Anda di halaman 1dari 22

AWAL BERDIRI KERAJAAN TERNATE TIDORE

DISUSUN OLEH :

RADHIYA

NAZEMA RISKIA SYAWAL

DHEA ANANDA

FRYA NUR AMANDA

KELAS : 10 IPS 1

MATA PELAJARAN: SEJARAH INDONESIA

SEKOLAH MENENGAH KEATAS NEGRI 6

BANJARMASIN

TAHUN PELAJARAN

2018/2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada kehadirat ALLAH SWT yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah dan maunahnya kepada kita sekalian.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan kita
Nabi besar MUHAMMAD SAW. Yang membawa kita dari jalan kegelapan
menuju jalan yang terang benderang yakni ajaran islam.

Kami ingin mengucapkan beribu-ribu bahkan berjuta-juta terimakasih kepada


segenap saudara-saudari seiman sekalian, terutama khususnya kepada Guru
pengampuh yang selalu senantiasa tiada bosannya membimbing kami sampai
detik hari ini, juga kepada segenap kawan dan sahabat kami sekalian yang telah
mau untuk kami ajak berdiskusi dalaam pembentukan makalah ini.

Dan doa kami, semoga tulisan yang telah kami usahakan ini, bukan cuman
menjadi bahan bacaan , yang pastinya semakin lama akan rusak sendirinya. Tapi
mudah-mudahan bisa menjadi suatu hal bermanfaat bagi kita semua umumnya,
dan tentunya bagi kami para penulis khususnya.

Dan yang terakhir, kami sangat memohon kepada segenap pembaca


sekalian,Sebagai insan, kami tidak akan pernah luput dari pada salah dan lupa.
Maka dari itu, apabila mungkin dari beberapa hal yang telah kami uraikan, baik
dalam segi pemahaman ataupun penulisan ada kesalahan, maka kami mohon
klarisifikasi, kritik dan sarannya yang membangun, dan tentunya yang demikian
sangat kami harapkan.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................. ...................................................................... I

DAFTAR ISI....................................................................................................................... II

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1

I.I LATAR BELAKANG........................................................................................... 2


.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................

I.II RUMUSAN MASALAH..................................................................................... 3

I.III TUJUAN PENULISAN...................................................................................... 3

BAB II. ISI/PEMBAHASAN.............................................................................................. 4

BAB III. KESIMPULAN....................................................................................................18

SARAN................................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................19

ii
BAB I

PENNDAHULUAN

A. Latar Belakang  

Pada abad ke-15, para pedagang dan ulama dari Malaka dan Jawa menyebarkan
Islam ke sana. Dari sini muncul empat kerajaan Islam di Maluku yang disebut
Maluku Kie Raha (Maluku Empat Raja) yaitu Kesultanan Ternate yang dipimpin
Sultan Zainal Abidin (1486-1500), Kesultanan Tidore yang dipimpin oleh Sultan
Mansur, Kesultanan Jailolo yang dipimpin oleh Sultan Sarajati, dan Kesultanan
Bacan yang dipimpin oleh Sultan Kaicil Buko. Pada masa kesultanan itu
berkuasa, masyarakat muslim di Maluku sudah menyebar sampai ke Banda, Hitu,
Haruku, Makyan, dan Halmahera.

Kerajaan Ternate dan Tidore yang terletak di sebelah Pulau Halmahera (Maluku
Utara) adalah dua kerajaan yang memiliki peran yang menonjol dalam
menghadapi kekuatan-kekuatan asing yang mencoba menguasai Maluku. Dalam
perkembangan selanjutnya, kedua kerajaan ini bersaing memperebutkan hegemoni
politik di kawasan Maluku. Kerajaan Ternate dan Tidore merupakan daerah
penghasil rempah-rempah, seperti pala dan cengkeh, sehingga daerah ini menjadi
pusat perdagangan rempah-rempah. Wilayah Maluku bagian timur dan pantai-
pantai Irian (Papua), dikuasai oleh Kesultanan Tidore, sedangkan sebagian besar
wilayah Maluku, Gorontalo, dan Banggai di Sulawesi, dan sampai ke Flores dan
Mindanao, dikuasai oleh Kesultanan Ternate.

