Anda di halaman 1dari 18

Proposal Penelitian

MAKNA PANDEMI COVID-19 BAGI UMKM


(Studi Pendekatan Fenomenologi di Jempong Baru)

Disusun Oleh:
Muhammad Ziyad Al Kautsar
NIM : A1C018112

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MATARAM
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pada awal tahun 2020, terjadi COVID-19 (coronavirus disease 2019)


yang menyebabkan semua orang untuk melakukan social distancing. Virus
ini pertama kali ditemukan di Wuhan, China pada bulan Desember 2019.
Awalnya hanya terdapat 59 kasus dan tidak ada yang fatal, namun 10 hari
kemudian World Health Organization (WHO) telah mengkonfirmasi
terjadinya kasus sebanyak 282 yangmana terdapat 4 kasus di Jepang, Korea
Selatan, dan Thailand. Sebanyak 6 kasus kematian terjadi di Wuhan, 51
kasus sakit berat, dan 12 kasus dalam kondisi kritikal. Penyebaran COVID-
19 yang begitu pesat hingga negara yang menerima dampaknya melakukan
lockdown. Hal ini dikarenakan oleh banyaknya kasus dan tingkat kematian
yang terjadi dalam suatu negara. Hingga 28 Oktober 2020 jumlah kasus
COVID-19 sebanyak 44.400.015 dengan jumlah kematian sebesar
1.174.207 dan jumlah sembuh sebesar 32.536.886. Di Indonesia sendiri
terdapat 400.483 kasus dengan jumlah kematian sebesar 13.612 dan jumlah
yang sembuh sebanyak 352.793.

Secara global pandemi COVID-19 menyebabkan berbagai dampak


negatif terhadap berbagai sektor terutama di sektor ekonomi. Dampak
perekonomian akibat dari pandemi ini tidak hanya dirasakan secara,
domestik namun juga di dunia internasional juga turut merasakan
dampaknya. International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan ekonomi
global akan tumbuh minus di angka 3%. Hal ini tentunya memberikan
dampak yang cukup signifikan terhadap pariwisata, perdagangan, industri
termasuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Akibat COVID-19
ini sudah terlihat dari banyaknya PHK di beberapa perusahaan, pegawai
bekerja dari rumah, dan banyaknya perusahan-perusahaan yang harus
gulung tikar karena usahanya tidak dapat berkembang.
Berdasarkan data dari kementrian koperasi dan Usaha Kecil
Menengah (UKM) pada tahun 2018 terdapat 64.194.057 UMKM yang
berada di Indonesia dan 116.978.631 tenaga kerja. UMKM telah
mendominasi di Indonesia. UMKM menjadi tulang punggung
perekonomian nasional juga terdampak serius, bukan hanya dalam aspek
pendapatan dan produksi saja, tetapi jumlah tenaga kerja yang harus
dikurangi pada masa pandemi. (Pakpahan, 2020). Dalam menghadapi
pandemi ini, UMKM kurang memiliki ketahanan dan fleksibilitas
dikarenakan beberapa hal seperti tingkat digitalisasi yang masih rendah,
kesusahan dalam mengakses teknologi. Penyesuaian diri terhadap
perkembangan bisnis yang ada karena bisnis yang bertahan adalah bisnis
yang mengikuti perkembangan zaman.

UMKM merupakan skala usaha yang sulit untuk berkembang karena


tidak mencapai skala ekonomis (Frisdiantara, 2016). UMKM sangat rentan
terhadap masalah-masalah perekonomian. Masalah-masalah tersebut
meliputi tingkat kemampuan, keahlian, ketrampilan, manajemen sumber
daya manusia, kewirausahaan, pemasaran dan keuangan. Dari sekian faktor-
faktor tersebut faktor pengetahuan menjadi persoalan utama dalam
pengetahuan berebisnis dan pemasaran.

Sebelum adanya pandemi terdapat banyak sekali UMKM yang berada


di Indonesia. Hal-hal ini dikarenakan oleh lingkungan bisnis yang sehat
sehingga menyebabkan perkembangan bisnis UMKM yang meningkat pada
setiap tahunnya. Perekembangan bisnis UMKM telah melebihi Usaha Besar
(UB) dengan perbandingan yang sangat besar. Jumlah perbandingan tenaga
kerja dari UMKM terhadap UB juga menghasilkan rasio yang sangat besar.
Berdasarkan perbandingan tersebut dapat disimpulkan bahwa UMKM
mendominasi di Indonesia.

