Anda di halaman 1dari 20

Pengertian Imunisasi

Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan (imunisasi ) pada
bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit (Supartini, Y, 2004, hal 73)

Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diberi imunisasi, berarti diberikan
kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan /
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu
saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
(Depkes RI, 2014 , hal 8 )

Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukkan antigen lemah agar
merangsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu.

Tujuan Imunisasi

Tujuan Imunisasi

Tujuan Umum

a. Menurunkan angka kesakitan, kematian, dan kecacatan akibat Penyakit yang


Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I).

Tujuan Khusus, menurut Depkes RI, 2014, hal 9

a. Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI) yaitu cakupan


Imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di seluruh desa /
kelurahan pada tahun 2014.
b. Endikasi polio pada tahun 2015
c. Tercapainya eliminasi campak pada tahun 2015.
d. Terselenggaranya pemberian imunisasi yang aman serta pengelolaan limbah
medis
e. Memberikan kekebalan pada bayi agar dapat mencegah penyakit dan
kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering
berjangkit. (Proverawati, 2010) .
Manfaat Imunisasi

a. Untuk anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit dan


kemungkinan cacat atau kematian.
b. Untuk keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak
sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa
anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
c. Untuk negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat
dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara

Syarar Pemberian Imunisasi

Paling utama adalah anak yang akan mendapat imunisasi harus dalam kondisi
sehat. Sebab pada prinsipnya imunisasi itu merupakan pemberian virus dengan
memasukkan virus, bakteri, atau bagian dari bakteri ke dalam tubuh dan kemudian
menimbulkan antibodi (Hanum, 2010)
Imunisasi tidak boleh diberikan hanya pada kondisi tertentu misalnya anak
mengalami kelainan atau penurunan daya tahan tubuh misalkan gizi buruk atau
penyakit HIV/AIDS.

Sistem Kekebalan

Sistem kekebalan adalah suatu sistem yang rumit dari interaksi sel yang tujuan utamanya adalah
mengenali adanya antigen. Antigen dapat berupa virus atau bakteri yang hidup atau yang sudah
diinaktifkan. (Depkes RI, 2014, hal 17)

Jenis kekebalan terbagi menjadi :

 Kekebalan Aktif
Adalah pemberian kuman atau racun yang sudah dilemahkan atau dimatikan
dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri agar nantinya
sistem imun tubuh berespon spesifik dan memberikan suatu ingatan terhadap
antigen ini, sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat mengenali dan meresponnya.
Contohnya adalah imunisasi polio dan campak. Imunisasi aktif biasanya dapat
bertahan untuk beberapa tahun dan sering sampai seumur hidup. Kekebalan aktif
dibagi dua yaitu :
a. Kekebalan aktif alami ( naturally acquired immunity), dimana tubuh anak
membuat kekebalan sendiri setelah sembuh dari suatu penyakit. Misalnya
anak yang telah menderita campak setelah sembuh tidak akan terserang lagi
karena tubuhnya telah membuat zat penolak terhadap penyakit tersebut.
b. Kekebalan aktif buatan (artificially induced active immunity) yaitu
kekebalan yang diperoleh setelah orang mendapatkan vaksinasi. Misalnya
anak diberi vaksin BCG, DPT, Campak dan lainnya.
Dalam kekebalan aktif terdapat beberapa unsur-unsur vaksin, yaitu :

a. Vaksin dapat berupa organisme yang secara keseluruhan dimatikan, eksotoksin yang
didetoksifikasi saja, atau endotoksin yang terikat pada protein pembawa seperti
polisakarida, dan vaksin dapat juga berasal dari ekstrak komponen-komponen organisme
dari suatu antigen. Dasarnya adalah antigen harus merupakan bagian dari organisme yang
dijadikan vaksin. Pengawet/stabilisator, atau antibiotik. Merupakan zat yang digunakan
agar vaksin tetap dalam keadaan lemah atau menstabilkan antigen dan mencegah
tumbuhnya mikroba. Bahan-bahan yang digunakan seperti air raksa atau antibiotik yang
biasa digunakan.
b. Cairan pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan yang
digunakan sebagai media tumbuh antigen, misalnya telur, protein serum, bahan kultur sel.
c. Adjuvan, terdiri dari garam aluminium yang berfungsi meningkatkan sistem imun dari
antigen. Ketika antigen terpapar dengan antibodi tubuh, antigen dapat melakukan
perlawanan juga, dalam hal ini semakin tinggi perlawanan maka semakin tinggi
peningkatan antibodi tubuh.

 Kekebalan Pasif
Adalah suatu proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara pemberian zat
imunoglobin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat
berasal dari plasma manusia (kekebalan yang di dapat bayi dari ibu melalui
plasenta) atau binatang (bisa ular) yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang
sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi. Imunisasi pasif dibagi menjadi dua :
a. Kekebalan pasif alami atau kekebalan pasif bawaan yaitu kekebalan yang
diperoleh bayi sejak lahir dari ibunya. Kekebalan ini tidak berlangsung lama
(± hanya sekitar 5 bulan setelah bayi lahir).
b. Kekebalan pasif buatan yaitu kekebalan yang diperolah setelah mendapat
suntikan zat penolak misalnya pemberian suntikan ATS. (Hanum, 2010)

Jenis Imunisasi menurut Depkes RI, 2014, hal 19-29

 Imunisasi Wajib
Imunisasi wajib merupakan imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah untuk seseorang
sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan dan
masyarakat sekitarnya dari penyakit menular tertentu. Imunisasi wajib terdiri atas
imunisasi rutin, imunisasi tambahan, dan imunisasi khusus.
o imunisasi rutin
Imunisasi rutin merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara terus menerus
sesuai jadwal.imunisasi rutin terdiri atas:
 Vaksin BCG
Imunisasi BCG merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang
ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG. TBC yang berat
contohnya adalah TBC pada selaput otak, TBC milier pada seluruh lapangan paru,
atau TBC tulang. Imunisasi BCG berasal dari vaksin beku kering yang
mengandung Mycobacterium bovis hidup yang dilemahkan (Baccillus Calmette
Guerin), Strain paris.

