Anda di halaman 1dari 23

UNIVERSITAS INDONESIA 

 Judul

MAKALAH

 
Gabriel Fauzani                      (1906301482)
Khairuzzadi                            (1906346726)
Muhammad Rafly Y.                (1906300196)
Nada Hamidah Suhanda       (1906300523)
Nadiva Rizka Tiara P.            (1909301974)
Nayla Yaumisita                     (1906299881)
Richardo Ariyanto                 (1906301280)

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM SARJANA REGULER

DEPOK

13 NOVEMBER 2019
KATA PENGANTAR
      

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah terkait pemicu wacana CL-2 mengenai buruknya kualitas
udara di Kota Jakarta

Dalam proses pengerjaan tugas ini, kami melakukan pencarian beberapa


informasi terkait buruknya kualitas udara di Kota Jakarta yang tak lupa mendapatkan
bimbingan, arahan dan pengetahuan hingga kami mampu menyelesaikan tugas ini
dengan baik. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari beberapa pihak sehingga dapat memperlancar pembuatannya. Untuk itu,
kami menyampaikan terima kasih kepada Bapak Prof. Ir. Mahmud Sudibandriyo
M.Sc., Ph.D selaku Dosen MPKT B-04. 

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan, baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
dengan tangan terbuka, kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini. 

Akhir kata, kami berharap semoga makalah terkait pemicu wacana CL-2
mengenai buruknya kualitas di Kota Jakarta ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi kepada pembaca. 

Depok, 13 November 2019

Kelompok HG 05

ii Universitas Indonesia
ABSTRAK 

Nama Kelompok    : Home Group 05

Judul                       : 

Makalah ini membahas tentang hasil diskusi Home Group 05 terhadap pemicu
yang diberikan, yaitu yang membahas tentang buruknya kualitas udara di Kota
Jakarta yang memicu terganggunya kesehatan dan menurunnya kualitas lingkungan.
Hasil diskusi yang dibahas di makalah ini meliputi analisis dan identifikasi masalah,
dugaan sementara atau hipotesis, pembahasan dan pembuktian hipotesis, dan solusi
yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah. Diskusi dilakukan dengan
menggunakan metode Collaborative Learning.

Kata Kunci             : polusi, populasi, transportasi, teknologi, lingkungan, mitigasi

ABSTRACT 

Name of Group      : Home Group 05

Title                        :
This paper discusses the results of the discussion by Home Group 05 of the trigger
provided that talks about the bad quality of the air in Jakarta city which has triggered
disruption of health and deteriorating environmental quality. The results that are
discussed in this paper include the analysis and identification of problems,
provisional estimates or hypotheses, proof of hypotheses, and the solutions that can
be used to solve the problems. The discussion is conducted using the Collaborative
Learning method.

Key Words             : pollution, population, transportation, technology,


environment, mitigation

iii Universitas Indonesia


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii
ABSTRAK.............................................................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................iv
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
Latar Belakang.....................................................................................................................1
Rumusan Masalah................................................................................................................2
Tujuan..................................................................................................................................2
Manfaat................................................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................3
2.1 Polusi........................................................................................................................3
2.2 Polutan.....................................................................................................................4
2.3 Kesehatan Masyarakat..................................................................................................4
2.4 Pertumbuhan Populasi..............................................................................................5
2.5 Angka Mortalitas......................................................................................................6
2.6 Pemanasan Global....................................................................................................7
2.7 Hujan Asam..............................................................................................................7
BAB III....................................................................................................................................9
ISI............................................................................................................................................9
3.1 Transportasi Publik........................................................................................................9
3.2 Teknologi Ramah Lingkungan.....................................................................................10
3.3 Rumah Sehat................................................................................................................11
3.4 Mitigasi Bencana Alam................................................................................................13
3.5 Penghijauan..................................................................................................................13
3.6 Kesadaran Masyarakat.................................................................................................14
3.7 Peraturan Pemerintah...................................................................................................15

iv Universitas Indonesia
BAB IV..................................................................................................................................16
PENUTUP.............................................................................................................................16
4.1 Kesimpulan..................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................17

