Anda di halaman 1dari 21

Tugas sejarah

sejarah kerajaan
taruma negara

kelompok 2
nama kelompok
-Chelsea Toha
-Varel Manu '
-Putri baok
-Juan Londingkene
-Irma Kandeku
• sejarah kerajaan (tahun berdiri,nama
raja,lokasi kerajaan)

• kehidupan politik pemerintahan,sosial

intruksi soal budaya,dan ekonomi

• hasil-hasil peninggalan kerajaan


Apa yang akan kita bahas hari ini

• masa kejayaan dan keruntuhan (faktor


kemajuan dan keruntuhan)
kerajaan tarumanegara
Kami adalah perusahaan modal ventura
pertama di Surabaya

Raja Jayasingawarman berasal dari Salakanagara, sebuah kerajaan


yang menguasai wilayah Pulau Jawa bagian barat termasuk pulau
dan laut yang membentang hingga ke Sumatera. Sang raja berhasil
memimpin keluarga kerajaan dalam pelariannya dari serangan
musuh. Jayasingawarman kemudian mendirikan kerajaan
TARUMANEGA Banten, pada 358 M. Jayasingawarman pun
menjadi raja pertama yang memerintah
daftar nama raja di kerajaan tarumanegara

Sejarah tentang para raja yang berkuasa di Kerajaan Tarumanegara dapat dipelajari
dari naskah "Wangsakerta". Naskah ini merupakan kumpulan tulisan yang dibuat oleh
Pangeran Wangsakerta. Berikut ini adalah sederet raja yang pernah berkuasa di
Kerajaan Tarumanegara.
Jayasingawarman (358-382 M)
Dharmayawarman (382-395 M)
Purnawarman (395-434 M)
Wisnuwarman (434 455 M) I
ndrawarman (455-515 M)
Candrawarman (515-535 M)
Suryawarman (535-561 M)
Kertawarman (561-628 M)
Sudhawarman (628-639 M)
Hariwangsawarman (629-640 M)
Nagajayawarman (640-666 M)
Linggawarman (666-669 M)
lokasi kerajaan

Kerajaan Tarumanegara menduduki wilayah


Jawa Barat, tepatnya di dekat Sungai Citarum
Kehidupan Ekonomi Kerajaan Tarumanegara
Kehidupan ekonomi masyarakat kerajaan Tarumanegara mengandalkan pertanian dan perdagangan. Hal ini dibuktikan dari isi Prasasti Tugu mengenai
penggalian sungai Candrabaga dan Gomati. Penggalian kedua sungai ini merupakan bukti bekerjsama selain untuk menghindari banjir, tujuannya juga
dipakai untuk kegiatan irigasi-irigasi pertanian. Maka sanggup kita analisis bahwa kehidupan ekonomi kerajaan Tarumanegara mengandalkan
pertanian.

Gambaran bagaimana kehidupan ekonomi di kerajaan Tarumanegara sanggup diketahui juga dari catatan Fa-Hien (pedagang Tiongkok). Dalam
catatannya disebutkan bahwa masyarakat di kerajaan Tarumanegara mempunyai mata pencaharian sebagai petani, peternak, pemburu hewan dan
pedagang. Beberapa komoditas perdagangan di kerajaan ini ibarat perak, kulit penyu, dan cula badak.

Kehidupan Politik Kerajaan Tarumanegara


Sebelum kita bahas kehidupan politik kerajaan Tarumanegara, sedikit pendahuluan mengenai asal seruan penamaan kerajaan ini.
Tarumanegara berasal dari dua kata, yaitu "Tarum" dan Nagara. Tarum merupakan nama sebuah sungai di Jawa Barat, yakni Citarum.
Sementara "Negara" berarti sebuah kerajaan. Keberadaan kerajaan Tarumanegara dibuktikan dari inovasi kompleks percandian Batujaya
dan Cibuaya di muara Sungai Citarum.
Salah satu sumber sejarah yang mengungkap bagaimana kehidupan politik di kerajaan Tarumanegara yakni Naskah Wangsakerta. Di
dalam naskah ini memuat nama raja-raja Tarumanegara yang jumlahnya dari bangun sampai runtuh mencapai 12 raja. Memang belum
ada bukti yang menyebutkan siapa pendiri kerajaan Tarumanegara, namun pada naskah Wangsakerta disebutkan bahwa raja pertama
Tarumanegara bernama Jayasingawarman, namun banyak para pakar mencurigai isi naskah tersebut.
Menurut naskah Wangsakerta, kerajaan Tarumanegara didirikan pada tahun 258 masehi oleh Jayasingawarman. Raja pertama ini lalu
digantikan oleh puteranya berjulukan Dharmayawarman. Ia memerintah dari tahun 382 sampai 395 masehi. Makam Jayasingawarman
dipusarkan di tepi kali Gomati, sementara Dharmayawarman di tepi kali Candrabaga.
Kehidupan Budaya Kerajaan Tarumanegara

