Anda di halaman 1dari 3

PERLAWANAN PANGERAN MANGKUBUMI DAN MASAID

A. LATAR BELAKANG PENYEBAB TERJADINYA PERLAWANAN.

Latar belakang munculnya perlawan Raden Mas’said terhadap VOC, bermula ketika ia ingin
meminta kepada punggawa kerajaan, untuk dinaikkan pangkat jabatannya. Hal ini didasari oleh
pengalamannya sebagai Gandek Keraton (pegawai rendahan di Istana) ketika ia berusia 14 tahun.
Namun permintaannya tidak dipenuhi, melainkan hanya menuai pelecehan dari keluarga kepatihan,
bahkan ia dianggap membantu orang-orang Cina yang sedang berlangsung pada saat itu. Akibatnya,
Mas’said sakit hati kepada VOC yang dianggapnya menjadi dalng utama yang telah mebuat kerajaan
menjadi kacau akibat persekutuan yang dilakukan.

Sedangkan latar belakang Pangeran Mangkubmi dalam melakukan perlawanan adalah tidak
ditepatinya janji Pangkubuwana II, yang sebelumnya telah mengatakan bahwa barangsiapa yang
berhasil memadamkan perlawanan Mas’said ( yang lebih dulu berontak terhadap persekutuan ), maka
akan diberikan hadiah. Namun , hal ini diingkari, setelah P.Mangkubuwana telah berhasil
memadamkan perlawanan Mas’said. Maka terjadilah pertentangan, hal ini diperparah dengan VOC
semena-mena ikut campurtangan dalam pemerintah kerajaan dengan mengatakan bahwa
P.mangkubumi terlalu ambisisus dalam mencari kekuasaan.

Jika disimpulkan inti dari permasalahan yaitu VOC berusaha mencampuri urusan dalam negeri
Mataram dan memaksakan kehendak melalui berbagai perjanjian.
B. PROSES/JALANNYA PERLAWANAN

Akhirnya, Pangeran Mangkubumi dan Raden Mas’said, memutuskan untuk saling bersatu melawan
pemerintahan VOC, karena masing-masing , ketidakadilan yang diteriama oleh keduanya. Raden
Mas’said dan Pangeran Mangkubumi semakin bersatu setelah Raden Mas’said dijadikan menantu
oleh Mangkubumi. Mangkubumi dan Mas’said sepakat untuk membagi wilayah perjuangan. Raden
Mas’said bergerak di wilayah timur, daerah Surakarta ke selatan terus ke Madiun, Ponorogo dengan
pusatnya Sukowati. Sedang, Mangkubumi konsentrasi di bagian barat dekat Pleret ( termasuk daerah
Yogyakarta sekarang ).

Hingga pada tahun 1749 dalam suasana perang sedang gencar-gencarnya terjadi diberbagai tempat,
terpetik berita kalau raja Pakubuwana jatuh sakit.

Hingga dalam keadaan sakit, Pangkubuwana dipaksa untuk menandatangani perjanjian dengan VOC.
Hal ini sangat berakibat pedih pada para punggawa dan rakyat Mataram.

Sebab, perjanjian itu berisi pasal-pasal :

1. Susuhunan Pakubuwana II menyerahkan kerajaan Matarm baik secara de facto maupun de jure
kepada VOC.

2. Hanya keturunan Pakubuwana II yang berhak naik tahta, dan akan dinobatkan oleh VOC
menjadi raja Mataram, dengan tanah Mataram sebagai pinjaman dari VOC.

3. Putera mahkota akan segera dinobatkan. Sembilan hari setelah penandatanganan perjanjian itu
Pakubuwana II wafat.

Hal ini semakin membuat Pangeran Mangkubumi dan Raden Mas’Said, kecewa, hingga mereka
semakin meningkatkan perlawanan terhadap VOC.

Mereka semakin gencar melaksanakan Perlawanan ,Mangkubumi dan Raden Mas Said mendapat
dukungan dari rakyat Mataram dan para bupati pesisir. Para pemberontak di Jawa Tengah juga
menggabungkan diri dengan mengadakan perang gerilya yang sangat merugikan Belanda.

Pertempuran ini terjadi di sungai Bogowonto, pasukan VOC banyak yang binasa, dan pimpinan VOC
De Clerk juga tewas. VOC akhirnya berhasil membujuk Pangeran Mangkubumi untuk
menandatangani Perjanjian Giyanti (1755).

Isi Perjanjian Giyanti adalah Kerajaan Mataram dibagi dua, yaitu:

a. Mataram Barat diserahkan kepada Pangeran Mangkubumi dengan gelar Hamengku Buwono I,
kerajaannya dinamakan Kasultanan Yogyakarta. b. Mataram Timur, tetap dikuasai oleh Paku
Buwono III, kerajaannya dinamakan Kasultanan Surakarta. Untuk menghentikan perlawanan Mas
Said, VOC pada tahun 1575 membujuknya untuk menandatangani Perjanjian Salatiga yang isinya
Kerajaan Surakarta dibagi dua, yaitu:
a. Bagian barat diperintah oleh Sultan Paku Buwono III, dan disebut Kasunanan.

b. Bagian timur diperintah oleh Mas Said, yang bergelar Pangeran Adipati Mangkunegoro I,
wilayahnya disebut Mangkunegaran.

C. Akibat dari perlawanan Pangeran Mangkubumi dan Mas Said

Akibat dari perlawanan Pengeran Mankubumi dan Mas Said baik untuk Indonesia maupun VOC yaitu
dampak yang ditimbulkan perang untuk Indonesia yaitu membuat Mangkubumi bersedia
menandatangani perjanjian Griyanti dan Raden Mas Said menandatangani perjanjian Salatiga.
Perjanjian yang mereka setujui untuk menghentikan perlawanan dan memperoleh wilayahnya masing-
masing sesuai pada perjanjian serta mempersempit wilayah mataram dan banyak masayarakat pribumi
tewas dalam perlawanan.

Sedangkan dampak yang ditimbulkan untuk VOC yaitu banyak prajurit Belanda yang tewas dalam
perang terutama pimpinan VOC De Clerk juga tewas. Hal ini membuat pihak VOC tak bisa berkutik
lagi sehingga VOC harus membuat perjanjian dengan Pangeran Mangkubumi untuk menandatangani
Perjanjian Giyanti (1755) dan Raden Mas Said untuk menghentikan Perlawanan.

D. PENUTUP

-Kesimpulan

Kami dapat menarik kesimpulan bahwa perlawanan pangeran Mangkubumi dan Mas Said berakhir
setelah VOC memaatahkan perlawanan Mangkubumi dan Raden Mas Said dengan menggunakan
politik “devide et Impera “ yang berakhir dengan perjanjian Giyanti yang disetujui oleh Pangeran
Mangkubumi. Perjanjian Giyanti ternyata belum menyelesaikan permasalahan, sebab Mas Said terus
mengadakan perlawanan terhadap Belanda. Untuk mengatasi perlawanan Mas Said, VOC
mengadakan Perjanjian Salatiga pada tahun 1757. Perlawanan Pangeran Mangkubumi dan Mas Said
disebut juga Perang Sukses.

Anda mungkin juga menyukai