Anda di halaman 1dari 49

BAB 4

KOLONIALISME DI INDONESIA DAN


­ ERLAWANAN RAKYAT MENENTANG
P
­KOLONIALISME

A. KOLONIALISME DI INDONESIA

1. Latar Belakang Kedatangan Bangsa Barat di ­Indonesia


a) Jatuhnya konstantinopel ke Turki Usmani pada tahun
1453, mengakibatkan bangsa Eropa mencari rempah-
rempah ke Eropa.
b) Ditemukannya kompas.
c) Pembuktian teori Heliosentris dari Nicholas Copernicus.
d) Berkembangnya IPTEK.
e) Perkembangan teknologi dalam bidang navigasi dan
geografi.
f) Adanya kisah perjalanan Marcopolo yang dibukukan
dalam 2 bukunya yang berjudul Imago Mundi dan I’ll
Millione.
g) Lahirnya semboyan:
• Gold : mencari kekayaan
• Glory : mencari kejayaan
• Gospel: menyebarkan agama
2. Proses Kedatangan Bangsa Eropa ke Indonesia
a. Penjelajahan Portugis
Bartholomeus Diaz mencoba mencari jalan keluar
untuk menemukan dunia Timur (pusat rempah-
rempah). Namun, pelayarannya Bartholomeus Diaz
hanya sampai di ujung Afrika Selatan (1496). Hal

87
ini disebabkan oleh besarnya gelombang ombak
Samudra Hindia, sehingga kapal-kapal yang dibawa
oleh Bartholomeus Diaz tidak berhasil melewatinya.
Oleh Bartholomeus Diaz tanjung itu dinamakan
Tanjung Pengharapan (Cape of Good Hope atau
Tanjung Harapan sekarang).
Pada tahun 1498, raja Portugis mengirim ekspedisinya
di bawah pimpinan Vasco da Gama. Ekspedisi ini berhasil
mendarat di Kalkuta (India) pada tahun 1498. Kemudian,
pada tahun 1511 dari India bangsa Portugis mengirim
ekspedisinya di bawah pimpinan Alfonso d’Alburquerque,
mengikuti perjalanan para pedagang Islam. Pada tahun
1511 itu juga Portugis berhasil menduduki Malaka, pusat
perdagangan di Asia Tenggara. Kemudian Portugis tiba
di Ternate (Maluku) tahun 1512.
Untuk menyelesaikan pertikaian kedua bangsa kulit
putih itu, Paus turun tangan dan pada tahun 1512 di­
lakukan perjanjian Saragossa (Zaragoza). Isi perjanjian
itu antara lain:
a. Bumi ini dibagi atas dua pengaruh, yaitu pengaruh
bangsa Spanyol dan Portugis,
b. Wilayah kekuasaan Spanyol membentang dari
Meksiko ke arah barat sampai ke Kepulauan Filipina
dan wilayah kekuasaan Portugis membentang dari
Brasil ke arah timur sampai ke Kepulauan Maluku.
• Bartholomeus Diaz
Berlayar dari tahun 1478 dari ibukota Portugis
Lisabon, berlayar menyusuri pantai Barat Afrika
dan tahun 1486 sampai di Tanjung Harapan.
• Vasco Da Gama
Tahun 1498 berlayar menyusuri pantai Afrika
Timur.

88
• Alfonso de Alburquerque
Tahun 1511 berhasil menaklukkan Malaka.
b. Penjelajahan Spanyol
• Cristophorus Colombus, pada tahun 1492 me­
nemukan pulau Bahama.
• Ferdinand Magelhaens, pada tahun 1521 sampai
di kepulauan Massava yang kemudian berganti
menjadi Philipina.
• Sebastian del Cano, pada tahun 1521 sampai di
Maluku.
3. Kekuasaan Kolonial Portugis
Pada tahun 1511, Malaka berhasil direbut oleh bangsa
Portugis di bawah pimpinan Alfonso d’Albuquerque. Untuk
dapat menguasai dan memonopoli perdagangan di Asia
Selatan bangsa Portugis melakukan langkah-langkah
sebagai berikut.
a. Memperluas kekuasaannya ke arah barat dengan
menghancurkan armada laut Turki sehingga bangsa
Portugis dapat mengawasi perdagangan dan pe­
layaran di laut antara Asia dengan Eropa. Bahkan
bangsa Portugis dapat memaksa para pedagang
untuk berlayar dari bandar perdagangan Goa (India)
menuju ke Afrika Selatan dan selanjutnya sampai di
bandar Lisboa, yaitu pusat perdagangan di Eropa dan
ibu kota Portugis.
b. Memperluas kekuasaannya ke arah timur dengan
menguasai Malaka, sehingga dapat menghentikan
dan menguasai aktivitas perdagangan langsung yang
dilakukan oleh pedagang-pedagang Tiongkok, India,
maupun Indonesia.

89
4. Kekuasaan Kolonialisme dan Imperialisme Belanda di
Indonesia
Bangsa Belanda memulai pelayarannya, pada tahun 1596
di bawah pimpinan Cornelis de Houtman, para pedagang
bangsa Belanda tiba di Banten (Indonesia). Dari bandar
Banten pelaut Belanda melanjutkan pelayarannya ke arah
timur dan mereka kembali dengan membawa rempah-
rempah dalam jumlah yang cukup banyak.
Untuk mengatasi persaingan antara para pedagang Belanda
itu sendiri, pemerintah membentuk badan usaha atau
kongsi dagang yang diberi nama Vereenigde Oostindische
Compagnie (VOC), yaitu persekutuan dagang Hindia Timur.
VOC berdiri tahun 1602 yang juga lebih sering disebut oleh
bangsa Indonesia dengan Kompeni Belanda.
• Bangsa Belanda datang ke Indonesia pada tahun
1596 dan mendarat di Banten.
• Kekuasaan Belanda dilanjutkan dengan mendirikan VOC
(Vereenigde Oos tindische Compagnie) pada tahun 1602.
VOC didirikan untuk menyatukan pe­ dagang-pedagang
Belanda agar dapat bersaing dengan kongsi dagang
lainnya. Namun pada tahun 1799 VOC dibubarkan karena
banyak pegawainya yang melakukan korupsi.
• Setelah VOC bubar maka pemerintahan dilanjutkan
oleh pemerintah Hindia-Belanda.
5. Kekuasaan Prancis di Indonesia
Pada tahun 1792-1797 terjadi perang koalisi, di mana
Belanda mengalami kekalahan, sehingga Belanda me­
minta perlindungan dari Prancis. Pemerintah Prancis
segera mengambil alih pemerintahan Belanda, sehingga
semua jajahan Belanda di bawah kekuasaan dari Prancis

90
(Louis Napoleon). Pada masa itu Louis Napoleon segera
mengirimkan gubernur jenderal Herman Willem Daendels.
6. Kekuasaan Kolonialisme dan Imperialisme I­nggris di
Indonesia
Sejak abad ke-17, para pedagang Inggris sudah ber­
dagang sampai di daerah India. Di India Timur, para
pedagang Inggris mendirikan kongsi dagang, yakni East
India Company (EIC) pada tahun 1600, dengan daerah
operasinya adalah India. Pusat kekuatan EIC adalah
Kalkuta (India), dan dari kota inilah Inggris meluaskan
wilayahnya ke Asia Tenggara.
Di bawah Gubernur Lord Minto yang berkedudukan di
Kalkuta dibentuk ekspedisi Inggris untuk merebut daerah-
daerah kekuasaan Belanda yang ada di wilayah Indonesia.
Pada tahun 1811, Thomas Stamford Raffles telah berhasil
merebut seluruh wilayah kekuasaan Belanda di Indonesia.
Berdasarkan perjanjian London tahun 1815, Inggris di­
haruskan mengembalikan kekuasaannya di Indonesia
kepada Belanda. Pada tahun 1816 Inggris melaksanakan
kewajibannya itu.
7. Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme
a. VOC (Vereenigde Oost indische Compagnie)
• Pada masa awal petualangannya ini, VOC mem­
butuhkan satu lokasi sebagai pusat administrasi
mereka di wilayah baru ini, tadinya dipilih antara
Banten atau Ambon. Banten dirasa terlalu kuat
sebagai kerajaan dagang, apalagi di sana sudah
ada kongsi perusahaan lain yang mendahului, yaitu
EIC atau The East India Company. Ambon yang
sudah mereka duduki sejak 1605 mulai dirasa

91
kurang strategis untuk melindungi kepentingan
mereka di timur. Kemudian dipilihlah wilayah
Jakarta yang saat itu bernama Jacatra.
• Peletak Dasar VOC pertama kali dibawa oleh tokoh
yang bernama Jan Pieterzoon Coen yang pada tahun
1619 dengan kapalnya, Petit Holland, membawa
sebuah armada  yang terdiri dari 17 buah kapal
dengan pasukan sekitar 1100 orang. Pada tanggal
30 Mei 1618 pasukan ini sudah mengepung dan
membumihanguskan seluruh kota. Di puing-puing
kota ini Jan Pieterzoon Coen membangun sebuah
kota baru yang tadinya ingin ia beri nama Nieuw
Hoorn. Namun Heeren XVII menolak usulannya dan
memilih nama Batavia sesuai dengan nama yang
diberikan kepada sebuah kastil yang sudah didirikan
di sana pada 12 Maret 1619.
• Sejak itulah penguasaan wilayah Hindia Timur di­
kelola dari Batavia di bawah pimpinan seorang
Gubernur Jendral. Selama masa kekuasaannya di
Hindia Timur ini, VOC memiliki 37 orang Gubernur
Jendral. Tiga gubernur jenderal sebelum Pieterzoon
Coen bekerja di luar Batavia, baru sejak penaklukan
Jakarta, maka gubernur jenderal VOC memerintah
dari Batavia. Gubernur Jenderal VOC Pieter
Gerardus van Overstraten (1796 – 1801) adalah
yang mengakhiri pusat pemerintahan VOC dari
Kastil Batavia yang saat itu termasuk wilayah Stad
en Voorsteden (sekarang wilayah Jakarta Utara
dan Barat). Overstraten saat itu memindahkan
pusat pemerintahannya ke Weltevreden (sekarang
wilayah Jakarta Pusat).