Masuknya efek dari India lalu mengakibatkan perkembangan kebudayaan masyarakat Tarumanegara. Sebagai contoh, di
bidang sastra masyarakat mulai mengenal syair. Hal ini dibuktikan dari beberapa prasasti peninggalan kerajaan Tarumanegara
berbentuk syair, dengan memakai abjad Pallawa dan bahasa Sanskerta.

Selain dibidang sastra, kebudayaan pahat juga berkembang, dibuktikan dengan kesamaan inovasi arca di Cibuaya dan di
Semenanjung Melayu dan Siam. Arca yang ditemukan di Cibuaya yaitu sebuah arca Wisnu.

Kehidupan Sosial Kerajaan Tarumanegara


Tarumanegara merupakan kerajaan Hindu beraliran Wisnu. Masuknya efek India
di dalam kehidupan masyarakat kerajaan Tarumanegara tentu merubah
kehidupan sosial yang lalu mengenal kebudayaan Hindu. Beberapa pola
pengaruhnya ibarat mengenal bahasa, sastra, sistem tuhan dewi, upacara
keagamaan dan mitologi.
Bukti kehidupan sosial kerajaan Tarumanegara telah terpengaruh oleh
kebudayaan India yaitu sanggup dilihat pada Prasasti Kebon Kopi yang memuat
dua kaki Gajah Airwata
Hasil-Hasil
peninggalan kerajaan
Prasasti Ciaruteun
tarumanegara

Prasasti Ciaruteun merupakan peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang terletak di terletak di Kampung Muara, Desa Ciaruteun Hilir, Kecamatan Cibungbulang,
Kabupaten Bogor.
Prasasti ini ditandai dengan bentuk tapak kaki Raja Purnawarman dan huruf Palawa berbahasa Sansekerta. Melansir dari laman resmi Kabupaten Bogor, tulisan
dalam prasasti Ciaruteun berbentuk puisi India dengan irama anustubh yang terdiri dari 4 baris. Berdasarkan pembacaan oleh Poerbatjaraka, prasasti tersebut
berbunyi :

vikkranta syavani pateh


srimatah purnnavarmmanah
tarumanagarendrasya
visnoriva padadvayam

yang memiliki arti:


"ini (bekas) dua kaki, yang seperti kaki dewa Wisnu, ialah kaki Yang Mulia Sang Purnavarman, raja di negeri Taruma, raja yang gagah berani di dunia"
Hasil-Hasil peninggalan
kerajaan tarumanegara
Peninggalan Kerajaan Tarumanegara berikutnya yakni Prasasti Pasir Koleangkak.
Prasasti ini terletak di Kampung Pasir Gintung RT 02/RW 04, Desa Parakanmuncang,
Prasasti Pasir Koleangkak
Kecamatan Nanggung.

Melansir dari laman resmi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat,
Prasasti Pasir Koleangkak pertama kali ditemukan dan dilaporkan oleh J. Rigg tahun
1854. Pada prasasti tersebut terdapat tulisan:

namma cri purnnavarmma pracuraripucarabedyavikhyat


tasyedam padavimbad'iyamarinagarotsadanenityadakshambhaktanam yandripanam
bhavati sukhakaram calyabhutam
ripunam

Artinya :"Gagah, mengagumkan, dan jujur terhadap tugasnya adalah pemimpin


manusia yang tiada taranya, yang termashur Sri Purnawarman, yang sekali waktu
(memerintah) di Taruma dan baju zirahnya yang terkenal (warman). Tidak dapat
ditembus senjata musuh. Ini adalah sepasang tapak kakinya yang senantiasa berhasil
menggempur kota-kota musuh, hormat kepada pangeran, tetapi merupakan duri dalam
daging bagi musuh-musuhnya."
Hasil-Hasil peninggalan
kerajaan Tarumanegara Prasasti Kebon Kopi

Selanjutnya, peninggalan Kerajaan Tarumanegara yaitu Prasasti Kebon Kopi.


Tahun 1863, tuan tanah kebon kopi yang bernama Jonathan Rig
menemukannya di dekat daerah Buitenzorg, yang kini disebut dengan Bogor
melansir dari laman resmi Kecamatan Cibungbulang.
Kala itu dilakukan penebangan hutan untuk lahan perkebunan kopi, dari
sanalah nama prasati ini bermula. Selain itu, Prasasti Kebon Kopi juga disebut
dengan Prasasti Tapak Gajah sebab seperti ada jejak sebesar tapak gajah di
permukaannya.
Prasasti Kebon Kopi ini terletak di Kampung Muara, termasuk wilayah Desa
Ciaruteun Ilir, Cibungbulang, Bogor. Menggunakan aksara Pallawa berbahasa
Sanskerta, pada prasasti ini tertulis:
jayaviśālasya tārūme(ndra)sya ha(st)inah… (airā)vatābhasya vibhātīdam=padadvāyam”

Artinya: “Di sini tampak sepasang tapak kaki … yang seperti (tapak kaki)
Airawata, gajah penguasa Taruma (yang) agung dalam … dan kejayaan”
Hasil-Hasil peninggalan kerajaan
Tarumanegara Prasasti Tugu
Peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang menorehkan tulisan terbanyak adalah Prasasti
Tugu. Di sisi lain, yang disayangkan prasasti ini tidak menuliskan keterangan tahun kapan
prasasti ini dibuat.
Melansir dari laman Kemendikbud, Prasasti Tugu ditulis dalam aksara Pallawa awal berbahasa
Sanskerta dalam bentuk sloka dengan metrum anustubh. Cerita yang tertulis di Prasasti Tugu
berbunyi:
1. Pura Rajadhirajena guruna pinabahuna Khata Khyatam purim prapaya
2. Chandrabhagannavam yayau// Pravaddharma-dvavincadvatsare crigunaujasa
3. Narendrahvaabbhunena (bhutena)
4. Crimata Purnnavarmmana//prarabhyaa phalgune (ne) mase Khata krashnatashmitithau
Caitraacukla-trayodacyam dinais siddhaikavincaika (h)
5. Ayata shatsahasrena dhanusha(m) sa-caten ca dvavincena nadi ramya Gommati
Nirmalosaka// pitamahasya rajashervvidarya cibiravanim
6. Brahmanai=r ggo-sahasrena (na) prayati krtadakshino//.

Artinya: “Dahulu atas perintah rajadhiraja Paduka Yang Mulia Purnawaarman, yang menonjol
dalam kebahagiaan dan jasanya di atas para raja, pada tahun kedua puluh dua
pemerintahannya yang gemilang, dilakukan penggalian di Sungai Chandrabhaga setelah
sungai itu melampaui ibukota yang masyur dan sebelum masuk ke laut. Penggalian itu dimulai
dari hari kedelapan bulan gelap phalguna dan selesai pada hari ketiga belas bulan terang bulan
caitra, selama dua puluh satu hari. Saluran baru dengan air jernih bernama Sungai Gomati,
mengaalir sepanjang 6.122 busur (tumbak) melampaui asrama pendeta raja yang dipepundi
sebagai leluhur bersama para bharmana. Para pendeta itu diberi hadiah seribu ekor sapi (versi
lain menyebutkan melakukakan penyembelihan 1.000 ekor sapi).”
Hasil-Hasil peninggalan kerajaan tarumanegara
Prasasti Pasir Awi
Peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang satu ini
memiliki lokasi yang berbeda dibanding enam prasasti
lainnya yang berada di daerah aliran sungai, sedangkan
Prasasti Pasir Awi berada di daerah perbukitan.
Prasasti Pasir Awi terletak di sebelah selatan bukit Pasir
Awi (± 559 mdpl) di kawasan hutan di perbukitan
Cipamingkis Kabupaten Bogor. Penemu prasasti ini adalah
seorang arkeolog Belanda yang bernama N.W.
Hoepermans. S dan dilaporkan pada tahun 1864.
Tak ada keterangan yang dapat dibaca pada prasasti ini
selain pahatan piktograf berbentuk sebatang dahan dengan
ranting dedaunan dan buah. Menurut laman Kemendikbud,
Rogier Diederik Marius Verbeek menyatakan piktograf
tersebut menggambarkan angka tahun. Namun hingga kini
belum ada yang memastikannya dengan akurat.
Hasil-Hasil peninggalan kerajaan
tarumanegara Prasasti Muara Cianten

Prasasti Muara Cianten terletak di Kampung Muara,


Desa Ciaruteun, Kecamatan Cibungbulang.
Dilaporkan pertama kali oleh N.W. Hoepermans pada
tahun 1864, prasasti ini tepatnya berada di tepi
Sungai Cisadane dan ± 50 m ke muara Cianten.

