Anda di halaman 1dari 3

Secara konkret teori yang dikemukakan Gustav Radbruch disebut dengan teori tujuan hukum

yang secara sederhana ingin menjelaskan bahwa hukum dalam tujuannya perlu berorientasi
pada tiga hal, yaitu kepastian, keadilan, dan kemanfaatan (Kurt:1950:73). Teori tujuan
hukum apabila ditarik kebelakang tidak akan lepas dari suatu pandangan teologis bahwa
segala sesuatu yang bereksistensi pasti memiliki tujuan tertentu. Hal ini juga berlaku
terhadap hukum yang tentunya memiliki sesuatu yang hendak dicapai dan bersifat ideal.
Teori tujuan hukum oleh Gustav Radbruch lebih lanjut dijabarkan sebagai berikut.

Pertama, kepastian yang berarti bahwa kepastian merupakan tuntutan hukum, ialah supaya
hukum menjadi positif dalam artian berlaku dengan pasti. Hukum harus ditaati, dengan
demikian hukum sungguh- sungguh positif (Notohamidjojo:2012:33). Hal ini berarti
kepastian hukum ditujukan untuk melindungi kepentingan setiap individu agar mereka
mengetahui perbuatan apa saja yang dibolehkan dan sebaliknya perbuatan mana yang
dilarang sehingga mereka dilindungi dari tindakan kesewenang-wenangan pemerintah.

Kedua, kemanfaatan yang diartikan sebagai tujuan hukum yang harus ditujukan pada
sesuatu yang berfaedah atau memiliki manfaat. Hukum pada hakikatnya bertujuan untuk
menghasilkan kesenangan atau kebahagiaan bagi orang banyak (Sudikno:2008:80). Bahwa
negara dan hukum diciptakan untuk manfaat sejati yaitu kebahagiaan mayoritas rakyat.

Ketiga, keadilan yaitu suatu kondisi dimana kasus yang sama diperlakukan secara sama.
Adapun keadilan sangat berhubungan dengan hati nurani. Keadilan bukan tentang suatu
definisi yang formal karena ia berhubungan erat dengan kehidupan manusia sehari- hari.
Hati nurani ini memiliki posisi yang sangat tinggi karena berhubungan dengan rasa dan batin
yang paling dalam. Terhadap keadilan, Radbruch menyatakan: ”Summum ius summa inuiria”
yang berarti keadilan tertinggi adalah hati nurani. Radbruch punya penekanan dan
mengoreksi pandangannya sendiri, bahwa cita hukum tidak lain daripada keadilan
(Titon:2016:16).
Perkembangan pendekatan mazhab positivisme hukum di Indonesia harus diawali dengan
pemahaman bahwa tidak satupun mazhab- mazhab hukum mempengaruhi konsepsi negara
hukum Indonesia secara mutlak. Contoh jelas tergambar dalam ajaran positivisme yang
hanya mengutamakan Undang- Undang atau hukum tertulis saja sehingga tidak ada hukum
di luar Undang- Undang (legisme). Hal tersebut tidak sesuai dengan negara hukum Indonesia
karena Indonesia juga mengakui keberadaan hukum adat. Meski demikian, aliran positivisme
yang berkembang di Indonesia mendasari adanya pengakuan terhadap hukum positif yang
tertulis yaitu peraturan perundang-undangan.

Gagasan dalam positivisme hukum tersebut menjadi basic ratio legis dari asas kepastian
hukum yang ada dalam hukum positif di Indonesia. Adapun kepastian hukum tidak menjadi
nilai tunggal dan mengabaikan nilai keadilan dan kemanfaatan yang juga diimplementasikan
dalam ketentuan hukum positif di Indonesia. Hal ini dapat dilihat ketika suatu Undang-
Undang tertentu ditetapkan maka lahirlah kepastian dan keteraturan. Kepastian dan
keteraturan ini belum dapat dikatakan sebagai kepastian hukum karena belum tentu suatu
hukum positif yang berlaku serta merta mengandung kepastian hukum. Inilah alasan yang
mendasari kepastian hukum baru akan benar-benar terwujud saat kepastian hukum
memberikan keadilan dan manfaat kepada masyarakat (Satjipto:2007:76).

Secara konkret hal ini dapat dilihat dari Pasal 28D ayat (1) UUD NRI 1945 yang menegaskan
bahwa negara memberikan jaminan, pengakuan, perlindungan dan kepastian hukum yang
adil serta jaminan perlakuan yang sama di hadapan hukum bagi setiap orang. Selain
mengandung nilai dasar kepastian hukum dalam hal bahwa perlindungan HAM warga negara
yang harus jelas rumusannya, kepastian rumusan tersebut juga wajib memberikan keadilan,
sehingga lahirlah kepastian hukum yang adil. Hal inilah yang melandasi pembentukan
peraturan perundang-undangan di Indonesia. Nilai-nilai dasar dari tujuan hukum oleh Gustav
Radbruch ditransformasikan salah satunya menjadi asas pembentukan peraturan
perundang-undangan yang diharapkan melandasi berlakunya produk hukum yang
memberikan kepastian, kemanfaatan, dan keadilan bagi masyarakat.

Kesimpulan

Sebagai manifestasi dari mazhab positivisme hukum yang menekankan kejelasan, kepastian
yang merupakan salah satu nilai dasar dari teori hukum tujuan oleh Gustav Radbruch
memiliki kesamaan, yaitu sama- sama menginginkan adanya kejelasan dan kepastian hukum
yang membuat hukum benar- benar positif untuk berlaku di suatu negara (ius constitutum).
Adapun dalam perkembangan positivisme hukum di Indonesia, kepastian hukum menjadi
salah satu dasar yang harus ada dalam peraturan perundang- undangan di Indonesia. Inilah
alasan mengapa Indonesia mengenal sumber hukum primer yang terdiri dari peraturan
perundang- undangan yang memiliki kekuatan untuk mengikat seluruh masyarakat
Indonesia. Selain memastikan rumusan hukum yang dapat dirujuk oleh seluruh warga negara
Indonesia, kepastian hukum juga memastikan terimplikasikannya nilai keadilan dan
kemanfaatan hukum.

Dalam mewujudkan tujuan hukum Gustav Radbruch menyatakan perlu

digunakan asas prioritas dari tiga nilai dasar yang menjadi tujuan hukum. Hal ini

disebabkan karena dalam realitasnya, keadilan hukum sering berbenturan dengan

kemanfaatan dan kepastian hukum dan begitupun sebaliknya. Diantara tiga nilai

dasar tujuan hukum tersebut, pada saat terjadi benturan, maka mesti ada yang

dikorbankan. Untuk itu, asas prioritas yang digunakan oleh Gustav Radbruch harus

dilaksanakan dengan urutan sebagai berikut:

1. Keadilan Hukum;

2. Kemanfaatan Hukum;

3. Kepastian Hukum. 13

Dengan urutan prioritas sebagaimana dikemukakan tersebut diatas, maka

sistem hukum dapat terhindar dari konflik internal.

Anda mungkin juga menyukai