v Universitas Indonesia
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pencemaran udara di Indonesia bukan merupakan perkara kecil lagi. Belum
lama ini, muncul pernyataan tentang Kota Jakarta yang menjadi kota dengan
polusi udara terburuk di dunia. Hal ini dapat terlihat dari AQI (Air Quality Index)
yang mencapai 170 tertanda pada tanggal 10 Agustus 2019, dilansir dari
AirVisual. Lalu pada tanggal 6 September 2019, Kota Jakarta menempati posisi
kedua dari kualitas udara terburuk di dunia, dengan AQI mencapai 160, dibawah
kota Hanoi, Vietnam yang mencapai 190. Hal ini menunjukkan betapa parahnya
kondisi polusi di kota Jakarta sehingga Kota Jakarta terus menerus menempati
posisi tinggi dalam kualitas udara terburuk di dunia.

Kualitas udara yang buruk tidak hanya berdampak pada gangguan


kesehatan, namun juga dapat berdampak pada kualitas lingkungan. Semakin
buruk kualitas udara akan berpengaruh pada laju pertumbuhan populasi, yang
juga akan berpengaruh pada mortalitas. Kualitas udara yang buruk juga dapat
memicu terjadinya efek rumah kaca yang dapat menjadi penyebab terjadinya
pemanasan global. Selain itu, entitas dari udara tersebut yang merupakan gas-gas
dapat memicu terjadinya hujan asam yang dapat merusak lingkungan.

Maka dari itu dibutuhkan suatu solusi baik untuk mencegah maupun
menanggulangi masalah kualitas udara yang buruk ini. Tidak hanya di Jakarta,
namun di seluruh Indonesia dan juga dunia. Apalagi belum lama ini kita juga
dihebohkan dengan berita mengenai karhutla di Kalimantan dan Sumatera,
sehingga hal tersebut juga menjadi salah satu faktor penyebab yang perlu kita
tuntaskan.

1 Universitas Indonesia
Rumusan Masalah
 Apa saja yang memengaruhi kualitas udara di Jakarta?
 Apa saja dampak yang diakibatkan dari buruknya kualitas udara di Jakarta?
 Bagaimana cara menanggulangi buruknya kualitas udara di Jakarta?
 Bagaimana cara untuk mencegahnya di kemuadian hari?
Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui apa saja yang mempengaruhi kualitas udara di Jakarta
2. Mengetahui dampak dari buruknya kualitas udara di Jakarta
3. Mengetahui cara penanggulangan buruknya kualitas udara di Jakarta
4. Mengetahui cara pencegahannya di kemudian hari
Manfaat
 Mengajak pembaca untuk lebih peduli terhadap kualitas udara di Jakarta
 Meningkatkan kesadaran pembaca akan pentingnya pemeliharaan kualitas
udara di Jakarta
 Mengajak pembaca untuk mengambil langkah-langkah demi mewujudkan
kualitas udara yang lebih baik serta mencegahnya bertambah menjadi
masif

2 Universitas Indonesia
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Polusi

Kualitas udara di Jakarta menjadi pembahasan yang hangat beberapa waktu


terakhir ini. Indeks kualitas udara berada di atas 150 bahkan di atasnya. Polusi
adalah suatu kondisi di mana udara yang ada di sekitar kita ini dicemari oleh
bahan bahan kimia, zat atau partikel yang negatif. Udara menjadi tidak murni
lagi.

Polusi di bumi banyak sekali jenisnya. Pencemaran ini dapat disebabkan


oleh senyawa gas tertentu, senyawa padat, cair, dan faktor lainnya. Berikut
merupakan jenis-jenis polusi yang dikenali saat ini dan kerap terjadi.

1. Polusi Udara
2. Polusi Air
3. Polusi Tanah
4. Polusi Cahaya
5. Polusi Suara
6. Polusi Logam Berat

Dari sekian banyak penyebab polusi, berdasarkan pengamatan situasi


kondisi Jakarta saat ini penyebab utama dari polusi udara di jakarta adalah
kendaraan bermotor. Tidak dipungkiri bahwa memang terjadi peningkatan
jumlah kendaraan dari tahun ke tahun. Penambahan jumlah kendaraan
berbanding lurus dengan pemakaian kendaraan. Hal ini pasti berakibat langsung
terhadap polusi udara.

