Anda di halaman 1dari 65

Diktat

SENI
KERAWITAN I

DR. PURWADI, M.HUM

PENDIDIKAN BAHASA DAERAH


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

November 2009

1
KATA PENGANTAR

Diktat ini disusun untuk memperlancar proses belajar mengajar Mata

Kuliah Seni Kerawitan I di Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah Fakultas Bahasa

dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta. Perkembangan seni karawitan telah

mencapai kemajuan yang menggembirakan, baik secara kuantitas maupun

kualitas.

Bagi masyarakat Jawa, seni kerawitan sungguh sangat populer. Media

cetak dan elektronik setiap hari memberikan publikasi tentang musik Jawa yang

cukup memadai. Pentas langsung dan rekaman pagelaran seni gamelan dapat

dijumpai di mana-mana, sehingga keberadaan jagad karawitan dan gamelan

sekarang benar-benar menjadi pusaka warisan dan kebanggaan dunia.

Diktat ini memberi keterangan yang lengkap dan terperinci mengenai

seluk-beluk seni karawitan. Di dalamnya terdapat uraian tentang sejarah gamelan,

titi laras, pelok slendro, dalang, wiyaga, waranggana, lelagon dan gendhing.

Semoga kehadiran diktat ini memberi manfaat pada semua pihak yang peduli pada

pengembangan seni kerawitan.

Yogyakarta, 10 November 2009

Dr. Purwadi, M.Hum

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PERKEMBANGAN SENI KARAWITAN


BAB II RICIKAN GAMELAN JAWA
BAB III PERANAN NIYAGA PANGRAWIT
BAB IV LAGU LANCARAN
BAB V LAGU LANGGAM
BAB VI LAGU AYAK-AYAK DAN SREPEG

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN 1. SILABUS
LAMPIRAN 2. RPP
PENYUSUN

3
BAB I

PERKEMBANGAN SENI KARAWITAN

Gamelan Jawa merupakan seperangkat instrumen sebagai pernyataan

musikal yang sering disebut dengan istilah karawitan. Karawitan berasal dari

bahasa Jawa rawit yang berarti rumit, berbelit-belit, tetapi rawit juga berarti halus,

cantik, berliku-liku dan enak. Kata Jawa karawitan khususnya dipakai untuk

mengacu kepada musik gamelan, musik Indonesia yang bersistem nada non

diatonis yang garapan-garapannya menggunakan sistem notasi, warna suara,

ritme, memiliki fungsi, pathet dan aturan garap dalam bentuk sajian

instrumentalia, vokalia dan campuran yang indah didengar.

Seni gamelan Jawa mengandung nilai-nilai historis dan filosofis bagi

bangsa Indonesia. Gamelan Jawa merupakan salah satu seni budaya yang

diwariskan oleh para pendahulu dan sampai sekarang masih banyak digemari serta

ditekuni. Masyarakat Jawa sebelum adanya pengaruh Hindu telah mengenal

berbagai keahlian, di antaranya adalah wayang dan gamelan (Harsono Kodrat,

1982). Menurut sejarahnya, gamelan Jawa juga mempunyai sejarah yang panjang.

Seperti halnya kesenian atau kebudayaan yang lain, gamelan Jawa dalam

perkembangannya juga mengalami perubahan-perubahan. Perubahan terjadi pada

cara pembuatannya, sedangkan perkembangannya menyangkut kualitasnya.

Dahulu pemilikan gamelan ageng Jawa hanya terbatas untuk kalangan istana. Kini

siapapun yang berminat dapat memilikinya sepanjang bukan gamelan-gamelan

Jawa yang termasuk dalam kategori pusaka (Irwan Sudjono, 1990). Secara

4
filosofis gamelan Jawa merupakan satu bagian yang tak terpisahkan dari

kehidupan masyarakat Jawa. Hal demikian disebabkan filsafat hidup masyarakat

Jawa berkaitan dengan seni budayanya yang berupa gamelan Jawa serta

berhubungan erat dengan perkembangan religi yang dianutnya.

Istilah gamelan telah lama dikenal di Indonesia, sudah disebut pada

beberapa kakawin Jawa kuno. Arti kata gamelan, sampai sekarang masih dalam

dugaan-dugaan. Mungkin juga kata gamelan terjadi dari pergeseran atau

perkembangan dari kata gembel. Gembel adalah alat untuk memukul. Karena cara

membunyikan instrumen itu dengan dipukul-pukul. Barang yang sering dipukul

namanya pukulan, barang yang sering diketok namanya ketokan atau kentongan,

barang sering digembel namanya gembelan. Kata gembelan ini bergeser atau

berkembang menjadi gamelan. Mungkin juga karena cara membuat gamelan itu

adalah perunggu yang dipukul-pukul atau dipalu atau digembel, maka benda yang

sering dibuat dengan cara digembel namanya gembelan, benda yang sering

dikumpul-kumpulkan namanya kempelan dan seterusnya gembelan berkembang

menjadi gamelan. Dengan kata lain gamelan adalah suatu benda hasil dari benda

itu digembel-gembel atau dipukul-pukul (Ki Hajar Dewantara, 1953).

Gamelan-gamelan kuna yang masih ada, seperti Gamelan Megamendung

(dari Kanoman Cirebon), Kyai Guntur Laut (dari Majapahit), dan Gamelan

Sekaten jumlah unitnya masih sedikit. Manusia memang selalu tidak puas kepada

apa yang sudah ada. Kita selalu ingin mengembangkan apa yang sudah ada. Alat

musik etnis ritualis menjadi alat musik religius, kemudian menjadi musik sarana,

yaitu gamelan untuk dakwah, untuk sarana pendidikan, untuk media penerangan.

5
Pada jaman gamelan sebagai sarana ini jumlah unitnya selalu mengalami

penambahan, antara lain ditambah macam-macam kendang, macam-macam alat

musik petik, macam-macam alat musik gesek, bahkan tambur, terbang, jedor,

bedug dan lain-lain masuk ke dalam anggota musik gamelan. Anak muda

sekarang ada yang ingin mengembangkan unit gamelan dengan cara gong dibalik

diisi kerikil dan dibunyikan dengan memukul bahunya, kempul diberi kerikil di

dalamnya, bonang dipukul-pukul dengan pemukul tambur pada badannya, dan

lain-lain (Kodiron, 1989).

Pradangga Adi Guna Sarana Bina Bangsa. Arti kata motto tersebut adalah

Pradangga sama dengan gamelan (prada + angga) artinya “yang punya badan

mengkilat”, Adi artinya baik, Guna artinya kepandaian, ilmu pengetahuan atau

manfaat, Sarana artinya alat, Bina artinya membangun, membimbing atau

mendidik, sedangkan Bangsa adalah orang-orang yang bertempat tinggal di suatu

tempat yang mempunyai kedaulatan sendiri dan berpemerintahan sendiri. Arti

kata secara bebas “Apabila gamelan itu digunakan dengan sebaik-baiknya bisa

sebagai alat untuk mendidik bangsa”. Adalah suatu kenyataan bila kita mendengar

uyon-uyon rasanya seperti kita dibawa ke alam impian yang serba nikmat, lupa

segala-galanya.

6
BAB II

RICIKAN GAMELAN JAWA

Bagi masyarakat Jawa gamelan mempunyai fungsi estetika yang berkaitan

dengan nilai-nilai sosial, moral dan spiritual. Kita harus bangga memiliki alat

kesenian tradisional gamelan. Keagungan gamelan sudah jelas ada. Duniapun

mengakui bahwa gamelan adalah alat musik tradisional timur yang dapat

mengimbangi alat musik Barat yang serba besar. Di dalam suasana bagaimanapun

suara gamelan mendapat tempat di hati masyarakat.

Gamelan adalah alat kesenian yang serba luwes. Di bawah ini sebagai

contoh keluwesan gamelan. Gamelan dan pendidikan. Gamelan dapat digunakan

untuk mendidik rasa keindahan seseorang. Orang yang biasa berkecimpung dalam

dunia karawitan, rasa setiakawan tumbuh, tegur sapa halus, tingkah laku sopan.

Semua itu karena jiwa seseorang menjadi sehalus gendhing-gendhing (Trimanto,

1984). Gamelan dan tari-tarian. Gamelan memang tidak bisa dipisahkan dengan

tari-tarian. Gamelan memang alat untuk mengiringi tari-tarian. Gamelan bisa

untuk mengiringi semua macam tari-tarian.

Tarian klasik maupun tarian modern gamelan selalu bisa digunakan untuk

mengiringinya (Rekso Panuntun, 1991). Gamelan dan pemujaan. Menurut sejarah

gamelan mula-mulanya digunakan untuk pemujaan kepada roh-roh baik roh halus,

maupun roh-roh leluhur (upacara ritual). Gamelan dan agama. Dari upacara ritual,

gamelan berkembang menjadi bersifat keagamaan, sebagai sarana untuk membuat

suasana hening, untuk pemusatan perhatian dan lain-lain. Gamelan dan dakwah.

Gamelan sekaten setahun sekali dibawa ke halaman masjid.

7
Di sana gamelan sekaten dibunyikan. Bunyi gamelan sekaten punya daya

tarik yang sangat besar. Tiap gamelan sekaten dibunyikan banyak orang

berdatangan dan berkumpul dekat gamelan sekaten itu. Kemudian setelah orang-

orang sudah datang maka dakwah agama Islam dimulai (Wignya Sutarno, 1956).

Gamelan dan olah raga. Gamelan bisa untuk mengiringi olah raga, senam

misalnya. Gendhingnya disesuaikan dengan irama senam tersebut (Dwijo Carito,

2000). Gamelan dan peralatan. Rasanya sepi apabila dalam suasana perhelatan

tidak ada suara gamelan. Gamelan dapat menambah kemeriahan suasana

perhelatan. Gamelan dan Tamu Agung. Kerajaan-kerajaan di Jawa punya tradisi

bila ada tamu agung datang mesti disambut dengan suara gamelan, biasanya

gamelan Monggang atau dengan gamelan biasa. Gendhing-gendhingnya

disesuaikan dengan irama langkah tamu tersebut. Dan masih banyak lagi tentang

keluwesan gamelan.

Menurut Sunardi Wisnusubroto (1997) dalam bukunya yang berjudul Sri

Lestari an Introduction to Gamelan dikatakan gamelan is one of the traditional

musical instruments of Indonesia. It is one of the most complete and highly

developed orchestras in Indonesia. Nama-nama instrumen Gamelan Jawa. Tata

letak gamelan biasanya disusun seperti berikut: gender slendro, gender pelog 6,

gender pelog barang, gender slendro penerus, gender pelog 6 penerus, gender

pelog barang penerus, bonang slendro gede, bonang slendro penerus, bonang

pelog gede, bonang pelog penerus, gambang slendro, gambang pelog, rebab

(gading atau pontang), kecrek, clempung slendro, clempung pelog, kendang gede,

kendang ciblon, kendang ketipung, beduk besar, tambur, slemtem slendro,

8
slemtem pelog, demung slendro, demung pelog, saron slendro, saron pelog, saron

peking slendro, saron peking pelog, suling slendro, suling pelog, gong suwukan,

gong gede, kempul 1 slendro, kempul 6 slendro, kempul 5 slendro, kempul 3

slendro, kempul 2 slendro, kempul 5 atau 6 pelog (kalau tumbuk 5/6), kempul

barang (7) pelog, kempul 1 pelog, kempul 3 pelog, kempul 2 pelog, kenong 1

slendro, kenong 6 slendro, kenong 5 slendro, kenong 3 slendro, kenong 2 slendro,

kenong barang pelog (7), kenong 6 pelog, kenong 5 pelog, kenong 3 pelog,

kenong 2 pelog, kenong 1 pelog, rancak kempyang dan ketuk slendro, rancak

kempyang dan ketuk pelog.

Gamelan yang lengkap mempunyai kira-kira 72 alat dan dapat dimainkan

oleh niyaga (penabuh) dengan disertai 10-15 pesinden dan atau gerong (Sumarto

& Sri Suyuti, 1978). Susunannya terutama terdiri dari alat-alat pukul atau

tetabuhan yang terbuat dari logam. Sedangkan bentuknya berupa bilah-bilah

ataupun canang-canang dalam berbagai ukuran dengan atau tanpa dilengkapi

sebuah wadah gema (resonator). Alat-alat lainnya berupa kendang, sebuah alat

gesek yang disebut rebab, kemudian gambang yaitu sejenis xylophon dengan

bilah-bilahnya dari kayu, dan alat berdawai kawat yang dipetik bernama siter atau

celempung.

Dari seluruh instrumen gamelan dapat dikelompokkan menjadi : Kordofon

yaitu celempung siter rebab; Ideofon yaitu saron, gemung, bonang, kethuk

kenong, gong; Terofon yaitu suling; Membranofon yaitu kendang. Menurut para

sarjana musikologi alat-alat musik jenis Ideofon termasuk jenis alat musik yang

9
tertua jika dibandingkan dengan alat musik lainnya. Semua alat-alat tersebut

dibunyikan secara bersama-sama atau sebagian saja dengan cara yang sesuai,

sehingga merupakan konser atau kumpulan bunyi yang teratur, indah menurut

tempo dan irama tertentu (Sukatmi Susantina, 2001).

10
BAB III

PERANAN NIYAGA PANGRAWIT

Biasanya mengerjakan perawatan sesuatu benda lebih sukar dari pada

pembuatannya atau pengadaannya. Soal perawatan sesuatu benda memerlukan

kesadaran yang tinggi. Benda-benda yang sulit didapat, sukar pengadaannya

sudah barang tentu mahal harganya, dan harus dirawat dengan penuh kesadaran.

Seniman bukan hanya orang yang menciptakan barang seni saja; orang yang bisa

menikmati benda senipun ia seniman, meskipun ia tidak bisa menciptakan benda

seni tersebut.

Peran niyaga pernah oleh Soetrisno R (2004) dalam disertasinya yang

berjudul Dimensi Moral Dalam Syair Tembang Pada Pergelaran Wayang Purwa.

Benda-benda seni memang diciptakan atau dibuat oleh seniman-seniman atau

budayawan-budayawan, namun orang yang memeliharanya atau menjaga

kelestariannya juga budayawan (Koentjaraningrat, 1984). Maka dari itu kita harus

mendidik generasi penerus lewat sekolah, keluarga, masyarakat agar mereka

menjadi generasi budayawan penerus (Trimanto, 1984).

Pada jaman dahulu wayangan hanya digunakan gamelan slendro saja. ini

berlaku bagi masyarakat umum. Pengarang sendiri tidak tahu alasannya, tetapi

yang pasti, kemungkinan mengingat tempat atau pangkat yang mempunyai hajat

tersebut tidak mengizinkan dipakainya kedua rancak gamelan slendro dan pelog

itu. Kecuali yang mempunyai hajat berpangkat Panewu ke atas, biasanya

digunakan kedua rancak gamelan tersebut (Harsono Kodrat, 1982). Umum pada

11
waktu itu takut sekali menggunakan kedua rancak gamelan tersebut dengan dalih

bahwa hal itu akan mendatangkan kualat kepada orang dalam, yang

mengakibatkan kejadian-kejadian yang kurang baik, yang pada dasarnya

kemungkinan hanya co-insiden saja. Tetapi karena dihubung-hubungkan biasanya

cocok (gatuk). Pada jaman kemerdekaan dan saat sekarang ini hal-hal yang

demikian sudah tidak berpengaruh lagi. Bahkan di mana-mana, jika ada pertun-

jukan wayang kulit semalam suntuk selalu digunakan 2 rancak. Hal-hal yang

menjadi kunci suksesnya pergelaran apa pun bentuknya, apakah itu pergelaran

wayang kulit atau tari, ialah expresi/penanganan yang sempurna dan penuh

semangat pengabdian daripada para seniman-seniman/peraga-peraga tersebut

yang tidak lepas dari rule of the game (aturan permainan) patokan-patokan yang

telah ditentukan para Empu-empu Gendhing/Tari beserta improvisasinya yang

benar-benar selaras, dengan rasa keindahan (estetika) serta kalau mungkin, lepas

dari bentuk komersialisasi apa pun dasarnya.

Bentuk-bentuk pergelaran yang berupa wayang/drama tari pada masa

sekarang ini kita benar-benar akan merasa terharu, sayang, dan prihatin di

samping rasa bangga akan kemajuan yang telah dicapai terutama oleh generasi-

generasi muda dalam mengungkap/menyuguhkan berbagai atraksi kebudayaan

pada segi-segi lain kelihatan agak menonjol, tetapi ditinjau dari segi yang lain lagi

merupakan kemunduran, terutama yang menyangkut masalah gerak-gerak tari dan

penyuguhan gendhing-gendhing yang dikeluarkan. Perlu dipikirkan demi

kelestarian kebudayaan kita sendiri yang sungguh-sungguh adiluhung (indah

sekali), penuh dengan estetika, keharmonisan, ajaran-ajaran, filsafat-filsafat,

12
tatakrama, kemasyarakatan, toleransi, pembentukan manusia-manusia yang

bermental luhur/jujur/ksatria, tidak lepas pula sebagai faktor pendorong insan

dalam beribadah terhadap 'I'uhan Seru Sekalian Alam, yaitu dengan sarana kerja

keras dan itikat baik memetri/menjaga/menyempurnakan seni dan budaya sendiri.

Jangan sampai ada suatu gap dengan sesepuh yang benar-benar mumpuni (ahli)

dalam hal tersebut di atas. Bahkan komunikasi perlu dijaga sebaik-baiknya dengan

para sesepuh sebagai sumber/gudang yang masih menyimpan berbagai ilmu yang

berhubungan dengan masalah kebudayaan itu sendiri, terutama para empu-empu

karawitan dan tari/pedalangan, dan sebagainya yang kenyataannya sebagian besar

pada masa ini beliau-beliau itu sudah hampir mahas sepining asamun, berada di

rembang petang. Saya peringatkan masalah ini dengan serius untuk segera

bersiap-siap untuk menanganinya, terutama generasi muda, jangan sampai

simpanan-simpanan turut sirna marga layu.

Seniman-seniman muda khususnya dan Pemerintah pada umumnya demi

kelestarian kebudayaan bangsa bagi anak cucu kita nanti. Kriteria melestarikan

kebudayaan di sini bukan pengarang maksudkan dalam arti yang sempit, yaitu

hanya bergerak pada aktivitas seni tradisional atau jangan hanya berkecimpung di

bidang seni kontemporer saja, tetapi kuasailah keduanya secara baik, syukur

sempurna (Harsono Kodrat, 1982). Jadilah seniman-seniman yang tangguh, tatag,

dan tanggon. Artinya seniman yang serba bisa, ulet, dan mau berkorban demi

Nusa dan Bangsa. Apa pun bidang seni yang dikuasai, jadilah insan seni yang

banyak beramal, dengan ilmu yang padat dan beriman kepada Tuhan Yang Maha

Kuasa.

13
Adapun maksud pengarang menyusun buku Gendhing Karawitan Jawa ini

tidak lain ingin turut melestarikan existensi kebudayaan bangsa supaya tidak

musnah dimakan jaman peradaban serba super teknik yang menghendaki

ekselerasi dan kepraktisan-kepraktisan di segala lapangan, baik yang menyangkut

masalah tata kehidupan masyarakat maupun individual (Harsono Kodrat, 1982).

Dengan sumbangan yang kurang berarti ini, pengarang sebagai insan Indonesia

yang bertanggung jawab kepada Nusa Bangsa dan Tuhan, sedikit lega bernafas

bisa mendarmabaktikan hasil karya yang belum seberapa ini ke haribaan Ibu

Pertiwi.

Berkaitan dengan pelestarian musik Jawa itu Trimanto (1984) memberi

saran sebagai berikut. Barang atau benda yang terawat kelihatan tetap anggun.

Cara merawat gamelan memerlukan pengertian khusus, antara lain : instrumen-

instrumen gamelan harus dijauhkan dari benturan satu sama lain. Di samping ia

akan pecah juga benturan akan merubah nada. Tali temali (pluntur, Jawa) harus

selalu dikontrol. Sebab bila tali-tali gamelan itu putus gamelan bisa jatuh ke tanah

atau lantai yang menyebabkan gamelan itu pecah atau paling sedikit nada

berubah.

Gamelan itu tiap kali harus dipel agar kelembaban permukaannya

berkurang. Sebab gamelan yang lembab adalah penyebab melekatnya debu-debu.

Debu-debu membantu makin mengganasnya karat. Karat gamelan harus cepat-

cepat dibuang. Instrumen gamelan yang berbentuk bundar, kelembaban bagian

dalam lebih hebat daripada bagian luar. Oleh karena itu bagian dalam gamelan

bundar harus juga dibersihkan.

14
Niyaga atau pengrawit harus mempunyai pengetahuan yang memadai

tentang seluk-beluk gamelan. Peranan niyaga dalam pergelaran wayang purwa

yaitu membantu dalang dalam mengiringi karawitan, sehingga jalan

pementasannya terasa lebih hidup. Kata niyaga dalam bahasa Kawi atau Jawa

Kuna, berarti dagang atau dagangan (Winter dan Ranggawarsita, 1987:184).

Namun demikian, dalam komunitas karawitan, kata niyaga dalam bahasa Jawa

baru berarti penabuh gamelan. Demikian pula di dalam tulisan ini yang dimaksud

niyaga adalah penabuh atau pemain gamelan dalam pergelaran wayang kulit

purwa Jawa. Sebetulnya kata niyaga itu sangat erat hubungannya dengan konsep

abdi dalem. Kata abdi berarti hamba atau sahaya, sedangkan abdi dalem berarti

punggawa atau pegawai kerajaan. Tentu saja di dalam kehidupan keraton terdapat

beberapa kelompok abdi dalem, seperti abdi dalem kriya, abdi dalem prajurit,

abdi dalem ulama, abdi dalem gunung, abdi dalem bedhaya, dan abdi dalem

niyaga. Di Keraton Kasunanan Surakarta seorang yang telah resmi menjadi abdi

dalem, mulai dari pangkat jajar ke atas dikategorikan sebagai priyayi (Soeratman,

1989: 200).

Dalam perkembangan selanjutnya kata niyaga ini mempunyai arti yang

berbeda, dan pada tahun 1970-an, istilah niyaga itu berubah menjadi penabuh, dan

kemudian menjadi pangrawit atau pradangga. Sebetulnya istilah pangrawit sudah

ada paling tidak pada masa pemerintahan Paku Buwana IX. Hal itu terbukti

adanya salah satu tempat di Pagelaran yang disebut bangsal Pangrawit, yakni

tempat gamelan yang akan ditabuh oleh para niyaga. Di samping itu, nama

15
pangrawit juga diberikan kepada para abdi dalem niyaga yang sudah mempunyai

kedudukan atau pangkat bei, seperti misalnya Pancapangrawit, Martapangrawit,

Gunapangrawit, dan Purwapangrawit.

Pangrawit harus mempunyai pengetahuan tentang lagu yang merupakan

susunan nada-nada yang diatur sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku, apabila

dibunyikan enak didengar. Pengaturan nada-nada akan berkembang ke arah satu

bentuk, sehingga menimbulkan bermacam-macam jenis gendhing. Adapun irama

dan lagu di dalam ricikan karawitan akan dijelaskan sebagai berikut.

Nama dan tugas ricikan di dalam karawitan

Ricikan yang bertugas pada Ricikan yang bertugas pada bagian


bagian irama lagu
1. Kendang : a. Kendang gede 1. Rebab
b. Kendang kalih 2. Gender gede
c. Ketipung 3. Gender penerus
d. Ciblon 4. Gambang
2. Ketuk 5. Bonang gede
3. Kempyang 6. Bonang penerus
4. Kenong 7. Slenthem
5. Kempul 8. Demung
6. Gong 9. Saron barung
7. Kecar (pada wayangan) 10. Saron penerus
11. Clampung
12. Suling
Sumber : Sekolah Tinggi Seni Indonesia Surakarta Jurusan Karawitan

Tugas masing-masing ricikan bagian irama

1. Kendang (disebut pemurba irama)

a. Menentukan bentuk gending

b. Mengatur irama dan jalannya laya

c. Mengatur mandeg dan menyusukkan gending

d. Buka untuk gending-gending kendang

16
2. Kethuk (disebut pemangku irama)

a. Menguatkan kendang dalam menentukan bentuk gending.

b. Menunjukkan macam irama (misal irama apakah ini?)

3. Kenong (disebut pemangku irama)

a. Menentukan batas-batas gatra berdasarkan bentuk gendingnya.

4. Kempul

5. Gong (disebut pemangku irama)

a. Menguatkan kendang dalam menentukan bentuk gending.

b. Sebagai pada dan finalis.

Tugas ricikan pada bagian lagu

1. Rebab (disebut pemurba lagu)

a. Menentukan lagu

b. Buka untuk gending-gending rebab

2. Gender gede (disebut pemangku lagu)

a. Memperindah lagu dengan segenap cengkoknya

b. Buka untuk gending-gending gender

c. Buka untuk gending-gending disamping bonang barung

3. Bonang gede (disebut pemangku lagu)

a. Memperindah lagu dengan segenap cengkoknya

b. Buka untuk gending-gending bonang

c. Buka untuk gending-gending lancaran

4. Gambang (disebut pemangku lagu)

a. Memperindah lagu dengan segenap cengkoknya

b. Buka untuk gending-gending gambang

17
5. Clempung, gender penerus, bonang penerus (disebut juga pemangku lagu)

tugasnya menghias lagu.

6. Slenthem, demung, saron barung (disebut juga pemangku lagu) tugasnya

sebagai pola dari pada lagu atau diistilahkan balungan.

7. Saron penerus (disebut juga pemangku lagu) instrumen ini mempunyai

gaya yang dapat digunakan sebagai petunjuk macam-macam irama.

Tentang perpaduan gamelan dengan ritual keagamaan pernah ditulis oleh

Sukatmi Susantina (2001) dengan judul Inkulturasi Gamelan Jawa. Fungsi

gamelan di sini merupakan sarana untuk mewujudkan rasa kemanunggalan dan

rasa kebersamaan di antara warga masyarakat.

18
BAB IV

LAGU LANCARAN

1. Aja Dipleroki

Buka: 1 1 5 .6.3 .2.1


Ompak:
. . 15 6545 . . 15 6545
.653 .3. . .321 .121
. . 15 6545 . . 15 6545
.653 .3. . .321 .121
Lagu:
2121 6561 2353 2165
1115 6165 2165 2212
3212 3165 2121 4565
1645 6321 5645 6321

2. Aku Duwe Pitik

Buka .2.1 .2.1 .6.5


A. .6.5 .6.5 .6.5 .3.2
.3.2 .3.2 .3.2 .1.6
.1.6 .1.6 .1.6 .2.1
.2.1 .2.1 .3.5 .6.5
.
B. 5 6 1 5 1 2 6 1
. . .
5 5 6 1 2 6 1 5
. . . . .
1 2 1 2 5 5 6 1
.
5 1 5 2 5 3 2 1
. 6 1 2 1 6 2 1
. 6 1 2 1 6 1 5
Gerongan
. .
. . 56 5615 6152 5321
. . . . .
. . 55 661 1 . . 2 6 1615
. . . . . . . .
. . 1 2 551 2 1 2 55 661 1
.
.5.6 15.2 .5.3 .2.1
. . 16 1 612 2.12 16 15
. . . .

19
Aku duwe pitik, pitik tukung
Saben dina tak pakani jagung
Petog, gogog-petog-petog
Endhog pitu tak ngremake netes telu
Kabeh trondhol-dhol, tanpa wulu
Mendhol-mendhol-dhol, gawe guyu

3. Anting-Anting

5653 6231
2165 2353
5653 6231
2165 2356

2153 1232
3565 2356
2153 1232
3565 2356

5653 6231
2165 2356

Ompak:
5653 6231
2165 2356

4. Arga Dalem

. . . .
. . . . 2 1 65 .556 561 2
. . . . . . .
. . . . 11 2 1 2 2 16 3565
. . .
. . . 6 6565 5556 .1 2 1
. . .
. . . 3 .2 1 2 .121 . 635
. . 23 2356 .365 3212

5. Bendrongan
Bk : 5 2 5 2 5 3
G
5 3 5 2 5 2 5 3
G
5 3 5 2 5 2 5 6
G

20
1 6 1 5 1 5 1 6
G
1 6 1 5 1 5 1 6
G
2 3 2 1 6 5 2 3
G

6. Bindri

. . . .
Buka: 5 1 65 35 1 2 165
. . . . . . . . . .
A. 61 2 1 2 165 61 2 1 2 165
. .
B. 1653 5235 1653 5235

7. Bubaran Nyutra
.
Buka: .2.3 .5.6 .1.6 .5
A. .6.3 .5.3 .5.2 .3.5
B. .3.2 .3.2 .3.2 .6.5
C. .2.1 .2.1 .2.1 .6.5

8. Budaya Kuncara

Buka .356 . 365 3212

Ompak .23 . 2132 . 13 . 5356


.555 . 356 . 365 3212 2x

Lagu A. 5321 5653


B. 5321 5653
C. 5356 3536
D. 3236 3532
E. 3236 5352
F. 3532 3536
G. 5356 5352

Kabudayan kesenian pancen nyata


Iku pantes dadi pikukuh kapribadening bangsa
Karawitan pedhalangan beksa basa sastra
Candhi kraton wis nyata peninggalan kuna
Borobudhur kuncara liyan praja
Rerengganing kutha wus sarwa tumata
Ja lali ja keri nuswantara papan seni

21
9. Bujang Ganong

. . 65 3532 3562 3653


. . 65 3532 3562 3653
. . . . .
222 . 3123 1111 6216

10. Candi Borobudur

Buka 1 1 2 1 2321 6516


2121 6516
2121 6516
5353 6516
2161 6516
2161 6516
3523 6516
3523 6516

. . . . . . . . .
1111 3561 111. 6516
. . . . . . . . . . .
2 2 21 1 2 11 161. 6516
.
. 55 . 3653 3335 3516
. . . . . .
. . 1 2 12 6 1 . . 55 5616
. . . . . .
. . 1 2 12 6 1 1 . 55 3516
. . 55 3653 3535 3516
5555 3653 3535 3516

Saindenging jagad raya nyatane ora ana


Candhi sing samadhani endahe Borobudur
Edi lan endahe sarta daya prabawane
Candhi Borobudur pranyata misuwur
Dadi tandha yektine kabudayan luhur
Mula prayogane rineksa murih tan lebur
Pancen wiwit jaman kuna kaguna kita pinunjul

11. Candhi Sukuh

Buka . 5 2 3 .343 5616


2123 1261
6123 6523
1216 3523
5356 5356

22
. . . . . . . . . . . .
. 2 61 61 23 .2 2 2 1 2 6 1
. . . .
. . 61 61 2 3 5555 3653
. . . . .
. . 11 62 16 .55. 1653
.253 .253 5253 5656

Candhi Cetho lan Sukuh sinawang katon pangkuh


Sanadyan prasaja ananging mawa prabawa
Dadi tandha yekti luhuring budaya
Wiwit kuna Nuswantara wus kaloka

Akeh sing durung ngerti papan dununge Candhi


Cedhak gunung Lawu winangun awujud tugu
Minangka sarana manembah Hyang Widhi
Ingkang tansah paring berkah lan rejeki

Kala jaman smana Candhi Sukuh lan Cetho


Ujaring pra wredha yasan warga Majalengka
Kasor andon yuda nasak wanawasa
Urip nrima ing sukuning Lawu arga

Candhi Sukuh lan Cetho saiki dadi srana


Nora mung kinarya sasana manungku puja
Nanging uga dadi papan wisata di
Sarta uga kanggo noleh jaman kuna

12. Cengkir Gadhing

Buka 2 1 6 1 .123 6121


2121 2323
2121 6216
2161 2323
2161 6216
2161 2323
2161 6216
. . . . . . . . . . .
. . 62 6 2 61 111 2 1 2 3 3
. . . . . .
. . . . 11 2 1 .6. 2 .1.6
. . . . .
. . 62 6 2 61 1 165 3323
. . . . .
. . . 2 .1 2 1 . . 62 .1. 6
. . . . . . . . .
. . 62 6 2 61 111 2 .1 23
. . . . . . .
. . . 2 .1 2 1 561 2 .166

23
Cengkir cengkir gadhing kinupengan beras kuning
Temanten wis sumandhing
Dhahar sega punar kanthi polatan suminar
Busanane sarwa kembar
Para tamu padha tansah njurung pangestu
Temantene manggiha rahayu.

13. Gambuh

Bk : …… 6
Ompak ..66 .565 .2.3 .5.6
..66 .565 .2.3 .5.6
Lagu
A. 3636 32166
B. 3636 6532
C. 5321 3216
D. 3636 2123
E. 6535 3212
F. 6262 6356
G. 2165 2356

14. Gedhong Sanga

Buka 2 1 2 3 .232 6123


2123 6532
2356 3523
6123 6121
1653 1261
. . 22 3123 6665 3212
. 223 2356 .365 2353
. . . . . . . . . . . . .
.111 61 2 3 . 21 2 11 2 1
.666 3323 .222 1231

Candhi Gedhongsana mapan ing lemah bawera


Dununge pating prenca pancen wis disengaja
Ora waton tinata mesthi ngemu surasa
Sinamun samudana nggladhi lantiping rasa

Candhi Gedhongsanga ngenguwung mawa prabawa


Murih tetep lestari kudu tansah rineksa
Warisan adi luhung lambanging budi agung
Luhuring kabudayan ajine tanpa pindhan

24
15. Gembira Loka

. . . . . . .
6666 . . 61 2 62 1 1 2 61
. . 65 . . 36 .553 3523
. . 23 5566 . . 32 6132
. . . .
. . 61 161 2 . . 65 6235
. . . .
. . 1 2 62 16 3335 5332

16. Grojogan Sewu

Buka . 5 2 . 2356 .516 3523


5616 1653
6523 2356
1653 5616
1653 5616
5256 1653
.
. . 5 6 .516 .56. 1653
.555 3523 . . 23 5566
. .
.556 1653 .1.6 .56.
.
.555 3523 .1.6 .56.
. .
.5.2 .5.6 .516 . 1 65 3

17. Gugur Gunung

Buka: . 3 2 3 .6.5 .7.6 2.2.

6767 3576
2727 6523
5656 2365
2323 6532

Ayo kanca ayo kanca ngayahi karyaning praja


Kono-kene kono-kene gugur gunung tandang gawe
Sayuk sayuk rukun bebarengan ro kancane
Lila lan legawa kanggo mulyaning negara

Siji loro telu papat bareng maju papat-papat


Diulang-ulungake murih enggal rampunge
Holopis kuntul baris holopis kuntul baris
Holopis kuntul baris holopis kuntul baris

25
18. Gula Klapa

Buka 2456 2155


A. 6521 3265
B. 6521 3265
C. 1621 5621
D. 2465 6165

19. Gunung Bromo

. . . . . . . . . . .
. . . . 561 2 2 2 2 2 1 2 23 1
. . . . 5653 2356 1655
. . . . 2356 5656 . . 55
. . . . 2356 5656 5655
. . . . . .
. . . . .1. 2 . . 3 1 2 1.6
. . . . .365 . . 32 31.2
. . . . .6.1 . . 61 .2.3
. . . . .3.5 . . 65 .3.2
222. 3123 . . 16 1232

20. Gunung Dieng

. . . . 2356 6665 6356


. . . . 1126 6665 6235
. . . . 1121 6665 6356
. . . . 3212 6123 2212

21. Gunung Gandhul

Buka 3 6 3 2 3635
3632 3635
3632 3635
1612 1635
3632 3635
3632 3635

.356 5312 6356 5365


6356 222. 6356 5555
.222 6111 6663 555.
6356 222. 6356 5365
3336 222. 3336 5365

26
22. Gunung Lawu

Buka . . 6 6 3635 .356 3212


3635 3632
1312 6516
3636 3523
2323 1612
6123 2126
.3.6 3635 635. 3212
.223 1232 .555 2356
.356 .356 .565 2353
.123 .123 .216 1232
.11. 5653 .123 2126

Kae Gunung Lawu sinawang katon biru


Sajake isih turu swarane manuk podhang
Gumontang neng epang ngoceh swarane gandhang
Sinelan unine prenjak sarta branjangan
Nanging Gunung Lawu ra rumangsa kaganggu

E e Gunung Lawu yen Minggu akeh tamu


Menyang grojogan sewu sarta nyang Balekambang
Leledhang neng taman lungguh pinggir blumbang
Sinambi mriksani endahe sesawangan
Taman Balekambang nyata endah sinawang

23. Jago Kluruk

Buka 3 5 3 2 55
1615 2532
3532 3216
2123 6532
3532 6165

24. Jakasanga

Buka 6 1 2 3 .261 6216


2123 6123
6123 1261
3561 2126
2123 6123
6121 3216
. . . . 6123 .261 6123
. . . . 6123 2222 1211

27
. . . . 3561 1121 6216
. . . . 6123 .232 6123
. . . . 1121 3561 6216

25. Kabudayan Jawi

Buka . 5 5 . 3523 .516 5323


3635 3653
2121 5616
3635 3635
2121 5616
. . 66 3635 .356 3523
. . 11 2161 .22. 6216
. . 66 3635 .356 3523
. . 21 2161 .22. 6216

Ayo para kanca amarsudi budaya


Mrih saya ngrembaka aja malah sirna
Akeh bangsa manca sing padha ngalembana
Nyata dadi cihna luhur ing budaya

Kabudayan Jawi rerengganing pretiwi


Endahe kepati alus merak ati
Ora nguciwani gawe renaning ati
Lungit mrambawani ngrawit milanggoni

Beksan lan gamelan tatah sungging lan wayang


Kudu dipepetri aja nganti ilang
Ana bangsa manca kepengin dadi dhalang
Sregep ajar nembang sindhen karawitan

26. Kandhang Bubrah

Buka Kendhang : . . . 6
A. 3123 6523 3216
B. 3123 6521 3216
C. 5253 5253 6521 3216
D. 5253 5253 6521 3216

28
27. Kebo Giro

Buka: 5672 7372 7675


A. .6.5 .3.2 .3.2 .6.5
B. .6.5 .3.2 .3.2 .6.5
C. .6.5 .6.7 .6.7 .6.5
D. .6.5 .6.7 .6.7 .6.5
E. .7.6 .3.2 .3.2 .6.5

28. Kebo Giro Kedhu

Buka: . 6 . 3 .6 .3 .6 .5
. . . . . .
A. .6.5 .6.3 .6.3 .6.5
B. .6.5 .6.2 .6.2 .6.1
C. .6.1 .6.2 .6.2 .6.1
D. .6.1 .6.3 .6.3 .6.5

29. Kebo Giro Gambirsawit

Buka: .2.1 .2.1 .6.5


A. .6.5 .1.6 .1.6 .2.1
B. .2.1 .2.6 .2.6 .2.1
C. .2.1 .3.5 .6.5 .3.2
D. .5.6 .2.1 .3.2 .3.5

30. Kecik Manila

Buka 2326 55
A. 3235 3532
B. 3235 6365
C. 3235 3216
D. 2321 3535
E. 6365 3565
F. 6365 3565

31. Kembang Mlathi

Buka 3 5 6 1 . 232 6216


3561 6261
3561 3216
3212 6121
3561 6216

29
. . . . . . .
. . . . 3561 161 2 1611
. . . . . . .
. . . . 3561 3 2 1 2 62 16
. . . . . . . . .
. . . . 3 2 1 2 61 2 . 1161
. . . . . . .
. . . . 35 61 11 2 1 62 16

Kembang mlathi warna putih merak ati


Kembang mlathi ganda arum amrik wangi
Kembang mlathi lambanging ati suci
Yen rinonce pantes kagem manten putri
Kembang mlathi rerengganing widodari
Ganda wangi agawe ayeming ati
Kembang mlathi yen sore disirami
Kembang mlathi tinandur neng tamansari

32. Kupu Kuwi

A. Umpak
. . .
B. Lik 5 3 5 6 1 6 1 2
. . . . .
3 2 1 6 2 1 6 5
. . . . . .
3 3 2 2 1 1 5 6
. . . .
2 2 1 1 6 5 6 5
2 3 5 6 5 3 3 2
Gerongan
. . .
.5.3 .5.6 .1.6 .1. 2
. . . . .
.3.2 .1.6 . 2 .1 .6.5
. . . . . .
. . 3 3 . .22 . .11 6536
. . . .
. . 22 . .11 . . 65 5665
.2.3 .5.6 .5.3 .6.5
. .
5523 5566 2 165 63.2

Kupu kuwi tak encupe


Mung abure ngewuhake
Ngalor, ngidul, ngetan bali ngulon
Mrana, mrene, mung saparan-paran
Mbok ya mencok tak encupe
Mentas mencok cegrok
Banjur mabur kleper

30
33. Kutha Sala

Buka . 2 1 . 6216 .1216


2126 5356
2126 2132
3516 2126
5356 5356
2126 2126
. . . 1 .156 .35. 5356
. . 61 616. 6161 . . 32
.55. 5356 6121 6216
.535 2356 .535 1656
.21. 6216 6121 6216

Kutha Sala resik lan tumata


Pantes Kalamun nampa Adipura
Kutha Surakarta Bersih Sehat Rapi Indah
Ganep kaping limane nampa pangalembana
Wujud Adipura pratandha resik tumata

34. Lela Ledhung

6727 5623 7253 6267


6727 5623 7253 6267
6756 2327 3232 5632
3. . 7 5623 7253 6253

35. Mahesa Kurda


Buka : 1 6 3 2 3 1 5/5 5

A. 6 5 3 2 3265
B. 6 5 3 2 3265
C. 6 5 2 1 2165
D. 6 5 2 1 2165
E. 1 6 3 2 3265

36. Mahkamah Konstitusi

Buka .356 . 365 3212

Ompak .23 . 2132 . 13 . 5356


.555 . 356 . 365 3212 2x

31
Lagu A. 5321 5653
B. 5321 5653
C. 5356 3536
D. 3236 3532
E. 3236 5352
F. 3532 3536
G. 5356 5352

Mahkamah Konstitusi, Dhandhanggula

Tersebutlah lembaga negari


Mahkamah Konstitusi namanya
Hasil proses amandemen
Konstitusi yang baru
Dengan arah berdemokrasi
Tata praja dijaga
Supremasi hukum
Dijunjung rakyat aparat
Kebenaran keadilan dihormati
Ketentraman tlah datang

Mahkamah Konstitusi, Kebangsaan


Undang-undang di Mahkamah Konstitusi
Itu tempat pengujian hukum yang tertinggi
Sengketa antar lembaga rampung dengan saksama
Para hakim bijaksana tanpa purbasangka
Demi bangsa negara Indonesia
Slalu kerja keras serta hati ikhlas
Semangat bersatu ke depan bisa maju

Pengalaman dalam hidup kebangsaan


Slalu muncul sikap perbedaan dan pandangan
Bahasa dan budaya beraneka rupa
Binneka Tunggal Ika itu semboyannya
Pancasila dasar negara kita
Undang Undang Dasar Empat Puluh Lima
Mahkamah Konstitusi pengawal konstitusi.

37. Manuk Podhang

Buka 2 1 2 3 . 212 6121


6123 12 61
6121 5612
6121 3516

32
2323 2121
6161 3216

. . . . . . . . . .
. . . . 61 2 3 3232 1611
. . . . . . .
. . . . 2 161 3561 161 2
. . . .
. . . . 11 2 1 6665 6356
. . . . 6123 3232 1611
. . . . . .
. . . . 2161 3561 3 21 6

Manuk Podhang padha ngoceh aneng epang


Wayah esuk gumontang swarane gandhang
Mung emane saiki wis arang muni
Wis ginanti swara mesin rina wengi
Manuk Podhang saya suwe saya ilang

38. Manyar Sewu


. .
Buka .1.6 .1.6 .3.2
A. .5.3 .5.3 .5.3 .6.5
B. .6.5 .6.5 .6.5 .3.2
.
C. .3.2 .3.2 .3.2 .1.6
. . .
D. .1.6 .1.6 .1.6 .5.3

39. Mari Kangen

Buka: . . 3 . 3532 .3.1 .6 .5


.555 3235 .555 6321
.123 5321 .132 1235
Rep
. .21 5621 5616 2165
. .23 .253 . . 12 3565
. .31 6532 . . 35 3216
.1.5 .1.6 . 1 .5 .1 .6
. . 6 . 6562 . 615 6532
.165 .321 .312 .165
. . 5 . 5321 3212 . 165

E jebul kae sing tak anti-anti wis tekan kene


Wis rada suwe babar pisan ora krungu kabare

33
Sajake rada lalen mung tansah dadi impen
Yen pinuju nggeget lathi eseme amerak ati
E mari kangen muga-muga tansah tegen
Atiku dadi tentrem amulat netra kang tajem
Mari kangen mulat sira netra tajem tyas jatmika.

40. Mbok Yo Mesem

Buka 5 5 2 5 3.5. 31.1 1


A. 5653 5251
3213 1235
. .
6561 6165
2353 5321
B. 2121 2321
2121 5612

3165 3231
.
6165 3231

3231 3235
6565 3231

.
3321 6165
3535 3231

41. Menthog-Menthog

Buka . . . 3 6521 6565 .3.2


A. .3.2 .3.2 .3.2 .5.3
.5.3 .5.3 .5.3 .2.1
.2.1 .2.1 .2.1 .3.2
.3.2 .3.2 .3.2 .5.6

B. 6 6 6 6 6 3 5 6
2 1 6 3 6 5 3 5
2 3 5 6 5 3 6 5
2 3 5 6 5 3 6 5
2 2 2 2 2 3 5 6
2 1 6 3 6 5 3 2
Gerongan
. . 66 . . 66 . . 63 5566
. . . . . . .
.2 3 1 2 656 6.61 2 165

34
5523 5566 6653 5655
5523 5566 6653 5655
. . 22 . . 22 . . 23 5566
. . . .
.2 3 1 2 653 .6.5 .3.2

42. Menak Jingga

Buka . 6 6 . 5365 .231 6216


3635 3235
1216 2123
2126 3212
3635 2126
2356 5635 .55. 3235
. . 12 1316 .33. 2123
.121 616. .332 1612
.66. 5365 .231 6216

43. Nganjuk Mranani

Buka .356 . 365 3212

Ompak .23 . 2132 . 13 . 5356


.555 . 356 . 365 3212 2x

Lagu A. 5321 5653


B. 5321 5653
C. 5356 3536
D. 3236 3532
E. 3236 5352
F. 3532 3536
G. 5356 5352

Kutha cilik sangisore Gunung Wilis


iku pantes dadi pecangkramaning pra turis
yo kanca ning Seduda ing perenging arga
lelumban lan byur-byuran
weh bagasing raga
rampung njajan nginep neng pesanggrahan
wis mesthi kepranan nyawang kaendahan
Jo lali jo keri kutha Nganjuk mranani.

Wadhuk Ngomben saperenge Gunung Pandhan


Iku dadi proyek kacukupan sandhang pangan
Ngocori sabin-sabin sakeloring kutha

35
Mesthi agawe pengin wong sing padha teka
sumur kompor ing ngendi-endi ana
Tandur-tandur subur mesthi gawe makmur
Ja lali ja keri kutha Nganjuk ngenteni.

Kabudayan kesenian pancen nyata


Iku pantes dadi pikukuh kapribadening bangsa
Kerawitan pedhalangan beksa olahraga
Candhi Ngetos wis nyata peninggalan kuna
Pembangunan kuncara liyan praja
Rerengganing kutha wus sarwa tumata
Ja lali ja keri kutha Nganjuk nggon seni.

44. Pancasila Sekti

Buka 2 1 2 1 3216
2161 6523
2161 3216
2161 6523
2161 3216
2121 2323
2121 2626

. . .
. . . . 26 1 1 2653 533 .
. . . . . . .
. . . 1 1 2 1. 61 2 6 166.
. . .
. . . . 26 1 1 2653 533 .
. . . . .
. . . 3 5616 1 3 2 6 166.
. . . . . . . . . .
. . 2 . .111 11 2 . 23 2 6
. . . . . . . .
. . 2 . .111 1 3 2 6 166.

Nyatane saiki wis padha ngerti


Pancasila pancen sanyata sekti
Bola bali mung tansah dicidrani
Nanging uga tansah

45. Parangtritis

Buka . 3 6 5 .356 2121


3232 6121
6261 2165
2356 3532
5653 5653
6535 3231

36
. . . . . 612 2222 1121
. . . . 2162 211 . 2165
. . . . 2356 5535 2312
. . . . 6123 5653 5653
. . . . 6535 3211 1231

46. Pasar Sore

Buka 1 6 5 3 . 21 . 2353
5616 1653
2161 6216
5616 1653
2323 6532
2323 2126
. . . .
. . . . 1516 156. 1653
. . . . . .
. . . . 3561 161 2 62 16
. . . .
. . . . 1516 156 . 1653
. . . . 6 132 6 132 6532
. .

. . . . 6 132 3331 3216


.

47. Pasir Putih

Buka . 3 5 6 3532 .356 3565


3635 3635
1216 3632
3635 2126
2123 2126
.356 5555 2356 .355
.122 6656 .356 .132
.365 .635 .121 6.56
.132 .123 3.33 .126

48. Pedhut Ampak-Ampak

Buka . 1 1 . 5356 .121 5616


5356 2126
5256 1516
3516 3516
2126 3516
5555 2356 1115 6156

37
.551 5656 5551 5616
.516 516. 51 . . 5616
.221 6216 5555 1656

49. Pendhisil

A. Umpak
B. Lik
5 6 5 6 3 5 3 2
2 2 2 2 2 1 2 6
. .
. 1 2 6 6 5 3 2
2 1 2 3 2 1 2 6
. . . . . .
1 1 2 6 1 1 2 6
5 5 5 5 5 6 5 3
3 5 6 3 6 5 3 2
6 1 2 3 2 1 2 6
2 1 2 3 2 1 3 2
Gerongan
.356 .356 .365 5332
. . . . .222 . .21 3216
. .
. . . . . 1 26 . . .6 6532
. .
. . . . . 1 26 . . . 6 6532

. . . . 2123 5621 3216


. . . . . .
. . . . 1 1 26 . . . . 1 126
. . . . 2123 5621 3216
.
. . 55 . . 55 . . 56 1653
. . 35 5653 6665 5332
. . . . 6123 5621 3216
. . . . 2123 5621 3212

50. Prau Layar

Buka . 6 6 . 6561 .2.1 5.55


A . . 45 4545 4545 .6.1
. . 21 2121 2121 .6.5
. . 45 4545 4545 .6.1
. . 21 2121 2121 .6.5
B. 5555 6165 6532 5321
5555 6165 6532 5321

38
2121 2561 2121 5612
3232 5321 2121 2121
2165 4565 6532 5321
3232 3232 6561 2165

51. Purnama Sidi

Buka . 3 6 . 2356 .235 1656


3635 2126
5356 2126
2123 6523
2356 1516
.663 6535 1121 6516
.11. 5356 .121 6516
666. 6123 5555 2353
.33. 2356 2321 6516

Padhange kaya rina rembulan purnama


Sawangen ing gegana langite tanpa mega
Asri lamun dinulu resik semubiru
Kaya banyu segara biru maya-maya
Rinengga lintang najan kalah lan rembulan
Wanci purnama sidhi cahyane anelahi

52. Randhu Sanga

Buka 6 5 2 3 .5 3 5 . 1656
2161 6523
2356 2126
2161 6523
6523 5616
. . . .
. . 1 2 12 61 6. 3 5 3523
. . . . .
. . 23 5656 .1 2 1 62 16
. . . . .
. . 1 2 1 2 61 6 .35 3523
.
. 555 3333 .555 1656

Sing nate dak rungu agawe gumunku


Dongenge ibuku yen arep mapan turu
Kowe dak kandhani nanging kudu janji
Aja padha gumuyu yen pancen ora lucu

39
Saka rumangsaku sarta pamikirku
Ora mulih nalar ing jaman gagrag anyar
Nanging dhek semana beda lan saiki
Lelakon neka warna keh crita ngayawara

Dak wiwiti crita rikala samana


Ki Rangga Panambang kondhang kaonang-onang
Sekti mandraguna tur sarwa sembada
Maiyantu Samber Nyawa merong akampuh jingga

Goteking bebrayan Ki Rangga Panambang


Anggarwa Putri Jim lan wanita satuhu
Aneng jero Pura yekti winisudha
Pangkat warangka praja mandhegani pra wdya

Manggala sanyata gegedhuging praja


Tan mingkuh pakewuh kalamun magut pupuh
Tekan titi mangsa pungkasaning yuswa
Sumar ing astana kang aran Randhu Sanga

53. Rawa Pening

Buka . . . 2 1261 6565 2353


2161 6523
2356 5253
1612 6535
2356 3212
1612 6523
2123 6532
. . . .
. . . 2 1 2 61 . . 66 3523
. . 23 2356 . . 52 5653
. . . . 1612 . . 66 5535
. . . . 2356 . . 33 2212
. . . 1 1612 . . 66 5523
2161 2323 6565 3212

Banyune bening banyu Rawapening


Simbah tau ndongeng aku isih eling
Ana wiku ing gunung Merbabu
Tan kanyana ketekan taksaka
Sang wiku ngungun ula dikon lunga
Tapa ing gunung Merbabu pethit sirah nganti temu

Bacute crita aku rada lali


Dha nyuwuna priksa bapak lan bu guru

40
Mengko mesthi bakal didongengi
Rawa Pening criuta ndudut ati
Jaman saiki wis arang keprungu
Sedurunge mapan turu didongengi bapak ibu

54. Ricik-Ricik

Buka: 6 . 3 5 6.53 2.35 6


.
A. .3.5 .6.5 . 6.5 .1.6
.
.3.5 .6.5 . 6.5 .1.6
.
B. .3.2 .3.2 .3.2 .1.6
.
.3.2 .3.2 .3.2 .1.6

55. Ricik Ricik Banyumas

Buka : 2 3 5 3 6/6 6
A. 1 6 3 2 5321
B. 2 3 5 3 5616

Ricik kumricik gimrising wis rata


Sedhela maning bapakne wis teka
Inyong kaget adhuh rika mbeta napa
Bungkus pethak niku isi sega

56. Ringin Kurung

Buka . 3 5 3 2356 .121 5613


5156 5156
2356 5356
5156 5156
2356 5356
. . . . . .
.111 5666 5651 1 156
. . 33 2356 5323 2356
. . . . . . . .
. . 11 1 156 561 1 1 156
. . 33 2356 5323 2356

Ing tengah alun-alun mesthi ana ringin kurung


Iku tandha yekti tumrap kraton tanah Jawi
Yoeya Surakarta Demak Pajang Majalengka
Niru Suralaya kedhatone para dewa

41
Ana ing Suralaya ringin mau darbe nama
Aran dewandaru kalawan Wijayandaru
Lambang kawibawan sarta agunging kamulyan
Mula para kuna banget anggone precaya

Nganti saiki ringin kurung disajeni


Wujud kembang menyan ngobong dupa lan kendhuren
Adat pakulinan sing wis ketinggalan jaman
Ora mulih nalar tumrap jaman gagarag anyar

57. Rujak Jeruk

Bk. 262655
1515 1526
2626 2615

58. Sega Liwet

. . . . . .
. . 2 2 2 2 11 6 655 3123
. . . . .
. . 1 2 1656 5555 56 2 1
. . . . . . .
. . 23 5656 1111 3 2 16
.
5516 5533 2123 5653
. . . . . .
111. 3 2 16 5535 3212

59. Segara Kidul

Buka . . 2 2 2523 .253 1232


3523 1516
5253 2126
3523 2126
5253 6532
. . . .
5552 3533 1115 6156
. . . . . . . . . .
11 2 1 6523 1111 321 6
. . . .
5552 3533 1115 6156
222 . 6123 6565 3212

Ombaking segara Kidul yen cinandra kadi gunung


Kang andulu padha ngungun sumurup gedhening alun

42
Wayah bengi krasa sepi ing pesisir suwung
Yen nyawang sisih kidul katon jembar tanpa tepi

Gumuruh swaraning alun jumegur kadi kinebur


Lembak-lembak alun galak keh pesiisr padha rusak
Tinerjang krodhaning ombak gunung karang padha mendhak
Mengkono kahanane agawe gawoking ati

60. Sendhang Drajat

Buka . 3 5 . 5356 .535 1656


3635 3632
1312 6523
2323 1656
5616 3532
2321 3216
. 356 5535 5536 2222
.123 1232 . . 56 5253
.53. 2123 . 111 6656
.516 .516 .161 6523
.21. 321 .132 6216

Cedhake Arga dalem ana sendhang memper tlaga


Sinebut sendhang drajat kena kangge nandha
Bisa lan orane bakal kanggonana drajat
Lan pangkat kamulyan rinoban bandha donya
Iku ya jarene ujare para kuna

Ing donya akeh crita lan kahanan neka warna


Akeh sing ngayawara mula sing waspada
Aja padha kelu rembug sing pait madu
Pikiren gagasen ja padha grusa-grusu
Jaman saya maju yen kliru digeguyu

61. Singa Barong Pralaya

Buka . 3 6 . 3635 .356 3565


3635 3635
3231 2165
3635 3635
3231 2165
3635 3635
3231 2165
.56. 55.2 356 . 535.

43
.12. 31. 3 132. 165.
.56. 55.2 356. 535.
.12. 31.3 132. 535.
.22. 31.3 132. 165.

Bujang Ganong mungsuh Singo Barong


Jaran kepang maju ing palagan
Saya rame campuhing yuda
Kang dulu padha miris digdaya
Pungkasane Singo Barong pralaya

62. Singa Nebak

Buka: . 5 3 2 .5 3 2 .6 5 3
. . . . . . . . .
.
A. .5.3 .5.3 .2.3 .2.1
. .
B. .2.1 .2.1 .3.5 .3.2
C. .3.2 .3.2 .5.6 .5.3
Wirama lamba janturan:
. . . .
1653 1653 1653 6561
. . .
3561 3561 3561 6523
6532 6532 6532 6553

Getar tambur bendhene munya angungkung


Suling sesauran selompret tetep nindhihi
Sigra mangsah lumampah anut wirama

63. Slendhang Biru

Buka . 5 1 6 .5.3 2.22


A. 3216 5612
3216 5235
.
6565 6121
B. 2121 5612
3212 5612
3532 5235
2525 2521
.
6165 3212

3216 5612
3216 5235
2.22 . . . 2

44
64. Surabayan

Buka: 2 . 1 . 2.1. 6 . 5
. .
A. .6.5 .3.2 .6.5 .2.1
B. .2.1 .2. 6 .2.1 .6 .5
. . .

65. Suwe Ora Jamu

Bk : 3565 3216
Lagu :
A. 2353 1232
B. 3565 3216

66. Taman Bale Kambang

Buka . 5 6 . 5653 .121 5616


5616 2126
2132 3126
2132 6123
5653 2126
5653 2126
.
. . 65 .3 5 5 .6 . . 12 1 .6 1 .6 6
. . . . . . . .
. .2 1 .6 1 2 2 . . 3 1 .6 1 .6 6
. . . . . . . . .
. . 2 1 . 3 .5 2 . . 11 .6 1 1 2 3
. . .
. . 56 . 165 3 . . 1 2 . 3 1 56 6
. . . . . . .
. . 56 . 165 3 1111 13 2 16 6

67. Tropongbang

Buka : 3 1 3 2 5 6 1 2 5/5 5

A. 3 2 3 2 1645
B. 3 2 3 2 1645
C. 1 6 1 6 4245
D. 1 6 1 6 4245

45
+ ^
BK 3 1 3 2 5 6 1 2 1 6 3 (5)
p p p
^ ^ ^ ^
A 3 1 3 2 3 1 3 2 5 6 1 2 1 6 3 (5)
3 1 3 2 3 1 3 2 5 6 1 2 1 6 3 (5)
p p p
^ ^ ^ ^
B 1 2 1 6 1 2 1 6 5 6 1 2 1 6 3 (5)
1 2 1 6 1 2 1 6 5 6 1 2 1 6 3 (5)

Segar bugar candranipun


Makaryo sedino tan karaso
Datan ngetung ing wanci
Mung beteke ben katon blabuhano

68. Tumlawung

Buka: . 6 6 . 2165 .1.2 .5.6


2163 6261
2165 1231
2163 6261
2165 1256

5612 1521
2164 2645
5563 6261
2165 1256

ompak:
2163 6261
2165 1256

69. Wayah Esuk

Buka . 1 5 . 1656 .356 3212


5353 2356
5656 3212
3232 5653
5353 2356
3636 3212
.523 .253 523. 2356
.356 2356 .333 2212
.612 .132 .555 1653

46
.523 .253 523. 2356
.356 .356 .333 2212

Srengenge wayah esuk sumorot madhangi punthuk


Pucuk gunung kang mbrenjul iku aran Gunung Gandhul
Cedhake Plintheng Semar ing kutha Wonogiri
Angin tis sumilir agawe tentreming ati
Saben minggu cobanen mungguh pucuk gunung gandhul

Yen ati sebel suwe-suwe dadi anyel


Mara enggal sirnakna rasa sebel ngrusak raga
Munggah pucuking gunung dhuwure ra sepiroa
Rada kesel sedhela rasa sebel dadi sirna
Nuli ganti swasana ati mangkel dadi lega

70. Wrahatbala

Buka: 1 6 1 6 3 2
. .

A. 321 6 1 6 32
. .

B. 321 6 5 3 2 6
. . . . .

C. 5323 212 6
.

D. 5323 212 6
.

E. 2321 6 5 32
. .

71. Yogyaning Kendhang Lancaran

Buka
ttpb tppp

Lampah
Ptpp pbpp pbpp pbpp
Ptpp pbpp pbpp pbpp

Suwuk
Ptpt pbpt bptb tpp

47
BAB V

LAGU LANGGAM

Langgam Lara Wuyung


Pl. 6
. . . 1 3253 1235 2321
2321 3253 1235 2356
5612 3561 2132 1235
35. 1 3253 1235 2356

Langgam Tamansari
Pl. 6
Buka: Celuk . . . 5 .6.4 .6.5
.4.5 .6.1 .2.4 .2.1
.6.4 .6.5 .6.1 .6.5
.4.5 .6.1 .2.4 .2.1
.1.2 .4.1 .2.3 .5.6
.5.6 .5.4 .6.5 .4.2
.2.4 .6.5 .6.4 .6.5
.6.5 .6.1 .2.4 .2.1

Langgam Tamansari
Ompak:
2465 6165 4561 5421
. . . 5 6165 4561 5421
2465 6165 4561 5621
2121 6521 5654 5612
1245 6165 4561 5421

48
Langgam Ali-Ali
Sl. Manyura
Buka: Celuk
A. 1635 3231 5632 3231
2165 3231 2132 5321
5616 2563 5353 5621
2165 3231 6132 3216
2165 3231 6132 3216
Ompak:
2165 3231 6132 3126

Bawa Dhandhanggula :
Jenang gula glali aja lali
Ali-ali niki sulih kula
Aja dianggep sepele
Kula mbotena melu
Amung ati tansh nggondheli
Yen dadi lara gela
Sedhih rinten dalu
Ketok ketoken kewala
Nganti-anti mbesuk apa bakal bali
Yen bali beja kula.

Langgam :
Ngagema ali-aliku pamrihe aja lali marang aku
Nadyan kula mboten melu mbesuke
Ngelingana lelabetku
Lamun embane cepaka emane
Amung tansah gawe cuwa
Iki embane kencana pamrihe
Tansah manggiha raharja
Yen nganti ilang mripate jarene nemahi rubeda
Yen nganti dinggo wong seje mbesuke
Wis mangsa bodhowa
Pilihanku mripat biru pamrihe
Mrih sulistya ingkang warni
Yen takon isi atiku mbesuke mriksasana ali-ali.

49
Anting-Anting
Pl. 6
5653 6231
2165 2353
5653 6231
2165 2356

2153 1232
3565 2356
2153 1232
3565 2356

5653 6231
2165 2356

Ompak:
5653 6231
2165 2356

50
BAB VI

LAGU AYAK-AYAK DAN SREPEG

Ayak-ayakan Pathet 6

Buka:
. . . .
5656 2 1 3 2
65
.
A. 3235 1656 5356 3532
6
B. 5653 5653 212 . 2123
6 5 3 5
C. 5653 2132 . . . .

D. 3235 3235 2353 5235


6
5656 321 .

Ayak-Ayakan Panjang Mas


Sl. Pt. 6
Buka:
.
A. 6565 1656
. . . .
2 1 3 2 6535
.
B. 3235 1656
5356 3532
5653 5653
6
212 . 2123
5653 2132
6 5 3 5
. . . .

51
6 6 5
C. .66. 6535 .22. 6535 2325 212 . 21 . .

6 6 5
.66. 6535 .22. 6535 2325 212 . 21 . .

2 3 5 6 5 3 2
D. . . . . 3 . . .

5 6 3 2 5 6 3 2 5 6 6
E. . . . . . . . . . . 1 . 3532
6 6 6 5
1 . 32 1 . 32 53 . .

3 2 6 5 3 2 6 5 2 3 5 3 5 3
. . . . . . . . . . . . 12 . .

5 3 5 6 3 5
12 . . . . . .

3 2 6 5 6 3 2
. . . . 1 . . .

5 6 3 2 6 3 2 5 6 6
. . . . 5 . . . . . 1 . 3532
6 6 5
1632 1 . 32 53 . .

3 2 6 5 3 2 6 5 2 3 5 3 5 3
. . . . . . . . . . . . 12 . .

5 3 5 6 3 5
12 . . . . . .

3 2 6 5 3 2 6 5 2 3 5 3
. . . . . . . . . . . . 5 235
. . .
F. 3235 1 2 16 5 35 6 3532
5653 5653 2126 2123
6 5 3 5
5653 2132 . . . .

6 5 3 5 6 5 3 5
. . . . . . . . 2353 5235

Suwuk:
6 5 6 6
1 . . . 321 .

52
Srepegan
Sl. Pt. 6

Buka: 2 3 5
A. 6565 2353
.
B. 5353 5235 1653 6532
C. 3232 3565
. . . . . . .
D. 6161 3 2 1 2 1656
. . . . .
E. 1616 1561 3 2 65 3235
F. 6565 2353
.
G. 5353 5235 1653 6532
H. 3232 3565

Srepegan Pinjalan
Sl. Pt. 6

A. ..6. 3.65 ..6. 3.65


..2. 5.23 ..5. 2.53
..5. 2.53 ..6. 5.35
..6. 3.65 ..3. 1.32
B. ..3. 1.32 ..3. 1.32

Ayak-ayakan Pathet 9

Buka:
. . . . . .
A. ... 2 ...1 ... 2 ...1 ... 3 ... 2 ...6 ...5
.
.1.6 .5.6 .5.3 .5.6 .5.3 .5.6 .3.2 .3.5
.
.3.2 .3.5 .3.2 .3.5 .1.6 .5.6 .5.3 .2.1

53
B. .2.3 .2.1 .2.3 .2.1 .3.5 .3.2 .5.3 .5.6
______________
.5.3 . 5. 6 .5.3 .5.6 .2.3 .2.1 . 2 . 3 . 2 .1
.3.2 .3.5
. 3. 2 .3.5 .3.2 .3.5 .3.2 .1.2 .3.5 .6.5
.
. 3. 2 .3.5 .3.2 .3.5 .1.6 .5.6 .5.3 .2.1
Suwuk:
.2.3 .2.1 .6 .5 .3.5
. . . .

Ayak-Ayakan Tlutur
Sl. Pt. 9

. . .
A. .6.1 .6.1 .6.5 .3.5 .1.6 .5.6 .5.3 .2.3
. .
B. .6.1 .6.1 .6.5 .3.5 .2.3 .2.1
.3.5 .6.5 .3.5 .6.5 .3.2 . 1. 2 .6 .5 .3.5
. . . .

.
. 3 . 2 . 3 . 5 . 3 . 2 . 3 . 5 .1.6.5.6 .2.3 .5.3
. . . . . . . .

Srepegan Tlutur
Sl. Pt. 9

Buka: 2 3 5
.
A. 6565 1656 5323
. . . .
B. 2 1 2 1 6535 2321
C. 3565 3212 3565
. . . .
D. 3565 3 2 1 2 3565

54
Srepegan
Sl. Pt. 9

Buka: 2 3 5
A. 6565 2321
B. 5621 3212 3565
.
C. 1656 5356 5312 3565
.
D. 6565 2356 5152 5321
.
E. 2121 3232 5616
. .
F. 1616 2121 3565
G. 6565 3212
H. 3232 3565
I. 6565 2321

Sampak Tanggung
Sl. Pt. 9

A. 6565 6565 2121 2121


.
3232 3232 5616
. . . . . . . . . . . .
B. 1616 1616 2 1 2 1 2 1 2 1
3565
C. 6565 6565 3212
D. 3232 3232 3565

Ayak-Ayak Pathet Manyura

A. . . . 3 . . . 2 . . . 3 . . . 5 . . . 3 . . . 2 . . . 1
B. 2321 2321 3532 3532 5356
C. 5356 5356 5323 1232
D. 3532 3532 5323 2121

55
Suwuk:
3121 3216
Ngelik:
E. 5321
F. 5356 5356 5321
G. 2321 3532 5356
H. 5356 5356 2321 6532

Srepegan
Sl. Pt. Manyura

A. 3232 5353 2121


B. 2121 3232 5616
C. 1616 5353 6532
Suwuk:
3532

Sampak
Sl. Pt. Manyura

A. 6666 3333 2222


B. 2222 3333 1111
C. 1111 2222 6666
Suwuk:
6666 6622

Ayak-Ayak Tancep Kayon

.3.2 .3.2 .3.2 .3.2


.
.11. 1132 6535 6156

56
. . .
161. 1656 53. . 33.5
. . . .
61. . 1 132 6535 6156
. .
161. 1656 5323 1232
3136 3532 3126 3532
.
33. . 33.5 66.3 5616 5323 2121
.
3265 3561 3265 3561 3565 3232
3126 3532 3126 3532 1653 5616
2123 2126 2123 2126
323. 323. 3532 . 1.6

Sampak Banyumasan
Sl. 9

Buka: 11

5151 5561
5612 1635
2353 6532
6262 3235

6565 6561
5612 3216
1216 1216
5152 5321

57
DAFTAR PUSTAKA

Dwijo Carito, 2000. Pakeliran Sedalu Natas Lampahan Semar Boyong,


Cendrawasih. Surakarta.
Harsono Kodrat, 1982. Gending-gending Karawitan Jawa. Balai Pustaka. Jakarta.
Irwan Sudjono, 1990. Lelagon Gagrag Enggal. Cendrawasih. Surakarta.
Sumarto & Sri Suyuti, 1978. Karawitan Gaya Baru. Tiga Serangkai. Surakarta.
Ki Hajar Dewantara, 1953. Pasinaon Titi Laras Gendhing. Bharata. Jakarta.
Kodiron, 1989. Marsudi Karawitan Jawi. Cendrawasih. Surakarta.
Koentjaraningrat, 1984. Kebudayaan Jawa. Balai Pustaka. Jakarta.
Rekso Panuntun, 1991. Sekar Sumawur. Cendrawasih. Surakarta.
Soetrisno R., 2004. Dimensi Moral Dalam Syair Tembang Pada Pergelaran
Wayang Purwa. Disertasi UGM. Yogyakarta.
Sukatmi Susantina, 2001. Inkulturasi Gamelan Jawa. Philpres. Yogyakarta.
Sunardi Wisnubroto, 1997. Sri Lestari An Introduction to Gamelan. Gama Press.
Yogyakarta.
Trimanto, 1984. Membuat dan Merawat Gamelan. Depdikbud. Yogyakarta.
Wignya Sutarno, 1956. Kawruh Pakeliran Sedalu Natas. Sadu Budi. Solo.

58
LAMPIRAN 1.
SILABUS

SILABUS
MATA KULIAH : SENI KARAWITAN I
SIL/FBS-PBJ/252 Revisi : 00 10 November 2009 Hal

1. Fakultas / Program Studi : FBS / Pendidikan Bahasa Jawa


2. Mata Kuliah & Kode : Kode : PBJ
3. Jumlah SKS : Teori : - SKS Praktik : 2 SKS
: Sem : Ganjil (l) Waktu : 16 pertemuan
4. Mata kuliah Prasyarat & Kode : .......................................
5. Dosen : Dr. Purwadi

I. DESKRIPSI MATA KULIAH

Mahasiswa memiliki kemampuan dan ketrampilan tentang dasar-dasar seni


karawitan yang meliputi : sejarah gamelan, titi laras, pelog slendro, tembang
macapat, lelagon, dalang, wiyaga, waranggana, sastra, gendhing, dan wayang.
Pengetahuan dasar seni karawitan itu akan mengantarkan mahasiswa menjadi ahli
secara teoritis dan trampil secara praktis.

II. STANDARISASI KOMPETENSI MATA KULIAH

Mahasiswa mampu dan terampil memainkan instrumen gamelan dengan lagu-lagu


yang termasuk golongan lancaran, ladrang, sekar ageng dan langgam. Dengan
mengenal masing-masing instrumen gamelan akan menjadikan mahasiswa secara
kolektif mampu memainkan gamelan yang disertai dengan iringan waranggana
atau swarawati.

III. POKOK BAHASAN DAN RINCIAN POKOK BAHASAN

Minggu ke Pokok Bahasan Rincian Pokok Bahasan Waktu


I Pengenalan jenis-jenis Mengetahui dan memahami jenis- 100’
instrumen gamelan jenis instrumen gamelan itu dalam
seni karawitan.

59
II Latihan dasar gamelan Praktek memainkan gamelan secara 200’
dengan lagu lancaran kolektif dengan lagu lancaran yang
paling sederhana.
III Latihan gamelan de- Praktek memainkan gamelan secara 200’
ngan lagu lancaran kolektif dengan lagu lancaran
beserta iringan wa- lanjutan yang bisa diiringi
ranggana waranggana.
IV Latihan gamelan Praktek memainkan gamelan secara 200’
dengan lagu ladrang kolektif dengan lagu ladrang.
V Latihan gamelan de- Praktek memainkan gamelan secara 200’
ngan lagu ladrang kolektif dengan lagu ladrang yang
dengan diiringi wa- bisa diiringi waranggana.
ranggana
VI Latihan gamelan de- Praktek memainkan gamelan secara 300’
ngan lagu ketawang kolektif dengan lagu ketawang.
VII Latihan gamelan de- Praktek memainkan gamelan secara 300’
ngan lagu ketawang kolektif dengan lagu ketawang
dengan diiringi wa- yang bisa diiringi waranggana.
ranggana
VIII Ujian akhir 100’

IV. REFERENSI/ SUMBER BAHAN

A. Wajib :
1. Harsono Kodrat, 1982. Gending-gending Karawitan Jawa. Balai Pustaka.
Jakarta.
2. Purwadi dan Afendy Widayat. 2005. Seni Karawitan Jawa. Yogyakarta :
Pustaka Sakti.
3. Sunardi Wisnubroto, 1997. Sri Lestari An Introduction to Gamelan. Gama
Press. Yogyakarta.
4. Trimanto, 1984. Membuat dan Merawat Gamelan. Depdikbud. Yogyakarta.

B. Anjuran :
1. Sastrowiryono, 1978. Sekar Macapat, Bimbingan Kesenian Majelis Luhur
Persatuan Taman Siswa. Yogyakarta.
2. Soetrisno R., 2004. Dimensi Moral Dalam Syair Tembang Pada Pergelaran
Wayang Purwa. Pustaka Raja. Yogyakarta.
3. Sukatmi Susantina, 2001. Inkulturasi Gamelan Jawa. Philpres. Yogyakarta.

60
V. EVALUASI

No Komponen Evaluasi Bobot (%)


- Teknik yang dipakai dalam evaluasi berupa ujian 100 %
tulis. Nilai akhir diperoleh dari perhitungan
sebagai berikut.
NA = T + S + 2A
4
Jumlah 100%

Yogyakarta, 10 November 2009

Dosen

Dr. Purwadi

61
LAMPIRAN 2.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


MATA KULIAH : SENI KARAWITAN I
RPP/FBS-PBJ/252 Revisi : 00 10 November 2009 Hal.

1. Fakultas / Program Studi : FBS / Pendidikan Bahasa Jawa


2. Mata Kuliah & Kode : Seni Karawitan I Kode : PBJ 252
3. Jumlah SKS : Teori : - SKS Praktik : 2 SKS
: Sem : Gasal () Waktu : 16 pertemuan

4. Standar Kompetensi : Mahasiswa mampu dan terampil memainkan


instrumen gamelan dengan lagu-lagu yang
termasuk golongan lancaran, ladrang, sekar
ageng dan langgam. Dengan mengenal masing-
masing instrumen gamelan akan menjadikan
mahasiswa secara kolektif mampu memainkan
gamelan yang disertai dengan iringan
waranggana atau swarawati.

5. Kompetensi Dasar : a. Mahasiswa mengetahui pengetahuan dasar


seni karawitan.
b. Pengetahuan itu akan mengantarkan
mahasiswa menjadi ahli secara teoritis dan
trampil secara praktis.

6. Indikator Ketercapaian : Setelah mengikuti program ini mahasiswa


mampu (1) mengenal dasar-dasar seni
karawitan; (2) mengetahui jenis-jenis instrumen
gamelan; (3) dapat memainkan instrumen
gamelan itu secara kolektif.

7. Materi Pokok/Penggalan Materi : Seperangkat gamelan beserta dengan buku


petunjuk bermain seni karawitan

8. Kegiatan Perkuliahan :

Tatap Muka Uraian Kegiatan Estimasi Metode Media Sumber


Komponen Langkah Waktu Bahan/
Referensi
PENDAHULUAN Memberi deskripsi seni 1 x tatap Ceramah, OHP A dan B
dasar karawitan Jawa dan muka demonstrasi Perangkat
pengenalan instrumen atau 100 gamelan
gamelan menit

62
LATIHAN Lancaran : Singo Nebak 4 Teori dan OHP A dan B
GOLONGAN dengan irama I, pertemu praktek Perangkat
LAGU kemudian dilanjutkan an x 100 menabuh gamelan
LANCARAN irama II dan terakhir menit gamelan
disertai dengan iringan
swarawati.
LATIHAN Ladrang: Asmarandana 4 Teori dan OHP A dan B
GOLONGAN dengan irama I, pertemu praktek Perangkat
LAGU LADRANG kemudian dilanjutkan an x 100 menabuh gamelan
irama II dan terakhir menit gamelan
disertai dengan iringan
swarawati.
LATIHAN Ketawang : Puspa Warna 4 Teori dan OHP A dan B
GOLONGAN dengan irama I, pertemu praktek Perangkat
LAGU kemudian dilanjutkan an x 100 menabuh gamelan
KETAWANG irama II dan terakhir menit gamelan
disertai dengan iringan
swarawati.
PEMANTAPAN Memberi pemantapan 1 x tatap Ceramah, OHP A dan B
LATIHAN dengan cara muka demonstrasi Perangkat
mempertinggi atau 100 gamelan
ketrampilan menabuh menit
gamelan sesuai dengan
lagu-lagu yang telah
diajarkan.
TANYA JAWAB Memberi kesempatan 1 x tatap Ceramah, OHP A dan B
AKHIR kepada peserta kuliah muka demonstrasi Perangkat
PERKULIAHAN untuk menanyakan seluk- atau 100 dan diskusi gamelan
beluk bahan perkuliahan menit
yang telah diajarkan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Harsono Kodrat, 1982. Gending-gending Karawitan Jawa. Balai Pustaka.


Jakarta.
2. Purwadi dan Afendy Widayat. 2005. Seni Karawitan Jawa. Yogyakarta :
Pustaka Sakti.
3. Sastrowiryono, 1978. Sekar Macapat, Bimbingan Kesenian Majelis Luhur
Persatuan Taman Siswa. Yogyakarta.
4. Soetrisno R., 2004. Dimensi Moral Dalam Syair Tembang Pada Pergelaran
Wayang Purwa. Pustaka Raja. Yogyakarta.
5. Sukatmi Susantina, 2001. Inkulturasi Gamelan Jawa. Philpres. Yogyakarta.

63
6. Sunardi Wisnubroto, 1997. Sri Lestari An Introduction to Gamelan. Gama
Press. Yogyakarta.
7. Trimanto, 1984. Membuat dan Merawat Gamelan. Depdikbud. Yogyakarta.

Yogyakarta, 10 November 2009

Dosen

Dr. Purwadi

64
PENYUSUN

DR. PURWADI, M.HUM lahir di Grogol, Mojorembun, Rejoso, Nganjuk,


Jawa Timur pada tanggal 16 September 1971. Pendidikan SD sampai SMA
diselesaikan di tanah kelahirannya. Gelar sarjana diperoleh di Fakultas Sastra
UGM yang ditempuh tahun 1990-1995. Kemudian melanjutkan studi pada
Program Pascasarjana UGM tahun 1996-1998. Gelar Doktor di UGM diperoleh
pada tahun 2001.
Kini bertugas sebagai Dosen di Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah Fakultas
Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta. Tinggal di Jl. Kakap Raya 36
Minomartani Yogyakarta 55581. Telp 0274-881020.

65

Anda mungkin juga menyukai