1
Kerajaan Ternate mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Baabullah,
sedangkan Kerajaan Tidore mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan
Nuku. Persaingan di antara kerajaan Ternate dan Tidore adalah dalam
perdagangan. Dari persaingan ini menimbulkan dua persekutuan dagang, masing-
masing menjadi pemimpin dalam persekutuan tersebut, yaitu:

Uli-Lima (persekutuan lima bersaudara) dipimpin oleh Ternate meliputi Bacan,


Seram, Obi, dan Ambon. Pada masa Sultan Baabulah, Kerajaan Ternate mencapai
aman keemasan dan disebutkan daerah kekuasaannya meluas ke Filipina.
Uli-Siwa (persekutuan sembilan bersaudara) dipimpin oleh Tidore meliputi
Halmahera, Jailalo sampai ke Papua. Kerajaan Tidore mencapai aman keemasan
di bawah pemerintahan Sultan Nuku. Kerajaan-kerajaan Islam lainnya yang
berkembang adalah Kesultanan Palembang yang didirikan oleh Ki Gedeng Suro,
Kerajaan Bima di daerah bagian timur Sumbawa, dengan rajanya La Ka’i, Siak
Sri Indrapura yang didirikan oleh Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah, dan masih
banyak lagi Kerajaan Islam kecil lainnya di Indonesia.

2
B. Rumusan Masalah

1.1 Bagaimana Sejarah Berdirinya Kerajaan Ternate Tidore ?

1.2 Dimana Letak Kerajaan Ternate Tidore?

1.3 Bagaimana Aspek Kehidupan Masyarakat Kerajaan Ternate Tidore ?

1.4 Kapan Masa Kejayaan & Kemunduran Kerajaan Ternate ?

1.5 Kapan Masa Kejayaan & Kemunduran Kerajaan Tidore ?

C. Tujuan

1.1 Untuk mengetahui dimana letak Kerajaan Ternate Tidore.

1.2 Untuk mengetahui bagaimana sejarah Kerajaan Ternate Tidore.

1.3 Untuk mengetahui sejarah berdirinya Kerajaan Ternate Tidore.

1.4 Untuk mengetahui aspek kehidupan masyarakat Kerajaan Ternate Tidore.

1.5 Untuk mengetahui masa kejayaan & kemunduran Kerajaan Ternate Tidore.

3
BAB II

ISI

Masuknya Islam ke Maluku erat kaitannya dengan kegiatan perdagangan.

Pada abad ke-15, para pedagang dan ulama dari Malaka dan Jawa menyebarkan

Islam ke sana. Dari sini muncul empat kerajaan Islam di Maluku yang disebut

Maluku Kie Raha (Maluku Empat Raja) yaitu Kesultanan Ternate yang

dipimpin Sultan Zainal Abidin (1486-1500), Kesultanan Tidore yang dipimpin

oleh Sultan Mansur, Kesultanan Jailolo yang dipimpin oleh Sultan Sarajati,

dan Kesultanan Bacan yang dipimpin oleh Sultan Kaicil Buko. Pada masa
kesultanan itu berkuasa, masyarakat muslim di Maluku sudah menyebar sampai

ke Banda, Hitu, Haruku, Makyan, dan Halmahera.

Kerajaan Ternate dan Tidore yang terletak di sebelah Pulau Halmahera

(Maluku Utara) adalah dua kerajaan yang memiliki peran yang menonjol dalam

menghadapi kekuatan-kekuatan asing yang mencoba menguasai Maluku. Dalam

perkembangan selanjutnya, kedua kerajaan ini bersaing memperebutkan hegemoni

politik di kawasan Maluku. Kerajaan Ternate dan Tidore merupakan daerah

penghasil rempah-rempah, seperti pala dan cengkeh, sehingga daerah ini menjadi

pusat perdagangan rempah-rempah.

Wilayah Maluku bagian timur dan pantai-pantai Irian (Papua), dikuasai

oleh Kesultanan Tidore, sedangkan sebagian besar wilayah Maluku, Gorontalo,

4
dan Banggai di Sulawesi, dan sampai ke Flores dan Mindanao, dikuasai oleh

Kesultanan Ternate. Kerajaan Ternate mencapai puncak kejayaannya pada

masa Sultan Baabullah, sedangkan Kerajaan Tidore mencapai puncak

kejayaannya pada masa Sultan Nuku.

