Anda di halaman 1dari 20

KEPERAWATAN MENJELANG AJAL

ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI

Annisa Rahmawati Kaimudin (2019081024008)


Lusia Aprilia Wio (20170811024001)
Jenifer A Runtuboy (2019081024046)
Vatica olareghia
 
Definisi Hipertensi

• Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau


sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih
besar 95 mmHg (Kodim Nasrin, 2003).
• Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90
mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2001)
Klasifikasi

• Klasifikasi hipertensi menurut WHO


• Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140
mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg
• Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg
dan diastolik 91-94 mmHg.
• Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg.
Etiologi

• Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik (idiopatik).


Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan
perifer.  Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
• Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport  Na.
• Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah
meningkat.
• Stress Lingkungan.
• Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta pelebaran
pembuluh darah.
Patofisiologi

• Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah


terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah.
Pathways
Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :
• Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg
• Sakit kepala
• Epistaksis
• Pusing / migrain
• Rasa berat ditengkuk
• Sukar tidur
• Mata berkunang kunang
• Lemah dan lelah
• Muka pucat
• Suhu tubuh rendah
Tanda Dan Gejala

• Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :


• Tidak ada gejala
• Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti
hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
• Gejala yang lazim
• Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala
dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Pemeriksaan Penunjang

• Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :


• Pemeriksaan yang segera seperti :
• Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko
seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
• Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
• Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).
Komplikasi

• Efek pada organ :


Ginjal : Jantung :
• Otak : • Malam • Jantung
• Pemekaran banyak Membesar
pembuluh darah kencing • Sesak nafas
• Perdarahan • Kerusakan (dyspnoe)
sel ginjal • Cepat lelah
• Kematian sel otak : • Gagal ginjal • Gagal jantung
stroke
Penatalaksanaan
• Terapi tanpa Obat  Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan
dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini
meliputi:
• Diet
• Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
• Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
• Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
• Penurunan berat badan
• Penurunan asupan etanol
• Menghentikan merokok
• Latihan Fisik
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN HIPERTENSI
1. Pengkajian

• Identitas Pasien • Neurosensori


• Sirkulasi • Nyeri/ Ketidaknyamanan
• Integritas Ego • Pernapasan
• Eliminasi • Keamanan
• Makanan/Cairan • Pembelajaran / Penyuluhan
2. Diagnosa Keperawatan

• Nyeri (Akut) sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan


vaskuler cerebral
• Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokontraksi, iskemiokard, hipertropi/rigiditas
ventrikel.
• Intoleransi aktivitas berhubugan dengan kelemahan umum,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
3. Intervensi

• Bisa di lihat pada makalah


4. Pelaksanaan/Implementasi

Pada klien Hipertensi beberapa prinsip pelaksanaan yang dapat dilakukan adalah :
• Latihan gerak badan/olahraga teratur khususnya pada penderita yang gemuk.
• Hindari mengkonsumsi makan makanan yang banyak mengandung garam dan
lemak yang tinggi.
• Hindari perilaku hidup tidak sehat seperti merokok, minum alkohol, dan stres
yang berlebihan.
• Selalu melakukan kontrol terhadap kesehatannya ke pusat pelayanan kesehatan.
5. Evaluasi

Evaluasi yang dapat dilihat pada klien dengan Hipertensi :


• Klien menunjukan kepatuhan terhadap anjuran-anjuran yang
diberikan.
• Klien dapat melakukan kontrol rutin ke tempat pusat pelayanan
kesehatan.
• Menunjukan perubahan dalam pola hidup kearah yang sehat.
TERAPI KOMPLEMENTER
Jurnal 1 : Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 12, No.1 , Tahun 2017.
Penulis : Niken Fitri Astuti, Dwi Nurviyandari Kusuma Wati, Etty Rekawati
Judul Penelitian : PENURUNAN TEKANAN DARAH DIASTOLIK PADA LANJUT USIA MELALUI INTERVENSI
RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN TERAPI MUSIK (RESIK)
Pembahasan :
Sherwood (2011) menjelaskan bahwa latihan otot progresif dapat menghasilkan respon yang dapat mengurangi
stres, memperlancar peredaran darah, karena rasa rileks yang didapat darilatihan otot progresif membantu melancarkan sirkulasi
darah dalam tubuh, sehingga sangat bermanfaat bagi penderita hipertensi. dengan demikian saat melakukan relaksasi otot
progresif dengan rileks, tenang dan penuh konsentrasi selama 30 menit maka akan terjadi penurunan sekresi hormon
CRH (Cotricotropin releasing hormone) danACTH (Adrenocorticotropic Hormone)di hipotalamus.
Berbagai penelitian menunjukan bahwa musik dapat menghambat dan menyeimbangkan gelombang otak dan mampu
mengativasi sistem limbik yang berhubungan dengan emosi. Saat sistem limbik teraktivasi maka individu akan merasa
rileks. Alunan musik dapat mempengaruhi aktivitas simpatoadrenergik yang memiliki peran dalam konsentrasi katekolamin
plasma dan juga mempengaruhi dalam pelepasan stress-released hormoneserta menstimulus tubuh untuk
memproduksi molekul nitric oxide (NO) yang bekerja pada tonus pembuluh darah. Mekanism kerja tersebut berperan dalam
menurunkan tekanan darah
Jurnal 2 : JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V10.i4 (211-
217) ISSN: 1979-9292 E-ISSN: 2460-5611. Tahun 2016
Penulis : Weddy Martin*, Ponia Mardian
Judul Penelitian : PENGARUH TERAPI MEDITASI TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN
DARAH PADA LANSIA YANG MENGALAMI HIPERTENSI
Pembahasan :
Secara khusus, meditasi memainkan peran nyata dalam mengurangi TD pada subjek yang berusia >
60 tahun. Terapi Meditasi merupakan terapi antara teknik bernapas (pranayama), relaksasi dan
meditasi dan dapat disertai latihan peregangan atau postur dengan mekanisme penyatuan dari tubuh
(body), pikiran (mind) dan jiwa (soul).
Ketika tubuh dalam kondisi tenang maka akan mengalami relaksasi dan pada akhirnya mengalami
kondisi keseimbangan, sehingga relaksasi pada meditasi dan latihan peregangan berpusatkan pada
pikiran dan pengontrolan pernafasan yang akan meningkatkan sirkulasi oksigen ke otot-otot,
sehingga otot-otot akan mengendur, dan tekanan darah akan menurun. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa terjadi pengaruh terapi meditasi pada lansia yang mengalami hipertensi terhadap
perubahan tekanan darah.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH
SALAM SEHAT ☺

Anda mungkin juga menyukai