1. Latar Belakang
Raden Mas Sa’id
Latar belakang munculnya perlawan Raden Mas’said terhadap VOC, bermula ketika ia ingin
meminta kepada punggawa kerajaan, untuk dinaikkan pangkat jabatannya. Hal ini didasari oleh
pengalamannya sebagai Gandek Keraton (pegawai rendahan di Istana) ketika ia berusia 14 tahun.
Namun permintaannya tidak dipenuhi, melainkan hanya menuai pelecehan dari keluarga kepatihan,
bahkan ia dianggap membantu orang-orang Cina yang sedang berlangsung pada saat itu.
Akibatnya, Mas’said sakit hati kepada VOC yang dianggapnya menjadi dalang utama yang telah
mebuat kerajaan menjadi kacau akibat persekutuan yang dilakukan. Sehingga terjadilah perlawanan
terhadap VOC. Perlawanan Mas Said ternyata cukup kuat sehingga menjadi ancaman yang serius bagi
eksistensi Pakubuwana II sebagai raja di Mataram. Pada tahun 1745 Pakubuwana II mengumumkan
sayembara barang siapa yang dapat memadamkan perlawanan Mas Said akan diberi hadiah sebidang
tanah di Sukowati (di wilayah Sragen sekarang).
Pangeran Mangkubumi
Sedangkan latar belakang Pangeran Mangkubumi dalam melakukan perlawanan adalah
tidak ditepatinya janji Pangkubuwana II, yang sebelumnya telah mengatakan bahwa barangsiapa yang
berhasil memadamkan perlawanan Mas’said ( yang lebih dulu berontak terhadap persekutuan ), maka
akan diberikan hadiah. Namun , hal ini diingkari, setelah P.Mangkubuwana telah berhasil memadamkan
perlawanan Mas’said. Maka terjadilah pertentangan, hal ini diperparah dengan VOC semena-mena ikut
campurtangan dalam pemerintah kerajaan dengan mengatakan bahwa P.mangkubumi terlalu ambisisus
dalam mencari kekuasaan. Pangeran Mangkubumi dan pengikutnya pertama kali pergi ke Sukowati
untuk menemui Mas Said. Kedua pihak bersepakat untuk bersatu melawan VOC. Mangkubumi dan Mas
Said sepakat untuk membagi wilayah perjuangan.
2. Perlawanan
3. Akhir Perlawanan
Perlawanan Pangeran Mangkubumi berakhir setelah tercapai Perjanjian Giyanti pada tanggal 13
Februari 1755. Isi pokok perjanjian itu adalah bahwa Mataram dibagi dua. Wilayah bagian barat
(daerah Yogyakarta) diberikan
kepada Pangeran Mangkubumi dan berkuasa sebagai sultan dengan sebutan Sri Sultan
Hamengkubuwana I, sedang bagian timur (daerah Surakarta) tetap diperintah oleh Pakubuwana III.
Sementara perlawanan Mas Said berakhir setelah tercapai Perjanjian Salatiga pada tanggal 17 Maret
1757 yang isinya Mas Said diangkat sebagai penguasa di sebagian wilayah Surakarta dengan gelar
Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I.