Prasasti ini bertuliskan huruf ikal atau huruf sangkha,


seperti yang digunakan pada Prasasti Ciaruteun-B
dan Prasasti Pasir Awi. Tulisan pada prasasti ini masih
dapat belum dibaca.
Hasil-Hasil peninggalan kerajaan Prasasti Cidanghiang
tarumanegara
Peninggalan Kerajaan Tarumanegara terakhir yang berupa prasasti yaitu Prasasti
Cidanghiang. Prasasti yang memiliki nama lain Prasasti Munjul ini berlokasi di
aliran Sungai Cidanghiang, Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten
Pandeglang.
Pada tahun 1947 keberadaan Prasasti Cidanghiang pertama kali
dilaporkan oleh TB. Roesjan, dan berlanjut tahun 1954 Casparis dan
Boechari berhasil mempublikasikan penelitian prasasti tersebut.
Prasati Cidanghiang ditulis di media batu andesit yang berukuran sekitar
3, 2 m x 2,25 m dengan menggunakan teknik pahat.
Aksara yang digunakan huruf Pallawa
berbahasa Sansekerta, di sana tertulis:
vikrānto ‘yaṃ vanipateḥ prabhuḥ satyaparā[k]ramaḥ
narendraddhāvajabhūtena śrīmataḥ pūrṇṇavarmaṇaḥ

Artinya: “Inilah (tanda) keperwiraan, keagungan, dan keberanian yang


sesungguhnya dari raja dunia, yang mulia Purnawarman yang menjadi
panji sekalian raja-raja.”
Hasil-Hasil peninggalan kerajaan tarumanegara

Arca Rajarsi, diperkirakan ditemukan di wilayah Jakarta. Berdasarkan bentuknya, arca


Rajarsi memperlihatkan sifat-sifat Wisnu-Surya.

Arca Wisnu Cibuaya I, diangga[ sebagai pelengkap Prasasti Mulawarman. Arca ini diduga memiliki
persamaan dengan langgam seni Pallawa di India Selatan dari abad ke-7 M sampai abad ke-8 M.

Arca Wisnu Cibuaya II, memiliki kesamaan dengan arca-arca yang ada di Kerajaan Pala,
Bangladesh.

Naskah Wangsakerta adalah sekumpulan naskah yang


disusun oleh sebuah panitia yang dipimpin oleh
Pangeran Wangsakerta dari Cirebon. Penemuan naskah
ini dianggap disusun sejak abad ke-17 atau pada tahun
1677 s/d 1698, menurut keterangan yang tertulis di
dalamnya.
masa kejayaan keraajan
tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara diperkirakan mencapai puncak masa kejayaannya pada 400-
600 M dibawah kepemimpinan raja Purnawarman.
Menurut prasasti Tugu, wilayah kekuasaan Kerajaan Tarumanegara meliputi hampir
seluruh wilayah Jawa Barat, yakni dari Banten, Jakarta, Bogor, hingga Cirebon.
Di masa kepemimpinan Raja Purnawarman, ia memerintahkan penggalian Sungai
Gomati sepanjang 6112 tombak atau sekitar 11 kilometer yang dikerjakan selama 21
hari.
Penggalian sungai tersebut, sebagai salah satu bentuk perhatiannya kepada rakyat agar
terhindar dari banjir di aliran Sungai Chandrabhaga yang sering terjadi pada masa
pemerintahannya. Penggalian juga dilakukan dengan cara gotong royong tanpa paksaan.