Persaingan di antara kerajaan Ternate dan Tidore adalah dalam perdagangan.

Dari persaingan ini menimbulkan dua persekutuan dagang, masing-masing

menjadi pemimpin dalam persekutuan tersebut, yaitu:

a. Uli-Lima (persekutuan lima bersaudara) dipimpin oleh Ternate meliputi

Bacan, Seram, Obi, dan Ambon. Pada masa Sultan Baabulah, Kerajaan

Ternate mencapai aman keemasan dan disebutkan daerah kekuasaannya

meluas ke Filipina.

b. Uli-Siwa (persekutuan sembilan bersaudara) dipimpin oleh Tidore meliputi

Halmahera, Jailalo sampai ke Papua. Kerajaan Tidore mencapai aman

keemasan di bawah pemerintahan Sultan Nuku.

Kerajaan-kerajaan Islam lainnya yang berkembang adalah Kesultanan

Palembang yang didirikan oleh Ki Gedeng Suro, Kerajaan Bima di daerah

bagian timur Sumbawa, dengan rajanya La Ka’i, Siak Sri Indrapura yang

didirikan oleh Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah, dan masih banyak lagi Kerajaan

Islam kecil lainnya di Indonesia.

5
LETAK KERAJAAN

Secara geografis kerajaan ternate dan tidore terletak di Kepulauan Maluku, antara
sulawesi dan irian jaya letak terletak tersebut sangat strategis dan penting dalam
dunia perdagangan masa itu. Pada masa itu, kepulauan maluku merupakan
penghasil rempah-rempah terbesar sehingga di juluki sebagai “The Spicy Island”.
Rempah-rempah menjadi komoditas utama dalam dunia perdagangan pada saat
itu, sehingga setiap pedagang maupun bangsa-bangsa yang datang dan bertujuan
ke sana, melewati rute perdagangan tersebut agama islam meluas ke maluku,
seperti Ambon, ternate, dan tidore. Keadaan seperti ini, telah mempengaruhi
aspek-aspek kehidupan masyarakatnya, baik dalam bidang politik, ekonomi,
sosial, dan budaya.

A. KEHIDUPAN POLITIK

Di kepulauan maluku terdapat kerajaan kecil, diantaranya kerajaan ternate sebagai


pemimpin Uli Lima yaitu persekutuan lima bersaudara. Uli Siwa yang berarti
persekutuan sembilan bersaudara. Ketika bangsa portugis masuk, portugis
langsung memihak dan membantu ternate, hal ini dikarenakan portugis mengira
ternate lebih kuat. Begitu pula bangsa spanyol memihak tidore akhirnya terjadilah
peperangan antara dua bangsa kulit, untuk menyelesaikan, Paus turun tangan dan
menciptakan perjanjian saragosa. Dalam perjanjian tersebut bangsa spanyol harus
meninggalkan maluku dan pindah ke Filipina, sedangkan Portugis tetap berada di
maluku.

o Sultan Hairun

Untuk dapat memperkuat kedudukannya, portugis mendirikan sebuah benteng


yang di beri nama Benteng Santo Paulo. Namun tindakan portugis semakin lama
di benci oleh rakyat dan para penjabat kerajaan ternate. Oleh karena itu sultan
hairun secara terang-terangan menentang politik monopoli dari bangsa portugis.

6
* Sultan Baabullah

Sultan baabullah (Putra Sultan Hairun) bangkit menentang portugis. Tahun 1575
M Portugis dapat dikalahkan dan meninggalkan benteng.

B. KEHIDUPAN EKONOMI

Tanah di Kepulauan maluku itu subur dan diliputi hutan rimba yang banyak
memberikan hasil diantaranya cengkeh dan di kepulauan Banda banyak
menghasilkan pala. Pada abad ke 12 M permintaan rempah-rempah meningkat,
sehingga cengkeh merupakan komoditi yang penting. Pesatnya perkembangan
perdagangan keluar dari maluku mengakibatkan terbentuknya persekutuan. Selain
itu mata pencaharian perikanan turut mendukung perekonomian masyarakat.

C. KEHIDUPAN SOSIAL

Kedatangan bangsa portugis di kepulauan Maluku bertujuan untuk menjalin


perdagangan dan mendapatkan rempah-rempah. Bangsa Portugis juga ingin
mengembangkan agama katholik. Dalam 1534 M, agama Katholik telah
mempunyai pijakan yang kuat di Halmahera, Ternate, dan Ambon, berkat
kegiatan Fransiskus Xaverius.

Seperti sudah diketahui, bahwa sebagian dari daerah maluku terutama Ternate
sebagai pusatnya, sudah masuk agama islam. Oleh karena itu, tidak jarang
perbedaan agama ini dimanfaatkan oleh orang-orang Portugis untuk memancing
pertentangan antara para pemeluk agama itu. Dan bila pertentangan sudah terjadi
maka pertentangan akan diperuncing lagi dengan campur tangannya orang-orang
Portugis dalam bidang pemerintahan, sehingga seakan-akan merekalah yang
berkuasa.

7
Setelah masuknya kompeni Belanda di Maluku, semua orang yang sudah
memeluk agama Katholik harus berganti agama menjadi Protestan. Hal ini
menimbulkan masalah-masalah sosial yang sangat besar dalam kehidupan rakyat
dan semakin tertekannya kehidupan rakyat.

Keadaan ini menimbulkan amarah yang luar biasa dari rakyat Maluku kepada
kompeni Belanda. Di Bawah pimpinan Sultan Ternate, perang umum berkobar,
namun perlawanan tersebut dapat dipadamkan oleh kompeni Belanda. Kehidupan
rakyat Maluku pada zaman kompeni Belanda sangat memprihatinkan sehingga
muncul gerakan menentang Kompeni Belanda.

D. KEHIDUPAN BUDAYA

Rakyat Maluku, yang didominasi oleh aktivitas perekonomian tampaknya tidak


begitu banyak mempunyai kesempatan untuk menghasilkan karya-karya dalam
bentuk kebudayaan. Jenis-jenis kebudayaan rakyat Maluku tidak begitu banyak
kita ketahui sejak dari zaman berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam seperti
Ternate dan Tidore.

8
MASA KEJAYAAN TERNATE

Kerajaan tidore terletak di sebelah selatan Ternate. Menurut silsilah raja-raja


Ternate dan Tidore, Raja Ternate pertama adalah Muhammad Naqal yang naik
tahta pada tahun 1081 M. Baru pada tahun 1471 M, agama Islam masuk di
kerajaan Tidore yang dibawa oleh Ciriliyah, Raja Tidore yang kesembilan.
Ciriliyah atau Sultan Jamaluddin bersedia masuk Islam berkat dakwah Syekh
Mansur dari Arab. Raja Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa
pemerintahan Sultan Nuku (1780-1805 M).

Sultan Nuku dapat menyatukan Ternate dan Tidore untuk bersama-sama melawan
Belanda yang dibantu Inggris. Belanda kalah serta terusir dari Tidore dan Ternate.
Sementara itu, Inggris tidak mendapat apa-apa kecuali hubungan dagang biasa.
Sultan Nuku memang cerdik, berani, ulet, dan waspada.

Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak diganggu, baik oleh Portugis, Spanyol,
Belanda maupun Inggris sehingga kemakmuran rakyatnya terus meningkat.
Wilayah kekuasaan Tidore cukup luas, meliputi Pulau Seram, Makean Halmahera,
Pulau Raja Ampat, Kai, dan Papua. Pengganti Sultan Nuku adalah adiknya, Zainal
Abidin. Ia juga giat menentang Belanda yang berniat menjajah kembali.

9
MASA KEMUNDURAN KERAJAAN TERNATE

Kemunduran Kerajaan Ternate disebabkan karena diadu domba dengan Kerajaan


Tidore yang dilakukan oleh bangsa asing ( Portugis dan Spanyol ) yang bertujuan
untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah Sultan
Ternate dan Sultan Tidore sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh Portugis
dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir Portugis dan
Spanyol ke luar Kepulauan Maluku.

