DISUSUN OLEH :
RADHIYA
DHEA ANANDA
KELAS : 10 IPS 1
BANJARMASIN
TAHUN PELAJARAN
2018/2019
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada kehadirat ALLAH SWT yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah dan maunahnya kepada kita sekalian.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan kita
Nabi besar MUHAMMAD SAW. Yang membawa kita dari jalan kegelapan
menuju jalan yang terang benderang yakni ajaran islam.
Dan doa kami, semoga tulisan yang telah kami usahakan ini, bukan cuman
menjadi bahan bacaan , yang pastinya semakin lama akan rusak sendirinya. Tapi
mudah-mudahan bisa menjadi suatu hal bermanfaat bagi kita semua umumnya,
dan tentunya bagi kami para penulis khususnya.
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................... II
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
SARAN................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................19
ii
BAB I
PENNDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada abad ke-15, para pedagang dan ulama dari Malaka dan Jawa menyebarkan
Islam ke sana. Dari sini muncul empat kerajaan Islam di Maluku yang disebut
Maluku Kie Raha (Maluku Empat Raja) yaitu Kesultanan Ternate yang dipimpin
Sultan Zainal Abidin (1486-1500), Kesultanan Tidore yang dipimpin oleh Sultan
Mansur, Kesultanan Jailolo yang dipimpin oleh Sultan Sarajati, dan Kesultanan
Bacan yang dipimpin oleh Sultan Kaicil Buko. Pada masa kesultanan itu
berkuasa, masyarakat muslim di Maluku sudah menyebar sampai ke Banda, Hitu,
Haruku, Makyan, dan Halmahera.
Kerajaan Ternate dan Tidore yang terletak di sebelah Pulau Halmahera (Maluku
Utara) adalah dua kerajaan yang memiliki peran yang menonjol dalam
menghadapi kekuatan-kekuatan asing yang mencoba menguasai Maluku. Dalam
perkembangan selanjutnya, kedua kerajaan ini bersaing memperebutkan hegemoni
politik di kawasan Maluku. Kerajaan Ternate dan Tidore merupakan daerah
penghasil rempah-rempah, seperti pala dan cengkeh, sehingga daerah ini menjadi
pusat perdagangan rempah-rempah. Wilayah Maluku bagian timur dan pantai-
pantai Irian (Papua), dikuasai oleh Kesultanan Tidore, sedangkan sebagian besar
wilayah Maluku, Gorontalo, dan Banggai di Sulawesi, dan sampai ke Flores dan
Mindanao, dikuasai oleh Kesultanan Ternate.
1
Kerajaan Ternate mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Baabullah,
sedangkan Kerajaan Tidore mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan
Nuku. Persaingan di antara kerajaan Ternate dan Tidore adalah dalam
perdagangan. Dari persaingan ini menimbulkan dua persekutuan dagang, masing-
masing menjadi pemimpin dalam persekutuan tersebut, yaitu:
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1.5 Untuk mengetahui masa kejayaan & kemunduran Kerajaan Ternate Tidore.
3
BAB II
ISI
Pada abad ke-15, para pedagang dan ulama dari Malaka dan Jawa menyebarkan
Islam ke sana. Dari sini muncul empat kerajaan Islam di Maluku yang disebut
Maluku Kie Raha (Maluku Empat Raja) yaitu Kesultanan Ternate yang
oleh Sultan Mansur, Kesultanan Jailolo yang dipimpin oleh Sultan Sarajati,
dan Kesultanan Bacan yang dipimpin oleh Sultan Kaicil Buko. Pada masa
kesultanan itu berkuasa, masyarakat muslim di Maluku sudah menyebar sampai
(Maluku Utara) adalah dua kerajaan yang memiliki peran yang menonjol dalam
penghasil rempah-rempah, seperti pala dan cengkeh, sehingga daerah ini menjadi
4
dan Banggai di Sulawesi, dan sampai ke Flores dan Mindanao, dikuasai oleh
Bacan, Seram, Obi, dan Ambon. Pada masa Sultan Baabulah, Kerajaan
meluas ke Filipina.
bagian timur Sumbawa, dengan rajanya La Ka’i, Siak Sri Indrapura yang
didirikan oleh Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah, dan masih banyak lagi Kerajaan
5
LETAK KERAJAAN
Secara geografis kerajaan ternate dan tidore terletak di Kepulauan Maluku, antara
sulawesi dan irian jaya letak terletak tersebut sangat strategis dan penting dalam
dunia perdagangan masa itu. Pada masa itu, kepulauan maluku merupakan
penghasil rempah-rempah terbesar sehingga di juluki sebagai “The Spicy Island”.