Selama UMKM masih dapat mengikuti perkembangan zaman dan


bisnis UMKM tersebut akan terus berdiri. Masalah-masalah yang dihadapi
saat pandemi ini menjadi hal yang menyebabkan pemilik UMKM untuk
berfikir lebih keras dalam merencanakan strategis bisnis mereka. Selama
masa pandemi ini pemilik UMKM dipaksa untuk mengikuti strategi-strategi
untuk mempertahankan usaha mereka. Selama strategi yang digunakan
adalah strategi yang dapat membuat pemilik dapat mempertahankan ataupun
memperkembangkan usahanya. Pemilik UMKM harus mampu memaknai
masa pandemi ini agar mampu mempertahankan usahanya. Oleh karenanya
tujuan utama dari penelitian ini, yaitu untuk mengetahui bagaimana pemilik-
pemilik UMKM ini memaknai pandemi Covid-19 dalam keseharian yang
dilakukan.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalahnya adalah


sebagai berikut:

1. Apa makna COVID-19 bagi pelaku UMKM


2. Bagaimana strategi UMKM untuk bertahan atau
mengembangkan usahanya di masa pandemi

1.3. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah tersebut dapat ditentukan tujuan dari penelitian


ini, yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Makna COVID-19 bagi pelaku UMKM


2. Untuk mengetahui strategi UMKM untuk bertahan atau
mengembangkan usahanya di masa pandemi

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari proposal penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil dari penelitian ini diharapakan untuk mampu menjadi


sarana dan masukan informasi bagi UMKM sekitaran Jempong
Baru guna mempertahankan dan meningkatkan strategi
bisnisnya di tengah-tengah masa pandemi COVID-19
2. Hasil dari penelitian ini diharapkan untuk menjadi refrensi
tambahan bagi peneliti selanjutnya dan pedoman bagi peneliti
selanjutnya
3. Hasil penelitian ini diharapkan bagi penulis untuk menjadi
bahan kajian ilmiah dan menambah wawasan bagi penulis.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Definisi Makna

Makna selalu ada dalam kehidupan sehari-hari. Makna merupakan


suatu persoalan yang menarik dan selalu ada dalam kehidupan. Manusia
selalu berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya. Komunikasi antara
manusia ini memiliki arti dalam setiap perkataan yang dilontarkan. Artinya
makna tidak bisa terlepas dari setiap komunikasi yang dilakukan antara
manusia yang satu dengan lainnya. Pentingnya makna ini memerlukan suatu
kajian khusus. Kajian khusus tersebut misalnya bagaimana makna pada
setiap kata, asal mulanya dan bagaimana perkembangannya.

Menurut Ullman (1972), apabila seseorang memikirkan maksud dari


perkataan seseorang sekaligus rujukannya atau sebaliknya maka akan
lahirlah makna. Artinya makna itu merupakan gabungan dari maksud dan
perkataan. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa makna bisa
saja berbeda dari maksud dan perkataan yang diucapkan.

Dajasudarma (1999) menjelaskan makna merupakan pertautan antara


unsur-unsur bahasa itu sendiri. Hornby dalam Sudaryat (2009) menjelaskan
makna merupakan apa yang diartikan dan dimaksudkan. Dari pengertian
para ahli ini dapat disimpulkan bahwa makna merupakan pertautan antara
unsur-unsur bahasa yang jelas diartikan dan dimaksudkan.

Ketika menjawab suatu pertanyaan mengenai makna dari suatu


kalimat, terkadang jawaban tersebut dengan kalimat lain. Misalnya ‘air’
dengan ‘tirta’, meskipun kita tidak mengetahui makna dari karta ‘tirta’ tetapi
mengetahui makna kata ‘air’ berarti kita dapat menjelaskan makna kata
‘tirta’ dengan menjelaskan makna kata ‘air’. Terkadang makna juga
dijelaskan dengan penjelasan yang singkat, misalnya makna dari direksi
yang bisa dijelaskan maknanya dengan para direktur.