92
• Berikut ini adalah daftar nama Gubernur Jenderal
beserta masa pemerintahan VOC di Nusantara.
Gubernur Jenderal VOC:
1609 – 1614 Pieter Both (1568 – 1615)
1614 – 1615 Gerard Reynst (1560 – 1615)
1615 – 1619 Laurens Reael (1583 – 1637)
1619 – 1623 Jan Pieterszoon Coen (1587 – 1629)
1623 – 1627 Pieter de Carpentier (1588 – 1659)
1627 – 1629 Jan Pieterszoon Coen (1587 – 1630)
1629 – 1632 Jacques Specx (1588 – 1652)
1632 – 1636 Hendrik Brauwer (1581 – 1643)
636 – 1645 Anthony van Diemen (1593 – 1645)
1645 – 1650 Cornelis van der Lijn (1608 – 1679)
1650 – 1653 Carel Reyniersz (1604 – 1653)
1653 – 1678 Joan Maetsuycker (1606 – 1678)
1678 – 1681 Rijkloff van Goens (1619 – 1682)
1681 – 1684 Cornelis Janszoon Speelman (1628 –
1684)
1684 – 1691 Joannes Camphuys (1634 – 1695)
1691 – 1704 Willem van Outhoorn 1635 – 1720)
1704 – 1709 Joan van Hoorn (1653 – 1713)
1709 – 1713 Abraham van Riebeeck (1653 – 1713)
1713 – 1718 Christoffel van Swoll (1663 – 1718)
1718 – 1725 Hendrick Zwaardecroon (1667 – 1728)
1725 – 1729 Mattheus de Haan (1663 – 1729)
1729 – 1732 Diederik Durven (1676 – 1740)
1732 – 1735 Dirk van Cloon (1684 – 1735)
1735 – 1737 Abraham Patras (1671 – 1737)
1737 – 1741 Adriaen Valckenier (1695 – 1751)
1741 – 1743 Johannes Thedens (1680 – 1748)
1743 – 1750 Gustaaf Willem, Baron van Imhoff
(1705 – 1750)

93
1750 – 1761 Jacob Mossel (1704 – 1761)
1761 – 1775 Petrus Albertus van der Parra (1714 –
1775)
1775 – 1777 Jeremias van Riemsdijk (1712 – 1777)
1777 – 1780 Reinier de Klerk (1710 – 1780)
1780 – 1796 Willem Arnold Alting (1724 – 1800)
796 – 1801 Pieter Gerardus van Overstraten
(1755 – 1801)
• Tujuan:
- Untuk menghindari persaingan antar sesama
pedagang Belanda.
- Memonopoli perdagangan rempah-rempah di
Indonesia.
- Untuk bersaing dengan persekutuan dagang
Inggris (EIC) di India, persekutuan dagang
Prancis, dan persekutuan dagang Portugis.
• Hak-hak VOC (Hak Octrooi)
Terdiri dari:
- Hak untuk mencetak uang.
- Hak untuk mendirikan benteng.
- Hak untuk monopoli perdagangan.
- Hak untuk merekrut pegawai.
- Hak untuk menyatakan perang dan damai.
• Kebijakan-kebijakan VOC
- Verplichte Leverantie adalah kewajiban bagi
penduduk pribumi untuk menyerahkan hasil bumi
sesuai dengan jumlah yang sudah ditetapkan
oleh VOC dengan harga yang ditentukan pula
oleh VOC.
- Contingenten Stelsel adalah pajak berupa
hasil bumi.

94
- Ekstirpasi adalah hak VOC untuk me­musnahkan
tanaman rempah liar untuk meng­hindari over
produksi.
- Pelayaran Hongi adalah pelayaran untuk me­
ngawasi pelaksanaan monopoli peng­angkutan
rempah-rempah.
• VOC dibubarkan pada tahun 1799, alasannya:
a. Banyak pegawainya yang korupsi.
b. Hutang yang terlalu banyak.
c. Adanya perlawanan di daerah.
d. Kalah bersaing dengan persekutuan dagang
Prancis dan Inggris.
b. Pemerintahan Herman Willem Daendels
• Herman William Daendels diutus ke Indonesia pada
tahun 1808 dengan tujuan yakni mempertahankan
pulau Jawa dari serangan Inggris. Pada tahun 1795
Belanda dikuasai oleh Napoleon Bonaparte dari
Perancis yang kemudian menunjuk adiknya, yakni
Lois Napoleon untuk berkuasa di Republik Bataaf.
Sehingga dalam hal ini sebenarnya Indonesia di­
jajah oleh Perancis secara tidak langsung, yakni
melalui kekuasaan Belanda.
• Berbagai kebijakan yang dibuat oleh Daendels,
antara lain:
a) Bidang birokrasi pemerintahan
1) Pusat pemerintahan dipindahkan ke­ pe­
dalaman.
2) Dewan Hindia-Belanda sebagai dewan
legislatif diganti dengan Dewan Penasihat.
3) Membentuk sekretariat negara (Algemene­
Secretarie).

95
4) Pulau Jawa dibagi menjadi 9 prefektur
dan 31 kabupaten.
5) Para Bupati dijadikan pemerintah Belanda
dan diberi pangkat sesuai dengan ke­
tentuan kepegawaian pemerintah Belanda.
6) Membatasi kekuasaan raja.
7) Kerajaan Banten dan Cirebon menjadi
wilayah kolonial Belanda.
b) Bidang hukum dan peradilan
1) Dalam bidang hukum Daendels mem­
bentuk 3 jenis pengadilan, yaitu sebagai
berikut.
(a) Pengadilan untuk orang Eropa.
(b) Pengadilan untuk orang pribumi.
(c) Pengadilan untuk orang timur asing
Pengadilan untuk orang pribumi ada
disetiap prefectur dengan prefect
sebagai ketua dan para Bupati sebagai
anggota.
2) Pemberantasan korupsi tanpa pandang
bulu termasuk pada bangsa Eropa. Akan
tetapi ia sendiri melakukan korupsi besar-
besaran dalam kasus penjualan tanah ke­
pada pihak swasta.
c) Bidang militer dan pertahanan
1) Membangun jalan antara Anyer-Panarukan.
2) Menambah jumlah angkatan perang dari
3000 orang menjadi 20.000 orang.
3) Membangun pabrik senjata di Gresik dan
Semarang.
4) Membangun pangkalan angkatan laut di
Ujung Pandang dan Surabaya.

96
5) Membangun benteng-benteng pertahanan.
6) Meningkatkan kesejahteraan prajurit.
d) Bidang ekonomi dan keuangan
1) Membentuk Dewan Pengawas Keuangan
negara (Algemene Rekenkaer).
2) Mengeluarkan uang kertas.
3) Memperbaiki gaji pegawai.
4) Pajak in natura (contingenten) dan sistem
penyerahan wajib (verplichte laverantie)
yang diterapkan pada masa VOC tetap
dilanjutkan.
5) Mengadakan monopoli perdagangan beras.
6) Mengadakan peminjaman paksa kepada
orang-orang yang dianggap mampu, bagi
yg menolak dikenakan hukuman.
7) Penjualan tanah kepada pihak swasta.
8) Mengadakan Preanger Stelsel, yaitu ke­­
wajiban bagi rakyat Priangan dan sekitar­
nya untuk menanam tanaman ekspor,
seperti: kopi.
e) Bidang sosial
1) Rakyat dipaksa untuk melakukan kerja rodi
untuk membangun jalan Anyer-Panarukan.
2) Perbudakan dibiarkan berkembang.
3) Menghapus upacara penghormatan kepada
resident, sunan, dan sultan.
4) Membuat jaringan pos distrik dengan meng­
gunakan kuda pos.
5) Melakukan penjualan tanah partekelir ke­
pada pihak swasta.
6) Mengadakan penyerahan wajib hasil per­
tanian.

97
• Kemudian Daendels atau sering disebut dengan
nama Raden Mas Galak ditarik oleh pemerintah
Belanda pada tahun (1811), disebabkan oleh hal-­
hal sebagai berikut.
1) Sikapnya yang otoriter terhadap raja-raja
Banten, Yogyakarta, dan Cirebon me­nimbul­
kan pertentangan dan perlawanan.
2) Penyelewengan dalam kasus penjualan tanah
kepada pihak swasta dan manipulasi penjualan
istana Bogor.
3) Keburukan dalam sistem administrasi pe­
merintahan.
c. Pemerintahan Jan Willem Janssens
• Pengganti dari Daendels adalah Gubernur Jenderal
Yansens/Janssens (1811). Masa Janssens disebut
masa peralihan pemerintahan kolonial Belanda ke
pemerintahan Kolonial Inggris. Karena pada masa
Janssens Belanda menandatangani perjanjian
Tuntang (Kapitulasi Tuntang).
• Gubernur Jenderal Hindia-Belanda.
• Menggantikan Daendels Pada tanggal 15 Mei 1811.
• Lahir pada tahun 12 Oktober 1762 dan meninggal
pada tahun 23 Mei 1838.
• Melakukan masa pemerintahan yang sangat singkat.
• Isi Kapitulasi Tuntang:
Masa di mana Daendels digantikan oleh Jan Willem
Janssens dikarenakan Daendels menerima banyak
kritikan karena kekejamannya yang berlebihan dan
sifat sewenang-wenangnya. Dimasa ini Janssens
tidak dapat menahan Serangan inggris dan me­
nandatangani Kapitulasi Tuntang yang berisi tentang
ketentuan seluruh pulau Jawa menjadi milik Inggris.

98
• Batavia (saat masanya).
• Penyerahan kepada Inggris pada tanggal 18
September 1811.
• Masa pemerintahannya hanya berlaku singkat.
d. Pemerintahan T. S. Raffels
• Pada tahun 1811, Daendels digantikan oleh Janssens.
Janssens ternyata lemah dibandingkan dengan
Daendels. Pada bulan Agustus 1811, Inggris yang
dipimpin Lord Minto berhasil mengalahkan Belanda
dan memaksa melakukan perundingan Kapitulasi
Tuntang (11 September 1811). Salah satu isinya
menyatakan bahwa pulau Jawa, Madura, dan semua
pangkalan Belanda di luar Jawa menjadi wilayah
kekuasaan Inggris.
• Kemudian Inggris menunjuk Thomas Stamford
Raffles untuk menjadi Letnan Gubernur di Indonesia.
Kebijakannya antara lain:
a) Bidang pemerintahan
1) Pulau Jawa dibagi menjadi 16 karisidenan.
2) Merubah sistem pemerintahan yang semula
dilakukan oleh pengusaha pribumi menjadi
sistem pemerintahan kolonial yang bercorak
barat.
3) Bupati-bupati atau penguasa-penguasa
pribumi dilepaskan kedudukannya yang
mereka peroleh secara turun-tumurun.
b) Bidang ekonomi dan keuangan
1) Petani diberikan kebebasan untuk me­
nanam tanaman ekspor.
2) Penghapusan pajak hasil bumi (contingenten)
dan sistem penyerahan wajib (Verplichte

99
Laverantie) yang sudah diterapkan sejak
zaman VOC.
3) Menetapkan sistem sewa tanah (landrent).
Untuk menentukan besarnya pajak, tanah
dibagi menjadi 3 kelas, yaitu sebagai berikut.
Kelas I, yaitu tanah yang subur, dikenakan
pajak setengah dari hasil bruto. Kelas II,
yaitu tanah setengah subur, dikenakan
pajak sepertiga dari hasil bruto. Kelas III,
yaitu tanah tandus, dikenakan pajak dua per
lima dari hasil bruto.
4) Pemungutan pajak pada awalnya secara
perorangan.
5) Mengadakan monopoli garam dan minuman
keras.
c) Bidang hukum
Sistem peradilan yang diterapkan Raffles lebih
baik daripada yang dilaksanakan oleh Daendels.
Apabila Daendels berorientasi kepada warna
kulit (ras), Raffles lebih berorientasi kepada
besar kecilnya kesalahan. Badan-badan penegak
hukum yang ada pada masa Raffles adalah
sebagai berikut.
1) Court of Justice, terdapat pada setiap
residen.
2) Court of Request, terdapat pada setiap
divisi.
3) Police of Magistrace.
d) Bidang sosial
1) Penghapusan kerja rodi (kerja paksa).
2) Penghapusan perbudakan, tetapi dalam
praktik­nya ia melanggar undang-undangnya

100
sendiri dengan melakukan kegiatan sejenis
perbudakan. Hal itu terbukti dengan pe­
ngiriman kuli-kuli dari Jawa ke Banjarmasin
untuk membantu perusahaan temannya,
yaitu Alexander Hare yang sedang ke­
kurangan tenaga kerja, sedangkan di Batavia
Raffles menetapkan pajak yang tinggi bagi
pemilik budak.
3) Peniadaan pynbank (disakiti), yaitu hukuman
yang sangat kejam dengan melawan
harimau.
e) Bidang ilmu pengetahuan
1) Ditulisnya buku berjudul "History Of Java".
Dalam menulis buku tersebut Raffles
dibantu oleh juru bahasanya, yaitu Raden
Ario Notodiningrat dan Bupati Sumenep,
Notokusumo II.
2) Memberikan bantuan kepada John
Crawfurd (residen Yogyakarta) untuk
mengadakan penelitian yang menghasilkan
sebuah buku berjudul "History Of The
East Indian Archipelago".
3) Raffles juga aktif mendukung Bataviaach
Genootschap, sebuah perkumpulan ke­
budayaan dan ilmu pengetahuan.
4) Ditemukannya bunga Rafflesia Arnoldi.
5) Dirintisnya Kebun Raya Bogor.
• Pemerintahan Raffles tidak berlangsung lama. Ke­
kuasaan Perancis di Belanda runtuh (1814) oleh
karena itu Ratu Belanda yang berada di Inggris
mengadakan per­ undingan dengan Inggris yang

101
meng­hasilkan "Convention of London" yang isinya
antara lain: Belanda memperoleh kembali daerah
jajahannya dan penyerahan Indonesia ke Belanda
dilaksanakan tahun 1816. Maka pada tahun 1816,
Belanda memperoleh kembali Indonesia. Belanda
kemudian mengangkat Van Der Cappelen sebagai
Gubernur Jenderal Hindia-Belanda.
e. Masa sistem tanam paksa (1830-1870)
• Pada masa kepemimpinan Johanes Van Den
Bosch Belanda memperkenalkan cultuur stelsel
atau caltivitaion system (tanam paksa). Sistem
tanam paksa pertama kali diperkenalkan di Jawa
dan dikembangkan di daerah-daerah lain di luar
Jawa. Tujuan sistem tanam paksa adalah untuk
mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.
Tujuannya untuk mengisi kekosongan kas Belanda
yang pada saat itu terkuras habis akibat perang.
Dilaksanakan untuk menutup kas pemerintah
Belanda yang kosong akibat perang Jawa atau
perang Diponegoro (1825-1830).
a) Aturan sistem tanam paksa
1) Setiap penduduk wajib menyerahkan
seperlima dari lahan garapannya untuk
ditanami tanaman wajib yang berkualitas
ekspor.
2) Tanah yang disediakan untuk tanah wajib
di­bebaskan dari pembayaran pajak tanah.
3) Hasil panen tanaman wajib harus diserah­
kan kepada pemerintah kolonial. Setiap
kelebihan hasil panen dari jumlah pajak yang
harus di­bayarkan kembali kepada rakyat.

102
4) Tenaga dan waktu yang diperlukan untuk
meng­garap tanaman wajib tidak boleh me­
lebihi tenaga dan waktu yang diperlukan
untuk me­nanam padi atau kurang lebih 3
bulan.
5) Mereka yang tidak memiliki tanah, wajib
bekerja selama 66 hari atau seperlima
tahun di perkebunan pemerintah.
6) Jika terjadi kerusakan atau kegagalan
panen menjadi tanggung jawab pemerintah
(jika bukan akibat kesalahan petani).
7) Pelaksanaan tanam paksa diserahkan se­
penuhnya kepada kepala desa.
b) Pelaksanaan tanam paksa
Dalam kenyataannya, pelaksanaan cultuur
stelsel banyak terjadi penyimpangan, karena
berorientasi pada kepentingan imperialis, di­
antaranya:
1) Jatah tanah untuk tanaman ekspor me­
lebihi seperlima tanah garapan, apalagi
tanahnya subur.
2) Rakyat lebih banyak mencurahkan perhatian,
tenaga, dan waktunya untuk tanaman ekspor,
sehingga banyak tidak sempat mengerjakan
sawah dan ladang sendiri.
3) Rakyat tidak memiliki tanah harus be­
kerja melebihi 1/5 tahun.
4) Waktu pelaksanaan tanaman ternyata
me­­­
lebihi waktu tanam padi (tiga bulan)
sebab tanaman-tanaman perkebunan me­
merlukan perawatan yang terus-menerus.

103
5) Setiap kelebihan hasil panen dari jumlah
pajak yang harus dibayarkan kembali
kepada rakyat ternyata tidak dikembalikan
kepada rakyat.
6) Kegagalan panen tanaman wajib menjadi
tanggung jawab rakyat/petani.
c) Dampak tanam paksa
Bagi Belanda tanam paksa membawa ke­
untungan melimpah, di­antaranya:
1) Kas Belanda menjadi surplus (berlebihan).
2) Belanda bebas dari kesulitan keuangan.
d) Dampak tanam paksa bagi Indonesia
Akibat adanya penyimpangan-penyimpangan
pe­laksanaan tanam paksa, maka membawa
akibat yang memberatkan rakyat Indonesia,
yaitu:
1) Banyak tanah yang terbengkalai, sehingga
panen gagal.
2) Rakyat semakin menderita.
3) Wabah penyakit merajalela.
4) Bahaya kelaparan yang melanda Cirebon
me­­­
maksa rakyat mengungsi ke daerah
lain untuk menyelamatkan diri.
5) Kelaparan hebat di Grobogan, sehingga
banyak yang mengalami kematian dan
me­nyebabkan jumlah penduduk menurun
tajam.
e) Penentangan tanam paksa
Tanam paksa yang diterapkan Belanda di
Indonesia ternyata mengakibatkan aksi pe­
nentangan. Orang yang menentang tanam
paksa terdiri dari:
104
1) Golongan pendeta
Golongan ini menentang atas dasar ke­
manusiaan. Adapun tokoh yang mempelopori
penentangan ini adalah Baron Van Hovel.
2) Golongan liberal
Golongan liberal terdiri dari pengusaha
dan pedagang, diantaranya:
(a) Douwes Dekker dengan nama samaran
Multatuli yang menentang tanam paksa
dengan mengarang buku berjudul "Max
Havelaar".
(b) Frans Van de Pute dengan mengarang
buku berjudul "Suiker Constracten"
(kontrak kerja).
• Penghapusan pelaksanaan tanam paksa secara
bertahap. Di Sumatera Barat, sistem tanam paksa
dimulai sejak tahun 1847, ketika penduduk yang telah
lama menanam kopi secara bebas dipaksa untuk
menanam kopi untuk diserahkan kepada pemerintah
kolonial. Begitu juga di Jawa, pelaksanaan sistem
tanam paksa ini dilakukan melalui jaringan birokrasi
lokal. Berkat adanya kecaman dari berbagai pihak,
akhirnya pemerintah Belanda menghapus tanam
paksa secara bertahap:
1) Tahun 1860 tanam paksa lada dihapus.
2) Tahun 1865 tanam paksa nila dan teh dihapus.
3) Tahun 1870 tanam paksa semua jenis tanaman
dihapus, kecuali kopi di Priangan. Selain di pulau
Jawa, kebijaksanaan yang hampir sama juga
di­laksanakan di tempat lain seperti Sumatera
Barat, Minahasa, Lampung, dan Palembang.
Kopi merupakan tanaman utama didua tempat

105
pertama. Adapun lada merupakan tanaman
utama didua wilayah yang kedua. Di Minahasa,
kebijakan yang sama kemudian juga berlaku
pada tanaman kelapa.
f. Sistem ekonomi liberal (1870-1900)
• Resmi diterapkan pada tahun 1870 dengan di­
keluar­
kannya UU Agraria. UU Agraria mengatur
tentang ke­pemilikan tanah milik pribumi dan milik
pemerintah.
• Ciri-ciri:
- Diberlakukan politik pintu terbuka (open door
policy).
- Munculnya investor asing yang menyewa
tanah pribumi sekitar 30 sampai 75 tahun.
- Pengembangan usaha perkebunan, khususnya
di luar Jawa.
- Sistem kerja paksa diubah menjadi kerja bebas.
• Dalam perkembangan selanjutnya sistem liberal
banyak mengalami penyimpangan, penderitaan rakyat
Indonesia semakin tinggi, terutama dengan diterapkan
Koeli Ordonantie (aturan tentang tenaga kerja) dan
Poenale Sanctie (aturan sanksi bagi para pekerja).
• Undang Undang Agraria 1870 (Agrarischewet)
Pertama kali pemerintahan Hindia-Belanda me­
ngeluarkan kebijakan politik pintu terbuka yang
berupa Undang-Undang Agraria pada tahun
1870. Pengeluaran Undang-Undang tersebut
sebagai bukti taraf ke­hidupan rakyat kaum liberal
yang semakin membaik pada zaman penjajahan
Belanda. Di bawah ini terdapat beberapa isi
Undang-Undang Agraria yaitu:

106
1) Rakyat pribumi diberikan kebebasan untuk
me­miliki hak tanah dan dapat disewakan ke­
pada pengusaha swasta.
2) Pengusaha dapat menyewa tanah selama 75
tahun dari pihak gubernemen.
• Undang-Undang Agraria dalam kebijakan politik pintu
terbuka ini dibuat untuk tujuan tertentu. Tujuan dari
UU Agraria ialah untuk memberikan jaminan serta
kesempatan pihak swasta asing (Eropa) agar dapat
membuka usaha perkebunan di negara Indonesia.
Selain itu adapula tujuan lain, yaitu untuk melindungi
hak tanah milik penduduk agar tidak terjual maupun
hilang. 
• Kebijakan politik pintu terbuka dalam pemerintahan
Hindia-Belanda sesuai dengan Undang-Undang
Agraria memberikan dampak positif bagi rakyat.
UU Agraria tersebut memberikan dorongan dalam
pelaksanaan politik di pulau Jawa untuk membuka
perusahaan swasta. Bahkan pemerintahan kolonial
juga memberikan ke­bebasan untuk pengusaha dalam
menyewa tanah. Selain itu pengusaha juga akan
dijamin keamanan dan kebebasannya. Tanah milik
penduduk memang hanya boleh disewakan dan tidak
diperbolehkan untuk dijual ke­pada pihak asing. Hal
ini bertujuan untuk melindungi tanah milik penduduk
serta memberikan lahan untuk mem­ produksi
tanaman yang nantinya akan diekspor ke Eropa.
• Undang-Undang Gula (Suiker Wet)
Kebijakan politik pintu terbuka dalam pemerintahan
Hindia-Belanda juga mengeluarkan Undang-
Undang Gula atau Suiker Wet pada tahun 1870.
Undang-Undang ini bertujuan untuk memberikan

107
kesempatan bagi pengusaha perkebunan gula agar
lebih berkembang. Di bawah ini terdapat beberapa
isi Undang-Undang Gula yang meliputi:
1) Penghapusan perusahaan gula milik pemerintahan
yang dilakukan secara bertahap.
2) Pihak swasta akan mengambil alih seluruh
per­usahaan gula milik pemerintah pada tahun
1891.
• UU Agraria 1870 dan UU Gula 1870 yang ter­
dapat dalam kebijakan politik pintu terbuka ini
mem­ berikan dampak baik kepada Indonesia.
Hal ini dapat dilihat dari penanam modal pihak
asing yang semakin banyak, baik dalam bidang
pertambangan maupun per­kebunan. Di bawah ini
terdapat nama-nama per­kebunan asing yang ada
di Indonesia, yaitu:
 Perkebunan tebu yang terletak di Jawa Tengah
dan Jawa Timur.
 Perkebunan teh yang terletak di Jawa Barat
dan Sumatera Utara.
 Perkebunan tembakau yang terletak di Deli,
Sumatera Utara.
 Perkebunan karet yang terletak di Sumatera
Timur.
 Perkebunan kelapa sawit yang terletak di
Sumatera Utara.
 Perkebunan kina yang terletak di Jawa Barat.
• Dampak politik pintu terbuka
Pada dasarnya tujuan kebijakan politik pintu terbuka
ialah untuk menyejahterakan rakyat. Namun ke­
nyataan­nya membuat rakyat lebih menderita.
Rakyat semakin sengsara dan menderita meskipun
108
eksploitasi sumber pertanian dan sumber tenaga
manusia semakin hebat. Di bawah ini terdapat
beberapa dampak politik pintu terbuka bagi Belanda
dan Indonesia.
Bagi pihak Belanda:
a) Pemerintahan Kolonial dan kaum swasta Belanda
memperoleh keuntungan yang cukup besar.
b) Semakin banyak hasil produksi tambang dan
per­kebunan yang mengalir ke negara Belanda.
c) Belanda dijadikan sebagai pusat perdagangan
karena hasil tanah dari negara jajahannya.
Bagi pihak Indonesia:
a) Pada tahun 1885 terjadi krisis perkebunan
yang mengakibatkan kondisi penduduk se­
makin buruk karena harga gula dan kopi yang
semakin jatuh.
b) Pertumbuhan penduduk Jawa semakin me­
ningkat pesat, namun konsumsi bahan pangan
seperti beras semakin menurun.
c) Usaha kerajinan rakyat semakin menurun
karena kalah saing dengan barang impor Eropa.
d) Penghasilan pengangkutan gerobak semakin me­­
nurun karena telah muncul angkutan kereta api.
e) Rakyat semakin menderita karena penerapan
hukuman berat bagi pelanggaran peraturan
Poenale Sanctie dan penerapan kerja rodi.
g. Masa politik etis (1900-1942)
Politik ini digagas oleh Van Deventer. Sesuai dengan
tulisan dari Van Deventer yang berjudul "een eereschuld"
(hutang kehormatan) yang ditulis dalam majalah De Gids
tahun 1899. Isi dari politik Etis, meliputi: irigasi, edukasi,
dan migrasi.
109
Namun politik etis atau balas budi ini dalam pelaksanaannya
banyak diselewengkan oleh pemerintah kolonial Belanda
di Indonesia.

B. PERANG MELAWAN KEKUASAAN KOLONIAL

1. Perlawanan Rakyat Maluku (1817)


Sebagai seorang sultan di Kerajaan Tidore, Sultan
Nuku berusaha untuk meringankan beban rakyat dari
penindasan pihak Kolonial Belanda. Dalam usaha mengusir
Belanda, Sultan Nuku berhasil membina angkatan
perang dengan inti kekuatannya adalah armada terdiri
dari 200 buah kapal perang dan 6000 orang pasukan.
Perjuangan ditempuh oleh Sultan Nuku melalui kekuatan
senjata maupun politik diplomasi. Siasat adu domba yang
dilakukan Sultan Nuku terhadap Inggris dan Belanda
membuat Sultan Nuku dapat membebaskan kota Soa
Siu dari kekuasaan Belanda (20 Juni 1801). Selanjutnya,
Maluku Utara dapat dipersatukan di bawah kekuasaan
Sultan Nuku (Tidore).
Perlawanan yang dilakukan oleh Thomas Matulesi (lebih
dikenal dengan sebutan Kapitan Pattimura) diawali dengan
penyebaran terhadap benteng Belanda yang bernama
Benteng Duurstede di Saparua. Dengan kegigihan rakyat
Maluku di bawah pimpinan Kapitan Pattimura, akhirnya
Benteng Duurstede jatuh ke tangan rakyat Maluku.
Pada tanggal 16 Desember 1817, Kapitan Pa­tti­mura dan
kawan seperjuangannya menjalani hukuman mati di tiang
gantungan. Mereka gugur sebagai pahlawan rakyat yang
tertindas oleh penjajah. Dalam perlawanan ini dikenal pula
seorang tokoh wanita Martha Christina Tiahahu.

110
• Latar belakang:
- Kekuasan dan monopoli Belanda semakin kuat.
- Rakyat Maluku membandingkan pendudukan Belanda
dengan pendudukan Inggris.
• Tokoh:
- Thomas Matulessy atau Kapitan Pattimura
- Anthonie Reebok
- Philip Latumahina
- Christina Martha Tiahahu
• Akhir konflik:
Tertangkapnya Pattimura dan dijebak dalam sebuah
perundingan. Akhirnya Pattimura dihukum gantung.
2. Perlawanan Padri (1821-1837)
Pada mulanya, gerakan Padri adalah gerakan untuk me­
murnikan ajaran agama Islam di wilayah Sumatera Barat.
Haji Miskin sebagai pelopor dari gerakan ini berusaha untuk
meluruskan penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan
oleh masyarakat wilayah itu. Tokoh-tokoh lainnya, yaitu
Tuanku Mesiangan, Tuanku Nan Receh, Datuk Bandaharo,
Malin Basa (yang kemudian dikenal dengan sebutan
Tuanku Imam Bonjol). Namun gerakan Padri itu mendapat
tantangan dari tokoh-tokoh Kaum Adat.
Tidak ketinggalan seorang pejuang wanita yang bernama
Rahmah El Yunusiah ikut berjuang.
• Latar belakang:
- Adanya pertentangan antara golongan Adat dengan
golongan Padri (ulama) tentang adat Sumatera Barat.
yang dianggap tidak sesuai dengan syariat Islam.
- Gerakan memurnikan ajaran agama Islam di
Sumatera Barat ditentang oleh kaum adat.

111
• Pertentangan semakin besar dan mengarah kepada
peperangan saudara. Belanda dalam konflik ini muncul
sebagai pihak yang mengadu domba dengan me­mihak
pada Kaum Adat. Namun, semakin lama Kaum Adat
semakin menyadari peran adu domba Belanda dan
beralih menentang Belanda bersama-sama dengan
Kaum Padri.
• Tokoh:
- Pihak Padri, dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol,
Haji Miskin, Haji Sumanik, Haji Pialang, dan Haji
Pasaman.
- Pihak Belanda mengirimkan pasukan yang di­
pimpin Letnan Kolonel Roaf, Letkol Elout, dan
Mayor Michel.
• Akhir konflik:
Tuanku Imam Bonjol akhirnya ditangkap dan dibuang
ke Minahasa.
3. Perang Diponegoro (1825-1830)
Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Belanda me­
nimbulkan rasa benci dari golongan-golongan rakyat
banyak atau rakyat jelata. Walaupun keadaan sudah
mulai panas namun golongan-golongan itu masih me­
nunggu datangnya seorang Ratu Adil yang mampu
memimpin mereka dalam menghadapi Belanda. Tokoh
yang diharapkan itu adalah tokoh dari kalangan istana
yang tampil ke depan untuk memimpin mereka, beliau
adalah Pangeran Diponegoro.
• Latar belakang:
a. Umum
- Belanda ikut campur dalam urusan internal dari
kerajaan.

112
- Pengaruh kehidupan Barat masuk ke dalam
kehidupan istana.
- Daerah kekuasaan raja-raja di Jawa Tengah
semakin sempit.
- Para bangsawan merasa penghasilannya di­
kurangi.
b. Khusus
- Pembuatan jalan yang melewati tanah makam
leluhur Diponegoro.
• Tokoh:
Pangeran Diponegoro dibantu oleh Sentot Alibasya
Prawirodirjo, Kyai Mojo, dan Pangeran Mangkubumi.
Strategi yang digunakan oleh Diponegoro adalah strategi
gerilya.
• Akhir konflik:
Pihak Belanda akhirnya bisa menangkap pangeran
Diponegoro dengan strategi benteng stelsel. Pangeran
Diponegoro diasingkan ke Manado dan akhirnya di­
pindahkan ke Makassar.
4. Perang Jagaraga (1841-1849)
Sebelum abad ke-19, Pulau Bali dikuasai oleh beberapa
kerajaan kecil yang seluruhnya berada di bawah ke­kuasaan
Kerajaan Klungkung. Kerajaan Klungkung merupakan
penguasa tertinggi dari kerajaan-kerajaan yang ada di
Pulau Bali.
Menurut perjanjian antara Kerajaan Klungkung dengan
Belanda tahun 1841, Kerajaan Klungkung yang ada
pada saat itu berada di bawah kekuasaan Raja Dewa
Agung Putra, dinyatakan sebagai Kupernement dari
Hindia Belanda (suatu negeri yang bebas dari pengaruh

113
kekuasaan Belanda). Namun, ada hak-hak Kerajaan Bali
yang paling mudah dilanggar, yaitu hak tawan karang.
Hak tersebut menyebutkan bahwa kerajaan berhak
merampas dan menyita barang-barang serta kapal-
kapal yang terdampar di Pulau Bali. Kerajaan Buleleng
adalah kerajaan pertama yang diserang Belanda, karena
menganggap bahwa kerajaan ini sebagai kerajaan terkuat.
Pada waktu Kerajaan Buleleng berada di bawah ke­
kuasaan Raja Gusti Ngurah Made Karangasem dan
patihnya I Gusti Ketut Jelantik. Kedua-duanya sama-
sama anti penjajah Belanda.
Pada tahun 1844, Kerajaan Buleleng berhasil me­
nawankarangi sebuah kapal dagang di Prancak (daerah
Jembara) yang saat itu berada di bawah kekuasaan Raja
Buleleng. Peristiwa inilah yang dijadikan dalih Belanda
untuk menyerang Pulau Bali pada tahun 1848.
Dengan datangnya Belanda ke Pulau Bali, maka per­
tempuran tidak dapat dihindari. Pertempuran yang paling
hebat terjadi di sebelah timur Kota Singaraja, yaitu di
daerah Jagaraga.
Dalam pertempuran pertama Belanda mengalami ke­
gagalan, namun pada pertempuran kedua pada tahun 1849,
Belanda berhasil merebut benteng pertahanan terakhir di
Kerajaan Buleleng di Jagaraga. Pasukan Belanda pada saat
itu dipimpin oleh Jenderal Mayor Michiels dan van Swieten
sebagai wakilnya berhasil merebut benteng pertahanan
terakhir Kerajaan Buleleng. Raja bersama patihnya dapat
meloloskan diri ke Karangasem. Pertempuran ini lebih
dikenal dengan Puput Jagaraga.
Setelah Buleleng dapat ditaklukan, Belanda terus ingin
menguasai dan menaklukan kerajaan-kerajaan yang ada

114
di Pulau Bali. Akibatnya, suasana kehidupan masyarakat
terus diikuti dengan “Perang Puputan”, seperti Perang
Puputan Kusamba (1908), Perang Puputan Badung (1906),
Perang Puputan Klungkung (1908).
Perang Puputan Badung yang terjadi pada tahun 1906
diawali dengan terdamparnya sebuah kapal di Pantai
Sanur. Seperti yang terjadi di Kerajaan Buleleng, kapal itu
pun ditawankarangi oleh Kerajaan Badung. Belanda pun
menuntut ganti rugi kepada Raja Badung (Ida Cokorde
Ngurah Gede Pamecutan). Penolakan raja mengakibatkan
Belanda melakukan penyerangan terhadap Kerajaan
Badung. Pertempuran mati-matian terjadi dengan suatu
cara yang unik. Laki-laki, wanita dan anak-anak berpakaian
serba putih (puputan) dengan membawa tombak atau
keris menyerbu tentara Belanda yang bersenjata lengkap
dan modern. Mereka menyerbu dengan tidak mengenal
rasa takut dan akhirnya semua gugur. Pertempuran ini
dikenal dengan Puputan Badung.
• Latar belakang:
Usaha Belanda untuk menghapus hak tawan karang
ditentang oleh kerajaan-kerajaan di Bali. Hak tawan
karang adalah aturan adat yang merampas kapal dan
isinya bagi kapal yang terdampar di Pulau Bali.
• I Gusti Ketut Jelantik, melakukan perlawanan dan
perang yang dikenal dengan nama perang Puputan
(perang sampai titik darah penghabisan) atau lebih
dikenal dengan Puputan Jagaraga.
5. Perang Banjar (1857-1905)
• Latar belakang:
Adu domba Belanda dalam kerajaan yang diawali dengan
pengangkatan Pangeran Tamjidillah oleh Belanda se­

115
telah wafatnya Sultan Adam. Pengangkatan tersebut
membuat Pangeran Hidayat (yang didukung rakyat)
dibantu oleh Pangeran Antasari melakukan perlawanan
terhadap Belanda.
• Tokoh:
Pangeran Hidayat dan Pangeran Antasari.
• Akhir konflik:
Setelah Pangeran Antasari wafat tidak ada penerus
yang secakap pendahulunya
6. Perang Aceh (1873-1912)
Sejak meninggalnya Sultan Iskandar Muda, keadaan Ke­
rajaan Aceh semakin suram. Begitu pula kira-kira tahun 1830,
keadaan makin suram akibat adanya saingan-saingan dari
imperialisme Barat. Kerajaan Aceh yang mengalami masa
jaya pada masa Sultan Iskandar Muda akhirnya terpecah
belah menjadi kerajaan-kerajaan kecil yang berkuasa dan
berdaulat. Sultan Aceh hanya berkuasa di daerah Kutaraja
dan sekitarnya saja. Sultan hanyalah merupakan lambang
persatuan Aceh, namun demikian sultan berkuasa penuh atas
hubungan dengan bangsa asing. Bangsa Belanda maupun
Inggris mengakui kedudukan politik Aceh berdasarkan Treaty
of London (1824).
Dengan perjanjian tersebut, putra-putra Aceh meng­adakan
perdagangan secara leluasa dengan bangsa manapun juga.
Kebebasan Aceh yang besar ini tidak menguntungkan
Belanda. Oleh karena itu, Belanda menggeledah dan me­
nangkap para pelaut Aceh. Sebagai balasannya, rakyat
Aceh mengadakan sergapan-sergapan terhadap kapal-
kapal Belanda.

