SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Manajemen
Progam Studi Manajemen
Oleh:
Fransisca Sherly Maharani Cahya Putri
NIM: 152214141
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Manajemen
Progam Studi Manajemen
Oleh:
Fransisca Sherly Maharani Cahya
Putri NIM: 152214141
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26 Februari 2021
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok
mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk
sehari.
(Matius 6:34)
Setiap fase yang kamu jalani harus bisa mendatangkan pelajaran untuk
naik ke fase berikutnya.
(Merry Riana)
Setiap orang itu berbeda dan setiap orang unik dengan caranya sendiri.
Kamu harus menghargai namun bukan berarti kamu harus menyukali
semuanya.
(Penulis)
Bersyukur atas apa yang telah dimiliki. Tak perlu iri atas keberhasilan
orang lain, karena Tuhan telah mempersiapkan keberhasilan untukku juga.
(Penulis)
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26 Februari 2021
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26 Februari 2021
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji Syukur dan terima kaih kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
Kabupaten Sleman”. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk
Penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada:
3. Bapak Dr. Lukas Purwoto, M.Si., selaku dosen pembimbing I yang telah
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma yang
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7. Bapak Suhadi selaku ketua pengelola desa wisata Blue Lagoon yang telah
10. Para pengunjung atau wisatawan yang bersedia untuk diwawancarai saat
11. Kedua orang tua saya papa Alexander Haryo Santosa dan mama Maria
saya dengan berbagai cara agar saya tidak malas-malasan dan segera
12. Bapak Arso, Ibu Sarmini, Mas Inus, Mbak Detta yang selalu mendukung
13. Keluarga besar saya yang telah banyak memberikan dukungan selama
16. Rosalia Yunita Wikan Arum yang sudah bersedia membimbing saya dari
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26 Februari 2021
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
JUDUL......................................................................................................................i
PERSETUJUAN PEMBIMBING...........................................................................ii
PENGESAHAN......................................................................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................vii
DAFTAR ISI............................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiiii
ABSTRAK............................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................6
C. Batasan Masalah........................................................................................6
D. Tujuan Penelitian.......................................................................................6
E. Manfaat Penelitian.....................................................................................6
A. Landasan Teori..........................................................................................9
B. Peneilitian Sebelumnya...........................................................................34
A. Jenis Penelitian........................................................................................36
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Unit Sampel.............................................................................................39
G. Sumber Data............................................................................................40
I. Keabsahan Data...........................................................................................44
B. Reduksi Data...........................................................................................52
C. Analisis Peneliti.......................................................................................67
D. Peran Pokdarwis......................................................................................70
E. Hambatan Pengembangan.......................................................................72
F. Pendukung Pengembangan.........................................................................73
G. Pembahasan.............................................................................................74
A. Kesimpulan..............................................................................................77
B. Saran........................................................................................................78
C. Keterbatasan............................................................................................79
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................80
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Daftar Pertanyaan......................................................................................84
B. Responden Wawancara.......................................................................90
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
This study aims to determine how the community manages and develops the Blue
Lagoon Tourist Village object also finds out whether there is an positive or
negative impact in economic perspective on the surrounding community with the
development of the Blue Lagoon Tourist Village object. Data collected through
direct interview with total of twenty people, five of them were people who directly
managing the Blue Lagoon tourist village (managers), five of them who were not
directly participated (merchant), and ten visitors in the Blue Lagoon Tourist
Village. Sample collecting method in this study is purposive sampling, while data
analysis method use data reduction, data serving, also retraction or retrieval
conclusion.
Results from this study indicate that the development of Blue Lagoon Tourist
Village gives positive impact on local residents. Some of them are the increase in
community income, the improvement of community well-being, as well as the
increase in labor absorption. In the process of developing a tourist village, the
local community, especially the management, has a role in planning,
implementing, and reporting.
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
tetapi juga batiniah seperti rasa aman, bebas mengeluarkan pendapat, yang
2000: 27).
pengembangan sumber daya manusia merupakan hal yang harus dan perlu
dilakukan.
merupakan negara
1
kepulauan yang kaya akan sumber daya alam. Hal ini merupakan modal
alam dan budaya yang besar. Pemandangan alam gunung, lembah, air
terjun, hutan, sungai, danau, goa, dan pantai merupakan sumber daya alam
yang memiliki potensi besar untuk area wisata alam. Dengan demikian,
tourism. Hal tersebut terjadi karena adanya perubahan orientasi pasar yang
bagi
2
masyarakat lokal (Goodwin, 1996). Ukuran keberhasilan pembangunan
beragam destinasi eksotis dan memukau. Tidak hanya wisata alam yang
kaya, wisata budaya serta sejarah di Indonesia memiliki ratusan suku yang
tersebar dari Aceh (Sabang) hingga Papua (Merauke). Untuk itu Bank
3
Indonesia (BI)
4
bersama pemerintah menargetkan mampu mengumpulkan devisa sebesar
Joko Widodo pun melihat potensi besar pada pariwisata dan sektor
Yogyakarta adalah wisata permandian Tirta Budi atau yang sering disebut
Sleman. Untuk mencapai Pemandian Blue Lagoon ini tidaklah sulit. Jika
kita datang dari arah Jogja kota, langsung saja arahkan kendaraan ke Jalan
Jalan Raya Besi-Jangkang di sebelah kanan jalan. Belok dan ikuti saja jalan
raya ini hingga sampai di Pasar Jangkang. Dari pertigaan Pasar Jangkang,
ambil arah kanan sekitar 100 meter dan ikuti petunjuk arahnya. Maka kita
Daya tarik yang dimiliki objek wisata ini adalah keaslian alamnya,
serta aktivitas ekonomi penduduk yang sebagian besar adalah petani karna
yang terdapat di Blue Lagoon saat ini didukung oleh kegiatan ekonomi
5
Blue Lagoon sendiri. Blue Lagoon mulai diperkenalkan dan dikunjungi
2014 dan Pemandian Tirta Budi (Blue Lagoon) ini diresmikan menjadi
tempat wisata oleh Bupati Sleman Drs. Sri Purnomo saat Peringatan Hari
properti dan ciri-ciri unik dan karakter yang lebih unik diorganisasi
dalam skala yang kecil, jenis pariwisata ini pada dasarnya merupakan,
kecil dan oleh karena itu dapat dikelola oleh komunitas-komunitas dan
pengusaha-pengusaha lokal.
26-27).
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka, rumusan masalahnya
adalah:
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan dan identifikasi masalah
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yang hendak dicapai oleh penulis
Blue Lagoon
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
7
1. Bagi Objek Wisata
2. Bagi Masyarakat
potensi pariwisata.
4. Bagi Penulis
8
menerapkan tentang teori-teori yang telah diperoleh oleh penulis
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pemberdayaan masyarakat
a. Pengertian
positif pengembangan;
10
3) Penyediaan berbagai masukan dan pembukaan akses ke peluang-
karakteristik di masyarakat
itu sendiri.
kegiatan, yaitu:
1) Bantuan modal
tidak ada
11
modal maka masyarakat tidak akan mampu berbuat untuk dirinya
aktivitasnya.
3) Bantuan pendampingan
106).
12
4) Penguatan kelembagaan
sebagainya.
5) Penguatan kemitraan
besar hanya akan berkembang kalau ada yang kecil dan menengah,
dan yang kecil akan berkembang kalau ada yang menengah dan
besar. Daya saing yang tinggi hanya ada jika keterkaitan antara yang
keterkaitan yang adil maka efisiensi akan terbangun. Oleh sebab itu,
13
pemberdayaan meliputi
14
enabling/ menciptakan suasana kondusif, empowering/ penguatan
(Sri Kuntari, 2009: 12). Pemberdayaan adalah sebuah konsep yang lahir
tidak saja terjadi pada masyarakat yang tidak memiliki kemampuan, akan
tetapi pada masyarakat yang memiliki daya yang masih terbatas, dapat
b. Prinsip-prinsip
1) Prinsip kesetaaan
15
mengembangkan mekanisme berbagai pengetahuan, pengalaman,
2) Partisipasi
4) Berkelanjutan
16
dibanding masyarakat sendiri. Tapi secara perlahan dan pasti, peran
berikut:
kemasyarakatan lokal
c. Tujuan
17
konatif, psikomotorik, afektif, dengan pengerahan sumber daya yang
3) Kapasitas Lokal
18
organized, lebih mampu membuat suaranya terdengar dan
kebutuhannya terpenuhi.
masyarakat.
bukan hanya menjadi tanggung jawab masyarakat itu sendiri tetapi juga
pembangunan.
19
secara bertahap. Ambar Teguh S (2004: 83) menyatakan bahwa tahap-
diri.
pembangunan.
2. Pariwisata
a. Pengertian
pariwisata terdiri dari dua suku kata, yaitu masing-masing kata pari yang
berarti perjalanan, berpergian yang dalam hal ini sinonim dengan kata
dilakukan berkali-kali dari satu tempat ke tempat lain. Atas dasar itu pula
dengan melihat situasi dan kondisi saat ini pariwisata dapat diartikan
20
sebagai suatu perjalanan terencana yang dilakukan secara individu atau
21
kelompok dari satu tempat ketempat lain dengan tujuan untuk
kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar
22
di dalam wilayah negara sendiri atau negara lain. Kegiatan tersebut
lainnya yang diadakan oleh pemerintah dan atau msyarakat, agar dapat
kepentingan lainnya.
3. Obyek wisata
Obyek wisata adalah sesuatu yang manjadi pusat tarik wisatawan dan
obyek yang dapat menimbulkan daya tarik bagi para wisatawan untuk
dapat mengunjunginya.
dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata.
23
Selanjutnya dalam Bab III pasal 4 disebutkan bahwa obyek dan daya
a. Obyek dan daya tarik wisata ciptakan Tuhan Yang Maha Esa yang
b. Obyek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud
kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran
24
c. Objek wisata buatan, misalnya: sarana dan fasilitas olahraga,
obyek wisata adalah sesuatu yang dapat dilihat, dirasakan, serta dinikmati
nilai- nilai agama, adat istiadat, lingkungan hidup, dan obyek wisata itu
sendiri. Pembangunan obyek dan daya tarik wisata dapat dilakukan oleh
a. Obyek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang
b. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud
menjadi dua macam wisata yaitu wisata buatan manusia dan wisata alam.
25
4. Pengembangan Pariwisata
adalah potensi sumber daya keragaman budaya, seni, dan alam (pesona
26
untuk menekan sekecil mungkin dampak yang ditimbulkan. Dampak
pasar asing.
27
hambatan dimana terjadi konflik antara perusahaan kecil dan
perusahaan besar.
dalam kehidupan suatu obyek wisata karena mereka meiliki kultur yang
tenaga kerja yang memadai dimana pihak pengelola obyek wisata dan
lebih
28
baik. Bila dilakukan dengan benar dan tepat maka pariwisata dapat
landasan prinsip-prinsip dasar yang nyata yang disebut dasar unsur atau
bersangkutan.
membuat jadi lebih baik segala sesuatu yang dapat dilihat dan di nikmati
sebagai berikut:
29
a. Perencanaan pengembangan pariwisata harus menyeluruh.
negara.
30
penginapan, usaha perjalanan, industri kerajinan tangan dan cendera
liburan.
suatu daerah harus berpedoman kepada apa yang dicari oleh wisatawan.
berwisata
31
hanya sekedar menikmati keindahan alam, ketenangan alam, serta
dianggap menarik.
kurangnya daya tarik wisata obyek wisata yang ada di Kabupaten Sleman
32
prasarana penunjang pariwisata juga masih mempengaruhi rendahnya
fungsi dan peran obyek wisata alam yang ditinjau dari aspek koordinasi
7. Kelompok Sosial
33
Kelompok sosial sadar wisata adalah kesatuan orang-orang yang
berhubungan satu sama lain diantara mereka secara timbal balik dan
kelompok tersebut.
34
b. Masalah kepemimpinan dalam kelompok cukup berperan dalam
kesatuan sosial terdiri dari dua atau lebih individu yang telah
diantara individu itu sudah terdapat pembagian tugas. Dengan kata lain,
bahwa dalam suatu kelompok sosial selalu terdapat interaksi sosial dan
hendak dicapai.
35
dibebankan oleh oerganisasi atau instansi dalam hal ini yang
terdiri dari sejumlah orang yang berinteraksi satu sama lain dan
terlibat dalam suatu kegiatan bersama selain itu pendapat yang tidak
kelompok adalah suatu kesatuan sosial yang terdiri atas dua atau
kelompok.
36
b. Pengertian kelompok sadar wisata
2006: 55) sifat ramah tamah rakyat Indonesia ini merupakan salah
keindahan alam dan atraksi yang menarik, sifat ramah tamah ini juga
tersendiri.
B. Peneilitian Sebelumnya
Penelitian terdahulu ini memuat berbagai penelitian yang telat dilakukan
oleh beberapa peneliti lain. Penelitian yang ada telah mendasari pemikiran
berikut:
37
1. Penelitian Novie Istoria Hidayah (2017) dalam ringkasan skripsi yang
pendekatan kuantitatif
kualitatif.
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian merupakan keseluruhan cara atau kegiatan yang di
tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripfi dalam bentuk
kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
39
3. Lebih memperhatikan proses dari pada hasil atau produk semata.
Dalam penelitian ini semua data yang terkumpul kemudian di analisa dan
mengetahui kontribusi apa saja yang telah diberikan masyarakat desa wisata
Blue Lagoon.
didasarkan pada pilihan penelitian tentang aspek apa dan siapa yang
dijadikan focus pada saat situasi tertentu dan saat ini terus-menerus
tujuan focus suatu saat (Nasution, 2006: 29). Purpose Sampling adalah
40
tertentu. Caranya yaitu, penulis memilih orang tertentu untuk
2. Objek Penelitian
tujuan dan guna tertentu tentang sesuatu hal objektif valid dan realibel
41
2017:80). Populasi dalam peneitian ini adalah cara masyarakat mengelola
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2017: 81), sampel adalah bagian dari jumlah dan
ini adalah masyarakat sekitar dan pengunjung desa wisata Blue Lagoon.
E. Unit Sampel
Unit sampel dalam penelitian ini adalah 5 masyarakat sekitar yang
42
atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota untuk dipilih
Lagoon.
sampling karena tidak semua sampel memiliki kriteria sesuai dengan yang
telah ditentukan oleh penulis. Oleh karena itu, sampel ini sengaja dipilih
G. Sumber Data
1. Data Primer
Blue Lagoon
43
2. Data Sekunder
atau data sekunder untuk menguji mendukung kebenaran dari data primer
yang diperoleh peneliti. Data sekunder ini dapat berupa naskah, dokumen
penelitian ini.
data adalah
1. Observasi (Pengamatan)
44
tampak atau yang dirasakan indra mengenai gejala-gejala yang
menurut J.P Spredly seperti dikutip oleh S. Nasution (2006: 88) yaitu
sebagai berikut:
f. Tujuan, yaitu apa yang ingin dicapai orang dan makna perbuatan
orang
pandangan sebelumnya.
45
c. Penulis dapat melihat yang kurang atau tidak diamati oleh orang
soasial.
2. Wawancara
yang
46
berbentuk sejumlah pertanyaan lisan yang diajukan oleh pengumpul
3. Dokumentasi
I. Keabsahan Data
Untuk membuktikan keabsahan data dalam penelitian ini, teknik
sebagai
47
gabungan atau kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji
fenomena yang saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang
metode
48
2. Triangulasi antar-peneliti dilakukan dengan cara menggunakan lebih
dari satu orang dalam pengumpulan dan analisis data. Teknik ini
teknik analisis data dari Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2013:
246) yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan.
1. Reduksi Data
49
2. Penyajian Data
melihat sajian data, penulis akan dapat memahami apa yang sedang
pemahaman.
50
BAB IV
Blue Lagoon atau yang dulunya bernama Mata Air Tirta Budi Dalem di
itulah Pak Suhadi dan beberapa masyarakat yang lainnya memiliki ide dan
sekiat Blue Lagoon melalui terbentuknya sebuah desa wisata. Blue Lagoon
mulai dikelola pada bulan September tahun 2014 dan diresmikan menjadi
Maret 2015 sehingga menjadi hari jadi Blue Lagoon sekaligus juga
air yang muncul dari permukaan tanah kolam Blue Lagoon dan juga
kumpulan dari 11 sumber mata air yang terdiri dari air laut utara, air laut
51
selatan, air yang diambil dari sumber para wali dan raja-raja, air hujan
bulan suci ramadhan sekaligus ucapan syukur karena mata air yang berada
minggu dan pada puncak acara terdapat penuangan 11 sumber mata air
yang sudah di tuang ke dalam satu kendi kemudian tamu-tamu VVIP yang
upacara Murti Sumber seperti seni tari, jatilan, ketoprak dan berbagai
kesenian jawa yang merupakan suatu budaya kearifan lokal. Setelah itu di
Lagoon adalah masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan diluar dan warga
penghasilan dari Blue Lagoon saja. Namun ada pula beberapa masyarakat
yang sudah memiliki pekerjaan namun tetap ikut mengelola desa wisata
52
Blue Lagoon sehingga hanya dijadikan sebagai sambilan / pekerjaan
sampingan.
Wakil : Sunar
Bendahara : Hariyanto
53
BAB V
Istimewa Yogyakarta 55584. Daya tarik desa wisata ini adalah lokasi
yang mudah ditemukan serta dapat diakses dengan kendaraan roda dua
maupun roda empat, airnya yang jernih, aliran air yang cukup tenang, dan
Hubberman (1992) yang menjelaskan bahwa analisis data terdiri dari tiga
54
a. Reduksi Data, yaitu proses pemilihan data-data yang muncul dari
kesimpulan.
B. Reduksi Data
Reduksi data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dengan
sehingga data yang diperoleh dapat memberikan gambaran yang lebih jelas
kembali data yang di peroleh dan di perlukan. Berikut adalah hasil dari
dalam
55
masyarakat sehingga memberikan dampak yang kemudian dinilai dari
wisata Blue Lagoon sangat antusias. Sejak awal hingga saat ini
untuk membuat ciri khas batik sini untuk souvenir khas Blue
Lagoon, terdapat tiga macam jenis batik yang ada namun setelah
Jadi sebenarnya sudah ada tiga macam batik dan mungkin juga
kedepan akan ada gantungan kunci dan buku, karena rencana saya
tidak membuat untuk ciri khas sini padahal dari awal kita yang
Setelah 6 bulan kita kelola saya langsung minta Blue Lagoon untuk
56
Murti Sumber dan sekaligus untuk mensyukuri tempat ini. Kita
selalu mengadakan acara seni dan budaya setahun sekali yaitu adat
air yang terdiri dari air laut utara, air laut selatan, air yang diambil
dari sumber para wali dan raja-raja, air hujan yang jatuh pada
malam hari lalu kita tuang ke dalam satu kendi kemudian tamu-
budaya yang ditampilkan dalam acara adat Murti Sumber ada seni
yang merupakan suatu seni dan adat budaya kearifan lokal. Adapun
Kendala paling utama adalah keuangan karena dari awal kita adalah
ada yang pro dan kontra itu hal yang wajar bagi saya lalu kendala
setahun jika dijumlah total dengan adanya desa wisata ini dan
57
Kalau total keseluruhan rata-rata dengan adanya desa wisata ini
lain. Uang yang diterima dengan adanya desa wisata ini kembali
dusun ini untuk tenaga kerja, anak yatim, tempat ibadah (infaq),
sini saja.
58
Seperti saya kalau memang toilet atau bagian tiket tidak ada yang
jaga ya saya yang jaga, walaupun memang bukan tugas saya namun
saat pandemi sudah selesai dan tempat wisata sudah resmi di buka
kembali tempat ini sudah siap di kunjungi dan sudah lebih bagus
dampak yang sangat baik dengan adanya Blue Lagoon ini karena
sedang-sedang saja, dalam artian ada yang pro dan sangat antusias
yang diberikan baik itu sesuai dengan yang sudah dibagikan sesuai
disini harus
59
diberi tahu terlebih dahulu karena masyarakat sekitar juga tida tahu
makin maju karena yang dulunya tidak hidup dan hilang saat ini
berjalan kembali karena awal mula desa wisata ini terbentuk kami
d. Mas Yanto
tempat wisata ini. Tetapi pada saat pandemi seperti ini ada sebagian
berjaga
60
di pos masuk, ada petugas kebersihan, keamanan, pelayanan
langsung. Bagi saya sendiri yang saya rasakan dari segi ekonomi
motor itu, hanya saja untuk sementara tidak boleh dulu mengingat
keadaan sekarang.
61
a. Ibu Lanjar pedagang bakso dan sempol
berdagang dan tidak kerja fisik. Selain itu saya juga memang sudah
berdagang, dan memang orang tua saya dari dulu juga pedagang
memang semua ada yang pro dan kontra. Apalagi saya kan tidak
saya sudah berdagang keliling sebelum adanya desa wisata ini jadi
ikut kerja fisik, karena suami juga ketua disana istilahnya saya juga
milik bersama dan milik warga kampung juga, jadi yang namanya
tetap
62
baik dan tetap usaha merangkul walaupun aslinya tidak
seperti ini kan juga karena pengelola dan warga masyarakat yang
Saya tidak bisa kalau disuruh ikut mengelola karena saya bisanya
baik semua.
suami saya juga bekerja sehingga saya hanya dirumah dan tidak
bisa berjualan. Karena suami saya kan 5 hari kerja sehingga hanya
bisa di hari sabtu dan minggu saja. Sejauh ini pihak pengelola tidak
63
sambilan menjahit dirumah dan bapaknya kalau libur hanya hari
sabtu dan minggu, kalau disuruh full jualan gitu tidak bisa jadi
cuma pas tanggal merah dan hari libur saja baru bisa berjualan.
seharusnya yang berjualan banyak dan tidak jauh dari lokasi wisata
seperti ini dan dulu kalau lebaran semua warga masyarakat sekitar
64
3. Pengunjung
sebenarnya kalau dilihat dari foto terlihat seperti lebih bagus jadi
yang kita lihat di internet ada air terjunnya disebelah sana (bagian
ujung sungai yang lumayan dalam) cuman ini terlalu sedikit ya,
tapi menurut kami ini bagus sih karena ternyata airnya sangat
jernih. Pokoknya kesannya banyak sih dan senang bisa dateng sama
full di pakai dan karena covid jadi di batasi untuk setiap gazebonya
refreshing.
b. Tama
Saya kan baru pertama kali kesini (Blue Lagoon), menurut saya
tempatnya sih oke cukup hijau tapi masalahnya kalau pas saya
datang hari ini masih banyak toko makanan yang tutup (warung),
jadi kalau misalkan mau beli makanan atau minuman harus keluar
dulu. Sebenarnya ada sih didepan pintu masuk akan tetapi terasa
lumayan jauh . Dapat informasi sama pacar saya dan menurut saya
so far so good, hanya saja kamar mandi atau toiletnya terlalu jauh
dari gazebo pengunjung. Menurut saya akan lebih bagus kalau ada
65
tempat ganti baju / kamar mandi yang tidak jauh dari objek wisata
saya juga suka outdoor serta suara deruan air kalinya membuat
c. Jihan
kurang deras dan menjadi kurang menarik. Setau saya dulu Blue
covid-19 jadi tidak ada orang yang berjualan di sekitar sini. Kalau
saya tidak bisa berenang jadi hanya ikut-ikutan saja, tapi daya tarik
d. Cindy
juga cukup banyak dan muat banyak serta nyaman. Sangat senang
sangat bersih dan tidak ada sampah. Saya mengetahui adanya Blue
Lagoon ini dari media sosial dan nyaman serta puas dengan semua
66
aman. Daya tarik Blue Lagoon itu airnya yang jernih, airnya sangat
segar, tidak kotor, dan bisa di pakai untuk berendam dan berenang
e. Vanny
dan bermain air. Namun berhubung pada saat saya berkunjung saya
berjualan jadi kalau mau makan atau minum kita harus bawa bekal
f. Sekar
tempatnya yang masih asri, sangat alami dan sejuk, fasilitas yang
untuk
67
ganti baju atau mandinya terlalu jauh dari spot berenang. Mugkin
maksud dari pengelola agar setelah bilas atau mandi bisa sekalian
g. Dito
alami dan asri. Disana kita dapat berenang dan bermain air di aliran
sungai yang tenang dan airnya yang jernih. Pertama kali tahu soal
yang tenang, airnya yang bersih dan jernih membuat daya tarik
68
h. Putra
wisata Blue Lagoon ini karena airnya yang sangat jernih dan
tenang, suasana alam yang indah, dan tempatnya yang masih asri
dan sejuk.
i. Rochim
realitanya sama- sama indah karena airnya yang jernih dan segar.
pepohonan.