2.1.2. Definisi Pandemi Covid-19

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pandemi adalah


wabah yang berjangkit serempak di mana-mana atau meliputi geografi yang
luas. Pandemi sendiri berasal dari kata Yunani yang terdri dari kata “pan”
yang berarti semua dan kata “demos” yang artinya adalah orang. Pandemi
merupakan wabah yang menyebar di wilayah yang sangat luas, misalnya
beberapa benua atau seluruh dunia. Suatu penyakit tidak dapat dikatakan
pandemi jika tidak menular. Misalnya stroke, stroke merupakan penyebab
kematian nomor 1 di Indonesia. Meskipun begitu stroke tidak dianggap
sebagai pandemi karena stroke tidak menular meskipun banyak terjadi di
berbagai negara.

Coronavirus itu sendiri merupakan suatu kelompok virus yang dapat


menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Terdapat sebagian jenis
coronavirus diketahui menyebabkan infeksi saluran nafas pada manusia
mulai dari batuk pilek hingga yang lebih serius seperti Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS). Coronavirus jenis baru yang ditemukan menyebabkan penyakit
COVID-19.

COVID-19 adalah jenis penyakit yang menular dan disebabkan oleh


jenis baru coronavirus yang ditemukan. Virus baru dan penyakit yang
disebabkannya ini sebelumnya tidak dikenal ketika mulainya wabah di
Wuhan, Tiongkok, pada bulan Desember 2019. Sekarang COVID-19
menjadi sebuah pandemi yang terjadi di banyak negara di seluruh dunia.
Gejala-gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, batuk kering,
dan rasa lelah. Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan
muncul secara bertahap. Beberapa orang menjadi terinfeksi tetapi hanya
memiliki gejala ringan.
Sebagian besar orang yang terinfeksi berhasil pulih tanpa perlu
perawatan khusus. Sekitar 1 dari 5 atau 20% orang yang terinfeksi COVID-
19 menderita sakit parah dan kesulitan bernapas. Orang-orang dengan
kondisi medis dan orang-orang lanjut usia (lansia) memiliki kemungkinan
lebih besar mengalami sakit lebih serius. Namun, semua orang dapat
terinfeksi COVID-19 dan mengalami sakit parah.

Orang-orang dapat tertular COVID-19 dari orang lain yang terinfeksi


oleh virus ini. COVID-19 dapat menyebar terutama dari orang ke orang
melalui percikan-percikan dari hidung atau mulut yang keluar saat orang
yang terinfeksi COVID-19 batuk atau berbicara. Orang-orang dapat
terinfeksi COVID-19 jika menghirup percikan orang yang terinfeksi virus
ini. Karenanya, penting untuk menjaga jarak minimal 1 meter dari orang
lain. Percikan-percikan ini dapat menempel pada benda dan permukaan
lainnya di sekitar. Orang dapat terinfeksi dengan menyentuh benda atau
permukaan tersebut, kemudian menyentuh alat indra mereka.

Kontak erat dengan seorang yang terinfeksi COVID-19 akan


meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi. Faktor wilayah juga menjadi
faktor yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi. Jika
tinggal di daerah yang rawan kasus malaria atau demam berdarah, maka
penting untuk tidak mengabaikan gejala demam.

2.1.3. Jenis-jenis UMKM

Menurut UU Nomor 20 Tahun 2008 Pasal 1. UMKM (Usaha Mikro,


Kecil, dan Menengah) memiliki pengertiannya masing-masing. Untuk
Usaha Mikro pengertiannya adalah usaha produktif milik orang perorangan
dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria, sebagai berikut:

a) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00


(lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha; atau
b) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

Usaha Kecil pengertiannya adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri


sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari
Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria, sebagai
berikut:

a) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima


puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil
atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan. Kriteria dari usaha menengah adalah sebagai berikut:

a) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima


ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh
milyar rupiah).
Kriteria-kriteria tersebut nilai nominalnya dapat diubah sesuai dengan
perekmbangan perekonomian yang diatur dalam Peraturan Presiden (PP).