Indikasi : untuk pemberian kekebalan aktif terhadap TBC


Cara pemberian dan dosis :
Dosis pemberian: Disuntikan secara intrakutan di daerah lengen kanan atas
(insertio musculus deltoideus) dengan menggunakan ADS 0,05 ml sebanyak 1
kali sejak lahir atau sebelum 3 bulan.
Efek samping :
2-6 minggu setelah imunisasi BCG daerah bekas suntikan timbul bisul kecil
(papula) yang semakin membesar dan dapat terjadi ulserasi dalam waktu 2-4
bulan, kemudian menyembuh dengan perlahan dengan menimbulkan jarngan
parut dengan diameter 2-10 mm.
Penanganan Efek Samping :
a. Apabil ulkus mengeluarkan cairan perlu dikompres dengan cairan antiseptik.
b. Apabila cairan bertambah banyak atau koreng semakin membesar anjurkan
orang tua membawa bayi ke tenaga kesehatan.
c. Limfadenitis Regionalis.
Reaksi Panas.

 Vaksin DPT – HB – HIB


Deskripsi :
Vaksin DPT-HB-Hib digunakan untuk pencegahan terhadap difteri,
pertussis, hepatitis B, dan infeksi Haemophilus influenza tipe b secara
simultan.
Cara pemberian dan dosis :
Vaksin harus disuntikan secara IM pada anterolateral paha atas.
Satu dosis anak adalah 0,5 ml.
Konra indikasi :
Kejang atau gejala kelainan otak pada bayi baru lahir atau kelainan saraf
serius.
Efek Samping :
Reaksi local sementara, seperti bengkak, nyeri, dan kemerahan pada lokasi
suntikan, disertai demam dapat timbul dalam sejumlah besar kasus. Kadang
– kadang reaksi berat, seperti demam tinggi, irritabilitas (rewel) dan
menangis dengan nada tinggi dapat terjadi dalam 24 jam setelah pemberian.
Penanganan efek samping :
a. Orang tua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI
atau sari buah )
b. Jika demam, kenakan pakaian yang tipis
c. Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin
d. Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3-4 jam
(maksimal 6 kali dalam 24 jam)
e. Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat
f. Jika reaksi memberat dan menetap bawa bayi ke dokter.

 Vaksin Hepatitis B
Deskripsi :
Imunisasi hepatitis B merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit hepatitis B. Imunisasi hepatitis B
merupakan vaksin virus recombinan yang telah diinaktivasikan dan
bersifat non-infecious, berasal dari HBsAg. Kandungan vaksin ini
adalah HbsAg dalam bentuk cair.
Cara pemberian dan dosis :
Dosis 0,5 ml/ 1 buah HB PID, secara IM, sebaiknya pada anterolateral
paha
Pemberian sebanyak 3 dosis
Dosis pertama usia 0 – 7 hari, dosis berikutnya interval miminum 4
minggu ( 1 bulan).
Kontra Indikasi :
Penderita infeksi berat yang disertai kejang
Efek samping :
Reaksi local seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan disekitar
tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya
hilang setelah 2 hari.
Penanganan efek samping :
a. Orang tua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI)
b. Jika demam, kenakan pakaian yang tipis
c. Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin
d. Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3-4 jam
(maksimal 6 kali dalam 24 jam)
e. Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.

 Vaksin Polio Oral/Oral Polio Vaccine (OPV)


Deskripsi :
Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan
pada anak. Imunisasi polio merupakan Vaksin Polio Trivalent yang
terdiri dari suspense virus poliomyelitis tipe 1, 2 , dan 3 (strain sabin)
yang sudah di lemahkan.
Indikasi :
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomyelitis.
Cara pemberian dan dosis :
Secara oral ( melalui mulut ), 1 dosis (dua tetes) sebanyak 4 kali (dosis)
pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu.
Kontra indikasi :
Pada individu yang menderita immune deficiency tidak ada efek
berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang
sakit.
Efek samping :
Sangat jarang terjadi reaksi sesudah imunisasi polio oral. Setelah
mendapat vaksin polio oral bayi boleh makan minum seperti biasa.
Apabila muntah dalam 30 menit segera diberi dosis ulang.
Penanganan efek samping :
Orang tua tidak perlu melakukan tindakan apapun.

 Vaksin Inactive Polio Vaccine (IPV)


Deskripsi :
Bentuk suspensi injeksi.
Indikasi :
Untuk pencegahan poliomyelitis pada bayi dan anak
immunocompromised, kontak di lingkungan keluarga dan pada individu
dimana vaksin polio oral menjadi kontra indikasi.
Cara pemberian dan dosis :
Disuntikan secara IM atau SC dalam, dengan dosis pemberian 0,5
ml.
Dari usia 2 bulan, 3 suntikan berturut – turut 0,5 ml harus diberikan
pada interval 1 atau 2 bulan.
IPV dapat diberikan setelah usia bayi 6, 10 dan 14 bulan sesuai
dengan rekomendasi dari WHO.
Bagi orang dewasa yang belum diimunisasi diberikan 2 suntikan
berturut – turut dengan interval 1 atau 2 bulan..
Kontra indikasi ;
Sedang menderita demam, penyakit akut atau penyakit kronis progresif
Hipersensitif pada saat penderita vaksin ini sebelumnya.
Pnyakit demam akibat infeksi akut : tunggu sampai sembuh
Alergi terhadap Streptomycin.
Efek samping :
Reaksi local pada tempat penyuntikan : nyeri, kemerahan, indurasi dan
bengkak bisa terjadi dalam waktu 48 jam setelah penyuntikan dan bisa
bertahan selama 1 atau 2 hari.
Penanganan efek samping :
a. Orang tua dianjurkan untuk memberikan minum yang banyak
(ASI)
b. Jika demam, kenakan pakaian yang tipis
c. Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin
d. Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3-4 jam
(maksimal 6 kali dalam 24 jam)
e. Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
 Vaksin Campak
Deskripsi :
Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit campak pada anak karena termasuk
penyakit menular. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan.
Indikasi :
Pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak.
Cara pemberian dan dosis :
Frekuensi pemberian adalqh 1 dosis dengan 0,5 ml disuntikan secara SC
pada lengan kiri atas atau anterolateral paha, pada usia 9- 11 bulan.
Kontra indikasi :
Individu yang mengidap penyakit immune deficiency atau individu yang
diduga menderita gangguan respon imun karena leukemia, lomfoma.
Efek samping :
Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan
selama 3 hari yang dapat terjadi 8 – 12 hari setelah vaksinasi.
Penanganan efek samping :
a. Orang tua dianjurkan untuk memberikan minum lebih
banyak (ASI atau sari buah)
b. Jika demam, kenakan pakaian yang tipis
c. Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin
d. Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3-4
jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam)
e. Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat
f. Jika reaksi tersebut berat dan menetap bawa bayi ke dokter.

o Imunisasi lanjutan
imunisasi lanjutan merupakan imunisasi ulang untuk mempertahankan tingkat kekebalan atau
untuk memperpanjang masa perlindungan. Imunisasi lanjut diberikan kepada anak usia dibawah 3
tahun (Batita), anak usia sekolah dasar, dan wanita subur.

 Vaksin Td
Deskripsi :
Suspense kolodial homogeny berwarna putih susu mengandung tokosoid tetanus dan tokosoid difteri
murni yang terabsorpsi kedalam aluminium fosfat.

Indikasi :

Pemberian kekebalan simultan terhadap difteri dan tetanus pada anak-anak.

Cara pemberian dan dosis :

Secara intra muscular atau subkutan dalam, dengan dosis 0.5 ml. dianjurkan anak usia bawah 8 tahun.

Kontra indikasi :

Hipersensitif terhadap komponen vaksin.

Efek samping :

Gejala-gejala seperti lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara, dan kadang-
kadang gejala demam.

Penangan efek samping :

a. Orang tua dianjurkan untuk memberikan minum anak lebih banyak.


b. Jika demam, kenakan pakaian yang tipis
c. Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin
d. Jika demam diberikan paracetamol 15 mg/kg BB setiap 3-4 jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam)
e. Anak boleh mandi.
 Vaksin TT
Deskripsi :
Suspensi kolodial homogeny berwarna putih susu dalam vial gelas,
mengandung toksoid tetans murni, terabsorpsi ke dalam alumunium
fosfat.
Indikasi :
Perlindungan terhadap tetanus neonaturum pada wanita usia subur.
Cara pemberian dan dosis :
Secara intra muscular atau subkutan dalam, dengan dosis 0,5 ml
Kontra indikasi :
Gejala – gejala berat karena dosis TT sebelumnya
Hipersensitif terhadap komponen vaksin
Demam atau infeksi akut
Efek samping :
Jarang terjadi dan bersifat ringan seperti lemas dan kemerahan pada
lokasi suntikan yang bersifat sementara dan kadang- kadang gejala
demam.
Penanganan efek samping :
a. Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin
b. Anjurkan ibu minum lebih banyak

o Imunisasi Tambahan
Imunisasi tambahan diberikan kepada kelompok umur tertentu yang paling
berisiko terkena penyakit sesuai kajian epidemiologis pada periode waktu
tertentu. Yang termasuk dalam kegiatan imunisasi tambahan adalah Backlog
fighting, Crash program, PIN (Pekan Imunisasi Nasional), Sub-PIN, Catch up
Campaign campak dan Imunisasi dalam Penanganan KLB (Outbreak Response
Immunization/ORI).

o Imunisasi Khusus
Imunisasi khusus merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan untuk
melindungi masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu. Situasi
tertentu antara lain persiapan keberangkatan calon jemaah haji/umrah, persiapan
perjalanan menuju negara endemis penyakit tertentu dan kondisi kejadian luar
biasa. Jenis imunisasi khusus, antara lain terdiri atas Imunisasi Meningitis
Meningokokus, Imunisasi Demam Kuning, dan Imunisasi Anti-Rabies.

o Imunisasi Pilihan
Imunisasi pilihan merupakan imunisasi yang dapat diberikan kepada
seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang
bersangkutan dari penyakit menular tertentu, yaitu vaksin MMR, Hib, Tifoid,
Varisela, Hepatitis A, Influenza, Pneumokokus, Rotavirus, Japanese Ensephalitis,
dan HPV

Jadwal Pemberian Imunisasi

a. Program Pengembangan Imunisasi (PPI diwajibkan)


Jenis 0 hari 1 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan 5 bulan 6 bulan 9 bulan
Vaksin
BCG 1
Hepatitis 1 2 3
B
DPT 1 2 3
Polio 0 1 2 3
Campak 1
Sumber : Atikah, 2010

Keterangan :
BCG diberikan pada usia 1 bulan dengan interval waktu kurang 3 bulan
Hepatitis B diberikan pada saat bayi baru lahir sampai kurun waktu 7 hari setelah
lahir
DPT diberikan pada usia 2, 3 dan 4 bulan dengan interval waktu 4 minggu
Polio diberikan pada saat bayi baru lahir, usia 1, 2, 3 dan 4 bulan dengan interval
tidak kurang dari 4 minggu
Campak diberikan pada saat usia 9 bulan.

Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Usia Balita (Depkes RI, 2014, hal 28)
Imunisasi lanjutan DPT/HB/Hib : 18 bulan
Campak : 24 bulan
Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Usia Sekolah (Depkes RI, 2014, hal 28)
Kelas 1 SD = DT dan Campak
Kelas 2 SD = Td
Kelas 3 SD = Td
Jadwal Imunisasi Lanjutan Tetanus Toksoid (TT) (Depkes RI, 2014, hal 29)
TT1 = DPT-HB-Hib 1
TT2 = DPT-HB-Hib 2 = bertahan 3 Tahun
TT3 = DT (kelas 1 SD) = bertahan 5 tahun
TT4 = Td (kelas 2 SD) = bertahan 10 tahun
TT5 = Td (kelas 3 SD) = bertahan 25 tahun

Dosis dan Cara Pemberian


Vaksin Dosis Cara Pemberian
BCG 0,05 cc Intracutan didaerah
muskulusdeltoideus
DPT 0,5 cc IM
Hepatitis B 0,5 cc IM
Polio Tetes Mulut
Campak 0,5 cc Sub cutan daerah lengan kiri
atas
TT 0,5 cc IM

Vitamin K

Pengertian
ASI mengandung vitamin yang lengkap. Vitamin cukup untuk 6 bulan
sehingga tidak perlu ditambah kecuali vitamin K karena bayi baru lahir ususnya
belum mampu membentuk vitamin K. Oleh karena itu, perlu tambahan vitamin K
pada hari ke-1, -3, dan -7. Vitamin K dapat diberikan oral maupun IM.
( Purwanti, 2014, hal :20)
Pada minggu pertama, usus bayi belum mampu membuat vitamin K,
sedangkan bayi setelah persalinan mengalami perdarahan perifer yang perlu
dibantu dengan pemberian vitamin K untuk proses pembekuan darah. Pada
minggu pertama setelah lahir perlu pemberian vitamin K pada hari ke-1, ke -3,
dan hari ke-7. (Purwanti, 2014. Hal: 20)
Vitamin K merupakan vitamin larut dalam lemak yang memiliki peranan
penting dalam mengaktifkan zat -zat yang berperan dalam pembekuan darah,
di antaranya zat yang dikenal sebagai protrombin dan faktor - faktor
pembekuan.
Ada tiga bentuk vitamin K yang diketahui menrut Oktarina, Mika. 2016,
hal :129 yaitu:
Vitamin K1 (phytomenadione ), terdapat pada sayuran hijau
Vitamin K2 (menaquinone), dihasilkan oleh bakteri normal usus (Bacteriodes
fragilis)
Vitamin K3 (menadione), merupakan vitamin K sintetik

Vitamin K dapat diproduksi oleh bakteri normal dalam saluran cerna, akan
tetapi pada bayi baru lahir kondisi saluran cerna masih dalam keadaan steril
(tidak ada bakteri normal usus) sehingga vitamin K tidak dapat
diproduksi. Fungsi organ hati sebagai tempat metabolisme vitamin K juga
belum dapat berfungsi secara matang terutama pada bayi kurang bulan.

Mengapa perlu diberi Vitamin K


Bayi yang baru lahir sangat membutuhkan vitamin K karena bayi yang
baru lahir sangat rentan mengalami defisiensi vitamin K. Ketika bayi baru lahir,
proses pembekuan darah (koagulan) menurun dengan cepat, dan mencapai titik
terendah pada usia 48 – 72 jam. Salah satu sebabnya adalah karena selama dalam
rahim, plasenta tidak siap menghantarkan lemak dengan baik (Vitamin K larut
dalam lemak). Selain itu saluran cerna bayi baru lahir masih steril, sehingga tidak
dapat menghasilkan vitamin K yang berasal dari flora di usus. Asupan vitamin K
dari ASI pun biasanya rendah. (Oktarina, Mika. 2016, hal :129)

Akibat tidak diberi vitamin K


Kurangnya kadar vitamin K inilah yang dapat menyebabkan bayi baru
lahir memiliki resiko untuk mengalami gangguan perdarahan atau yang lebih
dikenal dengan perdarahan akibat defisiensi vitamin K (PDVK).Angka kejadian
PDVK pada bayi baru lahir berkisar antara 1:200 sampai 1:400 kelahiran
bayi yang tidak mendapat suntikan vitamin K. Gejala utamanya adalah
perdarahan. Perdarahan dapat terjadi pada kulit, hidung, mata dan saluran
cerna yang ditandai oleh muntah atau tinja yang kehitaman, bayi terlihat
pucat, perdarahan yang terjadi terus menerus melalui bekas tusukan jarum suntik.
Perdarahan juga dapat terjadi secara spontan tanpa sebab yang jelas.
Yang paling serius adalah perdarahan dalam otak yang dapat dikenali
melalui gejala seperti sakit kepala, muntah tiba - tiba, menangis terus menerus,
ubun - ubun besar membonjol, kejang sampai dengan penurunan kesadaran.
Perdarahan otak inilah yang dapat berlanjut menjadi kecacatan otak bahkan
kematian.Bayi dengan kondisi tertentu memiliki faktor risiko lebih besar untuk
terjadinya perdarahan, di antaranya bayi kurang bulan, bayi yang lahir dari ibu
yang menggunakan obat yang menghambat metabolisme vitamin K di antaranya
obat anti kejang dan obat anti tuberkulosis selama kehamilan, bayi yang
mendapatkan antibiotik berkepanjangan (karena dapat membunuh bakteri normal
usus yang hasilkan vitamin K), bayi yang mengalami diare terus - menerus dan
gangguan penyerapan usus. Pada bayi yang mendapat ASI secara eksklusif
juga memiliki risiko terjadinya perdarahan, akan tetapi manfaat pemberian
ASI jauh lebih besar sehingga ASI tetap pilihan yang terbaik bagi bayi.

PDVK dapat dibagi berdasarkan waktu terjadinya :


1. PDVK Dini – terjadi pada < 24 jam pertama setelah kelahiran, Keadaan
ini dapat dicegah dengan pemberian suntikan vitamin K pada bayi baru
lahir
2. PDVK Klasik – terjadi pada minggu pertama kehidupan, bentuk yang
paling umum, disebabkan oleh asupan vitamin K yang tidak adekuat dan
tidak diberikannya suntikan vitamin K pada bayi baru lahir
3. PDVK Lambat – terjadi pada bayi usia 2 minggu - 6 bulan, sangat jarang
terjadi akan tetapi sangat serius menyebabkan kerusakan otak permanen
bahkan kematianUntuk mengetahui adanya PDVK perlu dilakukan
pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan faktor - faktor pembekuan,
sementara untuk pemeriksaan kemungkinan perdarahan otak dapat
dilakukan USG atau CT Scan

TUJUAN
Tujuan umum : Menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian bayi akibat
PDVK.
Tujuan khusus:
1. Tercapainya target pemberian profilaksis injeksi vitamin K1 pada bayi baru lahir
sedini mungkin yaitu 1-2 jam setelah lahir.
2. Tercapainya target pelayanan kesehatan pada bayi baru lahiryang komprehensif di
tingkat pelayanan dasar.
3. Terlindunginya bayi baru lahir terhadap PDVK.
4. Meningkatnya jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan bagi bayi baru lahir.

PELAKSANAAN PEMBERIAN INJEKSI VITAMIN K1 PROFILAKSIS


Cara Pemberian :
a. Semua bayi baru lahir harus diberikan injeksi vitamin K1 profilaksis.
b. Jenis vitamin K yang digunakan adalah vitamin K1 (phytomenadione) injeksi
dalam sediaan ampul yang berisi 10 mg Vitamin K1 per 1 ml.
c. Cara pemberian profilaksis injeksi vitamin K1 adalah :
1. Masukkan vitamin K1 ke dalam semprit sekali pakai steril 1 ml,
kemudian disuntikkan secara intramuskular di paha kiri bayi
bagian anterolateral sebanyak 1 mg dosis tunggal, diberikan paling
lambat 2 jam setelah lahir.
2. Vitamin K1 injeksi diberikan sebelum pemberian imunisasi
hepatitis B0 (uniject), dengan selang waktu 1-2 jam.
d. Pada bayi yang akan dirujuk tetap diberikan vitamin K1 dengan dosis dan cara
yang sama
e. Pada bayi yang lahir tidak ditolong bidan, pemberian vitamin K1 dilakukan pada
kunjungan neonatal pertama (KN 1) dengan dosis dan cara yang sama.
f. Setelah pemberian injeksi vitamin K1, dilakukan observasi.
g. Persiapan Melakukan Suntikan Intra Muskular
h. Letakan bayi dengan posisi punggung di bawah
i. Lakukan desinfeksi pada bagian tubuh bayi yang akan diberikan suntikan
intramuskular (IM) – Muskulus Kuadriseps pada bagian antero lateral paha (lebih
dipilih karena resiko kecil terinjeksi secara IV atau mengenai tulang femur dan
jejas pada nervus skiatikus) - Muskulus deltoideus (Mengandung sedikit lemak
atau jaringan subkutan sehingga memudahkan penyuntikan). Area ini digunakan
hanya untuk pemberian imunisasi bukan untuk pemberian obat lain.
j. Cara Memberikan Suntikan Intra Muskular
k. Pilih daerah otot yang akan disuntik. Untuk memudahkan identifikasi suntikan
vitamin K1 di paha kiri dan suntikan imunisasi HB0 di paha kanan.
l. Bersihkan daerah suntikan dengan kasa atau bulatan kapas yang telah direndam
dalam larutan antiseptik dan biarkan mengering.
m. Yakinkan bahwa jenis dan dosis obat yang diberikan sudah tepat.
n. Isap obat yang akan disuntikkan kedalam semprit dan pasang jarumnya
o. Bila memungkinkan pegang bagian otot yang akan disuntik dengan menggunakan
ibu jari dan jari telunjuk.
p. Dengan satu gerakan cepat, masukkan jarum tegak lurus melalui kulit.
q. Tarik tuas semprit perlahan untuk meyakinkan bahwa ujung jarum tidak menusuk
dalam vena
1. Bila dijumpai darah:
a. Cabut jarum tanpa menyuntikkan obat
b. Pasang jarum steril yang baru ke semprit
c. Pilih tempat penyuntikkan yang lain
d. Ulangi prosedur diatas
2. Bila tidak dijumpai darah, suntikan obat dengan tekanan kuat
dalam waktu 3-6 detik.
r. Bila telah selesai, tarik jarum dengan sekali gerakan halus dan tekan dengan bola
kasa steril kering
s. Catat tempat penyuntikan untuk memudahkan identifikasi
Bagaimana bila ada anak yang terlambat diberi vitamin K ?
Pada bayi yang terlambat mendapat vitamin K dan mengalami perdarahan
akibat kekurangan vitamin K, dokter akan memberikan pengobatan berupa
suntikan vitamin K dan transfusi darah. Pemberian vitamin K tidak perlu
dilakukan ulangan, karena semakin bertambah umur bayi, semakin baik
kemampuan tubuhnya untuk menghasilkan vitamin K dan semakin bervariasi
asupan makanan yang didapatkan.
Inkubator
Perawatan bayi dengan Inkubator
Segera setelah bayi lahir sampai beberapa hari bayi akan mengalami ancaman
terhadap kestabilan suhu tubuhnya. Bayi premature cenderung mudah kehilangan
panas tubuh karena memiliki sedikit lapisan lemak subkutan, dan juga dipengaruhi
oleh rasio permukaan tubuh dan berat badan, dan jumlah cadangan glikogen.
Mekanisme kehilangan panas tubuh bayi melalui cara radiasi (kehilangan panas
karena pancaran tubuh terhadap suhu lingkungan), konduksi (kehilangan panas karena
bersentuhan dengan permukaan dimana bayi diletakkan), konveksi (kehilangan panas
dari kulit terhadap udara yang bergerak), dan evaporasi (kehilangan panas karena
menguap dan berhubungan dengan kelembaban).
Akibat kehilangan panas ini dapat menyebabkan hipotermi dan berlanjut menjadi
hipoglikemia, asidosis metabolic, peningkatan kebutuhan oksigen, dan gangguan
pembekuan darah yang mengancam kehidupan. ( Suryana, 2000, hal 125)

Pengertian
Perawatan bayi dalam incubator merupakan metode merawat bayi dengan
dimasukkan kedalam alat yang berfungsi membantu terciptanya suhu lingkungan
yang cukup dengan suhu normal. ( Hidayat, 2007, hal : 59)
Inkubator adalah suau alat yang diciptakan untuk menciptakan kondisi optimal
dari suhu, kelembaban dan suplai oksigen untuk melangsungkan kehidupan bayi
seperi situasi dalam kandungan ibunya. ( Suryana, 2000, hal: 125)
Tujuan
1. Menciptakan suhu kamar yang optimal sesuai dengan kebutuhan bayi
2. Mencegah infeksi
3. Menciptakan konsentrasi oksigen yang sesuai dengan kebutuhan bayi
4. Memenuhi kelembaban yang dibutuhkan untuk lingkungan bayi
5. Untuk memudahkan penanganan, pelayanan dan pengawasan.
6. Dalam hal ini di dalam incubator kita dapat melakukan pelayanan
perawatan seperti terapi sinar (photo terapy), memasang monitor EKG,
pemasangan wingneedle, kateter umbilical, transfuse, dll ( Suryana, 2000,
hal: 126)

Indikasi pasien dirawat dalam incubator , menurut Suryana, 2000, hal: 126
1. Bayi kurang bulan, sehat atau sakit
2. Bayi kecil kurang dari 2000 gram, sehat atau sakit
3. Bayi lebih dari 2000 gram keadaan sakit terutama kesulitan bernapas
4. Bayi yang mengalami operasi (pascaoperasi) sebelum pemulihan.

Fungsi Inkubator
Infant Incubator atau sering disebut dengan Baby Incubator adalah suatu alat
yang digunakan untuk perawatan bagi bayi premature. Dimana alat Infant
Incubator ini berfungsi untuk menjaga kehangatan dan kelembaban tubuh bayi,
mencegah terjadinya infeksi pernapasan pada bayi dan untuk mengisolasi bayi
yang baru lahir atau bayi premature yag memiliki berat badan kurang dari 2, 5 kg.
Hal ini sangat penting sekali bagi bayi premature yang baru lahir yang mana
rawan terhadap masalah pernapasan karena paru – parunya tidak mendukung
untuk mensuplay oksigen guna pernapasan pada tubuh.
Infant Incubator ini menggunakan sistem pemanasan dengan heater dan sistem
kerja manual, digital dan dilengkapi alarm – alarm pengaman. Karena itu yang
merupakan syarat – syarat yang harus dipenuhi pada Infant Incubator adalah
sebagai berikut :
1. Pemeliharaan Panas Yang Tetap
2. Pemberian panas yang tetap dan tertentu pada bayi dengan berat
badan lahir rendah sangatlah penting dalam mengatasi
Hypothermia dan jika kulit bayi lebih rendah dari 36° C. Berat
badan tidak bertambah dengan cepat walaupun diberikan kalori
normal hal ini karena kalori banyak di pakai untuk memelihara
suhu badan.
3. Isolasi Ruangan
4. Isolasi ruangan sangat diperlukan oleh bayi karena daya tahan
tubuh bayi dengan berat badan rendah masih sangat rentang
sehingga apabila diletakkan diruangan bebas akan mudah terkena
infeksi.
5. Menambah zat asam dalam incubator sehingga memudahkan
pernapasan bayi.

