Anda di halaman 1dari 15

MALUKU

ANGKAT
SENJATA
XI MIPA 3
NAMA KELOMPOK

01 AFIFAH FATMALA 05 EFAN EFENDIK

02 AHMAD ROJIL 13 ICHA NUR K.M

04 DEWI SHAFIRA P. 14 INDRIANI PUTRI


M.
01
MALUKU ANGKAT
SENJATA
MALUKU
ANGKAT
SENJATA

Portugis berhasil memasuki Kepulauan Maluku pada tahun 1521. Mereka memusatkan
aktivitasnya di Ternate. Tidak lama berselang orang orang Spanyol juga memasuki
Kepulauan Maluku dengan memusatkan kedudukannya di Tidore. Persaingan itu semakin
tajam setelah Portugis berhasil menjalin persekutuan dengan Ternate dan Spanyol
bersahabat dengan Tidore. Mereka sering memanfaatkan kelemahan kaum pribumi
termasuk memanfaatkan intrik-intrik yang membuat perpecahan di lingkungan istana.
Pada tahun 1529 terjadi perang antara Tidore melawan Portugis. Penyebab perang ini karena kapal-
kapal Portugis menembaki jung-jung dari Banda yang akan membeli cengkih ke Tidore. Tentu saja
Tidore tidak dapat menerima tindakan armada Portugis. Rakyat Tidore angkat senjata. Terjadilah
perang antara Tidore melawan Portugis. Dalam perang ini Portugis mendapat dukungan dari
Ternate dan Bacan, Akhimya Portugis mendapat kemenangan. Dengan kemenangan ini Portugis
menjadi semakin sombong dan sering berlaku kasar terhadap penduduk Maluku.

Dengan mengingat kesepakatan pada Perjanjian Tordesillas, maka diadakan perjanjian damai
antara Portugis dan Spanyol. Perjanjian damai dilaksanakan di Saragosa pada tahun 1529.
Berdasarkan Perjanjian Saragosa ini disepakati bahwa Portugis tetap berkuasa di Maluku,
sementara Spanyol berkuasa di wilayah Filipina. Dengan demikian setelah ditandatangani
Perjanjian Saragosa, kedudukan Portugis di Maluku semakin kuat Portugis semakin berkuasa untuk
memaksakan kehendaknya melakukan monopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku.
Melihat kesewenang-wenangan Portugis itu pada tahun 1565 muncul
perlawanan rakyat Ternate di bawah pimpinan Sultan Khaerun/Hairun. Sultan
Khaerun menyerukan seluruh rakyat dari Irian/Papua sampai Jawa untuk angkat
senjata melawan kezaliman kolonial Portugis. Portugis mulai kewalahan dan
menawarkan perundingan kepada Sultan Khaerun. Perundingan dilaksanakan
pada tahun 1570 bertempat di Benteng Sao Paolo. Ternyata semua ini hanyalah
tipu muslihat Portugis. Pada saat perundingan sedang berlangsung. Sultan
Khaerun ditangkap dan dibunuh. Tindakan yang dilakukan Portugis kala itu
sungguh kejam dan tidak mengenal perikemanusiaan.
PERLAWANAN PANGERAN
MANGKUBIMI DAN
MAS SAID
XI MIPA 3
02
PERLAWANAN MANGKUBIMI
DAN MAS SAID
Perlawanan terhadap VOC di Jawa kembali terjadi. Perlawanan ini
dipimpin oleh bangsawan kerajaan yakni Pengerem Mangkubumi
dan Raden mas said perlawanan berlangsung sekitar 20 tahun

Raden mas said adalah putra dari Raden masriah yang bergelar
Adipati Arya Mangkunegara dengan Raden Ayu Wulan Putri dari
Adipati Blitar. Pada usia 14 tahun Raden mas said sudah diangkat
sebagai gandek kraton dan diberi gelar R.M.Ng. Suryokusuma.
Raden mas said sudah mengajukan permohonan untuk mendapatkan
kenaikan pangkat. Permohonan mas said ini justru mendapat kerjaan
dan hinaan dari keluarga Kepatihan bahkan dikaitnya dengan
tuduhan ikut membantu pemberontakan orang-orang Cina yang
sedang berlangsung. Muncullah niat untuk melakukan perlawanan
terhadap VOC yang telah membuat kerajaan kacau karena banyak
kaum bangwasan yang bekerjasama dengan VOC. Raden mas said
diikuti R. Sutawijaya dan Suradiwangsa. .
Pangeran Mangkubumi adalah adik dari pakubuwana II.
Pangeran Mangkubumi dan para pengikutnya berhasil
memadamkan perlawanan mas said. ternyata pakubuwana II
ingkar janji. Pakubuwana 2 kehilangan nilai dan komitmennya
sebagai raja yang berpegang pada tradisi. Terjadilah pertentangan
antara raja pakubuwana 2 yang didukung Pati pringgalaya di satu
pihak dengan pangeran Mangkubumi di pihak lain. Konflik ini
tiba-tiba dalam pertemuan terbuka di istana gubernur jenderal Van
imhoff ( 1743-1750) mengeluarkan kata-kata yang menghina dan
menuduh pangeran Mangkubumi terlalu ambisi mencari
kekuasaan. Tidak ada pilihan lain kecuali angkat senjata untuk
melawan VOC yang telah semena-mena ikut campur tangan
dalam politik pemerintahan kerajaan. Sekaligus untuk protes
menolak kebijakan saudara tuanya pakubuwana II yang mau
didikte oleh VOC.
Pangeran Mangkubumi dan mas said

Pangeran Mangkubumi dan pengikutnya pertama kali pergi ke Sukowati untuk menemui mas
said. Untuk memperkokoh persekutuan ini Raden mas said dijadikan menantu oleh pangeran
Mangkubumi. Raden mas said bergerak di bagian timur daerah Surakarta ke selatan terus ke
Madiun Ponorogo dengan pusatnya Sukowati, pangeran Mangkubumi konsentrasi di bagian
barat sukarta terus ke barat dengan pusat di hutan beringin dan desa pejatokan dekat Plered.
Pada saat itu pangeran Mangkubumi memiliki 3000 prajurit termasuk 2500 prajurit kavaleri.
Paduan perlawanan pangeran Mangkubumi dan mas said sangatlah kuat dan meluas di hampir
seluruh Jawa timur dan Jawa tengah.

Gubernur jenderal Baron Van imhoff memerintahkan gubernur Semarang gijsbert Karel Van
hogendorp (1762-1834) untuk secepatnya menemui pakubuwana II dan menyodorkan
perjanjian. Sebuah perjanjian yang sangat penting antara pakubuwana II dengan pihak VOC
yang diwakili oleh gubernur VOC untuk wilayah pesisir timur laut Baron Van hohendorft..
VOC menawarkan bantuan dengan imbalan yang sangat berat. Tawaran VOC dinyatakan
dalam perjanjian yang isinya sebagai berikut :
1. Susuhan pakubuwana II menyerahkan kerajaan Mataram kepada VOC baik secara de jure
maupun de facto
2. Hanya keturunan pakubuwana II yang berhak naik takhta dan akan dinobatkan menjadi raja
Mataram dengan tanah Mataram sebagai pinjaman dari VOC
3. Putra mahkota akan segera dinobatkan

Tahun 1750 merupakan tahun kemenangan bagi pangeran Mangkubumi. kemenangan demi
kemenangan diperoleh pangeran Mangkubumi dan juga masa. VOC yang baru ini berusaha
keras untuk menyelesaikan perlawanan pangeran Mangkubumi dan mas said mulai dipikirkan
secara serius untuk mengakhiri perlawanan tersebut. Perang dan kekacauan yang terjadi
Mataram, telah menghabiskan dana yang begitu besar sementara perlawanan pangeran
Mangkubumi dan mas said belum ada tanda-tanda mau berakhir oleh karena itu penguasa
VOC terus membujuk kepada pangeran Mangkubumi untuk berunding
Akhirnya pangeran Mangkubumi bersedia berunding dengan VOC dengan demikian
perlawanan pangeran Mangkubumi berakhir. Tercapailah sebuah perjanjian yang dikenal
dengan perjanjian Giyanti perjanjian ini ditandatangani pada tanggal 13 Februari 1755 di desa
Giyanti. Isinya menyangkut pembagian kerajaan Mataram menjadi dua :
1. Mataram barat diserahkan kepada pangeran Mangkubumi dengan gelar hamengkubuwana I,
kerajaannya dinamakan kesultanan Yogyakarta.
2. Mataram timur tetap dikuasai pakubuwana III, kerajaannya dinamakan kesultanan Surakarta.
Dalam perjanjian Giyanti hanya berhasil menggantikan peperangan secara militer namun
peperangan dalam bentuk lain tidak dapat dipadamkan.

Akhirnya pangeran Mangkubumi bersedia berunding dengan VOC dengan demikian


perlawanan pangeran Mangkubumi berakhir. Perlawanan mas said berakhir setelah tercapai
perjanjian Salatiga pada tanggal 17 Maret 1757 yang isinya masa itu diangkat sebagai
penguasa di sebagian wilayah Surakarta dengan gelar pangeran Adipati Arya Mangkunegara I.
Dengan demikian lahirnya tiga kerajaan yaitu kasunan Surakarta kesultanan Yogyakarta dan
Mangkunegaran.
03
SILAKAN BERTANYA….
XI MIPA 3

TERIMAKASIH
SEMOGA MASUK KE OTAK
KALIAN 

Anda mungkin juga menyukai