Dalam UU Nomor 20 Tahun 2008 Pasal 2 juga ikut menjelaskan


tujuan dan asas-asas UMKM. UMKM bertujuan untuk menumbuhkan dan
dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian
nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan. UMKM
terdapat asas-asas yang dibentuk dalam menjalankan kegiatannya. UMKM
berasaskan:

a) Kekeluargaan
b) Demokrasi ekonomi;
c) Kebersamaan;
d) Efisiensi berkeadilan;
e) Berkelanjutan;
f) Berwawasan lingkungan;
g) Kemandirian;
h) Keseimbangan kemajuan;
i) Kesatuan ekonomi nasional

2.2. Penelitian Terdahulu

Dari proposal penelitian ini terdapat penelitian terdahulu yang


digunakan sebagai bahan acuan atau refrensi. Adapun refrensi-refrensi yang
digunakan membahas satu hal yang sama yaitu mengenai makna dari
penelitian yang telah dilaksanakan. Refrensi-refrensi dalam penulisan
proposal ini, yaitu:

Ahmad Ubaidillah et al (2013) yang judul penelitiannya berjudul


“MAKNA KEUNTUNGAN BAGI PEDAGANG KAKI LIMA (Studi pada
Pedagang Kaki Lima di Bangsri Jepara)”. Hasil dari penelitian ini adalah
bahwa terdapat perbedaan dalam penafsiran atau pengartian keuntungan dari
setiap pedagang kaki lima. Dari penjelasan informan-informannya
keuntungan dapat diartikan sebagai sebuah keikhlasan, kejujuran, kepuasan
batin, dan ketulusan. Pemaknaan keuntungan yang berbeda ini muncul dari
latar belakang informan yang berbeda antara satu dengan lainnya.

Reza Mina Pahlewi (2019) yang judul penelitiannya berjudul


“MAKNA SELF ACCEPTANCE DALAM ISLAM (Analisis
Fenomenologi Sosok Ibu dalam Kemiskinan di Provinsi D.I Yogyakarta)”.
Hasil dari penelitian ini adalah terdapat kata “sabar” memegang peranan
penting dalam self acceptance. Informan-informan dari penelitian ini hanya
“menerima” keadaan saja, namun mereka mengartikan sabar sebagai bentuk
gerak aktif dan usaha untuk memperbaiki nasib. Terdapat juga anak mereka
yangmana sebagai harapan dan simbol masa depan mereka untuk masa
depan yang lebih baik. Para informan ini percaya meskipun dalam keadaan
terjepit setelah kesulitan yang mereka alami, Allah SWT akan menyediakan
kebahagiaan dalam bentuk rezeki yang lain.

Okki Sutanto dan Nani Nurrachman (2018) yang judul penelitiannya


berjudul “MAKNA KEWIRAUSAHAAN PADA ETNIS JAWA,
MINANG, DAN TIONGHOA: SEBUAH STUDI REPRESENTASI
SOSIAL”. Hasil dari penelitian ini adalah masing-masing etnis memaknai
kewirausahaan dengan berbeda. Alasan pemaknaan berbeda kewirausahaan
tercermin dari alasan berwirausaha setiap etnis yang berbeda. Alasan lain
pemaknaan yang berbeda dari setiap etnis ini adalah adanya nilai, hal yang
diyakini penting dan kekhasan yang dimiliki oleh masing-masing etnis
berbeda juga.

Eko Anang Hadi Santoso et al (2017) yang judul penelitiannya


berjudul “MAKNA PERILAKU MOTIVASI BELAJAR GEOGRAFI
YANG RENDAH DENGAN PENDEKATAN FENOMENOLOGI”. Hasil
dari penelitian ini adalah peneliti menemukan motif sebab dan tidak
menemukan motif tujuan perilaku motivasi belajar geografi dari siswa
SMAN 1 Sukosari. Motif sebab tersebut memiliki makna tidak dimilikinya
keluarga yang utuh/memiliki keluarga broken home, tidak ada dorongan
belajar dari orangtua, lingkungan sekitar rumah dan teman bergaul yang
tidak mendukung belajar, merasa tidak menyukai guru, tidak memiliki
harapan dan cita-cita di masa depan, tidak berminat pada pelajaran Geografi,
tidak aktif dalam pembelajaran dan lebih memilih melakukan hal-hal lain
yang dianggap lebih penting atau menyenangkan.