Tak banyak sumber sejarah yang menyebut masa kepemimpinan Raja Dharmayawarman (382-395 M). Catatan sejarah justru
banyak menyebut kepemimpinan raja ketiga yaitu Purnawarman sebagai raja yang berhasil membawa Kerajaan Tarumanegara
mencapai kejayaan. Pada masa kepemimpinannya di tahun 397 masehi, Purnawarman membangun ibu kota kerajaan bernama
Sundapura di kawasan pantai yang jadi asal-usul "Sunda" sekarang. Selain itu seperti yang disebut dalam Prasasti Tugu, raja
juga memerintahkan penggalian Sungai Gomati sepanjang 12 km yang berfungsi sebagai jalur perdagangan, mengendalikan
banjir, dan menghindari kekeringan yang pada musim kemarau. Di bawah kekuasaannya Kekuasaan Tarumanegara meliputi
hampir seluruh wilayah Jawa Barat, mulai dari Banten, Jakarta, Bogor, dan Cirebon. Tak hanya di dalam negeri, Kerajaan
Tarumanegara bahkan menjalin hubungan diplomatik dengan Cina. Salah satu bukti kejayaan Raja Purnawarman adalah
dilakukannya persembahan 1.000 ekor sapi kepada para Brahmana yang juga tercantum pada Prasasti Tugu.
Faktor faktor kejayaan kerajaan tarumanegara

Faktor ekonomi
Raja purnawaman telah memerintah untuk menggali saluran air penggalian ini sangat besar pengaruhnya karena pembuatan
saluran irigasi yang digunakan ini ditujukan untuk mempelancar pengairan sawah-sawah pertanian rakyat. Pertanian inilah
yang memajukan Kerajaan Tarumanegara.

Kerjasama dengan Tiongkok


Kerajaan Tarumanegara bekerjasama dengan Tiongkok. Kerjasama ini dilakukan dengan adanya kontak perdagangan
diantara kedua negara. Komoditi yang diperdagangkan adalah kulit penyu, emas dan perak kepada para pedagang Tiongkok,
sehingga kerajaan tarumanegara memiliki kemajuan dari perdagangan dengan bangsa Tiongkok.

Perluasan daerah yang dilakukan oleh Purnawarman


Purnawarman melakukan perluasan kerajaan yang meliputi wilayah hingga Jawa Tengah. Dengan perluasan wilayah ini, ia
semakin banyak kekuasaannya, sehingga mampu membawahi 48 raja daerah.

Banyaknya pelabuhan yang dibangun di tepi pantai


Purnawarman mendirikan pelabuhan di tepi pantai. Pelabuhan ini pada masa itu menjadi sangat ramai oleh kapal
Tarumanagara.

Purnawarman sangat menjaga sungai


Purnawarman pada masa itu melakukan penggalian berbagai sungai membangun kali, memperindah alur kali, dan
memperdalam kali di berbagai sungai di daerah Kerajaan Tarumanegara. Hasilnya sungai-sungai tersebut memperkuat
daerah-daerah di sekitar Tarumanegara, yang juga menjadikan sungai menjadi kondusif karena sungai menjadi daerah yang
penting dalam kegiatan ekonomi.
Masa keruntuhan kerajaan
tarumanegara
Pada 669 masehi, Raja Linggawarman yang baru berkuasa selama tiga tahun wafat. Takhta kerajaan
secara otomatis jatuh ke tangan menantunya, Tarusbawa. Pergantian kekuasaan ini menandai
berakhirnya Kerajaan Tarumanegara karena Tarusbawa lebih menginginkan untuk kembali ke
kerajaannya sendiri, yaitu Sunda, yang sebelumnya berada di bawah kekuasaan Tarumanegara. Atas
pengalihan kekuasaan ke Kerajaan Sunda ini, Kerajaan Galuh tidak sepakat dan memutuskan untuk
memisahkan diri. Dengan begitu, wilayah bekas Kerajaan Tarumanegara kemudian dibagi menjadi dua,
yaitu Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh dengan Sungai Citarum sebagai pembatasnya.
faktor keruntuhan Kerajaan
Tarumanegara
Faktor Eksternal
Munculnya kekuatan baru seperti Sriwijaya di Sumantra dan Kalingga di Jawa Tengah

Faktor Internal
setelah wafatnya Raja Linggawarman tidak ada penerus kerajaan karena tidak memiliki Putra,
Kerajaan Tarumanegara berubah menjadi Kerajaan Sunda dibawah raja Tarusbawa. setelah itu
banyak wilayah dibawah Tarumanegara melepaskan diri.
Dengan demikian kemunduran Kerajaan Tarumanegara disebabkan oleh faktor serangan dari
kerajaan lain, pengalihan kekuasaan dan kekosongan kepemimpinan.
Terima kasih!

apakah dari materi kami


ada pertanyaan?
1.Suara.com

2.Kompas.com

3.Brainly

Refrensi 4.Roboguru

5.Surabaya Tribun News

6.Tirto.id

Anda mungkin juga menyukai