 Sirkulasi Udara
Sistem sirkulasi udara dari Infant Incubator Servo Control mampu untuk
mengontrol temperature udara dan kelembaban udara dalam hood Incubator.
Udara yang masuk dalam Incubator ini akan di saring melalui Filter yang ada di
bagian dalam Oxygen Limiter di belakang Incubator. Apabila masih memerlukan
oxygen, maka oxygen akan di tambah melalui Oxygen Limiter. Udara mengalir
melalui pemanas yang akan memanaskan udara sampai temperature yang tepat.
Udara yang sudah hangat tersebut akan dialirkan melalui Humidity Reservoir
untuk mendapatkan kelembaban relatif yang diperlukan.
Selanjutnya udara tersebut masuk Hood, melalui Mattres dan diarahkan
kembali ke bawah menuju bagian bawah Deck untuk di kontrol. Melalui sensor
pengatur operasi ( Operating Probe ) dan sensor pengaman temperature ( Safety
Thermostat ), temperature udara tersebut dimonitor dan dikontrol secara kontinyu.
Sirkulasi di dalam hood menimbulkan sedikit kenaikkan tekanan udara positif
yang mana hal ini mengakibatkan udara dalam hood cenderung mengalir keluar.
Ha ini untuk menjaga kontinuitas sirkulasi udara dan terisolasinya udara di dalam
hood dari udara luar, sekalipun Acces Port dan hood di buka – buka untuk suatu
keperluan perawatan.
 Isolasi Udara
Seluruh udara yang masuk ke dalam Infant Incubator dihisap melalui saringan
filter yang terpasang pada bagian dalam Oxygen Limiter di belakang. Filter
sangan efektif untuk menyaring partikel – partikel debu yang terkandung didalam
udara. Untuk menjaga efektivitas isolasi atmosphere yang sempurna dan menjaga
meningkatnya konsentrasi oksigen diatas batas yang aman.

Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan incubator, menurut


Surasmi,2002, hal: 14
Suhu incubator ditentukan berdasarkan berat badan bayi, agar suhu lingkungan
memungkinkan bayi dapat mempertahankan suhu tubuhnya dalam batas normal
(36,6 -37,5 ). Bila menggunakan air untuk menjaga kelembaban incubator, air
harus diganti dengan yang steril setiap 8 atau 24 jam.
Berat badan Suhu Inkubator
bayi

1 kg 35

2 kg 34

3 kg 33

Sumber : Surasmi, 2002, hal :14

Bagian luar incubator dibersihkan setiap hari, bagian dalam bila terkena muntahan
atau feses segera dibersihkan dengan menggunakan zat desinfektan. Bila
incubator dibersihkan, bayi dipindahkan pada incubator lain yang sudah
dihangatkan lebih dulu.
Bayi yang dirawat didalam incubator tertutup dengan sevokontrol tidak
berpakaian (telanjang)

Keuntungan Inkubator, menurut Sembiring, 2017,hal : 21


a) Membantu melakukan pengamatan pada bayi
b) Bersih dan hangat
c) Mempertahankan suhu pada tingkat tertentu
d) Memudahkan penyediaan oksigen
e) Bayi dapat dalam keadaan telanjang bila diperlukan

Kerugian Inkubator, menurut Sembiring, 2017,hal : 21


a) Membutuhkan tenaga terlatih untuk merawat bayi
b) Membutuhkan tenaga terlatih untuk merawat dan membersihkan alat
c) Membutuhkan sumber listrik
d) Memudahkan bakteri tumbuh
e) Lebih sulit membersihkan dari pada alat pemancar panas
f) Resiko kepanasan dan infeksi

Cara Menggunakan Inkubator menurut Sembiring, 2017,hal : 19-20 :


1) Bersihkan inkubator dengan desinfektan setiap hari dan bersihkan secara
keseluruhan setiap minggu atau setiap akan dipergunakan.
2) Tutup matras dengan kain bersih
3) Kosongkan air reservoir, dapat tumbuh bakteria yang berbahaya dalam air dan
meyerang bayi
4) Atur suhu sesuai dengan umur dan BB bayi (lihat tabel)
5) Hangatkan inkubator sebelum digunakan
6) Bila diperluksan lakukan pengamatan seluruh tubuh bayi atau terapi sinar,
lepas semua pakaian bayi & segera diberikan pakaian kembali setelah
selesai.Tutup indikator secepat mungkin, jaga lubang selalu tertutup agar
inkubator tetap hangat
7) Gunakan satu inkubator untuk satu bayi.

Tabel : Suhu Inkubator yang direkomendasi menurut berat dan umur bayi
Berat Bayi 35 34 33 32

< 1500 g 1 – 10 hari 11 hari - 3 3 – 5 minggu > 5 minggu


minggu

1500 – 2000 g 1 – 10 hari 11 hari – 4 > 4 minggu


minggu
2100 – 2500 g 1 – 2 hari 3 hari – 3 > 3 minggu
minggu

> 2500 g 1 – 2 hari >2 hari

Sumber : (Sembiring, 2017,hal : 20)

Cara Perawatan Bayi dalam Inkubator


Merupakan cara memberikan perawatan pada bayi dengan dimasukkan ke dalam
alat yang berfungsi membantu terciptanya suatu lingkungan yang cukup dengan suhu
yang normal. Dalam pelaksanaan perawatan di dalam inkubator terdapat dua cara
yaitu dengan cara tertutup dan terbuka.
Inkubator tertutup: menurut Hidayat, 2007, hal : 8
1. Inkubator harus selalu tertutup dan hanya dibuka dalam keadaan tertentu
seperti apnea, dan apabila membuka incubator usahakan suhu bayi tetap
hangat dan oksigen harus selalu disediakan.
2. Tindakan perawatan dan pengobatan diberikan melalui hidung.
3. Bayi harus keadaan telanjang (tidak memakai pakaian) untuk memudahkan
observasi
4. Pengaturan panas disesuaikan dengan berat badan dan kondisi tubuh.
5. Pengaturan oksigen selalu diobservasi.
6. Inkubator harus ditempatkan pada ruangan yang hangat kira-kira dengan suhu
27.
Inkubator terbuka: menurut Hidayat, 2007, hal : 8-9
1. Pemberian inkubator dilakukan dalam keadaan terbuka saat pemberian
perawatan pada bayi.
2. Menggunakan lampu pemanas untuk memberikan keseimbangan suhu normal
dan kehangatan.
3. Membungkus dengan selimut hangat.
4. Dinding keranjang ditutup dengan kain atau yang lain untuk mencegah aliran
udara.
5. Kepala bayi harus ditutup karena banyak panas yang hilang melalui kepala.
6. Pengaturan suhu inkubator disesuaikan dengan berat badan sesuai dengan
ketentuan di bawah ini.
Tabel : Pengaturan Suhu Inkubator
Berat badan 0-24 jam 2 – 3 hari 4-7 hari 8 hari
(gram)

