Anda di halaman 1dari 21

0m Swastyastu

next ->
next ->
Nama Kelompok 3
1. PUTU WULAN DEVIYANTI A.W (C1118018)
2. NI PUTU ARYANTI (C1118020)
3. KADEK LINDA SULISTYAWATI (C1118024)
4. NI PUTU DEWI SETIAWATI (C1118026)
5. I KADEK DONNY NEVORIAWAN (C1118029)
6. I KADEK ARI ANJASMARA (C1118031)
7. LUH EVI CRISTINA DEWI (C1118034)
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN
KEPERAWATAN
“ GAGAL GINJAL KRONIK “

A. Definisi
CKD atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi
secara lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan
metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2017).

B. Klasifikasi
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju Filtration Glomerulus) atau glomerulus
filtration rate (GFR) dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m 2 dengan rumus Kockroft – Gault sebagai berikut
:
Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1.73m2)

1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ ≥ 90

2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau ringan 60-89

3a Penurunan sedang fungsi ginjal 45-59

3b Penurunan sedang fungsi ginjal 30-44

4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau berat 15-29

5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis


C. Etiologi

Menurut teori, hipertensi pada pasien gagal ginjal dapat terjadi karena adanya penyempitan pembuluh darah yang
disebabkan oleh penumpukan lemak di dalam pembuluh darah akibat dari tingginya kadar natrium dan cairan yang tidak
seimbang, jika hal tersebut terjadi pada pembuluh darah ginjal maka ginjal akan mengalami kerusakan yang berakibat
pada gagal ginjal, selain itu ginjal memproduksi enzim renin angiotensin yang diubah menjadi angiotensin II yang
menyebabkan pembuluh darah mengkerut dan mengeras (Asriani et al, 2012)

D. Patofisiologi

Faktor pencetus terjadinya gagal ginjal kronik yaitu dimulai dari zat toksik, vaskular infeksi dan juga obstruksi
saluran kemih yang dapat menyebabkan arterio sclerosis, kemudian suplay darah dalam ginjal menurun yang
mengakibatkan GFR (Glomerular Filtration Rate) menurun, saat GFR menurun memicu adanya retensi natrium dalam
tubuh, ketika sudah terjadi retensi natrium dalam tubuh maka cairan juga akan menumpuk dan berpengaruh pada
beban jantung sehingga jantung harus bekerja lebih keras lagi dan jika cardiac output menurun maka aliran darah
dalam ginjal akan menurun, maka akan terjadi retensi Na dan cairan yang akan menyebabkan ke lebihan volume cairan
(Amin & Hardhi, 2015).
E. Manifestasi Klinis

Menurut Brunner & Suddarth (2013) setiap sistem tubuh pada gagal ginjal kronis dipengaruhi oleh kondisi uremia,
maka pasien akan menunjukkan sejumlah tanda dan gejala. Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan
tingkat kerusakan ginjal, usia pasien dan kondisi yang mendasari. Tanda dan gejala pasien gagal ginjal kronis adalah
sebagai berikut :

1.Manifestasi kardiovaskuler 5. Manifestasi Neurologi

2. Manifestasi dermatologi 6. Manifestasi Muskuloskeletal

3. Manifestasi Pulmoner 7. Manifestasi Reproduktif

4. Manifestasi Gastrointestinal
F. Komplikasi

1.Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, katabolisme, dan masukan diit
berlebih

2. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk sampah uremik dan
dialisis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin angiotensin
aldosteron.
4. Anemia akibat penurunan eritropoitin.
5. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum yang
rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan peningkatan kadar alumunium akibat
peningkatan nitrogen dan ion anorganik.
6. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
7. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
8. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia
G. Pemeriksaan Penunjang

1. Radiologi 11. Biopsi Ginjal

2. Foto Polos Abdomen

3. Pielografi Intravena

4. USG

5. Renogram

6. Pemeriksaan Radiologi Jantung

7. Pemeriksaan radiologi Tulang

8. Pemeriksaan radiologi Paru

9. Pemeriksaan Pielografi Retrograde

10. EKG
H. Penatalaksanaan Medis

Tujuan utama penatalaksanaan pasien GGK adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal yang
tersisa dan homeostasis tubuh selama mungkin serta mencegah atau mengobati komplikasi.