Namun kemenangan tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang dibentuk
Belanda untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil
menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan
terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.

MASA KEJAYAAN KERAJAAN TIDORE

Kerajaan tidore terletak di sebelah selatan Ternate. Menurut silsilah raja-raja


Ternate dan Tidore, Raja Ternate pertama adalah Muhammad Naqal yang naik
tahta pada tahun 1081 M. Baru pada tahun 1471 M, agama Islam masuk di
kerajaan Tidore yang dibawa oleh Ciriliyah, Raja Tidore yang kesembilan.
Ciriliyah atau Sultan Jamaluddin bersedia masuk Islam berkat dakwah Syekh
Mansur dari Arab.

Raja Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Nuku
(1780-1805 M). Sultan Nuku dapat menyatukan Ternate dan Tidore untuk
bersama-sama melawan Belanda yang dibantu Inggris. Belanda kalah serta terusir
dari Tidore dan Ternate. Sementara itu, Inggris tidak mendapat apa-apa kecuali
hubungan dagang biasa. Sultan Nuku memang cerdik, berani, ulet, dan waspada.

Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak diganggu, baik oleh Portugis, Spanyol,
Belanda maupun Inggris sehingga kemakmuran rakyatnya terus meningkat.
Wilayah kekuasaan Tidore cukup luas, meliputi Pulau Seram, Makean Halmahera,

10
Pulau Raja Ampat, Kai, dan Papua. Pengganti Sultan Nuku adalah adiknya, Zainal
Abidin. Ia juga giat menentang Belanda yang berniat menjajah kembali

MASA KEMUNDURAN KERAJAAN TIDORE

Kemunduran Kerajaan Tidore disebabkan karena diadu domba dengan Kerajaan


Ternate yang dilakukan oleh bangsa asing ( Spanyol dan Portugis ) yang bertujuan
untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah Sultan
Tidore dan Sultan Ternate sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh Portugis
dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir Portugis dan
Spanyol ke luar Kepulauan Maluku.

Namun kemenangan tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang dibentuk
Belanda untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil
menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan
terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.

MASA KEHANCURAN KERAJAAN TERNATE TIDORE

Beberapa sultan Ternate berikutnya tetap berjuang mengeluarkan Ternate dari


cengkeraman Belanda. Dengan kemampuan yang terbatas karena selalu diawasi
mereka hanya mampu menyokong perjuangan rakyatnya secara diam–diam. Yang
terakhir tahun 1914 Sultan Haji Muhammad Usman Syah (1896-1927)
menggerakkan perlawanan rakyat di wilayah–wilayah kekuasaannya, bermula di
wilayah Banggai dibawah pimpinan Hairuddin Tomagola namun gagal.

Di Jailolo rakyat Tudowongi, Tuwada dan Kao dibawah pimpinan Kapita Banau
berhasil menimbulkan kerugian di pihak Belanda, banyak prajurit Belanda yang
tewas termasuk Controleur Belanda Agerbeek dan markas mereka diobrak–abrik.
Akan tetapi karena keunggulan militer serta persenjataan yang lebih lengkap

11
dimiliki Belanda perlawanan tersebut berhasil dipatahkan, kapita Banau ditangkap
dan dijatuhi hukuman gantung. Sultan Haji Muhammad Usman Syah terbukti
terlibat dalam pemberontakan ini oleh karenanya berdasarkan keputusan
pemerintah Hindia Belanda, tanggal 23 September 1915 no. 47, Sultan Haji
Muhammad Usman Syah dicopot dari jabatan sultan dan seluruh hartanya disita,
dia dibuang ke Bandung tahun 1915 dan meninggal disana tahun 1927.

Pasca penurunan Sultan Haji Muhammad Usman Syah jabatan sultan sempat
lowong selama 14 tahun dan pemerintahan adat dijalankan oleh Jogugu serta
dewan kesultanan. Sempat muncul keinginan pemerintah Hindia Belanda untuk
menghapus Kesultanan Ternate namun niat itu urung dilaksanakan karena
khawatir akan reaksi keras yang bisa memicu pemberontakan baru sementara
Ternate berada jauh dari pusat pemerintahan Belanda di Batavia.