1500 34-36 33-35 33-34 32-33

1501-2000 33-34 33 32-33 32


2001-2500 33 32-33 32 32

> 2500 32-33 32 31-32 32

Sumber : ( Hidayat, 2007, hal : 9)

Mengapa bayi Prematur harus dirawat dengan incubator ?


Bayi yang lahir prematur harus dirawat dengan inkubator, sebab pengaturan
suhu tubuhnya belum stabil dan dia akan gampang kedinginan. Inkubator dapat
menjaga suhu sebuah ruangan agar suhu tetap konstan dan stabil. Suhu inkubator
diatur dengan disesuaikan dengan berat lahir atau usia kehamilan. Sesak nafas
akibat pengembangan paru - paru yang tidak bagus membuat bayi perlu diberi
oksigen. Namun pemberian oksigen terlalu lama akan menyebabkan retina bayi
rusak. Setelah perawatan inkubator berakhir, mata bayi perlu diperiksa secara
berkala.
Jika sudah stabil, bayi akan dirawat oleh ibu dengan cara perawatan bayi
lekat atau perawatan metode ‘kanguru’. Metode ini, bayi membutuhkan sentuhan
kasih sayang dan akan mendapatkan kehangatan dari tubuh ibu atau ayahnya
seperti saat dalam kandungan.Namun alat inkubator yang cukup mahal ini,
jumlahnya masih kurang di negara - negara berkembang, dan tak terjangkau untuk
beberapa rumah sakit.Dengan mahalnya inkubator, seorang peneliti muda asal
Inggris tengah membuat inkubator dengan biaya yang rendah. Dia berharap
inkubator buatannya dapat digelembungkan. Roberts mahasiswa Teknik Desain,
mengatakan proyek ini masih dalam fase pengembangan, dan iaakan mendirikan
perusahaan untuk memproduksi inkubator secara massal.

Sumber : http://kochmedical.com/products-page/gebrauchte-medizintechnik/drager-
inkubator-mod-8000-ic

Sumber :
https://www.tokopedia.com/mommybaby/incub
ator-inkubator-bayi
Blue Light
Ikterus adalah warna kuning yang tampak pada putih mata (sklera) dan kulit bayi baru lahir.
Warna kuning itu pertanda terjadinya penumpukan bilirubin, yaitu senyawa hasil pemecahan sel
darah merah, bisa karena sel darah merah sudah tua atau ada proses penghancuran yang
abnormal. Semasa dalam kandungan, bilirubin dikeluarkan melalui plasenta ibu. Setelah lahir,
bayi harus mengeluarkannya sendiri. Pengeluaran bilirubin oleh bayi memerlukan fungsi hati
yang sempurna dan makanan dalam usus yang membawanya keluar sebagai feses.
Kadar bilirubin yang normal bergantung pada usia bayi. Contohnya, kadar bilirubin 12 mg/dl
pada bayi kurang dari 24 jam adalah abnormal. Tetapi kadar tersebut pada bayi cukup bulan usia
3 hari adalah normal. Bila bayi tampak kuning, perlu diperiksa kadar bilirubin untuk
menentukan apakah kadarnya masih normal atau sudah abnormal sehingga perlu terapi.
Dianggap di atas normal bila kadar biliburin lebih dari 12 mg/dl. Bila kadar bilirubin di atas
normal, dokter akan melakukan terapi sinar biru pada bayi kuning tersebut. Terapi ini dilakukan
di rumah sakit. Bayi diletakkan di bawah lampu yang memancarkan spektrum cahaya biru
dengan panjang gelombang tertentu (ukurannya sekitar 450 nanometer).
Fungsi terapi sinar biru ini akan mengubah bilirubin menjadi senyawa yang larut dalam air
sehingga dapat dikeluarkan dari tubuh bayi. Berapa lama bayi menjalani terapi sinar biru
tergantung pada kadar bilirubin, biasanya sekitar 2-4 hari. Bila kadar bilirubin 12- 15 mg/dl,
terapi dilakukan selama 2-3 hari. Bila kadarnya mencapai 15-20 mg/dl terapi dilakukan selama
3-4 hari.

Biliblanket. Selain terapi sinar biru, dapat pula dilakukan dengan biliblanket, yaitu selimut yang
mengandung serat optik yang juga terdapat pada sinar biru. Bedanya, selimut ini dapat langsung
menutup tubuh bayi sehingga Anda dapat langsung menyusui dan memeluknya. Di Indonesia
juga tersedia biliblanket, namun tidak begitu efektif dalam menurunkan kadar bilirubin. Yang
paling efektif adalah terapi sinar biru.
Tranfusi darah. Bila kadar bilirubin bayi baru lahir di atas 20 mg/dl, dokter akan malakukan
transfusi darah untuk menukar darah bayi. Karena, bilirubin yang sangat tinggi berisiko tinggi
masuk ke dalam otak sehingga terjadi gangguan pada otak dan kualitas perkembangan bayi.

Anda mungkin juga menyukai