Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MAKALAH

PERLAWANAN GOWA TALLO, MANGKUBUMI & MAS SAID

DISUSUN OLEH :
KETUA :
M Rere Arrozaqqu
ANGGOTA :
- Ilham Ramadani
- M Dwiyan Cahya M. Nur
- M Fatryn Trichel Varas
- M Feiryal Indrawan
- M Rava Nugraha
- M Syahreza Akbar
GURU PEMBIMBING :
Dra. Lismawati

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI SUMATERA SELATAN


SMA NEGERI 18 PALEMBANG
TAHUN AJARAN 202
· Perlawanan Gowa
Kesultanan Gowa-Tallo merupakan salah satu kesultanan terbesar di
kawasan Indonesia Timur pada sekitar abad 16 - 17 Masehi. Dalam buku
Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 (1981) karya M.C Ricklefs,
disebutkan bahwa Kesultanan Gowa-Tallo memiliki kekuatan militer yang
harus diperhatikan lebih daripada musuh-musuh VOC lain di Maluku
Selatan. Selain itu, Gowa-Tallo memiliki kekuatan ekonomi perdagangan
yang sangat kuat. Kesultanan ini memiliki pelabuhan perdagangan internasional yang berada di
Somba Opu (pesisir Sulawesi Selatan). Kawasan Somba Opu dijadikan pula sebagai pusat
pemerintahan Gowa-Tallo serta kawasan yang menampung pedagang internasional.

· Latar belakang perlawanan Gowa-Tallo


Kejayaan Gowa-Tallo ketika berada dibawah pemerintahan Sultan
Hasanuddin (1653-1669 M) membuat posisi VOC di kawasan
Indonesia Timur menjadi terancam. Rivalitas antara Gowa-Tallo
dan VOC semakin meruncing dan perang tak lagi bisa terelakkan.
Dalam buku Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan
Islam di Indonesia (2012) karya Daliman, latar belakang
perlawanan Gowa-Tallo terhadap VOC, yaitu: VOC menginginkan
Hak Monopoli perdagangan di kawasan Indonesia Timur. VOC melakukan blokade terhadap
kapal-kapal yang akan berlabuh di Somba Opu. Untuk menghadapi tindakan VOC yang semena-
mena, Sultan Hasanudin memperkuat pasukan dengan memerintahkan kerajaan bawahan di
Nusa Tenggara untuk mengirimkan prajuritnya. Sedangkan di lain sisi, VOC menggunakan politik
Devide et Impera dengan meminta bantuan Arung Palaka dari Kesultanan Bone. Arung Palaka
menerima permintaan dari VOC dengan alasan ingin membalas kekalahannya atas Gowa-Tallo
dan merebut kembali kemerdekaan Bone.

· Perlawanan Gowa-Tallo terhadap VOC


VOC dibawah JC Speelman membawa sekitar 1900 prajurit dan 21 armada kapal perang.
Ditambah lagi pasukan dari Bone dibawah pimpinan Arung Palaka. Pertempuran berlangsung
sengit selama 4 bulan dan Sultan Hasanuddin dipaksa menandatangani perjanjian Bongaya yang
intinya berisi :

1. VOC diperbolehkan memonopoli perdagangan di kawasan Indonesia Timur


2. Semua orang asing diusir dari Gowa-Tallo, kecuali VOC
3. Gowa-Tallo mengganti biaya kerugian perang
4. Beberapa wilayah kekuasaan Gowa-Tallo diserahkan kepada VOC
· Akhir perlawanan

Sultan Hasanudin pada awal 1668 membatalkan perjanjian Bongaya yang sangat merugikan
Gowa-Tallo. Pada 1669, Arung Palaka menyerang benteng Somba Opu dengan kekuatan sekitar
7.000-8.000 pasukan. Arung Palaka dapat menaklukan benteng Somba Opu dan Sultan
Hasanudin beserta pasukannya melarikan diri hingga meninggal pada tahun 1670.