2.3. Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir dari penelitian “Makna Covid-19 Bagi UMKM (Studi


Pendekatan Fenomenologi di Jempong Baru)”. Dapat digambarkan sebagai
berikut:

UU. No 20 Tahun 2008

UMKM Jempong Baru

Strategi UMKM Makna Covid-19

Sebelum Pandemi Setelah Pandemi


BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian fenomenologi. Menurut
Polkinghorne di (Creswell,1998) studi fenomenologi menggambarkan suatu
arti dari sebuah pengalaman hidup untuk beberapa orang tentang sebuah
konsep atau fenomena. Penulis menggunakan metode ini karena
fenomenologi ini berkenaan dengan fenomena yang terjadi saat ini. Dengan
metode ini informan dapat dengan bebas mengutarakan pendapatnya.
Metode penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Menurut Mukhtar
(2013) metode penelitian deskriptif kualitatif adalah sebuah metode yang
digunakan peneliti untuk menemukan pengetahuan atau teori terhadap
penelitian pada satu waktu tertentu. Penulis menginterpretasikan hasil
penelitiannya dengan menjelaskan bagaimana suatu fenomena itu terjadi.

3.2 Jenis Data

Jenis data dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder.
Data tersebut bersifat kualitatif.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari informan


penelitian, dalam hal tersebut peneliti mendapatkan data dari informan
secara langsung dengan menggunakan instrumen-instrumen yang telah
disiapkan. Data primer dianggap lebih akurat, karena data ini disajikan
secara rinci. Indriantoro dan Supomo dalam (Purhantara, 2010). Di
sini penulis dapat langsung mewawancarai informan dan mendapatkan
data primer langsung dari informan itu sendiri.

2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber
yang sudah ada selain dari informan. Sumber-sumber tersebut dapat
berupa jurnal, peraturan, dan bukti historis. Dalam penelitian ini data
sekunder berasal dari jurnal penelitian terdahulu dan artikel-artikel
terkait dengan fenomena yang terjadi saat ini.

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi dari penelitian ini berada di Kelurahan Jempong Baru,


Kecamatan Sekarbela, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, Indonesia.
Penelitian ini dilakukan pada UMKM yang berada di sekitaran Jempong
Baru tersebut.

3.4 Informan Penelitian

Dalam penelitian kualitatif tidak mengenal istilah pengambilan sampel


dan populasi karena penelitian ini tidak bertujuan untuk melakukan
generalisasi terhadap populasi. Hasil dari penelitian kualitatif adalah
mendapatkan informasi yang mendalam dari masalah penelitian yang
dipilih. Pada penelitian kualitatif lebih dikenal istilah “informan”, bukan
populasi dan sampel. Informan adalah subyek penelitian yang dapat
memberikan informasi mengenai fenomena/permasalahan yang diangkat
dalam penelitian. Teknik pemilihan informan menggunakan Criterion
Sampling yangmana bertujuan mendapatkan informan/kasus yang sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan. Kriteria yang ditetapkan oleh penulis, harus
meliputi:

1. Merupakan pegawai dan/atau pemilik UMKM


2. Berada di Kecamatan Jempong Baru

Jumlah informan dalam penelitian sangatlah penting. Menurut Weiss


dalam (Laksmi,2015) menjelaskan pemilihan informan menentukan hasil
penelitian. Informan yang bagus adalah informan yang berhubungan dengan
topik yang diteliti atau yang secara langsung menerima dampak dari suatu
fenomena. Dalam mencari informan penelitian kualitatif ini, untuk mencari
jumlah informan yang banyak. Informan yang dicari jumlahnya haruslah
sesuai dengan topik yang dibahas. Bisa saja informan itu terdiri dari 1 orang
saja, asalkan topik yang dibahas itu sejalan, artinya sah-sah saja.

Berdasarkan penjelasan di atas, informan dari penelitian ini ditetapkan


minimal sebanyak 1 dan maksimal sebanyak 3 dari setiap UMKM serta
minimal 5 UMKM dan maksimal 10 UMKM yang akan diteliti. UMKM ini
juga berada di sekitaran Jempong Baru.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, langkah pengumpulan data adalah suatu tahap


yang menentukan proses dan hasil penelitian yang akan dilaksanakan.
Kesalahan dalam melaksanakan pengumpulan data dalam satu penelitian,
akan berdampak langsung pada proses dan hasil penelitian. Berdasarkan
penelitian yang diteliti alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini sebagai
berikut:

1. Observasi
Observasi merupakan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti
terhadap objek yang diteliti. Nasution (1998) menyatakan bahwa,
observasi adalah dasar dari semua ilmu pengetahuan. Ilmuwan
hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia
yang kenyataanya diperoleh melalui observasi. Dalam observasi ini
peneliti akan melakukan observasi secara terus terang atau secara
rahasia kepada pemilik UMKM.
2. Wawancara
Esterberg menyatakan bahwa, Wawancara adalah merupakan
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui
tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam topik
tertentu. Peneliti dalam melakukan wawancara ini akan merekam
wawancaranya. Dengan adanya rekaman ini juga dapat digunakan
sebagai dokumentasi dan bukti bahwa peneliti telah melakukan
penelitian.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang telah berlalu.
Dokumentasi dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya
menumental dari seseorang. Peneliti dalam melakukan
penelitiannya juga menggunakan jurnal-jurnal penelitian
sebelumnya dan catatan historis pegawai atau pemilik UMKM.
Dokumentasi ini dilakukan untuk mendapatkan data sekunder dari
penelitian yang sedang dijalankan. Dokumentasi dapat berupa foto,
video, atau rekaman suara informan.

3.6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara


sistematis data yang diperoleh dari pengumpulan data sehingga mudah
dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Teknik
analisis data pada penelitian ini peneliti menggunakan tiga prosedur
perolehan data, sebagai berikut:

1. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses untuk menyempurnakan data, baik
pengurangan terhadap data yang dianggap kurang perlu dan tidak
relevan, maupun penambahan data yang dianggap masih kurang.
Jika data yang diperoleh di lapangan mungkin jumlahnya sangat
banyak sehingga kemungkinan munculnya data yang relevan juga
banyak.
2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan proses pengumpulan informasi yang
disusun berdasarkan pengelompokan yang diperlukan. Dengan
menyajikan data akan mempermudah untuk memahami apa yang
terjadi selama penelitian. Setelah itu perlu diadakan perencanaan
kerja berdasarkan apa yang telah dipahami. Penyajian data selain
menggunakan teks secara naratif, juga dapat berupa bahasa
nonverbal seperti bagan, grafik, denah, matriks, dan tabel.
3. Verifikasi Data
Verifikasi data dilakukan apabila kesimpulan awal yang
dikemukan masih bersifat sementara, dan akan terdapat perubahan-
perubahan yang bila tidak dibarengi dengan bukti pendukung yang
kuat pada tahap pengumpulan data berikutnya. Bila kesimpulan yag
telah dikemukan pada tahap awal, didukung dengan bukti yang
valid dan konsisten saat penelitian kembali ke lapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukan
merupakan kesimpulan dapat dipercaya. Langkah terakhir dalam
teknik analisis data adalah verifikasi data.

3.7. Keabsahan Data

Keabsahan data dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian yang


dilakukan benar-benar merupakan penelitian ilmiah sekaligus untuk menguji
data yang diperoleh. Menurut Sugiyono (2007) Uji keabsahan data dalam
penelitian kualitatif terdiri dari uji credibility, transferability, dependability,
dan confirmability. Di sini peneliti menggunakan uji credibiliy,
dependability, dan confirmability.

Uji kredibilitas yang dilakukan oleh peneliti dilakukan dengan


triangulasi. Triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang
menggabungkan pengumpulan data dan sumber data. Triangulasi yang
peneliti gunakan terdiri dari 2 metode,yaitu:

1. Triangulasi dumber, yaitu pengujian untuk mendapatkan data dari


sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.
2. Triangulasi waktu, yaitu pengujian untuk mendapatkan data dari
waktu yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.
Uji reliabilitas yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui apakah
penelitian ini dapat dipercaya. Penelitian yang dependability adalah
penelitian yang jika dilakukan oleh orang lain dengan proses penelitian yang
sama akan memperoleh hasil yang sama pula. Pengujian dependability
dilakukan dengan cara mengaudit keseluruhan proses dalam penelitian.
Proses auditing ini bisa dimulai dari gaimana peneliti mulai menentukan
masalah, terjun ke lapangan, memilih sumber data, melaksanakan analisis
data, melakukan uji keabsahan data, sampai pada pembuatan laporan hasil
pengamatan.

Objektivitas dari pengujian kualitatif disebut juga dengan uji


confirmability. Penelitian bisa dikatakan objektif apabila hasil penelitian
telah disepakati oleh banyak orang. Uji confirmability berarti menguji hasil
penelitian yang dikaitkan dengan proses yang telah dilakukan. Jika hasil
penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka
penelitian tersebut telah memenuhi standar confirmability.

Anda mungkin juga menyukai