116
• Latar belakang:
- Adanya perjanjian Siak yang melanggar kedaulatan
Aceh.
- Traktat Sumatera yang memberi kebebasan
kepada Belanda untuk menanamkan pengaruhnya
di Sumatera, khususnya Aceh.
- Adanya serangan terhadap kota raja yang me­
micu langsung terjadinya perang.
• Tokoh:
- Teuku Umar - Cut Meutiah
- Tengku Cik Ditiro - Panglima Polim

• Pada perang tersebut Aceh menggunakan strategi


gerilya, sedangkan Belanda menggunakan strategi
konsentrasi stelsel.
• Karena Aceh sangat sulit untuk ditaklukkan, maka
Belanda mengirimkan mata-matanya, yaitu sosiolog
Belanda yang bernama Snouck Hurgronje (nama
samaran: Abdul Gofar) untuk menyelidiki kelemahan
Aceh.
• Akhir konflik
Pada tahun 1899 Belanda menangkap tokoh-tokoh
perang Aceh dan pada tahun 1904 Belanda me­
ngeluarkan Plakat Pendek, yang berisi:
- Mengaku dan tunduk kepada Belanda.
- Patuh kepada peraturan-peraturan yang dibuat
oleh Belanda.
- Tidak akan berhubungan dengan negara lain,
selain dengan Belanda.

117
• Penjajahan di Aceh berakhir pada tahun 1912. Tetapi
perlawanan Aceh masih berlanjut sampai tahun 1927,
salah satunya adalah peristiwa pertempuran hebat di
Bakongan.
7. Perlawanan Bone
Sejak Perjanjian Bongaya tahun 1667, Belanda mulai mem­
punyai wilayah kekuasaan di Sulawesi Selatan, ter­utama di
daerah sekitar Makassar. Karena merasa khawatir daerah
Indonesia akan jatuh ke tangan bangsa Eropa lainnya,
maka Belanda berupaya untuk menyatukan kekuasaan di
daerah Sulawesi Selatan.
Pada tahun 1824, Gubernur Jenderal van der Capellen
berangkat ke Makassar untuk memperbarui perjanjian
Bongaya yang telah ditetapkan tahun 1667. Menurut
Belanda, perjanjian Bongaya tidak sesuai dengan sistem
pemerintahan imperialismenya. Akan tetapi, Raja Bone
menentang pembarun Perjanjian Bongaya itu. Akibatnya,
terjadilah perang antara Belanda dengan Kerajaan Bone.
Walaupun ibu kota Bone berhasil direbut Belanda, bukan
berarti Kerajaan Bone sudah jatuh. Kerajaan Bone yang
diperintah oleh seorang Raja Putri memberikan perlawanan
yang sengit dan menimbulkan korban di pihak Belanda.
Pada tahun 1859, perang meletus lagi sehingga sampai
tahun 1860 Bone dapat dikalahkan. Jatuhnya Kerajaan
Bone yang merupakan kerajaan terkuat di Sulawesi
Selatan mengakibatkan Belanda makin mudah untuk
menguasai kerajaan-kerajaan lainnya di daerah itu. Per­
lawanan terakhir dari Kerajaan Bone, yaitu pada tahun
1908 dan sejak saat itu Bone secara resmi berada di
bawah kekuasaan pemerintahan penjajah Belanda.

118
8. Perlawanan Rakyat Batak (1878-1907)
Kerajaan Batak terletak di daerah Tapanuli. Raja terakhir
bernama Raja Sisingamangaraja XII (1875-1907). Pusat
kedudukan dan pemerintahan Kerajaan Batak terletak di
Bakkara (sebelah barat daya Danau Toba).
Sebab perlawanan Rakyat Batak:
1) Raja Sisingamangaraja XII tidak sudi daerah ke­
kuasaannya makin diperkecil oleh Belanda. Ia tidak
dapat menerima Kota Natal, kemudian Mandailing,
Angkola, Sipirok di Tapanuli Selatan dikuasai Belanda,
2) Belanda ingin mewujudkan Pax Netherlandica. Untuk
mewujudkan tujuan Pax Netherlandika, Belanda ber­
usaha menguasai daerah Tapanuli Utara sebagai lanjutan
pendudukannya atas Tapanuli Selatan dan Sumatera
Timur. Belanda menempatkan pasukan pendudukannya
di Tarutung dengan dalih melindungi para penyebar
Kristen yang tergabung dalam Rhijnsnhezending. Tokoh
penyebarnya bernama Nommensen (orang Jerman).
Daerah gerak Sisingamangaraja XII makin sempit.
Pasukan Belanda yang dikerahkan adalah pasukan
Marsose dan pasukan ini merupakan pasukan yang paling
diandalkan oleh Belanda dalam berbagai peperangan.
• Latar belakang:
Penguasaan Belanda atas daerah-daerah di Tapanuli
dan sikap kejam Belanda terhadap rakyat Tapanuli.
• Tokoh:
Sisingamangaraja XII.
• Akhir konflik:
Pada tahun 1907, Sisingamangaraja XII dikepung oleh
Belanda dan pertempuran berakhir dengan tewasnya
Sisingamangaraja XII.

119
9. Gerakan Protes Petani
a. Latar belakang adanya protes:
• Adanya beban pajak yang sangat memberatkan
rakyat/para petani.
• Adanya kerja paksa pada perkebunan-perkebunan
dan pabriknya.
• Keinginan untuk mengembalikan kejayaan, ke­sejah­
teraan, dan ketentraman.
• Adanya kesenjangan ekonomi dan sosial antara
rakyat yang menderita dengan kaum bangsawan
yang hidup bermewah-mewah.
b. Daerah-daerah tempat pemberontakan:
1) Gerakan protes petani di Cibodas (Bogor)
Dilatarbelakangi dengan adanya tindakan yang se­
wenang-wenang para tuan tanah yang me­lakukan
praktek pemerasan. Tokoh dari pem­ berontakan
ini adalah seorang petani yang ber­ nama Arpan.
Pada bulan Februari 1886 dilakukanlah penyerangan
terhadap camat Ciomas yang bernama Abdurrakhim.
2) Gerakan protes petani di Condet (Jakarta)
Dilatarbelakangi oleh adanya peraturan yang
mem­­berikan hak kepada tuan tanah untuk meng­
adili para petani yang tidak membayar pajak.
Tokoh dari gerakan ini adalah Entong Gendut,
Maliki, dan Modin.
3) Gerakan protes petani di Tangerang
Dilatarbelakangi oleh adanya keinginan dari tokoh-­
tokoh seperti Kaiin dan Sairin untuk mengembalikan
kembali kejayaan kerajaan Banten. Dengan cara
merebut tanah-tanah milik tuan tanah dan dibagikan
kepada rakyat.

120
C. STRATEGI PERLAWANAN RAKYAT SEBELUM
LAHIRNYA KESADARAN NASIONAL

Pada umumnya strategi perjuangan dan perlawanan rakyat


diberbagai daerah terhadap pihak penjajah memiliki kesamaan
karakteristik, yaitu sebagai berikut.
1. Bersifat nativistik.
2. Bergantung pada pemimpin tradisional yang kharismatik.
3. Merupakan bentuk berlawanan fisik melalui perjuangan
bersenjata.
4. Belum berlandaskan semangat nasionalisme.
5. Belum memiliki tujuan dan pokok perjuangan yang jelas.
6. Mudah dikalahkan penjajah melalui politik adu domba.

D. REAKSI BANGSA INDONESIA TERHADAP


DOMINASI ASING

Reaksi bangsa Indonesia terhadap dominasi asing dapat


dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Reaksi Terhadap Bangsa Portugis dan VOC
a. Perlawanan Demak
Perlawanan bangsa Indonesia terhadap bangsa Portugis
pertama kali dilakukan kerajaan Malaka pada tahun
1511. Saat itu Portugis dipimpin Alfonso d’Albuquerque
memasuki wilayah Indonesia dan menguasai kerajaan
Malaka. Setelah itu orang Malaka meminta bantuan
kerajaan Demak. Pada tahun 1512 di bawah pimpinan
Dipati Unus, pasukan Demak menyerang Portugis ke
Malaka. Namun, serangan itu mengalami kegagalan
yang disebabkan: Pertama serangan tersebut tidak
disiapkan secara matang dan kedua, senjata pasukan
Demak yang digunakan sangat sederhana dibandingkan

121
Portugis. Pasukan Demak dipimpin Fatahillah baru ber­
hasil memukul mundur Portugis tahun 1527 ketika akan
menguasai Sunda Kelapa (Jakarta).
b. Perlawanan Aceh
Perlawanan bangsa Aceh terhadap Portugis pada
abad ke-16 dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda. Latar
belakang perlawanan ini adalah:
(1) Adanya sikap monopoli Portugis.
(2) Pelarangan terhadap orang Aceh dan Indonesia
lainnya berlayar ke laut merah.
(3) Pada tahun 1554-1555 kapal-kapal Portugis yang
telah dilengkapi dengan persenjataan menangkap
kapal-kapal Aceh dan para pedagang dari Gujarat.
Selain itu, serangan itu dilakukan pula dalam rangka politik
perluasan Aceh ke wilayah semenanjung Malaka. Namun,
serangan Sultan Iskandar Muda inipun mengalami ke­
gagalan. Faktor penyebabnya adalah:
(1) Tidak dipersiapkan dengan baik.
(2) Perlengkapan senjata yang digunakan masih
sederhana.
(3) Tidak semua pejabat kerajaan Aceh mendukung
politik perluasan Aceh. Kegagalan serangan ter­
sebut, pada akhirnya berpengaruh terhadap ke­
langsungan kepemimpinan Sultan Iskandar Muda.
c. Perlawanan Mataram
Kerajaan Mataram melakukan perlawanan hebat ter­
hadap VOC yang berkuasa di Batavia tahun 1628
dan 1629. Raja Mataram yang melakukan serangan
tersebut adalah Sultan Agung Anyokrokusumo. Latar
belakang serangan Sultan Agung itu adalah dalam
rangka menentang kekuasaan VOC atas pulau Jawa

122
dan munculnya keinginan Sultan Agung untuk menjadi
raja Jawa. Untuk mencapai keinginan tersebut Sultan
Agung harus mengusir VOC dari pulau Jawa. Serangan
dilakukan dua kali tahun 1628 dan 1629. Serangan ini
telah dipersiapkan dengan baik, akan tetapi itu bukan
jaminan untuk meraih kemenangan. Kedua serangan
tersebut mengalami kegagalan disebabkan oleh be­
berapa faktor, yaitu:
(1) Munculnya pengkhianatan dari dalam pasukan
Mataram.
(2) Kekurangan bahan makanan akibat dibakar oleh
tentara VOC.
(3) Jarak dari Mataram ke Batavia sangat jauh.
(4) Terjangkitnya penyakit pes.
(5) VOC menggunakan taktik perang parit yang sukar
ditembus oleh pasukan Mataram.
(6) Perlengkapan senjata yang digunakan masih
sederhana dan tidak lengkap. Setelah kegagalan
Sultan Agung, kerajaan Mataram lebih banyak
dikuasai oleh pengaruh VOC. Perlawanan setelah
Sultan Agung wafat adalah perlawanan Trunojoyo
dan perlawanan Untung Suropati.
d. Perlawanan Banten
Kerajaan Banten saat dipimpin Sultan Agung Tirtayasa
telah melakukan perlawanan terhadap VOC dengan
gigih. Ia dikenal sebagai raja Banten yang anti VOC.
Perlawanan itu disebabkan karena ada upaya VOC yang
ingin menguasai Banten dan ingin melakukan monopoli.
Selanjutnya VOC menerapkan strategi devide et impera
di mana Sultan Ageng Tirtayasa diadu domba dengan
anaknya yang bernama Sultan Haji. Dengan strategi
ini VOC berhasil mengalahkan Sultan Ageng Tirtayasa

123
dan diakhiri dengan di­tanda­­tangani Perjanjian Banten
(1683), yang isinya menyatakan:
(1) Banten harus mengakui kekuasaan VOC.
(2) Sultan Haji diangkat sebagai Raja Banten.
(3) Banten harus melepaskan pengaruhnya di Cirebon.
(4) Banten tidak boleh berdagang lagi di Maluku.
(5) Hanya Belanda yang boleh mengekspor lada dan
memasukkan kain ke wilayah kekuasaan Banten.
e. Perlawanan Makassar
Perang Makasar merupakan perang antara kerajaan
Makassar dipimpin Sultan Hasanuddin dengan VOC.
Latar belakang perlawanan itu disebabkan karena
adanya penentangan Makasar atas upaya VOC me­
lakukan monopoli di Indonesia timur. Sebelum perang
dengan VOC, Sultan Hasanuddin mengalahkan ke­
rajaan Bone yang dipimpin Aru Palaka. Kekalahan itu
menyebabkan dendam dalam diri Aru Palaka. Hal itu
diketahui VOC, sehingga VOC melakukan taktik devide
et impera. VOC melakukan kerja sama dengan Aru
Palaka guna mengalahkan Sultan Hasanuddin. Upaya
itu, berhasil dengan baik. Perang Makassar diakhiri
dengan Perjanjian Bongaya (1667) yang berisi tentang:
(1) Makassar mengakui kekuasan VOC di Indonesia
timur.
(2) VOC menguasai perdagangan rempah-rempah di
Indonesia timur.
(3) Aru Palaka diakui sebagai Raja Bone.
(4) VOC mendirikan loji dan benteng Niew Rotterdam,
(5) Makassar harus melepaskan daerah-daerah jajahan­­
nya.

124
LATIHAN SOAL
1. SOAL
1. UTBK 2019
Salah satu strategi dalam sistem konsentrasi stelsel
yang diterapkan Belanda dalam perang Aceh pada
abad ke-19 adalah ….
A. Memakmurkan daerah-daerah yang telah di­kuasai­nya
B. Memiskinkan daerah-daerah yang telah dikuasainya
C. Membumihanguskan daerah-daerah yang telah
dikuasainya
D. Menjadikan bangsawan Aceh sebagai bawahan
Belanda
E. Mengkristenkan penduduk di daerah daerah yang
telah dikuasainya

2. SOAL
1. UTBK 2019
Perhatian Belanda dialihkan ke wilayah Kalimantan
pada abad ke-19 karena khawatir wilayahnya dikuasai
oleh bangsa ….
A. Jerman D. Inggris
B. Spanyol E. Prancis
C. Portugis

3. SOAL
1. STANDAR UTBK 2019
Tujuan dikeluarkannya Undang-Undang Agraria 1870
oleh pemerintah kolonial Belanda adalah ....
1) Menentukan besarnya pajak tanah yang harus
dibayarkan oleh petani pemilik tanah
2) Melindungi kepentingan petani agar tanah miliknya
tidak dijual kepada orang asing

125
3) Meningkatkan pendapatan pemerintah
4) Memberikan peluang kepada pengusaha asing
untuk menyewa tanah di Indonesia

4. SOAL
1. UTBK 2019
Pada Tahun 1944, Jepang memberi wewenang kepada
Jawa Hokokai untuk membuka sekolah sekolah baru.
Salah satunya adalah sekolah kedokteran umum yang
dikenal dengan nama ….
A. Shika Dai Gakku D. Kenkoku Gakuin
B. Ika Dai Gakku E. Kooto Sihan Gakku
C. Kagyo Dai Gakku

5. SOAL
1. STANDAR UTBK 2019
Berikut ini yang merupakan tujuan yang hendak dicapai
oleh imperialisme modern adalah ….
A. Mencari dan mendapatkan daerah penanaman modal.
B. Mencari dan mendapatkan logam mulia atau kekayaan.
C. Mendapatkan nama baik dan kejayaan bangsa.
D. Mencapai tujuan suci untuk menyebarkan agama
Nasrani.
E. Mencari daerah-daerah baru untuk ditaklukkan dan
dieksploitasi.

6. SOAL
1. SBMPTN 2018
Penyebab utama kegagalan Sultan Agung menyerang
VOC di Batavia pada tahun 1628 adalah ….
A. Banyaknya panglima perang Mataram yang mem­belot.
B. Adanya bantuan kerajaan Banten kepada VOC.
C. Dihancurkannya pusat-pusat logistik Mataram.
D. Terjadinya perebutan kekuasaan di pusat kerajaan
Mataram.
E. Menjangkitnya wabah penyakit kolera pada pasukan
Mataram.

126
7. SOAL
1. SBMPTN 2018
Salah satu faktor yang mendorong pemerintah pen­
dudukan Jepang membubarkan Poetera dan men­
dirikan Jawa Hokokai adalah ….
A. Para pemimpin bangsa Indonesia meman­ faat­­
kan
Putera untuk mendorong munculnya rasa kebangsaan
B. Para pemimpin Poetera tidak mau melakukan Seikerei
C. Organisasi Poetera dianggap sebagai lambang seluruh
aliran pergerakan nasional
D. Para pemimpin Poetera menjalin kerja sama dengan
kelompok Islam
E. Para pemimpin Poetera tidak mampu menjalankan
tugasnya

8. SOAL
1. SBMPTN 2018
Faktor yang mendorong bangsa Eropa mengadakan
pen­jelajahan samudera pada abad ke XV adalah ….
(1) Semangat reconquesta
(2) Buku imago mundi
(3) Teori Heliosentris
(4) Semangat chauvimisme

9. SOAL
1. SBMPTN 2017
Perang yang dikobarkan Sultan Nuku dari Tidore pada
akhir abad 18 ditandai persekutuan dari Nuku dengan ….
A. VOC D. Portugis
B. Inggris E. Ternate
C. Spanyol

10. SOAL
1. SBMPTN 2017
Salah satu faktor yang mempercepat kebangkrutan
VOC adalah ….

127
A. Keuangan VOC terkuras untuk membiayai perang di
Jawa
B. Prancis mengalami kekalahan dalam akhir 1700-an
C. Inggris menganggap Belanda musuh karena menjadi
sekutu Prancis tahun 1790-an
D. VOC mengalami kakalahan di Maluku Utara
E. VOC mengalami kekalahan di Kepulauan Riau

11. SOAL
1. SBMPTN 2017
Kehadiran armada Belanda di perairan Laut Sawu
menunjukkan ketertarikannya pada kayu cendana. Karena
itu, Belanda merebut Benteng Portugis di Pulau ….
A. Flores D. Adonara
B. Sawu E. Solor
C. Komodo

12. SOAL
1. SBMPTN 2016
Faktor penyebab kegagalan sistem ekonomi liberal
Thomas Stanford Raffles (1811-1816) adalah ....
A. Terjadi krisis ekonomi dunia
B. Adanya korupsi dalam tubuh pemerintah kolonial
C. Terjadinya peperangan dengan masyarakat pribumi
D. Belum terbiasanya masyarakat Indonesia dengan
sistem ekonomi uang
E. Tidak cocoknya iklim dan tanah Indonesia dengan
sistem ekonomi liberal

128
13. SOAL
1. SBMPTN 2015
Politik Etis diberlakukan dengan tujuan untuk ....
A. Membebaskan rakyat Bumiputera dari penjajahan.
B. Membayar hutang Belanda kepada rakyat Bumi­putera.
C. Memperluas jaringan perdagangan ditingkat inter­
nasional.
D. Memperoleh SDM terdidik untuk pemerintah dan
swasta.
E. Membuka lahan-lahan perkebunan baru.

14. SOAL
1. SBMPTN 2015
Perubahan yang dilakukan oleh pemerintahan militer
Jepang di Indonesia, terutama tampak pada bidang….
A. Ekonomi D. Politik
B. Sosial E. Keagamaan
C. Budaya

15. SOAL
1. SIMAK UI 2015
Penghapusan tanam paksa di Hindia Belanda pada
1860-an hingga 1870 ditandai dengan ….
A. Diberlakukannya Politik Etis.
B. Diberlakukannya Undang-Undang Agraria.
C. Diperbaikinya sistem pendidikan.
D. Diberlakukannya Undang-Undang Tata Negara.
E. Penurunan ekonomi rakyat Hindia Belanda.

129
PEMBAHASAN
1. Pembahasan:
1.
Siasat konsentrasi stelsel Belanda di Aceh dijalankan
dengan menggunakan sistem garis pemusatan. Sistem
ini menempatkan Belanda memusatkan pasukannya di
benteng-benteng sekitar kota, termasuk Kutaraja. Siasat
ini gagal dalam menghentikan perlawanan rakyat Aceh.
Dalam masa ini Belanda menempatkan Kesultanan
Aceh di bawah ke­kuasaannya.
Jawaban: D

2. Pembahasan:
1.
Pada abad ke-19 perhatian Belanda dialihkan ke
Kalimantan. Hal ini disebabkan Belanda khawatir wilayah­
nya dikuasai oleh Inggris. Pada tahun 1810 Inggris
menduduki Banjarmasin dan meng­ angkat Resident-
Commissioner bagi pemerintah­an Inggris di Banjarmasin.
Hal inilah yang dikhawatirkan oleh Belanda.
Jawaban: D

3. Pembahasan:
1.
Tujuan dikeluarkannya UU Agraria adalah:
• Melindungi petani agar tanahnya tidak dijual kepada
pihak asing.
• Memberikan peluang kepada pengusaha asing untuk
menyewa tanah di Indonesia.
Jadi, pernyataan yang benar (2) dan (4)
Jawaban: C

130
4. Pembahasan:
1.
Sekolah kedokteran umum yang didirikan pada masa
pendudukan Jepang, terutama setelah didirikannya
Jawa Hokokai adalah Ika Dai Gakku. Peraturan lengkap
tentang Ika Dai Gakku tertuang dalam Maklumat
Gunseikan no. 5, tertanggal 13 April 1943.
Pada masa Hindia Belanda, Sekolah Kedokteran ini
dikenal dengan nama STOVIA (School tot Opleiding
van Inlandse Artsen) dan pada tahun 1927 diubah
menjadi Genees Kunidge Hoogeschool (Sekolah Tinggi
Kedokteran Jawa).
Jawaban: B

5. Pembahasan:
1.
Dalam politik imperialisme modern, tujuan yang hendak
dicapai adalah
a. Mencari dan mendapatkan daerah pemasaran hasil
industri;
b. Mencari dan mendapatkan daerah penghasil bahan
mentah atau bahan baku industri;
c. Mencari dan mendapatkan daerah penanaman modal.
Jawaban: A

6. Pembahasan:
1.
Ada beberapa hal yang menyebabkan kegagalan Sultan
Agung yang menyerang Batavia pertama kali (1628), di
antaranya:
• Kekurangan logistik,
• Persenjataan yang kalah dari VOC,
• Jarak antara Mataram dan Batavia yang jauh,
• Munculnya wabah penyakit kolera akibat di­bendung­­
nya Kali Ciliwung oleh pasukan Mataram.
Jawaban: E

131
7. Pembahasan:
1.
Putera akhirnya dibubarkan oleh Jepang karena Pe­
mimpin Putera yaitu empat serangkai dianggap me­
manfaatkan Putera untuk kepentingan bangsa­nya.
Jawaban: A

8. Pembahasan:
1.
Faktor-faktor pendorong penjelajahan samudera:
- Ditutupnya konstantiniopel oleh Turki Usmani.
- Ditemukannya kompas.
- Perkembangan IPTEK dalam pelayaran dan Navigasi.
- Semangat untuk membuktikan teori heliosentris.
- Buku imago mundi dan il milione dari Marcopolo.
- Semangat reconquista.
Jadi, pernyataan yang benar (1), (2), dan (3).
Jawaban: A

9. Pembahasan:
1.
Dalam usaha mengusir Belanda, Sultan Nuku berhasil
membina angkatan perang dengan inti kekuatannya
adalah armada terdiri dari 200 buah kapal perang
dan 6000 orang pasukan. Perjuangan ditempuh oleh
Sultan Nuku melalui kekuatan senjata maupun politik
diplomasi. Siasat adu domba yang dilakukan Sultan
Nuku terhadap Inggris dan Belanda (VOC) membuat
Sultan Nuku dapat membebaskan kota Soa Siu dari
kekuasaan Belanda (20 Juni 1801). Selanjutnya, Maluku
Utara dapat dipersatukan di bawah kekuasaan Sultan
Nuku (Tidore).
Jawaban: A

132
10. Pembahasan:
1.
Pada akhir abad ke-18, VOC mengalami kemunduran
akibat kerugian yang sangat besar dan hutang yang
di­­
milikinya berjumlah sangat besar. Hal ini juga di­
akibatkan oleh:
• Persaingan dagang dari bangsa Perancis dan Inggris,
• Penduduk Indonesia, terutama Jawa telah menjadi
miskin, sehingga tidak mampu membeli barang-
barang yang dijual oleh VOC,
• Pegawai-pegawai VOC banyak melakukan korupsi
dan kecurangan-kecurangan akibat dari gaji yang
diterimanya terlalu kecil,
• VOC mengeluarkan anggaran belanja yang cukup besar
untuk memelihara tentara dan pegawai-pegawai yang
jumlahnya cukup besar untuk memenuhi pegawai-
pegawai daerah yang baru dikuasai, terutama Jawa
dan Madura.

Trik Praktis:
Koko Saingi Hutang Lilis
• Korupsi
• Persaingan Dagang
• Banyaknya Hutang
• Masuknya paham Liberalisme

Jawaban: A

11. Pembahasan:
1.
Untuk mewujudkan keinginannya dalam perdagangan
kayu cendana, maka Belanda merebut Benteng Portugis
di Pulau Flores.
Jawaban: A

133
12. Pembahasan:
1.
Sistem Land Rent Stelsel yang diterapkan oleh T. S.
Raffles adalah karena belum meluas dan dikenalnya
sistem ekonomi uang.
Jawaban: D
13. Pembahasan:
1.
Politik Etis atau politik balas budi diusulkan oleh Van
Deventer untuk melakukan balas jasa terhadap rakyat
Bumiputera yang telah berjasa terhadap pemerintah
Hindia-Belanda. Namun dalam pelaksanaannya politik
Etis dimanfaatkan oleh pemerintah Hindia-Belanda untuk
mendapatkan tenaga kerja yang murah dan ter­didik.
Jawaban: D

14. Pembahasan:
1.
Masa pendudukan militer Jepang di Indonesia mem­bawa
perubahan-perubahan, terutama dalam bidang politik
dengan kebijakan pelarangan pendirian partai politik.
Jawaban: D

15. Pembahasan:
1.
Tanam paksa banyak sekali menimbulkan kesengsaraan
dan korban jiwa bagi rakyat Indonesia, oleh karena itu
pemerintah mengganti tanam paksa dengan sistem ekonomi
liberal, atau politik pintu terbuka yang membebaskan modal
asing untuk masuk dan berinvestasi di Indonesia. Ekonomi
liberal ditandai dengan diberlakukannnya Undang-undang
Agraria.
Jawaban: B

134
1. Group Belajar UTBK GRATIS)
Via Telegram, Quis Setiap Hari, Drilling Soal Ribuan, Full
Pembahasan Gratis. Link Group: t.me/theking_utbk

2. Instagram Soal dan Info Tryout UTBK


@theking.education
@video.trik_tpa_tps
@pakarjurusan.ptn

3. DOWNLOAD BANK SOAL


www.edupower.id
www.theking-education.id

4. TOKO ONLINE ORIGINAL


SHOPEE, nama toko: forumedukasiocial

5. Katalog Buku
www.bukuedukasi.com

WA Layanan Pembaca:
0878-397-50005

Anda mungkin juga menyukai