Rempah-rempah menjadi komoditas utama dalam dunia perdagangan pada saat
itu, sehingga setiap pedagang maupun bangsa-bangsa yang datang dan bertujuan
ke sana, melewati rute perdagangan tersebut agama islam meluas ke maluku,
seperti Ambon, ternate, dan tidore. Keadaan seperti ini, telah mempengaruhi
aspek-aspek kehidupan masyarakatnya, baik dalam bidang politik, ekonomi,
sosial, dan budaya.
A. KEHIDUPAN POLITIK
o Sultan Hairun
6
* Sultan Baabullah
Sultan baabullah (Putra Sultan Hairun) bangkit menentang portugis. Tahun 1575
M Portugis dapat dikalahkan dan meninggalkan benteng.
B. KEHIDUPAN EKONOMI
Tanah di Kepulauan maluku itu subur dan diliputi hutan rimba yang banyak
memberikan hasil diantaranya cengkeh dan di kepulauan Banda banyak
menghasilkan pala. Pada abad ke 12 M permintaan rempah-rempah meningkat,
sehingga cengkeh merupakan komoditi yang penting. Pesatnya perkembangan
perdagangan keluar dari maluku mengakibatkan terbentuknya persekutuan. Selain
itu mata pencaharian perikanan turut mendukung perekonomian masyarakat.
C. KEHIDUPAN SOSIAL
Seperti sudah diketahui, bahwa sebagian dari daerah maluku terutama Ternate
sebagai pusatnya, sudah masuk agama islam. Oleh karena itu, tidak jarang
perbedaan agama ini dimanfaatkan oleh orang-orang Portugis untuk memancing
pertentangan antara para pemeluk agama itu. Dan bila pertentangan sudah terjadi
maka pertentangan akan diperuncing lagi dengan campur tangannya orang-orang
Portugis dalam bidang pemerintahan, sehingga seakan-akan merekalah yang
berkuasa.
7
Setelah masuknya kompeni Belanda di Maluku, semua orang yang sudah
memeluk agama Katholik harus berganti agama menjadi Protestan. Hal ini
menimbulkan masalah-masalah sosial yang sangat besar dalam kehidupan rakyat
dan semakin tertekannya kehidupan rakyat.
Keadaan ini menimbulkan amarah yang luar biasa dari rakyat Maluku kepada
kompeni Belanda. Di Bawah pimpinan Sultan Ternate, perang umum berkobar,
namun perlawanan tersebut dapat dipadamkan oleh kompeni Belanda. Kehidupan
rakyat Maluku pada zaman kompeni Belanda sangat memprihatinkan sehingga
muncul gerakan menentang Kompeni Belanda.
D. KEHIDUPAN BUDAYA
8
MASA KEJAYAAN TERNATE
Sultan Nuku dapat menyatukan Ternate dan Tidore untuk bersama-sama melawan
Belanda yang dibantu Inggris. Belanda kalah serta terusir dari Tidore dan Ternate.
Sementara itu, Inggris tidak mendapat apa-apa kecuali hubungan dagang biasa.
Sultan Nuku memang cerdik, berani, ulet, dan waspada.
Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak diganggu, baik oleh Portugis, Spanyol,
Belanda maupun Inggris sehingga kemakmuran rakyatnya terus meningkat.
Wilayah kekuasaan Tidore cukup luas, meliputi Pulau Seram, Makean Halmahera,
Pulau Raja Ampat, Kai, dan Papua. Pengganti Sultan Nuku adalah adiknya, Zainal
Abidin. Ia juga giat menentang Belanda yang berniat menjajah kembali.
9
MASA KEMUNDURAN KERAJAAN TERNATE
Namun kemenangan tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang dibentuk
Belanda untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil
menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan
terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.
Raja Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Nuku
(1780-1805 M). Sultan Nuku dapat menyatukan Ternate dan Tidore untuk
bersama-sama melawan Belanda yang dibantu Inggris. Belanda kalah serta terusir
dari Tidore dan Ternate. Sementara itu, Inggris tidak mendapat apa-apa kecuali
hubungan dagang biasa. Sultan Nuku memang cerdik, berani, ulet, dan waspada.
Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak diganggu, baik oleh Portugis, Spanyol,
Belanda maupun Inggris sehingga kemakmuran rakyatnya terus meningkat.
Wilayah kekuasaan Tidore cukup luas, meliputi Pulau Seram, Makean Halmahera,
10
Pulau Raja Ampat, Kai, dan Papua. Pengganti Sultan Nuku adalah adiknya, Zainal
Abidin. Ia juga giat menentang Belanda yang berniat menjajah kembali
Namun kemenangan tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang dibentuk
Belanda untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil
menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan
terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.
Di Jailolo rakyat Tudowongi, Tuwada dan Kao dibawah pimpinan Kapita Banau
berhasil menimbulkan kerugian di pihak Belanda, banyak prajurit Belanda yang
tewas termasuk Controleur Belanda Agerbeek dan markas mereka diobrak–abrik.
Akan tetapi karena keunggulan militer serta persenjataan yang lebih lengkap
11
dimiliki Belanda perlawanan tersebut berhasil dipatahkan, kapita Banau ditangkap
dan dijatuhi hukuman gantung. Sultan Haji Muhammad Usman Syah terbukti
terlibat dalam pemberontakan ini oleh karenanya berdasarkan keputusan
pemerintah Hindia Belanda, tanggal 23 September 1915 no. 47, Sultan Haji
Muhammad Usman Syah dicopot dari jabatan sultan dan seluruh hartanya disita,
dia dibuang ke Bandung tahun 1915 dan meninggal disana tahun 1927.
Pasca penurunan Sultan Haji Muhammad Usman Syah jabatan sultan sempat
lowong selama 14 tahun dan pemerintahan adat dijalankan oleh Jogugu serta
dewan kesultanan. Sempat muncul keinginan pemerintah Hindia Belanda untuk
menghapus Kesultanan Ternate namun niat itu urung dilaksanakan karena
khawatir akan reaksi keras yang bisa memicu pemberontakan baru sementara
Ternate berada jauh dari pusat pemerintahan Belanda di Batavia.
Dalam usianya yang kini memasuki usia ke-750 tahun, Kesultanan Ternate masih
tetap bertahan meskipun hanya sebatas simbol budaya.
12
Raja-Raja Ternate
13
Hidayatullah 1522 – 1529
14
Muhammad Sarmoli 1821 – 1823
Raja-Raja Tidore
Kolano Bosamawange
Kolano Balibunga
Kolano Seli
Kolano Matagena
15
1495-1512: Sultan Ciriliyati alias Djamaluddin
16
1797-1805: Sultan Syaidul Jehad Amiruddin Syaifuddin Syah Muhammad El
Mab’us Kaicil Paparangan Jou Barakati Nuku
1894-1906: Sultan Achmad Kawiyuddin Alting alias Shah Juan; setelah wafat,
terjadi konflik internal (Kadato Kie dihancurkan) hingga vakumnya kekuasaan
17
BAB III
KESIMPULAN
Pada abad ke-15, para pedagang dan ulama dari Malaka dan Jawa
menyebarkan Islam ke sana. Dari sini muncul empat kerajaan Islam di
Maluku yang disebut Maluku Kie Raha (Maluku Empat Raja) yaitu
Kesultanan Ternate yang dipimpin Sultan Zainal Abidin (1486-1500),
Kesultanan Tidore yang dipimpin oleh Sultan Mansur, Kesultanan Jailolo
yang dipimpin oleh Sultan Sarajati, dan Kesultanan Bacan yang dipimpin
oleh Sultan Kaicil Buko.
Pada masa kesultanan itu berkuasa, masyarakat muslim di Maluku sudah
menyebar sampai ke Banda, Hitu, Haruku, Makyan, dan Halmahera.
Kerajaan Ternate dan Tidore yang terletak di sebelah Pulau Halmahera
(Maluku Utara) adalah dua kerajaan yang memiliki peran yang menonjol
dalam menghadapi kekuatan-kekuatan asing yang mencoba menguasai
Maluku. Kerajaan Ternate dan Tidore memiliki letak yang sangat penting
dalam dunia perdagangan pada masa itu. Kedua kerajaan ini terletak di
daerah Kepulauan Maluku. Pada masa itu, Kepulauan Maluku merupakan
penghasil rempah-rempah terbesar, sehingga dijuluki sebagai “the Spice
Island”.
18
SARAN
DAFTAR PUSAKA
https://histori.id/kerajaan-ternate/
http://budi-ghost.blogspot.com/2011/03/sejarah-kerajaan-ternate-dan-
tidore.html
https://www.gurupendidikan.co.id/kerajaan-ternate-dan-tidore/
https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Tidore
19