3 Universitas Indonesia
2.2 Polutan

Polutan atau bahan pencemaran adalah bahan/benda yang menyebabkan


pencemaran baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti sampah.
a. Polutan fisik yaitu polutan yang fisiknya mencemarkan lingkungan.
Contohnya: pecahan botol, pecahan keramik, besi tua.
b. Polutan kimiawi; yaitu polutan yang berbentuk seyawa kimia baik
senyawa sintetis maupun yang alami, yang karena konsentrasinya cukup
tinggi sehingga dapat menimbulkan pencemaran. Contohnya: gas CO,
CO , SO , logam Pb (timbal), merkuri.
2 4

c. Polutan biologis; yaitu polutan yang berbentuk makhluk hidup yang dapat
menimbulkan pencemaran. Contohnya: bakteri E.Coli, tumbuhan gulma,
dan sebagainya.
d. Polutan sosial budaya; yaitu polutan yang dapat berbentuk perilaku atau
hasil budaya yang tidak sesuai dengan norma sosial budaya setempat,
sehingga mengganggu kehidupan sosial budaya masyarakat. Contohnya:
anak-anak yang tawuran di daerah sekitar masyarakat.
2.3 Kesehatan Masyarakat

Kesehatan masyarakat memiliki peran penting dalam upaya peningkatan


kualitas sumber daya manusia, penanggulangan kemiskinan dan pembangunan
ekonomi. Indeks Pembangunan Manusia meletakkan kesehatan adalah salah satu
komponen utama pengukuran selain pendidikan dan pendapatan
Kondisi kesehatan masyarakat Indonesia pada saat ini bisa dikatakan dalam
kondisi yang sudah semakin membaik, meskipun masih ada sebagian masyarakat
yang yang hidup jauh dari pola hidup sehat. Membaiknya kesehatan masyarakat

4 Universitas Indonesia
merupakan manifestasi dari info media massa yang sering memberikan informasi
edukatis sehingga masyarakat terdidik secara otomatis.
Menurut Winslow (1920) seorang ahli kesehatan masyarakat
mendefinisikan kesehatan masyarakat (public health) adalah ilmu dan seni
mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan melalui
usaha-usaha pengorganisasian masyarakat dang tujuan untuk:
1. Meningkatkan sanitasi lingkungan
2. Meningkatkan infeksi menular
3. Pendidikan secara individual dalam hal hygiene perorangan
4. Mengorganisasikan pelayanan medis dan perawatan untuk tercapainya
diagnosis dini dan terapi pencegahan terhadap penyakit
5. Pengembangan sosial ke arah adanya jaminan hidup yang layak dalam
bidang kesehatan

2.4 Pertumbuhan Populasi

Setiap tahunnya, terjadi pertumbuhan populasi yang sangat pesat, sekitar


1% atau sebanyak 82 juta. Hal tersebut berdampak kepada banyak hal, salah
satunya adalah tingkat polusi udara di sebuah kota. Semakin bertambahnya
populasi di suatu daerah, tingkat polusi udara di daerah tersebut juga cenderung
meningkat. 
Hal tersebut terjadi karena beberapa alasan, salah satunya adalah hasil dari
aktivitas sehari-hari seperti merokok, penggunaan pendingin ruangan atau AC,
penggunaan kulkas, penggunaan obat nyamuk aerosol, dan lain-lain. Hal-hal
tersebut mungkin terlihat remeh, tetapi aktivitas tersebut menghasilkan zat-zat
atau gas-gas yang berbahaya jika dikeluarkan secara terus-menerus. Selain itu,
faktor lain yang menyebabkan peningkatan polusi udara adalah asap hasil
pembakaran transportasi dan limbah industri yang mengandung karbon
monoksida. Sel darah merah di dalam tubuh manusia memiliki kecenderungan
mengikat karbon monoksida dibandingkan oksigen, sehingga hal tersebut akan
menyebabkan tubuh kekurangan oksigen. Pertambahan populasi juga

5 Universitas Indonesia
menandakan bahwa akan semakin banyak lahan yang dibutuhkan untuk dijadikan
tempat tinggal atau tempat penduduk melakukan aktivitas. Hal ini akan
menyebabkan pembukaan lahan dengan menggunakan hutan-hutan. Penebangan
hutan akan terjadi, padahal pepohonan di hutan sangat dibutuhkan untuk
menghasilkan oksigen dan menyerap zat-zat polutan.