Dalam usianya yang kini memasuki usia ke-750 tahun, Kesultanan Ternate masih
tetap bertahan meskipun hanya sebatas simbol budaya.

12
Raja-Raja Ternate

Kolano dan Sultan Ternate Masa jabatan

Baab Mashur Malamo 1257 – 1277

Jamin Qadrat 1277 – 1284

Komala Abu Said 1284 – 1298

Bakuku (Kalabata) 1298 – 1304

Ngara Malamo (Komala) 1304 – 1317

Patsaranga Malamo 1317 – 1322

Cili Aiya (Sidang Arif Malamo) 1322 – 1331

Panji Malamo 1331 – 1332

Syah Alam 1332 – 1343

Tulu Malamo 1343 – 1347

Kie Mabiji (Abu Hayat I) 1347 – 1350

Ngolo Macahaya 1350 – 1357

Momole 1357 – 1359

Gapi Malamo I 1359 – 1372

Gapi Baguna I 1372 – 1377

Komala Pulu 1377 – 1432

Marhum (Gapi Baguna II) 1432 – 1486

Zainal Abidin 1486 – 1500

Sultan Bayanullah 1500 – 1522

13
Hidayatullah 1522 – 1529

Abu Hayat II 1529 – 1533

Tabariji 1533 – 1534

Khairun Jamil 1535 – 1570

Babullah Datu Syah 1570 – 1583

Said Barakat Syah 1583 – 1606

Mudaffar Syah I 1607 – 1627

Hamzah 1627 – 1648

Mandarsyah 1648 – 1650 (masa pertama)

Manila 1650 – 1655

Mandarsyah 1655 – 1675 (masa kedua)

Sibori 1675 – 1689

Said Fatahullah 1689 – 1714

Amir Iskandar Zulkarnain Syaifuddin 1714 – 1751

Ayan Syah 1751 – 1754

Syah Mardan 1755 – 1763

Jalaluddin 1763 – 1774

Harunsyah 1774 – 1781

Achral 1781 – 1796

Muhammad Yasin 1796 – 1801

Muhammad Ali 1807 – 1821

14
Muhammad Sarmoli 1821 – 1823

Muhammad Zain 1823 – 1859

Muhammad Arsyad 1859 – 1876

Ayanhar 1879 – 1900

Muhammad Ilham (Kolano Ara Rimoi) 1900 – 1902

Haji Muhammad Usman Syah 1902 – 1915

Iskandar Muhammad Jabir Syah 1929 – 1975

Haji Mudaffar Syah (Mudaffar Syah II) 1975 – 2015

Raja-Raja Tidore

Kolano dan Sultan Tidore Masa jabatan

Kolano Syahjati alias Muhammad Naqil bin Jaffar Assidiq

Kolano Bosamawange

Kolano Syuhud alias Subu

Kolano Balibunga

Kolano Duko adoya

Kolano Kie Matiti

Kolano Seli

Kolano Matagena

1334-1372: Kolano Nuruddin

1372-1405: Kolano Hasan Syah

15
1495-1512: Sultan Ciriliyati alias Djamaluddin

1512-1526: Sultan Al Mansur

1526-1535: Sultan Amiruddin Iskandar Zulkarnain

1535-1569: Sultan Kiyai Mansur

1569-1586: Sultan Iskandar Sani

1586-1600: Sultan Gapi Baguna

1600-1626: Sultan Mole Majimo alias Zainuddin

1626-1631: Sultan Ngora Malamo alias Alauddin Syah; memindahkan


pemerintahan dan mendirikan Kadato (Istana) Biji Negara di Toloa

1631-1642: Sultan Gorontalo alias Saiduddin

1642-1653: Sultan Saidi

1653-1657: Sultan Mole Maginyau alias Malikiddin

1657-1674: Sultan Saifuddin alias Jou Kota; memindahkan pemerintahan dan


mendirikan Kadato (Istana) Salero di Limau Timore (Soasiu)