1. Hemodialisis

2. Dialisis peritoneal

3. Transplantasi ginjal
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Fokus Keperawatan

a. Demografi.
Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang mengalami CKD dibawah umur
tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti proses pengobatan, penggunaan obat-obatan dan sebagainya.

b. Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM, glomerulo nefritis, hipertensi, rematik,
hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan traktus urinarius bagian bawah juga dapat memicu kemungkinan
terjadinya CKD
c. Pola nutrisi dan metabolik.
Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam kurun waktu 6 bulan. Tandanya adalah
anoreksia, mual, muntah, asupan nutrisi dan air naik atau turun.
d. Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input. Tandanya adalah penurunan BAK, pasien
terjadi konstipasi, terjadi peningkatan suhu dan tekanan darah atau tidak singkronnya antara tekanan darah dan
suhu.
d. Pengkajian fisik
a. Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran pasien dari compos mentis sampai
coma.
b. Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat dan reguler.
c. Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi, atau terjadi peningkatan berat badan
karena kelebihan cairan.
d. Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran telinga, hidung kotor dan terdapat
kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir kering dan pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
e. Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
f. Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot bantu napas, pergerakan dada tidak
simetris, terdengar suara tambahan pada paru (rongkhi basah), terdapat pembesaran jantung, terdapat suara
tambahan pada jantung.
g. Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut buncit.
h. Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat ulkus
i. Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang, dan Capillary Refill lebih dari 1
detik.
j. Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat / uremia, dan terjadi perikarditis
2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluran urin dan retensi cairan dan
natrium.
2. Perubahan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi paru.
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia mual muntah.
4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan nutrisi ke jaringan
sekunder.
5. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane kapiler paru.
6. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury
Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan b.d Setelah dilakukan asuhan Fluid Management :
keperawatan selama 3x24 jam 1.Kaji status cairan ;
penurunan haluaran urin dan volume cairan seimbang. timbang berat
Kriteria Hasil: badan,keseimbangan
retensi cairan dan natrium. NOC : Fluid Balance masukan dan haluaran,
  Terbebas dari edema, efusi, anasarka turgor kulit dan adanya
Bunyi nafas bersih,tidak adanya edema
dipsnea 2.Batasi masukan cairan
Memilihara tekanan vena sentral, 3.Identifikasi sumber
tekanan kapiler paru, output jantung potensial cairan
dan vital sign normal. 4.Jelaskan pada pasien dan
keluarga rasional
pembatasan cairan
5.Kolaborasi pemberian
cairan sesuai terapi.
no Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Keperawatan

Hemodialysis therapy
1. Ambil sampel darah dan meninjau kimia darah
(misalnya BUN, kreatinin, natrium, pottasium,
tingkat phospor) sebelum perawatan untuk
mengevaluasi respon thdp terapi.
2. Rekam tanda vital: berat badan, denyut nadi,
pernapasan, dan tekanan darah untuk mengevaluasi
respon terhadap terapi.
3. Sesuaikan tekanan filtrasi untuk menghilangkan
jumlah yang tepat dari cairan berlebih di tubuh
klien.
4. Bekerja secara kolaboratif dengan pasien untuk
menyesuaikan panjang dialisis, peraturan diet,
keterbatasan cairan dan obat-obatan untuk
mengatur cairan dan elektrolit pergeseran antara
pengobatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Keperawatan

2. Gangguan nutrisi kurang dari Setelah dilakukan asuhan Nutritional Management


kebutuhan tubuh b.d anoreksia keperawatan selama 3x24 jam nutrisi 1. Monitor adanya mual dan muntah
mual muntah. seimbang dan adekuat. 2. Monitor adanya kehilangan berat
  Kriteria Hasil:
NOC : Nutritional Status badan dan perubahan status nutrisi.
Nafsu makan meningkat 3. Monitor albumin, total protein,
Tidak terjadi penurunan BB hemoglobin, dan hematocrit level
Masukan nutrisi adekuat
yang menindikasikan status nutrisi
Menghabiskan porsi makan
Hasil lab normal (albumin, kalium) dan untuk perencanaan treatment
selanjutnya.
4. Monitor intake nutrisi dan kalori klien.
5. Berikan makanan sedikit tapi sering
6. Berikan perawatan mulut sering
7. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
pemberian diet sesuai terapi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Keperawatan