2.5 Angka Mortalitas

Kematian atau mortalitas merupakan salah satu dari tiga komponen proses
demografi yang berpengaruh terhadap struktur penduduk, dua komponen yang
lainnya adalah kelahiran (fertilitas) dan mobilitas penduduk (Mantra, 2000).
Menurut Utomo (1985) kematian dapat diartikan sebagai peristiwa hilangnya
semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat
setelah kelahiran hidup. Menurut PBB dan WHO, kematian adalah hilangnya
semua tanda-tanda kehidupan secara permanen yang bisa terjadi setiap saat
setelah kelahiran hidup. Still birth dan keguguran tidak termasuk dalam
pengertian kematian. Perubahan jumlah kematian (naik turunnya) di tiap daerah
tidaklah sama, tergantung pada berbagai macam faktor keadaan. Besar kecilnya
tingkat kematian ini dapat merupakan petunjuk atau indikator bagi tingkat
kesehatan dan tingkat kehidupan penduduk di suatu wilayah. 

Konsep-konsep lain yang terkait dengan pengertian mortalitas adalah


sebagai berikut.

a. Neo-natal death, yaitu kematian yang terjadi pada bayi yang belum
berumur satu bulan
b. Lahir mati (still birth) atau yang sering disebut kematian janin (fetal
death), yaitu kematian sebelum dikeluarkannya secara lengkap bayi
dari ibunya pada saat melahirkan tanpa melihat lamanya dalam
kandungan

6 Universitas Indonesia
c. Post neo-natal death, yaitu kematian anak yang berumur antara satu
bulan sampai dengan kurang dari satu tahun
d. Infant death (kematian bayi), yaitu kematian anak sebelum mencapai
umur satu tahun.

2.6 Pemanasan Global


Menurut Natural Resources Defence Council (NRDC), pemanasan global
merupakan suatu proses peningkatan suhu udara karena terperangkapnya panas
di atmosfer oleh gas karbondioksida yang dapat menyebabkan perubahan iklim
dan menimbulkan berbagai bencana di permukaan bumi.

Sedangkan menurut National Wildflife Federation, pemanasan global atau


global warming merupakan proses peningkatan suhu udara di permukaan bumi
yang mengakibatkan terjadinya berbagai bencana alam, seperti badai, banjir,
kekertingan, dan lain sebagainya. Tak hanya itu, pemanasan global juga dapat
mengakibatkan perubahan landscape kehidupan di permukaan bumi dan
membunuh berbagai jenis spesies.

Pemanasan global atau global warming ini dapat terjadi disebabkan oleh
radiasi matahari yang telah diserap oleh bumi yang sebagiannya tidak
dipantulkan kembali ke luar bumi terperangkap dan terus dipantulkan di luar oleh
gas-gas rumah kaca yang menyebar di atmosfer bumi. Hal ini menyebabkan
panas yang terus dipantulkan sehingga panas tersebut terperangkap dan
menyebabkan suhu bumi makin panas.

2.7 Hujan Asam

Hujan asam adalah suatu peristiwa yang terjadi dimana air hujan yang
turun memiliki kadar kekuatan kandungan pH di bawah 5,6. Hujan pada dasarnya
sudah memiliki pH dibawah 7, hal ini disebabkan karena makhluk hidup

7 Universitas Indonesia
mengeluarkan gas CO2 dalam proses respirasinya dan terakumulasi di atmosfer
sehingga ikut bereaksi bersama air hujan yang turun, namun, hujan asam
memiliki beberapa senyawa lain yang terakumulasi. Secara sederhana, reaksi
yang terjadi pada hujan asam adalah sebagai berikut:

Salah satu penyebab hujan asam yang paling banyak terjadi adalah
disebabkan karena banyaknya zat-zat polutan yang terakumulasi dalam atmosfer.
Polutan-polutan ini biasanya merupakan hasil gas buang sisa pembakaran
senyawa karbon. Di kota-kota besar, polutan yang paling banyak dimiliki adalah
polutan yang berasal dari asap knalpot kendaraan serta gas buang industri.