1674-1705: Sultan Hamzah Fahruddin

1705-1708: Sultan Abdul Fadhlil Mansur

1708-1728: Sultan Hasanuddin Kaicil Garcia

1728-1757: Sultan Amir Bifodlil Aziz Muhidin Malikul Manan

1757-1779: Sultan Muhammad Mashud Jamaluddin

1780-1783: Sultan Patra Alam

1784-1797: Sultan Hairul Alam Kamaluddin Asgar

16
1797-1805: Sultan Syaidul Jehad Amiruddin Syaifuddin Syah Muhammad El
Mab’us Kaicil Paparangan Jou Barakati Nuku

1805-1810: Sultan Zainal Abidin

1810-1821: Sultan Motahuddin Muhammad Tahir

1821-1856: Sultan Achmadul Mansur Sirajuddin Syah; pembangunan Kadato


(Istana) Kie

1856-1892: Sultan Achmad Syaifuddin Alting

1892-1894: Sultan Achmad Fatahuddin Alting

1894-1906: Sultan Achmad Kawiyuddin Alting alias Shah Juan; setelah wafat,
terjadi konflik internal (Kadato Kie dihancurkan) hingga vakumnya kekuasaan

1947-1967: Sultan Zainal Abidin Syah; diikuti vakumnya kekuasaan

1999-2012: Sultan Djafar Syah; pembangunan kembali Kadato Kie

2012-sekarang: Sultan Husain Syah

Peninggalan Kerajaan Ternate Dan Tidore

Peninggalan kerajaan ternate :

- Istana Sultan Ternate


- Benteng Kerajaan Ternate
- Masjid di Ternate

peninggalan kerajaan tidore :


- Benteng-benteng peninggalan portugis
- Keraton Tidore

17
BAB III
KESIMPULAN

Pada abad ke-15, para pedagang dan ulama dari Malaka dan Jawa
menyebarkan Islam ke sana. Dari sini muncul empat kerajaan Islam di
Maluku yang disebut Maluku Kie Raha (Maluku Empat Raja) yaitu
Kesultanan Ternate yang dipimpin Sultan Zainal Abidin (1486-1500),
Kesultanan Tidore yang dipimpin oleh Sultan Mansur, Kesultanan Jailolo
yang dipimpin oleh Sultan Sarajati, dan Kesultanan Bacan yang dipimpin
oleh Sultan Kaicil Buko.
Pada masa kesultanan itu berkuasa, masyarakat muslim di Maluku sudah
menyebar sampai ke Banda, Hitu, Haruku, Makyan, dan Halmahera.
Kerajaan Ternate dan Tidore yang terletak di sebelah Pulau Halmahera
(Maluku Utara) adalah dua kerajaan yang memiliki peran yang menonjol
dalam menghadapi kekuatan-kekuatan asing yang mencoba menguasai
Maluku. Kerajaan Ternate dan Tidore memiliki letak yang sangat penting
dalam dunia perdagangan pada masa itu. Kedua kerajaan ini terletak di
daerah Kepulauan Maluku. Pada masa itu, Kepulauan Maluku merupakan
penghasil rempah-rempah terbesar, sehingga dijuluki sebagai “the Spice
Island”.

18
SARAN

Dari keberadaanya Kerajaan Ternate & Tidore di wilayah nusantara pada


masa yang lalu. Maka kita wajib mensyukurinya. Rasa syukur tersebut
dapat di wujudkan dalam sikap dan perilaku dengan hati yang tulus serta
di dorong rasa tanggung jawab yang tinggi untuk melestarikan dan
memelihara budaya nenek moyang kita. Jika kita ikut berpartisipasi dalam
menjamin kelestariannya berarti kita ikut mengangkat derajat dan jati diri
bangsa. Oleh karena itu marilah kita bersama sama menjaga dan
memelihara peninggalan budaya bangsa yang menjadi kebanggaan kita
semua.

DAFTAR PUSAKA

https://histori.id/kerajaan-ternate/
http://budi-ghost.blogspot.com/2011/03/sejarah-kerajaan-ternate-dan-
tidore.html
https://www.gurupendidikan.co.id/kerajaan-ternate-dan-tidore/
https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Tidore

19

Anda mungkin juga menyukai