3. Perubahan pola napas Setelah dilakukan asuhan Respiratory Monitoring


berhubungan dengan keperawatan selama 1x24
hiperventilasi paru  1. Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi
jam pola nafas adekuat.
Kriteria Hasil: 2. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot
NOC : Respiratory Status tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal
-Peningkatan ventilasi dan 3. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul,
oksigenasi yang adekuat
hiperventilasi, cheyne stokes
-Bebas dari tanda tanda
distress pernafasan 4. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya
-Suara nafas yang bersih, ventilasi dan suara tambahan
tidak ada sianosis dan Oxygen Therapy
dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum, 5. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles
mampu bernafas dengan 6. Ajarkan pasien nafas dalam
mudah, tidak ada pursed 7. Atur posisi senyaman mungkin
lips)
8. Batasi untuk beraktivitas
-Tanda tanda vital dalam
rentang normal 9. Kolaborasi pemberian oksigen
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Keperawatan

4. Gangguan perfusi Setelah dilakukan asuhan Circulatory Care


jaringan berhubungan
dengan penurunan keperawatan selama 3x24 jam perfusi 1. Lakukan penilaian secara komprehensif fungsi
suplai O2 dan nutrisi ke jaringan adekuat.
sirkulasi periper. (cek nadi priper,oedema, kapiler
jaringan sekunder. Kriteria Hasil:
refil, temperatur ekstremitas).
NOC: Circulation Status
- Membran mukosa merah muda 2. Kaji nyeri
- Conjunctiva tidak anemis 3. Inspeksi kulit dan Palpasi anggota badan
- Akral hangat 4. Atur posisi pasien, ekstremitas bawah lebih rendah
- TTV dalam batas normal. untuk memperbaiki sirkulasi.
- Tidak ada edema
5. Monitor status cairan intake dan output
 
6. Evaluasi nadi, oedema
7. Berikan therapi antikoagulan.
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Keperawatan

5. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan asuhan Oxygen therapy


berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam, klien 1. Observasi tanda pada oksigen yang disebabkan
gangguan pertukaran gas teratasi
perubahan membrane
Kriteria Hasil: hipoventilasi
kapiler paru
- Tekanan oksigen di darah arteri 2. Pertahankan kepatenan jalan nafas
(PaO2)
3. Anjurkan pasien untuk mendapatkan resep
- Tekanan karbondioksida di darah
arteri (PaCO2)
oksigen tambahan
- PH arterial 4. Konsultsi dengan tenaga kesehatan lain
- Saturasi oksigen mengenai penggunaan oksigen saat aktivitas
- Keseimbangan perfusi ventilasi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Keperawatan

6. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan Pain Management


dengan agen injury keperawatan selama 3x24 jam, 1. Tentukan dampak nyeri terhadap kualitas hidup
nyeri teratasi
klien
Kriteria Hasil:
2. Kontrol faktor lingkungan yang mungkin
Pain Control
menyebabkan respon ketidaknyamanan klien
- Kenali awitan nyeri
- Jelaskan faktor penyebab 3. Pilih dan terapkan berbagai cara (farmakologi,
nyeri non farmakologi)
- Gunakan obat analgesik dan 4. Observasi tanda-tanda non verbal dari
non analgesik ketidaknyamanan
- Laporkan nyeri yang
terkontrol
 
LANJUTAN
IMPLEMENTASI

Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan asuhan keperawatan kedalam intervensi
keperawatan yang membantu klien untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, kemampuan kemunikasi
efektif, kemampuan memberikan pendidikan kesehatan dan kemampuan advokasi

EVALUASI

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan
terutama hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan
perumusan evaluasi meliputi komponen yaitu : subjektif, objektif, analisis , planning (SOAP)
terimakasi
Any Quastion?

Anda mungkin juga menyukai