Kita harus peduli terhadap hujan asam karena hujan asam adalah sesuatu
yang dapat kita cegah, apalagi peristiwa ini mempunyai efek samping yang
buruk. Beberapa efek samping yang dapat ditimbulkan adalah menyebabkan
gangguan pernapasan dan bronkitis, berpotensi mematikan ekosistem di hutan,
mempengaruhi biota dan makhluk hidup yang ada di perairan terdampak, dan
merusak bangunan dengan cara mempercepat pembentukan karat pada besi
penopang bangunan.

8 Universitas Indonesia
BAB III

ISI

3.1 Transportasi Publik


Transportasi merupakan usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut
atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain dimana di tempat
lain ini objek tersebut lebih bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan-tujuan
tertentu. Secara umum transportasi dibedakan dalam beberapa jenis yaitu
transportasi udara, transportasi laut, dan transportasi darat. Transportasi publik
adalah seluruh alat transportasi saat penumpang tidak bepergian menggunakan
kendaraannya sendiri. Transportasi publik pada umumnya termasuk kereta dan
bis, namun juga termasuk pelayanan maskapai penerbangan, feri, taksi, dan lain-
lain. 
Transportasi umum atau publik dapat ditempatkan menjadi pelengkap
moda transportasi ramah lingkungan atau transportasi berkelanjutan. Konsep
transportasi berkelanjutan adalah gerakan yang mendorong penggunaan
teknologi ramah lingkungan dalam upaya memenuhi kebutuhan transportasi
masyarakat. Sistem transportasi berkelanjutan lebih mudah terwujud pada sistem
transportasi yang berbasis pada penggunaan angkutan umum dibandingkan
dengan sistem yang berbasis pada penggunaan kendaraan pribadi. Sistem
transportasi berkelanjutan merupakan tatanan baru sistem transportasi di era
globalisasi saat ini. Transportasi publik ramah lingkungan yang sudah diterapkan
di Indonesia adalah MRT (Moda Raya Terpadu), LRT (Lintas Rel Terpadu),

9 Universitas Indonesia
KRL (Kereta Rel Listrik), dan bajaj bahan bakar gas. Upaya mewujudkan
transportasi publik ramah lingkungan masih terus dilakukan dengan cara
mengkaji terlebih dahulu kriteria-kriteria apa saja yang dikatakan sebagai
transportasi publik ramah lingkungan. 

3.2 Teknologi Ramah Lingkungan


1. Toilet Pengomposan (Composting Toilet)

Toilet pengomposan adalah sistem toilet yang mengompos dan


mengurangi kadar air kotoran manusia untuk menghasilkan produksi akhir
yang bias dipakai yang adalah tanah aditif yang berharga.

2. Sel Bahan Bakar (Fuel Cell)

Sel bahan bakar adalah perangkat elektrokimia yang menggabungkan


hydrogen dan oksigen untuk menghasilkan listrik. Hasil sampingannya
adalah berupa air dan panas. Selama bahan bakar diberikan, sel bahan bakar
akan tetap menghasilkan listrik.

3. Pembangkit Listrik Tenaga Angin (Wind Power)

Ketika udara bergerak dengan cepat dalam bentuk angin, partikel-


partikel bergerak dengan cepat dimana gerakan berarti energi kinetic yang
bisa ditangkap. Dalam kasus turbin angin listrik, energi kinetik ini ditangkap
oleh pisau turbin. Pisau turbin memutar as yang mengarah dari pusat rotor ke
generator. Generator mengubah energi rotasi ini menjadi listrik..

4. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (Solar Power)

10 Universitas Indonesia
Tenaga surya adalah konversi tenaga matahari menjadi tenaga listrik, baik
secara langsung menggunakan Photovoltaics (PV) maupun secara tidak
langsung menggunakan tenaga surya terkonsentrasi (Consentrated Solar Power
(CSP)). Sistem CSP menggunakan lensa atau cermin dan sistem pelacakan
untuk memfokuskan area besar sinar matahari menjadi sinar kecil. Sedangkan
PV mengubah cahaya menjadi arus listrik dengan memanfaatkan efek
fotoelektrik.

5. Pembangkit Listrik Tenaga Air (Hidroelektrik/Hydroelectric)

Hidroelektrik adalah sebuah istilah untuk listrik yang dihasilkan oleh


tenaga air; penghasilan daya listrik melalui pemanfaatan gaya gravitasi dari air
yang jatuh atau mengalir. Ini adalah bentuk energi terbarukan yang paling
banyak digunakan secara luas, yaitu sekitar 20% dari listrik di dunia. Fasilitas
hidroelektrik mempunyai level keluaran gas rumah kaca, yaitu CO2 yang rendah
dibandingkan dengan pembangkit listrik bertenaga bahan bakar fosil.

6. Mobil Listrik (Electric Car)

Mobil listrik adalah mobil yang bertenaga listrik dan melakukan


pengisian energi dengan menggunakan listrik, sehingga mobil listrik
tersebut  tidak memerlukan bensin atau bahan bakar fosil lainnya untuk
sumber energi operasionalnya.

3.3 Rumah Sehat


Rumah adalah tempat untuk tinggal yang dibutuhkan oleh setiap manusia
di manapun dia berada. Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman
dan area sekitarnya yang dipakai sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan
keluarga (UU RI No. 4 Tahun 1992).
Menurut WHO, rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat
berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani

11 Universitas Indonesia
serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan individu (Komisi
WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001).
Berikut adalah syarat-syarat Rumah Sehat
1. Lantai
Saat ini, ada berbagai jenis lantai rumah. Lantai rumah dari semen atau
ubin, keramik, atau cukup tanah biasa yang dipadatkan. Syarat yang penting
disini adalah tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak becek pada
musim hujan. Lantai yang basah dan berdebu merupakan sarang penyakit.

2. Atap
Atap genteng adalah umum dipakai baik di daerah perkotaan maupun
di pedesaan. Disamping atap genteng adalah cocok untuk daerah tropis juga
dapat terjangkau oleh masyarakat dan bahkan masyarakat dapat membuatnya
sendiri. Namun demikian banyak masyarakat pedesaan yang tidak mampu
untuk itu maka atap daun rumbai atau daun kelapa pun dapat dipertahankan.
3. Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Berikut adalah penjelas
tentang beberapa fungsi dari ventilasi di rumah.
a. Menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar.
b. Fungsi kedua daripada ventilasi adalah membebaskan udara ruangan
dari bakteri-bakteri terutama bakteri patogen karena disitu selalu terjadi
aliran udara yang terus-menerus.
c. Fungsi lainnya adalah untuk menjaga agar ruangan rumah selalu tetap di
dalam kelembaban (humidity) yang optimum.
4. Cahaya
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan
tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam ruangan
rumah, terutama cahaya matahari, di samping kurang nyaman, juga

12 Universitas Indonesia
merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya
bibit-bibit penyakit.
5. Luas Bangunan Rumah
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di
dalamnya, artinya luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan
jumlah penghuninya. Luas bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah
penghuninya akan menyebabkan kepenuhan (overcrowded).
6. Fasilitas-Fasilitas di dalam Rumah Sehat
Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas-fasilitas sebagai berikut.
a. Penyediaan air bersih yang cukup
b. Pembuangan tinja
c. Pembuangan air limbah (air bekas)
d. Pembuangan sampah
e. Fasilitas dapur
f. Ruang berkumpul keluarga
g. Serambi (lebih cocok untuk rumah di pedesaan)
3.4 Mitigasi Bencana Alam

Menurut Pasal 1 ayat 6 PP No. 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan


Penanggulangan Bencana, mitigasi bencana merupakan sebuah rangkaian upaya
guna mengurangi risiko bencana, baik lewat pembangunan fisik atau penyadaran
dan peningkatan kemampuan dalam menghadapi ancaman bencana. Secara
singkat, mitigasi dapat diartikan sebagai upaya untuk mengurangi resiko
sehingga korban dan kerugiannya dapat diperkecil.

