TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Jati
Jati adalah sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi. Jati dikenal dunia
dengan nama teak (bahasa inggris), nama ilmiah jati adalah tectona grandis L.f.
Jati memiliki pertumbuhan yang lambat dengan germinasi rendah (rata-rata 50%)
yang membuat proses propagasi secara alami menjadi sulit sehingga tidak cukup
untuk menutupi atas permintaan kayu jati. Jati biasanya diproduksi secara
konvensional dengan menggunakan biji, tapi produksi jati dengan jumlah besar
dalam waktu tertentu menjadi terbatas karena adanya lapisan luar biji yang keras.
Beberapa alternatif telah dilakukan untuk mengatasi lapisan ini seperti merendam
biji dalam air, memanaskan biji dengan api kecil atau pasir panas, serta
menambah asam, basa atau bakteri, tapi alternatif tersebut masih belum optimal
untuk menghasilkan Jati yang cepat dan jumlah yang banyak (Anonim1, tt).
Tanaman Jati (Tectona grandis sp) dapat tumbuh meraksasa selama ratusan
tahun dengan ketinggian mencapai 40-45 meter dengan diameter 1,8 – 2,4 meter.
Namun, tamanan Jati rata-rata mencapai ketinggian 9-11 meter dengan diameter
0,9-1,5 meter. Daun Jati umumnya besar, bulat telur terbalik, berhadapan, dengan
tangkai yang sangat pendek. Daun pada anakan pohon berukuran besar, sekitar
Daun yang muda berwarna kemerahan dan mengeluarkan getah berwarna merah
darah apabila diremas. Ranting yang muda berpenampang segi empat, dan
dalam anak panyung menggarpu dan terletak di ujung ranting jauh di puncak
tajuk pohon. Buah tanaman Jati berbentuk agak gepeng berukuran 0,5-2,5 cm
berambut kasar dengan inti tebal berbiji tebal tapi umumnya hanya satu yang
a) Iklim
minimum 750 mm per tahun, optimum 1000-1500 mm per tahun dan maksimum
daerah dengan curah hujan 3750 mm per tahun). Curah hujan secara fisik dan
fisologis berpengaruh terhadap sifat gugurnya dan kualitas produk kayu. Suhu
udara yang dibutuhkan tanaman Jati minimum 13-17 0C, suhu optimum 32-42 0C
(tanaman Jati akan menghasilkan kualitas kayu yang baik). Kondisi kelembaban
lingkungan tanaman Jati yang optimal sekitar 80 % untuk fase vegetatif dan antara
60-70% untuk fase generatif (Sumarna, 2001, dalam Amelia Zulianti Siregar
2008).
b) Tanah
Secara geologis tanaman Jati tumbuh di tanah dengan batuan induk berasal
dari formasi batu kapur, granit, gneis, mica, schist, batu pasir, kuarsa, endapan,
shale dan lempung (Edi Batara Mulya Siregar, 2005). Pertanaman jati akan lebih
optimal tanaman Jati memerlukan kondisi solum tanah yang dalam dan keasaman
tanah atau pH optimum sekitar 6.0, namun kasus pada beberapa kawasan tanaman
Jati dengan tingkat pH rendah (4-5) dijumpai tanaman Jati yang baik, karena
tanaman Jati sensitive terhadap nilai rendahnya nilai pertukaran oksigen dalam
tanah maka pada lahan yang berporositas dan memiliki draenase baik akan
menghasilkan pertumbuhan baik pula karena akan mudah menyerap unsur hara
fisiologis tanaman yang ditunjukan oleh perkembangan tiap tumbuh (tinggi dan
pertumbuhan sebagai berikut : Kalsium (Ca), Pospor (P), Kalium (K), dan
Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini (kondisi lahan
aktual) atau setelah diadakan perbaikan (kondisi lahan potensial). Kondisi lahan
aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan data sifat biofisik tanah atau sumber
untuk mengatasi kendala. Data biofisik tersebut berupa karakteristik tanah dan
bedakan menurut tingkatannya, yaitu tingkat Ordo, Kelas, Subkelas dan Unit.
Ordo adalah keadaan kesesuaian lahan secara global. Pada tingkatan ordo
kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai (S=Suitable) dan
lahan yang tidak sesuai (N=Not Suitable). Kelas adalah keadaan tingkat
kesesuaian dalam tingkat ordo. Berdasarkan tingkat detail data yang tersedia pada
Tingkat semi detail (skala 1:25.000-1:50.000) pada tingkat kelas, lahan yang
tergolong ordo sesuai (S) dibedakan ke dalam tiga kelas, yaitu : lahan sangat
sesuai (S1), cukup sesuai (S2), dan sesuai margin (S3). Lahan yang tergolong
ordo tidak sesuai (N) dibedakan menjadi dua kelas, yaitu: tidak sesuai saat ini
(N1) dan tidak sesuai permanen (N2). (2) Pada pemetaan tingkat tinjau (skala
1:100.000-1:250.000) tingkat kelas sesuai di bedakan atas Kelas sesuai (S), sesuai
petani sendiri.
memerlukan masuakan yang lebih banyak daripada lahan yang tergolong S2,
untuk mengatasi faktor pembatas pada kelas ini memerlukan modal tinggi,
4) Kelas N1 (Tidak sesuai saat ini): Lahan yang tidak sesuai karena mempunyai
faktor pembatas yang sangat berat akan tetapi masih memungkinkan untuk
faktor pembatas terberat. Unit adalah keadaan tingkat dalam subkelas kesesuaian
kemiringan, karakteristik tanah dan lapisan batuan, struktur geologi, curah hujan,
10
tahan, terutama pada musim hujan atau saat gempa bumi terjadi.
tanah, namun tidak ada pemukiman serta kontruksi bangunan yang terancam
Merupakan kawasan dengan potensi gerakan tanah yang tinggi, namun tidak
ada risiko terjadinya korban jiwa terhadap manusia dan banguan kawasan
2.4 Longsorlahan
dengan arah kemiringan dari kedudukan semula, sehingga terlapis dari masa yang
mantap, karena pengaruh gravitasi dengan jenis gerakan berbentuk rotasi dan
berikut: air meresap kedalam tanah sehingga menambah bobot tanah, air
kemudian tanah menjadi licin dan tanah pelapukan diatasnya bergerak mengikuti
lereng dan keluar dari lereng (Pedoman Penataan Ruang peraturan Mentri
11
curah hujan rata-rata yang tinggi (di atas 2500 mm/tahun). Kemiringan lereng
yang curam ( lebih dari 40%), dan atau kawasan rawan gempa. Pada kawasan ini
sering di jumpai alur air dan mata air yang umumnya berada di lembah-lembah
yang subur dekat dengan sungai. Di samping kawasan dan karakteristik tersebut,
longsorlahan adalah :
2) Daerah tekuk lereng, yakni peralihan antara lereng curam dengan lereng
zona akumulasi air yang meresap dari bagian lereng yang lebih curam.
air pori yang akhirnya melemahkan ikatan antara butir-butir partikel tanah
Dicirikan dengan adanya lembah dengan lereng yang curam (di atas 30%),
tersusun dari batuan yang terkekarkan (retakan) secara rapat, dan munculnya
batuan apabila air hujan masuk kedalam retakan atau saat terjadi retakan pada
No.22/PRT/M/2007).
12
e. Jenis tanaman dan pola tanaman yang tidak mendukung penguatan lereng;
berikut:
13
c. Kondisi tanah, lereng tersusun oleh tanah penutup tebal (lebih dari 2
meter);
retakan;
No.22/PRT/M/2007).
dan untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman jati di Kecamatan
adalah metode survei dengan teknik pengambilan sampel area random sampling
karakteristik lahan yang telah diperoleh dengan syarat tumbuh tanaman jati
(tectona grandis). Hasil dari penelitian yaitu tingkat kesesuaian lahan untuk
tanaman jati yang meliputi kelas sangat sesuai (S1), sesuai (S2), sesuai secara
permanen (S3), tidak sesuai sementara (N1) dan tidak sesuai permanen (N2).
14
metode matching, yaitu dengan cara mencocokan data karakteristik dan kualitas
yang diperoleh di lapangan atau laboratorium dengan syarat tumbuh tanaman jati.
Hasil dari penelitian yaitu tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman jati yang
meliputi kelas sangat sesuai (S1), sesuai (S2), sesuai secara permanen (S3), tidak
survey dengan teknik pengambilan sampel area sampling. Hasil dari penelitian
yaitu dipeloreh tingkat satuan lahan untuk tanaman mahoni yaitu meliputi kelas
sesuai (S), kelas sesuai bersyarat (CS), dan kelas tidak sesuai (N).
15
sebagai berikut. Penanaman vegetasi merupakan salah satu cara untuk mencegah
penghasil kayu dengan kualitas yang tinggi. Tanaman Jati mempunyai daun yang
besar dan akar yang dalam sehingga daya serap airnya banyak dan akan cocok
beda tergantung dari keadaan iklim, tanah, dan syarat penggunaan tertentu.
16
memberikan manfaat yang lebih maksimal dan merupakan gambaran bahwa lahan
fisik alamiah dan faktor aktivitas manusia. Penggunaan lahan yang tepat oleh
merupakan bencana alam berupa gerakan massa tanah yang penyebab utamanya
adalah curah hujan yang tinggi, kemiringan lereng serta jenis vegatasi yang
tumbuh.
17
“Kelas kesesuaian sangat sesuai (S1) 50% terdapat pada kelas kerawanan
longsorlahan tinggi”.
18