan di
Jakarta pada tahun 1980-an. Ragam ini semula diperkenalkan oleh generasi
muda yang mengambilnya dari kelompok waria dan masyarakat terpinggir lain
(Chompik, 2012).
a. Struktur bahasa gaul
Ragam bahasa gaul remaja memiliki ciri khusus, singkat, lincah dan kreatif.
Kata-kata yang digunakan cenderung pendek, sementara kata yang agak panjang
akan diperpendek melalui proses morfologi atau menggantinya dengan kata yang
lebih pendek seperti memang menjadi emang.Kalimat-kalimat yang digunakan
kebanyakan berstruktur kalimat tunggal. Bentuk-bentuk elip juga banyak
digunakan untuk membuat susunan kalimat menjadi lebih pendek sehingga
seringkali dijumpai kalimat-kalimat yang tidak lengkap. Dengan menggunakan
struktur yang pendek, pengungkapan makna menjadi lebih cepat yang sering
membuat pendengar yang bukan penutur asli bahasa Indonesia mengalami
kesulitan untuk memahaminya.
Pengunaan awalan e
kata emang itu bentukan dari kata memang yang disispi bunyi e. Disini jelas
terjadi pemendekan kata berupa mengilangkan huruf depan (m). Sehingga
terjadi perbedaan saat melafalkan kata tersebut dan merancu dari kata
aslinya.
Kombinasi k, a, g
Kata kagak bentukan dari kata tidak yang bunyinya tid diganti kag. Huruf
konsonan pada kata pertama diganti dengan k huruf vocal i diganti a. Huruf
DAFTAR PUSTAKA