Perlawanan Pangeran Mangkubumi & Mas Said


Raja Mataram, Paku Buwono II, menyerahkan
mataram kepada VOC dalam sebuah perjanjian
antara Pakubuwono II dengan Gubernur Jendral
Baron van der Hohendorff yang ia tandatangani
pada saat sakit keras.

- Mei 1746: Mangkubumi melancarkan


pemberontakan.

- 1747: Mangkubumi memimpin pasukan yang


diperkirakan berjumlah 13.000 prajurit.

- 1748: Mangkubumi dan Mas Said menyerang


Surakarta dan untuk beberapa waktu malah mengancam istana.

- 1749: Pakubuwana II jatuh sakit dan atas usulnya kepemimpinan kerajaan diserahkan kepada Von
Hohendorff, seorang Gubernur VOC untuk wilayah timur laut. Pada tanggal 11 Desember 1749
ditandatanganilah sebuah kesepakatan yang isinya menyerahkan seluruh kedaulatan kerajaan
kepada VOC.

- 15 Desember 1749: Van Hohendroff mengumumkan pengangkatan putra mahkota sebagai


Susuhunan Pakubuwana III (1749-1788).

- 12 Desember 1749: di markas besarnya di Yogyakarta, Mataram, Mangkubumi juga memakai gelar
Susuhunan Pakubuwana (1749-1792). Tapi kemudiamn Mangkubumi memakai gelar
Hamengkubuwana (I), yang kemudian dipakai oleh semua penerusnya. Dengan demikian, sejak akhir
1749, Jawa sekali lagi terbagi antara seorang orang raja pemberontak dan seorang raja yang
disukung oleh VOC.

- 1750: Mas Said, yang kini menjabat sebagai patih Mangkubumi menyerang Surakarta dan
menimbulkan kerugian yang besar dipihak VOC.

- 1752: Timbul perpecahan antara Mangkubumi dan Mas Said

- 1753: Putra mahkota Surakarta bergabung dengan pihak pemberontak.


- 1754 : Mangkubumi mengusahakan perundingan-perundingan Gubernur baru untuk wilayah pesisir
timur laut, Nicolas Hartingh, diberi wewenang menenangkan Mangkubumi dengan menawarkan
sebagian Jawa kepadaya.

- 13 Februari 1755: Ditandatangani Perjanjian Gianti, dan VOC mengakui Mangkubumi sebagai Sultan
Hamengkubuwono I, penguasa separuh wilayah Jawa Tengah.

- 1755: Hamengkubuwono I pindah ke yogya dan mendirikan sebuah istana disana pada tahun 1756,
dan memberikan nama baru kepada kota ini, Yogyakarta.

- Oktober 1755: Mas Said berhasil mengalahkan satu pasukan VOC.

- Februari 1756: Mas Said hampir berhasil membakar istana baru di Yogyakarta.

- Feruari 1757: Mas Said menyerah kepada Pakubuwana III.

- 17 Maret 1757: Mas Said mengucapkan sumpah setia pada


Surakarta, Yogyakarta, dan VOC dengan gelar Pangeran
Adipari Arya Mangkunegara I

Perang Suksesi Jawa III


- Permohonan naik pangkat Mas Said yang mendapat
cercaan dan hinaan dari keluarga kepatihan, dan dikait-
kaitkan dengan tuduhan ikut membantu
pemberontakan Cina yang sedang berlangsung.

- Pakubuwana II ingkar janji, tidak memberikan tanah Sukowati kepada Pangeran


Mangkubumi sebagai hadiah sayembara yang telah dijanjikan.

-Pangeran Mangkubumi merasa tersinggung atas tindakan Gubernur Jenderal Van Imhoff
yang turut campur tangan dalam permasalahan antara Pangeran Mangkubumi dengan Paku
Buwono III.

Akhir Perlawanan
Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I
Perlawanan Pangeran Mangkubumi dan Mas Said disebut juga Perang Suksesi III. Perang ini
disebabkan oleh penyerahan Mataram kepada VOC. Perlawanan berlangsung dari 1946
sampai 1957, dan berakhir dengan adanya Perjanjian Giyanti dan Perjanjian Salatiga.
Dilahirkan di Surakarta tanggal 28 desember 1795.
Pada usia 14 tahun sudah diangkat sebagai gendek keraton (pegawai rendahan di istana).Ia
menikah dengan seorang wanita petani bernama Raden Ayu Kusuma Patahati, yang terkenal
dengan julukannya "Matah Ati". Mangkunegara dalam usia 22 tahun, dinikahkan untuk
kedua kalinya dengan Raden Ayu Inten, putri Pangeran Mangkubumi.

Selama tahun 1741-1742, ia memimpin laskar Tionghoa melawan Belanda. Kemudian


bergabung dengan Pangeran Mangkubumi selama sembilan tahun melawan Mataram dan
Belanda, 1743-1752.Mangkunegara I tercatat sebagai raja Jawa yang pertama melibatkan
wanita di dalam angkatan perang.

Dijuluki “Pangeran Sambernyawa”, karena dianggap oleh musuh-musuhnya sebagai penyebar maut.
Kehebatan Mangkunegoro dalam strategi perang bukan hanya dipuji pengikutnya melainkan juga
disegani lawannya. Mangkunegara I meninggal di Surakarta, 28 Desember 1795. Lahir di Yogyakarta,
6 Agustus 1717 dengan nama Raden Mas Sujana, merupakan adik Susuhunan Mataram II Surakarta.

Akibat berselisih dengan Pakubuwono II mengenai masalah pergantian tahta yang dipandang terlalu
dicampuri Belanda, ia mulai menentang Pakubuwono II yang mendapat dukungan Belanda (VOC)
pada tahun 1747. Pangeran Mangkubumi yang dibantu Raden Mas Said memiliki siasat perang yang
hebat dan membawa kerugian besar bagi Belanda.

Setelah pihak Belanda beberapa kali gagal mengajak Pangeran Mangkubumi berunding
menghentikan perang, akhirnya diadakan perjanjian di Giyanti (sebelah timur kota Surakarta) antara
Pangeran Mangkubumi dan Belanda serta Susuhunan Pakubuwono III pada tahun 1755.

Menurut Perjanjian Giyanti, Mataram dipecah menjadi dua, yaitu Surakarta yang tetap dipimpin oleh
Susuhunan Pakubuwono III dan Yogyakarta dengan Pangeran Mangkubumi diakui sebagai Sultan
Hamengkubuwono I. Sri Sultan Hamengku Buwono I meninggal pada tahun 1792 dan dimakamkan di
imogiri.

Perlawanan Raden Mas Said berakhir setelah tercapai Perjanjian Salatiga pada 17 Maret 1757. Isi
Perjanjian Salatiga :

1. Daerah kerajaan Surakarta bagian barat diserahkan kepada Sunan Paku Buwono III. Wilayahnya
disebut Kesunanan.

2. Daerah Kerajaan Surakarta bagian timur diserahkan kepada Mas Said. Wilayahnya disebut
Mangkunegara.

Perlawanan Pangeran Mangkubumi berakhir setelah tercapai Perjanjian Giyanti pada 13 Februari
1755.
Isi pokok dari Perjanjian Giyanti :

1. Kerajaan Mataram Barat diserahkan kepada Pangeran Mangkubumi.


Kerajaannya dinamakan Yogyakarta Hadiningrat. Pangeran Mangkubumi
bergelar Sri Sultan Hamengku Buwono I.

2. Kerajaan Mataram Timur beribu kota di Surakarta dikuasai oleh Paku


Buwono III.

Perundingan ini akhirnya mencapai kesepakatan dengan ditandatanganinya Perjanjian Giyanti pada
13 Februari 1755 yang membagi kerajaan Mataram Islam menjadi dua bagian yaitu Kasunanan
Surakarta dan Kasultanan Ngayogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai