SENI
KERAWITAN I
November 2009
1
KATA PENGANTAR
kualitas.
cetak dan elektronik setiap hari memberikan publikasi tentang musik Jawa yang
cukup memadai. Pentas langsung dan rekaman pagelaran seni gamelan dapat
titi laras, pelok slendro, dalang, wiyaga, waranggana, lelagon dan gendhing.
Semoga kehadiran diktat ini memberi manfaat pada semua pihak yang peduli pada
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN 1. SILABUS
LAMPIRAN 2. RPP
PENYUSUN
3
BAB I
musikal yang sering disebut dengan istilah karawitan. Karawitan berasal dari
bahasa Jawa rawit yang berarti rumit, berbelit-belit, tetapi rawit juga berarti halus,
cantik, berliku-liku dan enak. Kata Jawa karawitan khususnya dipakai untuk
mengacu kepada musik gamelan, musik Indonesia yang bersistem nada non
ritme, memiliki fungsi, pathet dan aturan garap dalam bentuk sajian
bangsa Indonesia. Gamelan Jawa merupakan salah satu seni budaya yang
diwariskan oleh para pendahulu dan sampai sekarang masih banyak digemari serta
1982). Menurut sejarahnya, gamelan Jawa juga mempunyai sejarah yang panjang.
Seperti halnya kesenian atau kebudayaan yang lain, gamelan Jawa dalam
Dahulu pemilikan gamelan ageng Jawa hanya terbatas untuk kalangan istana. Kini
Jawa yang termasuk dalam kategori pusaka (Irwan Sudjono, 1990). Secara
4
filosofis gamelan Jawa merupakan satu bagian yang tak terpisahkan dari
Jawa berkaitan dengan seni budayanya yang berupa gamelan Jawa serta
beberapa kakawin Jawa kuno. Arti kata gamelan, sampai sekarang masih dalam
perkembangan dari kata gembel. Gembel adalah alat untuk memukul. Karena cara
namanya pukulan, barang yang sering diketok namanya ketokan atau kentongan,
barang sering digembel namanya gembelan. Kata gembelan ini bergeser atau
berkembang menjadi gamelan. Mungkin juga karena cara membuat gamelan itu
adalah perunggu yang dipukul-pukul atau dipalu atau digembel, maka benda yang
sering dibuat dengan cara digembel namanya gembelan, benda yang sering
menjadi gamelan. Dengan kata lain gamelan adalah suatu benda hasil dari benda
(dari Kanoman Cirebon), Kyai Guntur Laut (dari Majapahit), dan Gamelan
Sekaten jumlah unitnya masih sedikit. Manusia memang selalu tidak puas kepada
apa yang sudah ada. Kita selalu ingin mengembangkan apa yang sudah ada. Alat
musik etnis ritualis menjadi alat musik religius, kemudian menjadi musik sarana,
yaitu gamelan untuk dakwah, untuk sarana pendidikan, untuk media penerangan.
5
Pada jaman gamelan sebagai sarana ini jumlah unitnya selalu mengalami
musik petik, macam-macam alat musik gesek, bahkan tambur, terbang, jedor,
bedug dan lain-lain masuk ke dalam anggota musik gamelan. Anak muda
sekarang ada yang ingin mengembangkan unit gamelan dengan cara gong dibalik
diisi kerikil dan dibunyikan dengan memukul bahunya, kempul diberi kerikil di
Pradangga Adi Guna Sarana Bina Bangsa. Arti kata motto tersebut adalah
Pradangga sama dengan gamelan (prada + angga) artinya “yang punya badan
mengkilat”, Adi artinya baik, Guna artinya kepandaian, ilmu pengetahuan atau
kata secara bebas “Apabila gamelan itu digunakan dengan sebaik-baiknya bisa
sebagai alat untuk mendidik bangsa”. Adalah suatu kenyataan bila kita mendengar
uyon-uyon rasanya seperti kita dibawa ke alam impian yang serba nikmat, lupa
segala-galanya.
6
BAB II
dengan nilai-nilai sosial, moral dan spiritual. Kita harus bangga memiliki alat
mengakui bahwa gamelan adalah alat musik tradisional timur yang dapat
mengimbangi alat musik Barat yang serba besar. Di dalam suasana bagaimanapun
Gamelan adalah alat kesenian yang serba luwes. Di bawah ini sebagai
untuk mendidik rasa keindahan seseorang. Orang yang biasa berkecimpung dalam
dunia karawitan, rasa setiakawan tumbuh, tegur sapa halus, tingkah laku sopan.
1984). Gamelan dan tari-tarian. Gamelan memang tidak bisa dipisahkan dengan
Tarian klasik maupun tarian modern gamelan selalu bisa digunakan untuk
gamelan mula-mulanya digunakan untuk pemujaan kepada roh-roh baik roh halus,
maupun roh-roh leluhur (upacara ritual). Gamelan dan agama. Dari upacara ritual,
suasana hening, untuk pemusatan perhatian dan lain-lain. Gamelan dan dakwah.
7
Di sana gamelan sekaten dibunyikan. Bunyi gamelan sekaten punya daya
tarik yang sangat besar. Tiap gamelan sekaten dibunyikan banyak orang
berdatangan dan berkumpul dekat gamelan sekaten itu. Kemudian setelah orang-
orang sudah datang maka dakwah agama Islam dimulai (Wignya Sutarno, 1956).
Gamelan dan olah raga. Gamelan bisa untuk mengiringi olah raga, senam
2000). Gamelan dan peralatan. Rasanya sepi apabila dalam suasana perhelatan
bila ada tamu agung datang mesti disambut dengan suara gamelan, biasanya
disesuaikan dengan irama langkah tamu tersebut. Dan masih banyak lagi tentang
keluwesan gamelan.
letak gamelan biasanya disusun seperti berikut: gender slendro, gender pelog 6,
gender pelog barang, gender slendro penerus, gender pelog 6 penerus, gender
pelog barang penerus, bonang slendro gede, bonang slendro penerus, bonang
pelog gede, bonang pelog penerus, gambang slendro, gambang pelog, rebab
(gading atau pontang), kecrek, clempung slendro, clempung pelog, kendang gede,
8
slemtem pelog, demung slendro, demung pelog, saron slendro, saron pelog, saron
peking slendro, saron peking pelog, suling slendro, suling pelog, gong suwukan,
slendro, kempul 2 slendro, kempul 5 atau 6 pelog (kalau tumbuk 5/6), kempul
barang (7) pelog, kempul 1 pelog, kempul 3 pelog, kempul 2 pelog, kenong 1
kenong barang pelog (7), kenong 6 pelog, kenong 5 pelog, kenong 3 pelog,
kenong 2 pelog, kenong 1 pelog, rancak kempyang dan ketuk slendro, rancak
oleh niyaga (penabuh) dengan disertai 10-15 pesinden dan atau gerong (Sumarto
& Sri Suyuti, 1978). Susunannya terutama terdiri dari alat-alat pukul atau
sebuah wadah gema (resonator). Alat-alat lainnya berupa kendang, sebuah alat
gesek yang disebut rebab, kemudian gambang yaitu sejenis xylophon dengan
bilah-bilahnya dari kayu, dan alat berdawai kawat yang dipetik bernama siter atau
celempung.
yaitu celempung siter rebab; Ideofon yaitu saron, gemung, bonang, kethuk
kenong, gong; Terofon yaitu suling; Membranofon yaitu kendang. Menurut para
sarjana musikologi alat-alat musik jenis Ideofon termasuk jenis alat musik yang
9
tertua jika dibandingkan dengan alat musik lainnya. Semua alat-alat tersebut
dibunyikan secara bersama-sama atau sebagian saja dengan cara yang sesuai,
sehingga merupakan konser atau kumpulan bunyi yang teratur, indah menurut
10
BAB III
sudah barang tentu mahal harganya, dan harus dirawat dengan penuh kesadaran.
Seniman bukan hanya orang yang menciptakan barang seni saja; orang yang bisa
seni tersebut.
berjudul Dimensi Moral Dalam Syair Tembang Pada Pergelaran Wayang Purwa.
kelestariannya juga budayawan (Koentjaraningrat, 1984). Maka dari itu kita harus
Pada jaman dahulu wayangan hanya digunakan gamelan slendro saja. ini
berlaku bagi masyarakat umum. Pengarang sendiri tidak tahu alasannya, tetapi
yang pasti, kemungkinan mengingat tempat atau pangkat yang mempunyai hajat
tersebut tidak mengizinkan dipakainya kedua rancak gamelan slendro dan pelog
digunakan kedua rancak gamelan tersebut (Harsono Kodrat, 1982). Umum pada
11
waktu itu takut sekali menggunakan kedua rancak gamelan tersebut dengan dalih
bahwa hal itu akan mendatangkan kualat kepada orang dalam, yang
cocok (gatuk). Pada jaman kemerdekaan dan saat sekarang ini hal-hal yang
demikian sudah tidak berpengaruh lagi. Bahkan di mana-mana, jika ada pertun-
jukan wayang kulit semalam suntuk selalu digunakan 2 rancak. Hal-hal yang
menjadi kunci suksesnya pergelaran apa pun bentuknya, apakah itu pergelaran
wayang kulit atau tari, ialah expresi/penanganan yang sempurna dan penuh
yang tidak lepas dari rule of the game (aturan permainan) patokan-patokan yang
benar-benar selaras, dengan rasa keindahan (estetika) serta kalau mungkin, lepas
sekarang ini kita benar-benar akan merasa terharu, sayang, dan prihatin di
samping rasa bangga akan kemajuan yang telah dicapai terutama oleh generasi-
pada segi-segi lain kelihatan agak menonjol, tetapi ditinjau dari segi yang lain lagi
12
tatakrama, kemasyarakatan, toleransi, pembentukan manusia-manusia yang
dalam beribadah terhadap 'I'uhan Seru Sekalian Alam, yaitu dengan sarana kerja
Jangan sampai ada suatu gap dengan sesepuh yang benar-benar mumpuni (ahli)
dalam hal tersebut di atas. Bahkan komunikasi perlu dijaga sebaik-baiknya dengan
para sesepuh sebagai sumber/gudang yang masih menyimpan berbagai ilmu yang
pada masa ini beliau-beliau itu sudah hampir mahas sepining asamun, berada di
rembang petang. Saya peringatkan masalah ini dengan serius untuk segera
kelestarian kebudayaan bangsa bagi anak cucu kita nanti. Kriteria melestarikan
kebudayaan di sini bukan pengarang maksudkan dalam arti yang sempit, yaitu
hanya bergerak pada aktivitas seni tradisional atau jangan hanya berkecimpung di
bidang seni kontemporer saja, tetapi kuasailah keduanya secara baik, syukur
dan tanggon. Artinya seniman yang serba bisa, ulet, dan mau berkorban demi
Nusa dan Bangsa. Apa pun bidang seni yang dikuasai, jadilah insan seni yang
banyak beramal, dengan ilmu yang padat dan beriman kepada Tuhan Yang Maha
Kuasa.
13
Adapun maksud pengarang menyusun buku Gendhing Karawitan Jawa ini
tidak lain ingin turut melestarikan existensi kebudayaan bangsa supaya tidak
Dengan sumbangan yang kurang berarti ini, pengarang sebagai insan Indonesia
yang bertanggung jawab kepada Nusa Bangsa dan Tuhan, sedikit lega bernafas
bisa mendarmabaktikan hasil karya yang belum seberapa ini ke haribaan Ibu
Pertiwi.
saran sebagai berikut. Barang atau benda yang terawat kelihatan tetap anggun.
instrumen gamelan harus dijauhkan dari benturan satu sama lain. Di samping ia
akan pecah juga benturan akan merubah nada. Tali temali (pluntur, Jawa) harus
selalu dikontrol. Sebab bila tali-tali gamelan itu putus gamelan bisa jatuh ke tanah
atau lantai yang menyebabkan gamelan itu pecah atau paling sedikit nada
berubah.
dalam lebih hebat daripada bagian luar. Oleh karena itu bagian dalam gamelan
14
Niyaga atau pengrawit harus mempunyai pengetahuan yang memadai
pementasannya terasa lebih hidup. Kata niyaga dalam bahasa Kawi atau Jawa
Namun demikian, dalam komunitas karawitan, kata niyaga dalam bahasa Jawa
baru berarti penabuh gamelan. Demikian pula di dalam tulisan ini yang dimaksud
niyaga adalah penabuh atau pemain gamelan dalam pergelaran wayang kulit
purwa Jawa. Sebetulnya kata niyaga itu sangat erat hubungannya dengan konsep
abdi dalem. Kata abdi berarti hamba atau sahaya, sedangkan abdi dalem berarti
punggawa atau pegawai kerajaan. Tentu saja di dalam kehidupan keraton terdapat
beberapa kelompok abdi dalem, seperti abdi dalem kriya, abdi dalem prajurit,
abdi dalem ulama, abdi dalem gunung, abdi dalem bedhaya, dan abdi dalem
niyaga. Di Keraton Kasunanan Surakarta seorang yang telah resmi menjadi abdi
dalem, mulai dari pangkat jajar ke atas dikategorikan sebagai priyayi (Soeratman,
1989: 200).
berbeda, dan pada tahun 1970-an, istilah niyaga itu berubah menjadi penabuh, dan
ada paling tidak pada masa pemerintahan Paku Buwana IX. Hal itu terbukti
adanya salah satu tempat di Pagelaran yang disebut bangsal Pangrawit, yakni
tempat gamelan yang akan ditabuh oleh para niyaga. Di samping itu, nama
15
pangrawit juga diberikan kepada para abdi dalem niyaga yang sudah mempunyai
susunan nada-nada yang diatur sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku, apabila
16
2. Kethuk (disebut pemangku irama)
4. Kempul
a. Menentukan lagu
17
5. Clempung, gender penerus, bonang penerus (disebut juga pemangku lagu)
18
BAB IV
LAGU LANCARAN
1. Aja Dipleroki
19
Aku duwe pitik, pitik tukung
Saben dina tak pakani jagung
Petog, gogog-petog-petog
Endhog pitu tak ngremake netes telu
Kabeh trondhol-dhol, tanpa wulu
Mendhol-mendhol-dhol, gawe guyu
3. Anting-Anting
5653 6231
2165 2353
5653 6231
2165 2356
2153 1232
3565 2356
2153 1232
3565 2356
5653 6231
2165 2356
Ompak:
5653 6231
2165 2356
4. Arga Dalem
. . . .
. . . . 2 1 65 .556 561 2
. . . . . . .
. . . . 11 2 1 2 2 16 3565
. . .
. . . 6 6565 5556 .1 2 1
. . .
. . . 3 .2 1 2 .121 . 635
. . 23 2356 .365 3212
5. Bendrongan
Bk : 5 2 5 2 5 3
G
5 3 5 2 5 2 5 3
G
5 3 5 2 5 2 5 6
G
20
1 6 1 5 1 5 1 6
G
1 6 1 5 1 5 1 6
G
2 3 2 1 6 5 2 3
G
6. Bindri
. . . .
Buka: 5 1 65 35 1 2 165
. . . . . . . . . .
A. 61 2 1 2 165 61 2 1 2 165
. .
B. 1653 5235 1653 5235
7. Bubaran Nyutra
.
Buka: .2.3 .5.6 .1.6 .5
A. .6.3 .5.3 .5.2 .3.5
B. .3.2 .3.2 .3.2 .6.5
C. .2.1 .2.1 .2.1 .6.5
8. Budaya Kuncara
21
9. Bujang Ganong
. . . . . . . . .
1111 3561 111. 6516
. . . . . . . . . . .
2 2 21 1 2 11 161. 6516
.
. 55 . 3653 3335 3516
. . . . . .
. . 1 2 12 6 1 . . 55 5616
. . . . . .
. . 1 2 12 6 1 1 . 55 3516
. . 55 3653 3535 3516
5555 3653 3535 3516
22
. . . . . . . . . . . .
. 2 61 61 23 .2 2 2 1 2 6 1
. . . .
. . 61 61 2 3 5555 3653
. . . . .
. . 11 62 16 .55. 1653
.253 .253 5253 5656
23
Cengkir cengkir gadhing kinupengan beras kuning
Temanten wis sumandhing
Dhahar sega punar kanthi polatan suminar
Busanane sarwa kembar
Para tamu padha tansah njurung pangestu
Temantene manggiha rahayu.
13. Gambuh
Bk : …… 6
Ompak ..66 .565 .2.3 .5.6
..66 .565 .2.3 .5.6
Lagu
A. 3636 32166
B. 3636 6532
C. 5321 3216
D. 3636 2123
E. 6535 3212
F. 6262 6356
G. 2165 2356
24
15. Gembira Loka
. . . . . . .
6666 . . 61 2 62 1 1 2 61
. . 65 . . 36 .553 3523
. . 23 5566 . . 32 6132
. . . .
. . 61 161 2 . . 65 6235
. . . .
. . 1 2 62 16 3335 5332
6767 3576
2727 6523
5656 2365
2323 6532
25
18. Gula Klapa
. . . . . . . . . . .
. . . . 561 2 2 2 2 2 1 2 23 1
. . . . 5653 2356 1655
. . . . 2356 5656 . . 55
. . . . 2356 5656 5655
. . . . . .
. . . . .1. 2 . . 3 1 2 1.6
. . . . .365 . . 32 31.2
. . . . .6.1 . . 61 .2.3
. . . . .3.5 . . 65 .3.2
222. 3123 . . 16 1232
Buka 3 6 3 2 3635
3632 3635
3632 3635
1612 1635
3632 3635
3632 3635
26
22. Gunung Lawu
Buka 3 5 3 2 55
1615 2532
3532 3216
2123 6532
3532 6165
24. Jakasanga
27
. . . . 3561 1121 6216
. . . . 6123 .232 6123
. . . . 1121 3561 6216
Buka Kendhang : . . . 6
A. 3123 6523 3216
B. 3123 6521 3216
C. 5253 5253 6521 3216
D. 5253 5253 6521 3216
28
27. Kebo Giro
Buka: . 6 . 3 .6 .3 .6 .5
. . . . . .
A. .6.5 .6.3 .6.3 .6.5
B. .6.5 .6.2 .6.2 .6.1
C. .6.1 .6.2 .6.2 .6.1
D. .6.1 .6.3 .6.3 .6.5
Buka 2326 55
A. 3235 3532
B. 3235 6365
C. 3235 3216
D. 2321 3535
E. 6365 3565
F. 6365 3565
29
. . . . . . .
. . . . 3561 161 2 1611
. . . . . . .
. . . . 3561 3 2 1 2 62 16
. . . . . . . . .
. . . . 3 2 1 2 61 2 . 1161
. . . . . . .
. . . . 35 61 11 2 1 62 16
A. Umpak
. . .
B. Lik 5 3 5 6 1 6 1 2
. . . . .
3 2 1 6 2 1 6 5
. . . . . .
3 3 2 2 1 1 5 6
. . . .
2 2 1 1 6 5 6 5
2 3 5 6 5 3 3 2
Gerongan
. . .
.5.3 .5.6 .1.6 .1. 2
. . . . .
.3.2 .1.6 . 2 .1 .6.5
. . . . . .
. . 3 3 . .22 . .11 6536
. . . .
. . 22 . .11 . . 65 5665
.2.3 .5.6 .5.3 .6.5
. .
5523 5566 2 165 63.2
30
33. Kutha Sala
A. 6 5 3 2 3265
B. 6 5 3 2 3265
C. 6 5 2 1 2165
D. 6 5 2 1 2165
E. 1 6 3 2 3265
31
Lagu A. 5321 5653
B. 5321 5653
C. 5356 3536
D. 3236 3532
E. 3236 5352
F. 3532 3536
G. 5356 5352
32
2323 2121
6161 3216
. . . . . . . . . .
. . . . 61 2 3 3232 1611
. . . . . . .
. . . . 2 161 3561 161 2
. . . .
. . . . 11 2 1 6665 6356
. . . . 6123 3232 1611
. . . . . .
. . . . 2161 3561 3 21 6
33
Sajake rada lalen mung tansah dadi impen
Yen pinuju nggeget lathi eseme amerak ati
E mari kangen muga-muga tansah tegen
Atiku dadi tentrem amulat netra kang tajem
Mari kangen mulat sira netra tajem tyas jatmika.
3165 3231
.
6165 3231
3231 3235
6565 3231
.
3321 6165
3535 3231
41. Menthog-Menthog
B. 6 6 6 6 6 3 5 6
2 1 6 3 6 5 3 5
2 3 5 6 5 3 6 5
2 3 5 6 5 3 6 5
2 2 2 2 2 3 5 6
2 1 6 3 6 5 3 2
Gerongan
. . 66 . . 66 . . 63 5566
. . . . . . .
.2 3 1 2 656 6.61 2 165
34
5523 5566 6653 5655
5523 5566 6653 5655
. . 22 . . 22 . . 23 5566
. . . .
.2 3 1 2 653 .6.5 .3.2
35
Mesthi agawe pengin wong sing padha teka
sumur kompor ing ngendi-endi ana
Tandur-tandur subur mesthi gawe makmur
Ja lali ja keri kutha Nganjuk ngenteni.
Buka 2 1 2 1 3216
2161 6523
2161 3216
2161 6523
2161 3216
2121 2323
2121 2626
. . .
. . . . 26 1 1 2653 533 .
. . . . . . .
. . . 1 1 2 1. 61 2 6 166.
. . .
. . . . 26 1 1 2653 533 .
. . . . .
. . . 3 5616 1 3 2 6 166.
. . . . . . . . . .
. . 2 . .111 11 2 . 23 2 6
. . . . . . . .
. . 2 . .111 1 3 2 6 166.
45. Parangtritis
36
. . . . . 612 2222 1121
. . . . 2162 211 . 2165
. . . . 2356 5535 2312
. . . . 6123 5653 5653
. . . . 6535 3211 1231
Buka 1 6 5 3 . 21 . 2353
5616 1653
2161 6216
5616 1653
2323 6532
2323 2126
. . . .
. . . . 1516 156. 1653
. . . . . .
. . . . 3561 161 2 62 16
. . . .
. . . . 1516 156 . 1653
. . . . 6 132 6 132 6532
. .
37
.551 5656 5551 5616
.516 516. 51 . . 5616
.221 6216 5555 1656
49. Pendhisil
A. Umpak
B. Lik
5 6 5 6 3 5 3 2
2 2 2 2 2 1 2 6
. .
. 1 2 6 6 5 3 2
2 1 2 3 2 1 2 6
. . . . . .
1 1 2 6 1 1 2 6
5 5 5 5 5 6 5 3
3 5 6 3 6 5 3 2
6 1 2 3 2 1 2 6
2 1 2 3 2 1 3 2
Gerongan
.356 .356 .365 5332
. . . . .222 . .21 3216
. .
. . . . . 1 26 . . .6 6532
. .
. . . . . 1 26 . . . 6 6532
38
2121 2561 2121 5612
3232 5321 2121 2121
2165 4565 6532 5321
3232 3232 6561 2165
Buka 6 5 2 3 .5 3 5 . 1656
2161 6523
2356 2126
2161 6523
6523 5616
. . . .
. . 1 2 12 61 6. 3 5 3523
. . . . .
. . 23 5656 .1 2 1 62 16
. . . . .
. . 1 2 1 2 61 6 .35 3523
.
. 555 3333 .555 1656
39
Saka rumangsaku sarta pamikirku
Ora mulih nalar ing jaman gagrag anyar
Nanging dhek semana beda lan saiki
Lelakon neka warna keh crita ngayawara
40
Mengko mesthi bakal didongengi
Rawa Pening criuta ndudut ati
Jaman saiki wis arang keprungu
Sedurunge mapan turu didongengi bapak ibu
54. Ricik-Ricik
Buka : 2 3 5 3 6/6 6
A. 1 6 3 2 5321
B. 2 3 5 3 5616
41
Ana ing Suralaya ringin mau darbe nama
Aran dewandaru kalawan Wijayandaru
Lambang kawibawan sarta agunging kamulyan
Mula para kuna banget anggone precaya
Bk. 262655
1515 1526
2626 2615
. . . . . .
. . 2 2 2 2 11 6 655 3123
. . . . .
. . 1 2 1656 5555 56 2 1
. . . . . . .
. . 23 5656 1111 3 2 16
.
5516 5533 2123 5653
. . . . . .
111. 3 2 16 5535 3212
42
Wayah bengi krasa sepi ing pesisir suwung
Yen nyawang sisih kidul katon jembar tanpa tepi
43
.12. 31. 3 132. 165.
.56. 55.2 356. 535.
.12. 31.3 132. 535.
.22. 31.3 132. 165.
Buka: . 5 3 2 .5 3 2 .6 5 3
. . . . . . . . .
.
A. .5.3 .5.3 .2.3 .2.1
. .
B. .2.1 .2.1 .3.5 .3.2
C. .3.2 .3.2 .5.6 .5.3
Wirama lamba janturan:
. . . .
1653 1653 1653 6561
. . .
3561 3561 3561 6523
6532 6532 6532 6553
3216 5612
3216 5235
2.22 . . . 2
44
64. Surabayan
Buka: 2 . 1 . 2.1. 6 . 5
. .
A. .6.5 .3.2 .6.5 .2.1
B. .2.1 .2. 6 .2.1 .6 .5
. . .
Bk : 3565 3216
Lagu :
A. 2353 1232
B. 3565 3216
67. Tropongbang
Buka : 3 1 3 2 5 6 1 2 5/5 5
A. 3 2 3 2 1645
B. 3 2 3 2 1645
C. 1 6 1 6 4245
D. 1 6 1 6 4245
45
+ ^
BK 3 1 3 2 5 6 1 2 1 6 3 (5)
p p p
^ ^ ^ ^
A 3 1 3 2 3 1 3 2 5 6 1 2 1 6 3 (5)
3 1 3 2 3 1 3 2 5 6 1 2 1 6 3 (5)
p p p
^ ^ ^ ^
B 1 2 1 6 1 2 1 6 5 6 1 2 1 6 3 (5)
1 2 1 6 1 2 1 6 5 6 1 2 1 6 3 (5)
68. Tumlawung
5612 1521
2164 2645
5563 6261
2165 1256
ompak:
2163 6261
2165 1256
46
.523 .253 523. 2356
.356 .356 .333 2212
70. Wrahatbala
Buka: 1 6 1 6 3 2
. .
A. 321 6 1 6 32
. .
B. 321 6 5 3 2 6
. . . . .
C. 5323 212 6
.
D. 5323 212 6
.
E. 2321 6 5 32
. .
Buka
ttpb tppp
Lampah
Ptpp pbpp pbpp pbpp
Ptpp pbpp pbpp pbpp
Suwuk
Ptpt pbpt bptb tpp
47
BAB V
LAGU LANGGAM
Langgam Tamansari
Pl. 6
Buka: Celuk . . . 5 .6.4 .6.5
.4.5 .6.1 .2.4 .2.1
.6.4 .6.5 .6.1 .6.5
.4.5 .6.1 .2.4 .2.1
.1.2 .4.1 .2.3 .5.6
.5.6 .5.4 .6.5 .4.2
.2.4 .6.5 .6.4 .6.5
.6.5 .6.1 .2.4 .2.1
Langgam Tamansari
Ompak:
2465 6165 4561 5421
. . . 5 6165 4561 5421
2465 6165 4561 5621
2121 6521 5654 5612
1245 6165 4561 5421
48
Langgam Ali-Ali
Sl. Manyura
Buka: Celuk
A. 1635 3231 5632 3231
2165 3231 2132 5321
5616 2563 5353 5621
2165 3231 6132 3216
2165 3231 6132 3216
Ompak:
2165 3231 6132 3126
Bawa Dhandhanggula :
Jenang gula glali aja lali
Ali-ali niki sulih kula
Aja dianggep sepele
Kula mbotena melu
Amung ati tansh nggondheli
Yen dadi lara gela
Sedhih rinten dalu
Ketok ketoken kewala
Nganti-anti mbesuk apa bakal bali
Yen bali beja kula.
Langgam :
Ngagema ali-aliku pamrihe aja lali marang aku
Nadyan kula mboten melu mbesuke
Ngelingana lelabetku
Lamun embane cepaka emane
Amung tansah gawe cuwa
Iki embane kencana pamrihe
Tansah manggiha raharja
Yen nganti ilang mripate jarene nemahi rubeda
Yen nganti dinggo wong seje mbesuke
Wis mangsa bodhowa
Pilihanku mripat biru pamrihe
Mrih sulistya ingkang warni
Yen takon isi atiku mbesuke mriksasana ali-ali.
49
Anting-Anting
Pl. 6
5653 6231
2165 2353
5653 6231
2165 2356
2153 1232
3565 2356
2153 1232
3565 2356
5653 6231
2165 2356
Ompak:
5653 6231
2165 2356
50
BAB VI
Ayak-ayakan Pathet 6
Buka:
. . . .
5656 2 1 3 2
65
.
A. 3235 1656 5356 3532
6
B. 5653 5653 212 . 2123
6 5 3 5
C. 5653 2132 . . . .
51
6 6 5
C. .66. 6535 .22. 6535 2325 212 . 21 . .
6 6 5
.66. 6535 .22. 6535 2325 212 . 21 . .
2 3 5 6 5 3 2
D. . . . . 3 . . .
5 6 3 2 5 6 3 2 5 6 6
E. . . . . . . . . . . 1 . 3532
6 6 6 5
1 . 32 1 . 32 53 . .
3 2 6 5 3 2 6 5 2 3 5 3 5 3
. . . . . . . . . . . . 12 . .
5 3 5 6 3 5
12 . . . . . .
3 2 6 5 6 3 2
. . . . 1 . . .
5 6 3 2 6 3 2 5 6 6
. . . . 5 . . . . . 1 . 3532
6 6 5
1632 1 . 32 53 . .
3 2 6 5 3 2 6 5 2 3 5 3 5 3
. . . . . . . . . . . . 12 . .
5 3 5 6 3 5
12 . . . . . .
3 2 6 5 3 2 6 5 2 3 5 3
. . . . . . . . . . . . 5 235
. . .
F. 3235 1 2 16 5 35 6 3532
5653 5653 2126 2123
6 5 3 5
5653 2132 . . . .
6 5 3 5 6 5 3 5
. . . . . . . . 2353 5235
Suwuk:
6 5 6 6
1 . . . 321 .
52
Srepegan
Sl. Pt. 6
Buka: 2 3 5
A. 6565 2353
.
B. 5353 5235 1653 6532
C. 3232 3565
. . . . . . .
D. 6161 3 2 1 2 1656
. . . . .
E. 1616 1561 3 2 65 3235
F. 6565 2353
.
G. 5353 5235 1653 6532
H. 3232 3565
Srepegan Pinjalan
Sl. Pt. 6
Ayak-ayakan Pathet 9
Buka:
. . . . . .
A. ... 2 ...1 ... 2 ...1 ... 3 ... 2 ...6 ...5
.
.1.6 .5.6 .5.3 .5.6 .5.3 .5.6 .3.2 .3.5
.
.3.2 .3.5 .3.2 .3.5 .1.6 .5.6 .5.3 .2.1
53
B. .2.3 .2.1 .2.3 .2.1 .3.5 .3.2 .5.3 .5.6
______________
.5.3 . 5. 6 .5.3 .5.6 .2.3 .2.1 . 2 . 3 . 2 .1
.3.2 .3.5
. 3. 2 .3.5 .3.2 .3.5 .3.2 .1.2 .3.5 .6.5
.
. 3. 2 .3.5 .3.2 .3.5 .1.6 .5.6 .5.3 .2.1
Suwuk:
.2.3 .2.1 .6 .5 .3.5
. . . .
Ayak-Ayakan Tlutur
Sl. Pt. 9
. . .
A. .6.1 .6.1 .6.5 .3.5 .1.6 .5.6 .5.3 .2.3
. .
B. .6.1 .6.1 .6.5 .3.5 .2.3 .2.1
.3.5 .6.5 .3.5 .6.5 .3.2 . 1. 2 .6 .5 .3.5
. . . .
.
. 3 . 2 . 3 . 5 . 3 . 2 . 3 . 5 .1.6.5.6 .2.3 .5.3
. . . . . . . .
Srepegan Tlutur
Sl. Pt. 9
Buka: 2 3 5
.
A. 6565 1656 5323
. . . .
B. 2 1 2 1 6535 2321
C. 3565 3212 3565
. . . .
D. 3565 3 2 1 2 3565
54
Srepegan
Sl. Pt. 9
Buka: 2 3 5
A. 6565 2321
B. 5621 3212 3565
.
C. 1656 5356 5312 3565
.
D. 6565 2356 5152 5321
.
E. 2121 3232 5616
. .
F. 1616 2121 3565
G. 6565 3212
H. 3232 3565
I. 6565 2321
Sampak Tanggung
Sl. Pt. 9
A. . . . 3 . . . 2 . . . 3 . . . 5 . . . 3 . . . 2 . . . 1
B. 2321 2321 3532 3532 5356
C. 5356 5356 5323 1232
D. 3532 3532 5323 2121
55
Suwuk:
3121 3216
Ngelik:
E. 5321
F. 5356 5356 5321
G. 2321 3532 5356
H. 5356 5356 2321 6532
Srepegan
Sl. Pt. Manyura
Sampak
Sl. Pt. Manyura
56
. . .
161. 1656 53. . 33.5
. . . .
61. . 1 132 6535 6156
. .
161. 1656 5323 1232
3136 3532 3126 3532
.
33. . 33.5 66.3 5616 5323 2121
.
3265 3561 3265 3561 3565 3232
3126 3532 3126 3532 1653 5616
2123 2126 2123 2126
323. 323. 3532 . 1.6
Sampak Banyumasan
Sl. 9
Buka: 11
5151 5561
5612 1635
2353 6532
6262 3235
6565 6561
5612 3216
1216 1216
5152 5321
57
DAFTAR PUSTAKA
58
LAMPIRAN 1.
SILABUS
SILABUS
MATA KULIAH : SENI KARAWITAN I
SIL/FBS-PBJ/252 Revisi : 00 10 November 2009 Hal
59
II Latihan dasar gamelan Praktek memainkan gamelan secara 200’
dengan lagu lancaran kolektif dengan lagu lancaran yang
paling sederhana.
III Latihan gamelan de- Praktek memainkan gamelan secara 200’
ngan lagu lancaran kolektif dengan lagu lancaran
beserta iringan wa- lanjutan yang bisa diiringi
ranggana waranggana.
IV Latihan gamelan Praktek memainkan gamelan secara 200’
dengan lagu ladrang kolektif dengan lagu ladrang.
V Latihan gamelan de- Praktek memainkan gamelan secara 200’
ngan lagu ladrang kolektif dengan lagu ladrang yang
dengan diiringi wa- bisa diiringi waranggana.
ranggana
VI Latihan gamelan de- Praktek memainkan gamelan secara 300’
ngan lagu ketawang kolektif dengan lagu ketawang.
VII Latihan gamelan de- Praktek memainkan gamelan secara 300’
ngan lagu ketawang kolektif dengan lagu ketawang
dengan diiringi wa- yang bisa diiringi waranggana.
ranggana
VIII Ujian akhir 100’
A. Wajib :
1. Harsono Kodrat, 1982. Gending-gending Karawitan Jawa. Balai Pustaka.
Jakarta.
2. Purwadi dan Afendy Widayat. 2005. Seni Karawitan Jawa. Yogyakarta :
Pustaka Sakti.
3. Sunardi Wisnubroto, 1997. Sri Lestari An Introduction to Gamelan. Gama
Press. Yogyakarta.
4. Trimanto, 1984. Membuat dan Merawat Gamelan. Depdikbud. Yogyakarta.
B. Anjuran :
1. Sastrowiryono, 1978. Sekar Macapat, Bimbingan Kesenian Majelis Luhur
Persatuan Taman Siswa. Yogyakarta.
2. Soetrisno R., 2004. Dimensi Moral Dalam Syair Tembang Pada Pergelaran
Wayang Purwa. Pustaka Raja. Yogyakarta.
3. Sukatmi Susantina, 2001. Inkulturasi Gamelan Jawa. Philpres. Yogyakarta.
60
V. EVALUASI
Dosen
Dr. Purwadi
61
LAMPIRAN 2.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
8. Kegiatan Perkuliahan :
62
LATIHAN Lancaran : Singo Nebak 4 Teori dan OHP A dan B
GOLONGAN dengan irama I, pertemu praktek Perangkat
LAGU kemudian dilanjutkan an x 100 menabuh gamelan
LANCARAN irama II dan terakhir menit gamelan
disertai dengan iringan
swarawati.
LATIHAN Ladrang: Asmarandana 4 Teori dan OHP A dan B
GOLONGAN dengan irama I, pertemu praktek Perangkat
LAGU LADRANG kemudian dilanjutkan an x 100 menabuh gamelan
irama II dan terakhir menit gamelan
disertai dengan iringan
swarawati.
LATIHAN Ketawang : Puspa Warna 4 Teori dan OHP A dan B
GOLONGAN dengan irama I, pertemu praktek Perangkat
LAGU kemudian dilanjutkan an x 100 menabuh gamelan
KETAWANG irama II dan terakhir menit gamelan
disertai dengan iringan
swarawati.
PEMANTAPAN Memberi pemantapan 1 x tatap Ceramah, OHP A dan B
LATIHAN dengan cara muka demonstrasi Perangkat
mempertinggi atau 100 gamelan
ketrampilan menabuh menit
gamelan sesuai dengan
lagu-lagu yang telah
diajarkan.
TANYA JAWAB Memberi kesempatan 1 x tatap Ceramah, OHP A dan B
AKHIR kepada peserta kuliah muka demonstrasi Perangkat
PERKULIAHAN untuk menanyakan seluk- atau 100 dan diskusi gamelan
beluk bahan perkuliahan menit
yang telah diajarkan.
DAFTAR PUSTAKA
63
6. Sunardi Wisnubroto, 1997. Sri Lestari An Introduction to Gamelan. Gama
Press. Yogyakarta.
7. Trimanto, 1984. Membuat dan Merawat Gamelan. Depdikbud. Yogyakarta.
Dosen
Dr. Purwadi
64
PENYUSUN
65