Adapun tujuan mitigasi adalah untuk meminimalisir risiko korban jiwa,


kerugian ekonomi, kerusakan sumber daya alam, pedoman bagi pemerintah
untuk membuat rencana pembangunan di masa depan, meningkatkan public
awareness atau kesadaran masyarakat dalam menghadapi risiko & dampak
bencana, dan membuat masyarakat merasa aman dan nyaman.

13 Universitas Indonesia
3.5 Penghijauan
Penghijauan merupakan sebuah kata yang dipakai untuk menggambarkan
aktivitas menanam pohon. Hal ini tentu saja karena pohon mempunyai daun
sebagai bagian yang berwarna hijau, maka dari itu untuk menggambarkan
kegiatan menanam pohon kata yang digunakan adalah penghijauan. Penghijauan
banyak dilakukan masyarakat sebagai salah satu cara melestarikan alam,
mengingat bahwa pohon mempunyai banyak sekali manfaat, tidak hanya bagi
lingkungan atau alam, namun juga bagi makhluk hidup baik manusia maupun
binatang.
Dengan melakukan penghijauan kita juga bisa mengurangi terjadinya
polusi udara. Polusi udara merupakan hal yang sangat sulit dihindari di era
modern ini, terlebih di daerah perkotaan yang penuh dengan kendaraan dan juga
mesin-mesin pabrik. Pohon melakukan fotosintesis di siang hari. Fotosintesis
akan menghasilkan oksigen yang akan memerangi berbagai gas yang tidak baik
akibat dari polusi udara. Maka dari itulah gas-gas jahat akan bisa dikontrol oleh
gas baik dari hasil fotosintesis pohon-pohon ini dan polusi udara pun bisa
dikurangi. Maka dari itulah kita lebih bisa merasakan sejuk dan segar di tempat
yang banyak terdapat pohon daripada di tempat yang gersang tanpa pohon.
Meskipun menggunakan pendingin udara, namun kesegaran yang dihasilkan
berbeda dengan kesegaran alami oleh pohon. Dengan demikian penghijauan
sangat perlu dilakukan terlebih di daerah perkotaan yang menghasilkan lebih
banyak polutan, seperti di jalan- jalan atau di tengah kota.

3.6 Kesadaran Masyarakat

Semakin bertambahnya tingkat polusi udara di Jakarta merupakan suatu


masalah bukan yang perlu diatasi bukan hanya oleh pemerintah, tetapi juga oleh
rakyat yang tinggal di Jakarta. Pemerintah memang bertugas untuk menangani
masalah polusi udara dengan membuat berbagai program atau alat dengan

14 Universitas Indonesia
teknologi terbaru, tetapi hal tersebut tidak akan berjalan dengan baik jika
masyarakat Jakarta sendiri tidak mendukungnya.
Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat mengatakan bahwa upaya
pengurangan polusi udara di Jakarta belum membuahkan hasil yang signifikan
karena kesadaran masyarakat yang masih kurang. Sebagai contoh, pemerintah
membuat berbagai teknologi baru seperti transportasi ramah lingkungan,
pembangkit listrik dengan tenaga sumber daya terbarukan, dan lain-lain. Namun,
masyarakat masih enggan untuk menggunakan teknologi tersebut dengan
berbagai alasan, dan kebanyakan alasan tersebut berkaitan dengan masalah pada
saat ini, seperti terlalu mahal, rumit, dan merasa belum bisa terbiasa
menggunakan teknologi baru tersebut. Padahal, yang seharusnya diperhatikan
bukan hanya dampak jangka pendek, tetapi juga jangka panjang, bagaimana
teknologi tersebut akan berdampak di masa yang akan datang. Karena jika
masyarakat terus-menerus dibiarkan seperti ini, tingkat polusi udara akan terus
bertambah dan akan semakin membahayakan.