69
C. Analisis Peneliti
1. Masyarakat yang berpartisipasi langsung (Pengelola desa wisata Blue
Lagoon)
Dari penjabaran hasil wawancara diatas masyarakat desa wisata
Blue Lagoon dalam proses mengembangkan desa wisatanya bisa di
bilang sudah cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat dari antusias
masyarakat dari awal munculnya ide gagasan akan dibentuknya desa
wisata hingga dalam meningkatkan fasilitas yang ada guna memberi
kenyamanan wisatawan. Seperti halnya pada saat adanya pandemi
covid-19 saat ini dan banyak tempat wisata yang ditutup sementara
termasuk desa wisata Blue Lagoon, pengelola setempat menggunakan
kesempatan itu untuk memperbaiki fasilitas yang ada seperti
membangun gapura dari batang pohon bambu, memperbaiki akses
jalan menuju tempat wisata, memperbaiki lahan parkir, membersihkan
area wisata, dll. Dalam hal ini dapat disimpulkan pula bahwa dalam
proses mengembangkan desa wisata Blue Lagoon pengelola tidak
hanya melakukan tugas sesuai job disc masing-masing namun saling
bergotong-royong dalam segala tugas, dengan begitu proses
pembangunan pengembangan desa wisata dapat cepat terselesaikan
sampai pandemi covid-19 ini berakhir dan dapat beroperasi kembali.
Mayoritas pengelola desa wisata Blue Lagoon adalah warga
masyarakat yang kurang mampu dan tidak mempunyai pekerjaan.
Menurut hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan beberapa
pengelola, desa wisata Blue Lagoon memberikan dampak
perekonomian yang positif dan sangat meningkatkan kesejahteraan
bagi mereka dengan mendapatkan gaji setiap bulannya meskipun
nominalnya tidak menentu tergantung banyak-sedikitnya wisatawan
yang datang namun itu sudah lebih dari cukup terlebih lagi pada saat
hari-hari besar pengelola desa wisata Blue Lagoon mendapatkan
bingkisan berupa sembako. Dampak positif lainnya yang dapat
dirasakan oleh masyarakat adalah dengan tidak perlu susah-susah
70
mencari pekerjaan karena sudah tersedia di Blue Lagoon, masyarakat
yang sudah pensiun dan tergolong kurang mampu mendapatkan
matapencaharian kembali dengan adanya Blue Lagoon, masyarakat
dengan keterbatasan fisik seperti tunarungu dan tunawicara yang
mungkin susah untuk mendapatkan pekerjaan diluar dapat bekerja dan
mendapatkan penghasilan di desa wisata Blue Lagoon, dan lain
sebagainya.
2. Masyarakat yang tidak berpartisipasi langsung (pedagang)
Dalam proses mengembangkan desa wisata Blue Lagoon,
masyarakat yang tidak berpartisipasi langsung hanya dapat membantu
dalam bentuk dukungan saja dikarena rata-rata yang berjualan di
kawasan wisata adalah ibu rumah tangga dan ada pula yang suaminya
bekerja sebagai pengelola desa wisata Blue Lagoon sehingga para ibu-
ibu tersebut tidak mampu membantu proses mengembangan desa
wisata secara fisik.
Tidak jauh berbeda dengan masyarakat yang berpartisipasi
langsung (pengelola), masyarakat yang tidak berpartisipasi langsung
juga merasakan dampak positif dalam perekonomiannya. Blue Lagoon
merupakan destinasi wisata yang sepenuhnya dikelola masyarakat
baik secara langsung maupun bentuk dukungan, oleh karena itu hanya
masyarakat sekitar desa wisata Blue Lagoon saja yang diperbolehkan
untuk berjualan di kawasan tersebut. Bahkan desa wisata Blue Lagoon
telah menyediakan lapak permanen bagi warga masyarakat yang ingin
berjualan namun ada pula yang memilih untuk berjualan
menggunakan sepeda motor. Namun dengan adanya pandemi covid-
19 seperti saat ini masyarakat yang berjualan tidak diperbolehkan
berjualan di kawasan wisata dengan maksud pencegahan penyebaran
covid-19 dan memang wisatawan yang berkunjung tidak sebanyak
biasanya, namun masyarakat masih diperbolehkan berjualan di
sepanjang jalan pintu masuk. Memang ada sedikit kontra dari
masyarakat yang tidak berpartisipasi karena tidak diperbolehkan
berjualan di area wisata
71
namun banyak juga yang pro akan kebijakan tersebut karena untuk
kebaikan bersama juga.
Tidak hanya mendapatkan wadah untuk berjualan, masyarakat
yang tidak berpartisipasi juga mendapatkan bingkisan berupa sembako
di setiap hari-hari besar namun memang akhir-akhir ini dengan
menurunnya jumlah wisatawan menyebabkan jumlah omset yang
didapat menurun sehingga hanya pengelola saja yang mendapatkan
bingkisan tersebut, beberapa masyarakat yang mengeluh akan hal ini
namun tidak sedikit pula yang mengerti akan konsidi tersebut dan
masyarakat sekitar menganggap bahwa pro dan kontra adalah hal yang
wajar.
3. Pengunjung
Sebelum peneliti melakukan penelitian di desa wisata Blue lagoon,
peneliti merupakan salah satu pengunjung dari awal terbentuknya desa
wisata tersebut dampai saat ini. Peneliti mengkuti dari awal
terbentuknya desa wisata Blue Lagoon tahun 2015 dan sampai saat ini
banyak sekali perkembangan yang sudah dilakukan oleh masyarakat
setempat guna memberi kenyamanan lebih bagi wisatawan.
Contohnya seperti area kali yang sudah di perbagus, perbaikan akses
jalan yang dulunya hanya tanah merah, adanya bangunan loket masuk,
penyediaan wadah cuci tangan sebelum masuk ke area wisata,
pelebaran lahan parkir, pembangunan warung-warung dan gazebo,
perbaikan mck, penyediaan pelampung, dan penyediaan spot foto. Hal
ini menurut peneliti pribadi merupakan perkembangan yang sangat
pesat yang telah dilakukan oleh masyarakat setempat. Namun memang
ada beberapa pengunjung yang mengeluh dengan mck dan warung-
warung yang dianggap jauh dari sekitar area kali melainkan dekat
dengan pintu masuk area wisata, namun hal tersebut tidak membuat
pengunjung menyesal telah berwisata di desa wisata Blue Lagoon.
Untuk harga tiket masuk ke desa wisata Blue Lagoon tergolong murah
yakni sukarela dengan minimal Rp. 5.000,oo per orang.
72
D. Peran Pokdarwis
Dijadikannya desa Widodomartani sebagai desa wisata
2. Tahap kedua masyarakat tidak mau adanya hanya satu orang saja yang
menojol one man show akan tetapi mereka ingin semua masyarakat
terlibat
73
3. Tahap ketiga mereka sudah membentuk Pokdarwis sebagai organisasi
serta tidak memiliki pekerjaan lain diluar desa wisata Blue Lagoon dengan
mudah dalam berkomunikasi antar pengurus dan agar mereka lebih mudah
dalam menjalankan setiap tugas dan tanggung jawab yang diberikan. Akan
tetapi pengurus Pokdarwis yang ada di desa wisata Blue Lagoon belum
74
Widodomartani yang tidak memiliki pekerjaan baik itu yang memang tidak
bekerja atau pun sudah pensiun sehingga lebih mudah untuk diajak kerja
mereka masih belum terlalu paham akan desa wisata dan pariwisata.
peran serta akan mengembangkan desa wisata mereka sudah baik dengan
E. Hambatan Pengembangan
Dana merupakan hambatan paling utama dalam pembangunan serta
75
desa wisata ini adalah swadaya tanpa modal sedikit pun yang hanya
ke pemerintah. Ada pula kendala lainnya seperti kendala manusia yang pro
dan kotra dan kendala alam dengan adanya bencana seperti banjir di
musim penghujan namun itu adalah hal yang wajar. Kalau saat ini
yang terlibat langsung dalam pengelolaan desa wisata Blue Lagoon serta
yang memilih di rumah terlebih dahulu dan memang dari pihak pengelola
wisata ini.
F. Pendukung Pengembangan
Pendukung pengembangan dapat dilihat dengan antusias
76
G. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukan bahwa pengembangan desa wisata
terlebih rata- rata yang menjadi pengelola adalah bapak-bapak dan sudah
berkeluarga. Namun ada pula dampak negatif yang diterima oleh beberapa
terhadap pengelola karena pada saat hari-hari besar hanya pengelola saja
sekitar, Blue Lagoon merupakan milik warga kampung naun kenapa hanya
77
keputusan untuk hanya pengelola saja yang mendapatkan bingkisan serta
mengembangkan desa wisata Blue Lagoon dan agar dapat lebih menarik
desa wisata Blue Lagoon karena disatu sisi desa wisata ini sepenuhnya
yang kurang mampu dalam artian tidak memiliki pekerjaan atau profesi di
Blue Lagoon saja dan oleh karena itu desa wisata Blue Lagoon sepenuhnya
masyarakat saat akan adanya desa wisata Blue lagoon sedang-sedang saja
78
dalam artian memang ada yang pro dan sangat antusias namun ada pula
pembangunan, dll akan tetapi pembagian job decs tersebut tidak membuat
diberikan.
79
BAB VI
A. Kesimpulan
Desa wisata Blue Lagoon sudah layak disebut sebagai desa wisata
karena sudah memenuhi persyaratan sebagai desa wisata baik dari segi
atraksi alam dan buatan, budaya dan kesenian, aksesbilitas dan akomodasi,
pokdarwis, serta pemberdyaan adat-adat lokal. Sampai saat ini drsa wisata
Dampak positif tersebut hanya dapat dirasakan oleh masyarakat yang ikut
desa wisata Blue Lagoon ini memunculkan dua presepsi yang berbeda dari
80
masyarakat, ada yang memandang dampak yang muncul sebagai hal
positif namun ada pula yang menggang dampak yang muncul ini sebagai
dampak negatif.
B. Saran
1. Bagi Pengelola Desa Wisata Blue Lagoon
tersebut.
81
C. Keterbatasan
Dalam penelitian ini terdapat keterbatasan yang harus diperhatikan
antara lain:
1. Penelitian ini berupa analisis kasus pada desa wisata Blue Lagoon
umbul lainnya.
2. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2020 yang sedang dalam keadaan
perubahan yang ada pada desa wisata Blue Lagoon pada tahun-tahun
yang selanjutnya.
82
DAFTAR PUSTAKA
83
Moleong, Lexy J., (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarta Offset.
Moleong, Lexy J., (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarta Offset.
Muljadi Aj., (2010). Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: Rajawali Pers
Nasikun., (2000). Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Nasution S., (2006). Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara.
Nyoman.S. Pendit., (2002). Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta:
Pradya Paramita.
Nyoman.S. Pendit., (2002). Pariwisata Sebuah Study, Analisa, Informasi. Jakarta:
Djembatan.
Onny Prijono dan Pranarka., (1996). Pemberdayaan, Konsep, Kebijakan, dan
Implementasi. Jakarta: CSIS.
Ridwan, Muhammad., (2012). Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata.
Jakarta: PT. Sofmedia
Silaen, Sofar, Widiyono., (2013). Metodologi Penelitian Sosial Untuk Penulisan
Skripsi dan Tesis. Jakarta: IN MEDIA.
Slamet Sentosa., (2006). Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara.
Soelaiman Joesoef., (2004). Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta:
Bumi Aksara.
Soekadijo., (1996). Dampak Perkembangan Sektor Pariwisata Terhadap Berbagai
Aspek Kehidupan. Bandung: Alfabeta.
Soekadijo, R.G., (1995). Anatomi Pariwisata: Memahami Pariwisata Sebagai
System Linkage. Bandung: Angkasa.
Soerjono Soekanto., (2009). Struktur Masyarakat. Jakarta: CV. Rajawali.
Spillance, JJ., (1993). Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prospeknya.
Diterjemahkan oleh Andiyanto. Yogyakarta: Kanisius.
Sri Kuantari., (2009). Strategi Pemberdayaan (Quality Growth) Melawan
Kemiskinan. Yogyakarta: B2P3KS PRESS
Sri Najiati, Agus Asmana, I Nyoman N. Suryadiputra., (2005). Pemberdayaan
Masyarakat di Lahan Gambut. Bogor: Wetlands Internasonal.
84
Sugiyono., (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono., (2017). Metode Penelitian Kualitatif: untuk penelitian yang bersifat:
eksploratif, enterpretif, interaktif, dan konstruktif. Bandung: Alfabeta.
Sumaryadi, I Nyoman., (2005). Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom &
Pemberdayaan masyarakat. Jakarta: Citra Utama.
Sameng, Andi Mappi., (2001). Cakrawala Pariwisata. Jakarta: Balai Pustaka.
Sunit Agus Tricahyono., (2008). Pemberdayaan Komunitas Terpencil di Provinsi
NTT. Yogyakarta: B2P3KS.
Susmiati., (2008). Kepemimpinan Kreatif Dalam Proses Pemberdayaan
Masyarakat. Yogyakarta: Alfabeta.
Suwantoro, Gamal., Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta: Andi, 2004.
Tatang M. Amirin., (1990). Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Tirtoraharjo, Umar dan La Sula., (2000). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka
Cipta
Wardiyanto., (2011). Perencanaan Pengembangan Pariwisata. Bandung: Lubuk
Agung.
85
LAMPIRAN I
DAFTAR PERTANYAAN
86
DAFTAR PERTANYAAN
Lagoon?
Blue Lagoon?
masyarakat?
2. Jika ada, apa kendala masyarakat tersebut sehingga tidak dapat ikut serta
mengelola desa wisata ini dengan adanya masyarakat yang tidak ikut
serta berpartisipasi?
87
C. Pengunjung Blue Lagoon
88
LAMPIRAN II
FOTO DOKUMENTASI
89
A. Gambaran umum obyek desa wisata Blue Lagoon
90
Area lapak permanen dan MCK
Area gazebo
91
Area cuci tangan dan spot foto khas desa wisata Blue Lagoon
92
B. Responden wawancara
1. Masyarakat yang ikut berpartisipasi (pengelola)
93
2. Masyarakat yang tidak berpartisipasi langsung (pedagang)
Bu Lanjar Bu Rika
Bu Samsyah Bu Heni
94
Bu Iis
95
3. Pengunjung
Hanya beberapa pengunjung yang peneliti ajak berfoto untuk dokumentasi
dan memang tidak semua pengunjung mau untuk diajak berfoto
Tama
96
Jihan
Beberapa foto anak-anak kecil warga desa Widodomartani yang kebetulan sedang
bermain air dan bercanda tawa dengan peneliti di desa wisata Blue Lagoon.
97
98