3.7 Peraturan Pemerintah

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) menurut UU


No. 32 Tahun 2009 pasal 1 ayat (2) adalah upaya sistematis dan terpadu yang
dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan,
pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.
UU disahkan di Jakarta, 3 Oktober 2009 oleh Presiden dan Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Andi Mattalatta.

Sedangkan untuk mitigasi bencana alam sudah diatur dalam Undang -


Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2004 tentang Penanggulangan
Bencana

15 Universitas Indonesia
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Polusi udara yang terjadi di Jakarta merupakan sesuatu hal yang sangat
berdampak buruk bagi kehidupan. Tidak menutup kemungkinan bahwasanya
dapat berbahaya bagi kesehatan maupun lingkungan. Bahkan hal ini akan terjadi
baik dalam jangka waktu pendek maupun jangka waktu panjang. Diperlukannya
penanggulangan yang sangat serius agar hal ini tidak semakin buruk untuk
kedepannya.

Polusi udara ini dapat ditanggulangi oleh beberapa cara, yakni: penggunaan
transportasi publik, penggunaan teknologi ramah lingkungan, membangun rumah
sehat, mitigasi bencana alam, melakukan penghijauan, menumbuhkan kesadaran
masyarakat, dan mempertegas peraturan pemerintah . Dengan menerapkan hal ini

16 Universitas Indonesia
maka dapat meminimalisir polusi udara yang terjadi di Jakarta. Dengan ini maka
dapat disimpulkan bahwasanya polusi udara dapat ditangani berdasarkan cara-
cara yang dijelaskan sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

https://foresteract.com/polusi/2/
https://www.kompasiana.com/karon/5d4acb2e097f363687426192/polusi-di-jakarta-
penyebab-akibat-dan-solusinya?page=all
https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/penghijauan
https://www.elshinta.com/news/28963/2015/10/10/pentingnya-penghijauan-untuk-
mengurangi-polusi-udara
https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3629926/populasi-meningkat-bikin-
polusi-udara-makin-parah
https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/udara/polusi-udara-penyebab-dampak-dan-
upaya-menanggulanginya
https://www.merdeka.com/jakarta/djarot-sebut-rendahnya-kesadaran-warga-jakarta-
jaga-lingkungan-dan-udara.html

17 Universitas Indonesia
Rahmadiyanti, Putri (2017). Polusi Udara . [online] Available at:
https://www.academia.edu/34682449/polusi-udara.pdf/ [Accessed 13 Nov
2019]
Digilib.unila.ac.id. (2019). [online] Available at:
http://digilib.unila.ac.id/31353/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB
%20PEMBAHASAN.pdf [Accessed 15 Nov. 2019].
Gusnita, D. (2010). Green Transport: Transportasi Ramah Lingkungan Dan
Kontribusinya Dalam Mengurangi Polusi Udara. Berita Dirgantara Vol. 11 No.
2, Juni, hal 66-71. 
Dosen.stikesdhb.ac.id. (2019). KONSEP DASAR ILMU KESEHATAN
MASYARAKAT (IKM)| wuri ratna hidayani. [online] Available at:
http://dosen.stikesdhb.ac.id/wuri/2016/05/13/konsep-dasar-ilmu-kesehatan-
masyarakat-ikm/ [Accessed 15 Nov. 2019].
Penabulufoundation.org. (2019). Kesehatan Masyarakat – Penabulu Foundation.
[online] Available at: http://penabulufoundation.org/kesehatan-masyarakat/
[Accessed 15 Nov. 2019].

Muhammad Arif Fahrudin Alfana dkk. (2015). Mortalitas di Indonesia (Sejarah Masa
Lalu dan Proyeksi ke Depan) Available at: https://osf.io › preprints › inarxiv ›
download
https://referensi.elsam.or.id/2015/04/uu-nomor-32-tahun-2009-tentang-perlindungan-
dan-pengelolaan-lingkungan-hidup-2/
https://www.bnpb.go.id/ppid/file/UU_24_2007.pdf

18 Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai