A. Suara
Manusia di dalam kehidupan sosialnya selalu
berkomunikasi dengan manusia lainnya. Adapun bentuk
penyampaian maksudnya itu bermacam-macam, antara lain:
1. Yang bisa dilihat (visuil)
Warna
Gerak
dsb
2. Yang bias didengar (auditief)
Suara
Bahasa
dsb
Karawitan Musik
I. Pengertian Karawitan
Istilah karawitan dapat dikatakan istilah yang belum
lama, belum kaprah digunakan oleh masyarakat, meskipun
lahirnya mungkin sudah sejak dahulu kala. Oleh karena itu
pantaslah kalau dikatakan bahwa saat ini masih banyak
diantara massyarakat kita yang belum mengetahui arti dan isi
daripada karawitan, lebih-lebih terhadap ilmu
pengetahuaanya, walaupun dalam pergaulan sehari-hari
wujud daripada benda itu sering kita jumpai.
Lain halnya dengan ilmu pengetahuan lainnya, sebab
di samping banyak para pendukungnya dan tahu akan
jaminannya, juga telah banyak sumbernya. Kalau kita tinjau
daripada wujudnya, maka karawitan kita pun sebenarnya
telah lama hidup di dunia ini, hanya penghidangnya dalam
bentuk tulisan jarang sekali kita jumpai, memang orang Jawa
Barat akan mengerti istilah seni suara, gamelan, dan gending
karaasmen daripada istilah karawitan.
Kalau begitu apakah karawitan itu, dan
sejak kapan karawitan lahir? Baiklah penulis akan
kemukakan beberapa batasan tentang karawitan
dari para ahli karawitan.
D. Pengertian Umum
Karawitan adalah seni suara daerah di Indonesia yang
berlaras Pelog atau Salendro.
2. Pembagian Karawitan
Ditinjau dari bentuk penghidangannya, maka
karawitan dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Karawitan sekar (vokal)
b. Karawitan gending (instrumental)
c. Karawitan campuran (sekargending).
1. Titilaras
Sebelum membahas pokok masalah (Teori Menabuh
Gamelan), alangkah baiknya kita tahu apa yang disebut
Titillaras, sebab titilaras merupakan sarana dalam pembahasan
tersebut.
Titilaras adalah suatu sistem dan merupakan bagian
daripada ilmu karawitan yang di dalamnya terdapat ilmu
menabuh: bertugas untuk mendokumenter lagu-lagu, baik lagu
yang sudah lama, maupun lagu yang masih baru. Selain itu juga
berguna untuk suatu metode mengajar karawitan. Tanpa itu
seorang pendidik atau pelatih akan mendapat kesukaran yang
sulit diatasinya.
Di kalangan tembang Sunda, memang sudah sejak zaman
dahulu, apabila pelatih akan memberikan pelajarannya. Caranya
cukup dengan sistem meniru secaraberulang-ulang. Hal ini
disebabkan karena umumnya para pengajar atau pelatih
temnbang Sunda belum mengetahui titilaras. Mereka sring
mempergunakan titilaras “cacing” berupa garis yang melingkar-
lingkar.
Sistem tradisi ini yang telah mendarah-daging, sebaiknya
kita hilangkan dan menggantinya dengan sistem yang lebih baik.
Sebab setelah itu kita akan merasa mudah karena masyarakat
bisa mempelajarinya sendiri dan mendokumenter lagu-lagunya.
Arti Titilaras
Banyak sekali sebutan-sebutan yang menunjukkan
daripada titilaras itu, diantaranya: serat lagu, tulisan lagu, not,
enut, dan sebagainya. Arti daripada istilah-istilah di atas adalah
notasi atau solminasi atau serat kenayagan (sebutan yang
diberikan oleh R.M.A Kusumadinata). Sedangkan menurut
sumber yang diperoleh oleh Atik Soepandi BA, istiah
titilarasnya diberikan oleh GPH Prabuwinoto (adik kandung Sri
Susuhunan Pakoeboewono ke X di Surakarta) .
Ditinjau dari segi bahasa, titilaras terjadi dari kata titi
yang berarti tangga, tanda, aturan; dan laras adalah nada.
Dalam hal ini dimaksudkan adalah titinada atau tanda nada yang
dipergunakan untuk menuliskan lagu. Dengan demikian kita
dapat menarik batasan, bahwa:
Titilaras adalah suatu sistem untuk mengubah suara ke
dalam bentuk tulisan atau gambar.
Berbagai daerah karawitan memiliki titlaras sendiri-sendiri:
Karawitan Titilaras Penciptanya
Daminatila
R.M.A
Sunda 1 2 3 4 5
Kusumadinata
Da mi na ti la
Kepatihan
Patih Ki
1 2 3 4 5 6 7
Jawa Wreksodiningrat di
Ji ro lu pat mo nem
Surakarta
pi
Dongding
Atik Soepandi
o e u a i
Bali (saudara Rembang
Dong deng dung dang
guru Sekar Bali)
ding
Gembyang (oktaf)
Setiap seni suara mengenal pengertoian gembyang atau
oktaf atau beulit (Sunda) dan kwint atau kempyung.
Interval gembyang (oktaf) adalah antara 1 (da) sampai 1
(da) berikutnya, atau antara 1 (do) sampai 1 (do) ulangannya.
Sedangkan interval kempyung (kwint) adalah antara 1 (da)
sampai 4 (ti) atau antara 1 (do) sampi 5 (sol).
Satu embat di Bali = satu gembyang.
Istilah menggembyang di Jawa Tengah = istilah
kemprang di Jawa Barat, yang artinya memukul 2 nada yang
berjarak 1 gembyang (oktaf) secara bersamaan.
3. Surupan
Sebenarnya istilah surupan di kalangan nayaga di Sunda
seperti dengan istilah laras di Jawa, yaitu rangkaian atau deretan
nada-nada yang disusun berurutan baik naik maupun turun,
dimulai dari suatu nada hingga ulangannya, baik pada gembyang
atau beulit atau oktaf alit maupun ageng, dengan jumlah nada
dan interval tertentu. Tetapi di SMKI Bandung, yang dimaksud
dengan kata surupan disini adalah penentuan nada-nada pokok
(murda swara) di dalam laras. Dengan kata lain, surupan adalah
yang menentukan nada dasar suatu laras, sehingga kalau kita
menabuh gamelan dengan lagu Gendu dalam laras Pelog tanpa
disebutkan surupannya, maka kita akan mendapat kesukaran,
apakah lagu tersebut bersurupan Jawar, Sorog, atau Liwung.
4. Swarantara
Swarantara berasal dari kata swara (suara) dan antara,
yang berartijarak antara suatu suara (nada) ke suara (nada) yang
lain. Dalam istilah musik dsebut interval.
Swantara ini penting sekali artinya, karena menentukan
nada pada laras, juga menentukan watak daripada laras.
Seorang ahli Ilmu Pasti yang bernama Dr.J.A Ellis (1804-
1911) telah menemukan jarak suara dengan perhitungan atuan
centnya, yaitu bahwa: tangga nada chromatik dalam satu oktaf
nada ada 12 nada, dan 12 nada ini pasti mempunyai 12 antara.
Tiap antara ditetapkan 100 cent. Jika tiap oktaf mempunyai 12
jarak, maka 1 oktaf itu berarti: 12x100 cent = 1200 cent.
Di dalam karawitan pun telah pula ditetapkan jarak setiap
nadanya pada setiap lars (dalam hal ini laras Pelog tidak sama
dengan laras Salendro).
a. Sebagai contoh swarantara dalam laras Salendro Padantara
(mempunyai jarak sama) adalah 80 cent
S • • P • • G • • L • • T • • S
80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 = 1200 cent
b. Sedangkan dalam laras Salendro Bedantara (terdapat dalam
sekar dan gamelan sehari-hari), swantaranya adalah:
S • • P • • G • • L • • T • • S
212 212 282 212 282 = 1200 cent
c. Begitu pula dalam laras Pelog sembilan suara, swarantaranya
ditentukan, yaitu 133 1/3 cent.
T O Pm S G P Ps U L T
x x x x x x x x x
Keterangan: x = 133 1/3 cent.
Selain penentuan susunan interval di atas oleh R.M.A
Kusumadinata, juga interval-intervalnya diberi nama sebagai
berikut:
Nama-nama interval pada Salendro Padantara
S - S = 0 cent disebut Tanpantara
S - Gu = 80 cent disebut Nyampar alit
S - Si = 160 cent disebut Nayampar
S - G = 240 cent disebut Nyampar ageng
S - Pu = 320 cent disebut Adumanis
S - Gi = 400 cent disebut Adumanis alit
S - P = 480 cent disebut Adularas
S - Lu = 560 cent disebut Adularas ageng
S - Pi = 640 cent disebut Kempyung kirang
S - L = 720 cent disebut Kempyung
S - Tu = 800 cent disebut Adusari alit
S - Li = 880 cent disebut Adusari
S - T = 960 cent disebut Salah Gumun
S - Su = 1040 cent disebut Salah Gumun ageng
S - Ti = 1120 cent disebut Gembyang kirang
S - S = 1200 cent disebut Gembyang
A. Arti Gamelan
Kata gamelan berasal dari kata gamel + an. An di sini
adalah akhiran. Gamel artinya tabuh: digamel = ditabuh atau
dipukul. Jadi gamelan = tabuhan atau pukulan.
Hal ini disebabkan karena sebagian besar alat bunyi-
bunyian yang terdapat dalam gamelan, cara membunyikannya
adalah dengan jalan ditabuh atau dipukul. Jadi gamelan dapat
diartikan sebagai alat seni suara yang ditabuh dan dipukul.
Sudah barang tentu alat bunyi-bunyian yang terdapat
pada gamelan bukan hanya sekedar benda atau alat yang dapat
dipukul saja, akan tetapi alat-alat tersebut juga memiliki macam
dan bentuk serta suara yang tertentu pula nada-nadanya atau
larasnya.
Mempelajari seni gamelan pada hakekatnya bukan hanya
untuk memahami ilmunya ataupun tehnik menabuhnya saja,
akan tetapi yang lebih penting adalah untuk melatih pribadi di
dalam dua segi, yakni:
a) Memperhalus perasaan
b) Mempertajam pendengaran
c) Menyadari adanya keindahan nilai-nilai suara
d) Membuka perasaan untuk berkreasi.
Betapa besar manfaat daripada karawitan untuk
pembentukan pribadi dan memperkaya rohani.
1. Perlengkapan Gamelan Sunda
Umumnya yang biasa dipakai pada pagelaran wayang
golek, kilingan, dan tari-tarian cukup dengan gamelan yang
perlengkapannya sebagai berikut:
a. 2 buah saron g. 1 buah kendang
b. 1 buah demung atau panerus h. 2 buah kulanter
c. 1 buah peking i. 1 buah kempul
d. 1 buah bonang j. 1 buah gong
e. 1 buah gambang k. 1 buah kecrek
f. 1 buah rebab
Jadi cukup dengan 10 juru gending ditambah dalang dan juru
sekar. Hal ini disebabkan karena:
1) Gamelan yang lengkap tidak banyak, hanya terbatas pada
tempat-tempat tertentu saja seperti di Keraton Cirebon,
Musium Yayasan Pangeran Sumedang, Sekolah Menengah
Karawitan Indonesia, RRI dan di ASTI Bandung.
2) Memerlukan tempat atau panggunng yang luas, angkutan
yang khusus, pemain yang lebih banyak dan pembiayaan
yang lebih besar.
c. Peking
Saron yang paling kecil dan nada-nadanya tinggi,
tugasnya adalah melipatkan pukulan Saron sekali-sekali
membawakan melodi sederhana.
Di Jawa, Peking ini lebih populer dengan sebutan Saron
Panerus. (Lihat gambar 4)
(Peking)
d. Bonang
Bonang adalah satu macam alat atau waditra gamelan
yang nadanya berbentuk penolon, terdiri atas 14 buah
(Pelog) dan 12 atau 10 buah untuk laras Salendro. (Lihat
gambar 5)
(Bonang)
e. Rincik
Penclon-penclonnya sesuai atau serupa dengan Bonang,
hanya bentuknya lebih kecil, begitu pula nada-nadanya lebih
tinggi satu oktaf dari Bonang. (Lihat gambar)
(Rincik)
f. Gambang
Nada-nada pada Gambang ditimbulkan oleh bilah-bilah
yang terbuat dari kayu berjumlah ±20 buah. Tugasnya ialah
mengisi kekosongan-kekosongan dengan lilitan-lilitan dan
hiasan-hiasannya. (Lihat gambar 6)
(Gambang)
g. Rebab
Salah satu instrumen yang digesek dalam kelompok
karawitan, yang bentuknya mirip dengan biola dalam musik
adalah Rebab.
Hampir semua bentuk seni suara Asia memiliki alat yang
menyerupai Rebab.
Alat ini mempunyai 2 buah kawat yang direnggangkan,
yang masing-masing kawatnya ditala (disurupkeun, Sunda),
ialah kawat pertama dalam nada Tugu atau Barang dan
kawat kedua dalam nada Galimer atau nada Bem.(Lihat
gambar 7)
(Rebab)
h. Kendang
Dua buah membran yang ditegangkan pada tabung kayu
dengan rotan atau kulit (rarawat), menimbulkan suara yang
nyaring. Fungsinya adalah sebagai pengatur irama atau
maat. (Lihat gambar 8)
(Kendang)
i. Kulanter
Sesuai atau serupa dengan Kendang, hanya ukurannya
lebih kecil dan nadanya lebih nyaring. Terdiri dari 2 atau 3
buah. (Lihat gambar 8)
(Kulanter)
j. Kenong
Berbentuk penolon yang besar, sehingga menimbulkan
suara yang keras dan berat. Fungsinya ialah membantu
irama dan membatasi wiletan demi wiletan.(Lihat gambar 9)
(Kenong)
k. Selentem
Nadanya terdiri dari 6 atau 7 nada pada bilah yang
memiliki tabung resonator. Fungsingya sebagai balunganing
gending (arkuh lagu) dan memiliki otaf yang lebih rendah
daripada Demung atau Panerus. (Lihat gambar 10)
(Selentem)
l. Bedug
Sering kita jumpai di mesjid-mesjid. Bentuknya seperti
Kendag, hanya ukurannya lebih besar dan bundar.
Fungsinya memberi tekanan-tekanan yang berat dan maat.
(Lihat gambar 11)
(Bedug)
m. Ketuk
Sebuah penclon yang ukurannya lebih besar dari
Bonang. Fungsinya membantu irama, memberi anggeran
wiletan atau memberikan batasan-batasan wiletan demi
wiletan. (Lihat gambar 12)
(Ketuk)
n. Kempul
Bentuknya penclon bear dan digantung sehingga
menimbulkan suara yang keras dan panjang. Fungsinya
membagi maar dan membantu irama, sebagai penghias lagu.
(Lihat gambar 13)
(Kempul)
o. Gong
Sebuah alat terbesar berbentuk penclon yang digantung
berhadapan dengan Kempul, diameternya ±1 meter. Jika
dipukul menimbulkan suara yang berat sekali, dan
merupakan akhir daripada suatu lagi, juga berfugsi sebagai
anggeran wiletan. (Lihat gambar 14)
(Gong)
p. Kecrek
Berbentuk rentengan plat (dari logam) yang
menimbulkan suara ribut seperti halnya ssynbal pada musik.
Dipergunakan pada tarian dan wayang. (Lihat gambar 15)
(Kecrek)
BAB IV TUGAS DAN FUNGSI WADITRA
1. Balungan Gending
Balung artinya tulang atau kerangka. Jadi Balungan
Gending berarti kerangka gending yang menjadi pola dari suatu
lagu. Waditra-waditranya adalah: Saron, Demung, Bonang, dan
Selentem. Ke empat waditra tersebut mempunyai susunan nada
yang lebih lengkap atau banyak disbanding waditra yang
berfungsi sebagai anggeran wiletan, serta terdiri dari satu
gembyang dan dua gembyang. Nada-nada yang terdapat pada
Saron, Demung, dan Selentem serta bonang adalah seperti
gambar dalam lampiran.
2. Murda Lagu
Murda Lagu artinya yang membuat lagu. Oleh karena itu
maka waditra yang membawakannya adalah yang mempunyai
nada-nada yang lengkap, harus mampu membat lagu dari nada
yang paling tinggi sampai kepada nada-nada paling rendah.
Lazimnya pada gamelan Salendro atau Pelog yang ditugaskan
adalah Rebab, dan kadang-kadang juga Gambang, atau
bergantian. Jika Rebab menggarap lagu maka Gambang
menghiasi lagu tersebut.
3. Hiasan Gending
Hiasan Gending dimaksudkan supaya gending lebih
indah dan semarak, dengan adanya lilitan-lilitan atau hiasan-
hiasan yang terutama mengisi kekosongan-kekosongan
(lolongkrang). Hal ini tidak mutlak adanya, namun justru cara
menabuh waditra ini diperlukan kecakapan tertentu yang
kadang-kadang diselingi improvisasi menabuhnya. Waditra
yang membawakannya adalah Gebang dan Peking.
4. Wirahma
Wirahma bertugas mengatur wiletan, tempo dan
dinamika, sehingga watak menghentikan dan melanjutkan
gending. Tugas ini dipegang oleh Kendang (termasuk Bedug).
Peranan Kendang ini sangat menonjol, apalagi dalam
mengiringi gerak-gerak tari, sama halnya dengan seorang
konduktor dengan music barat.
BAB V ISYARAT-ISYARAT DAN TANDA-TANDA
KARAWITAN
3. Isyarat Gending
Oleh karena di dalam gending-gending Sunda
banyak sekali pangkat yang sama atau hamper sama, maka
untuk membeakannya, adalah gending pangkat itu diberi
tabuhan tuntunan satu goongan yang member isyarat dari
sesuatu lagu tertentu. Tabuhan ini disebut tabuh atau
gending pangjadi.
Contoh dalam gending atau lagu Angle: NG
Pangkat Saron: 3 1 2 4 3 2 1
P N P N P P P NG
13 21 25 1 13 21 25 1 51 53 21 5 ∙ 2 21 23 2
4. Isyarat Kendang
Dimaksudkan untuk menaikkan dan menurunkan
irama, misalnya dari irama 4 witet dinaikkan ke irama 2
witet, dinaikkan lagi ke irama 1 witet, dan akhirnya
dinaikkan ke irama kering atau cepat.
Atau sebaliknya,dari irama kering diturunkan
menjaadi irama 1 wilet atau langsung ke irama 2 wilet/4
wilet.
Untuk pelaksanaannya ini, harus diberi isyarat oleh kendang.
5. Isyarat Rebab
Dimaksudkan untuk member laras atau surupan yang
akan dipakai dalam lagu tersebut, sehingga dengan mudah
dapat diteruskan oleh Sinden.
Keterangan:
1 wilet : yang mempunyai 4 mantra atau wiletan dan 16
ketukan, atau yang mempunyai 5 garis wiletan dan 16
ketukan.
Garis wiletan: garis yang membatasi not lagu dalam tiap wiletan,
atau garis yang membatasi wiletan atau matra.
Tingkatan maat atau gerakan
Di Jawa Barat terdapat tingkatan maat atau gerakan
sebagagai berikut:
1. Keing III
2. Kering II
3. Kering I atau setengah wilet atau satu wilet gancang
4. Satu wilet
5. Satu wilet kendor atau satu setengah wilet
6. Dua wilet
7. Dua wilet kendor
8. Empat wilet atau lalamba
Tingatan-tingkatan tersebut jika kita gambarkan adalah
seperti gambar 16 pada lampiran buku ini.
BAB VIII DINAMIK
Tanda-tanda dinamik
Tanda-tanda dinamik dalam karawitan Sunda sampai
sekaarang, alam penulisannya sama dengan music, misalna:
crescendo, decressendo, legatostaccatto, dan sebagainya.
BAB XI
TEHNIK MENABUH TIAP-TIAP WADITRA
Saron I 5 5 5 5 5 5 5 5
Saron II ●4 ●4 ●4 5 ●4 ●4 ●4 5
Saron II ●4 ●2 ●4 5 ●4 ●2 ●4 5
Saron I 5 5 3 5 2 1 3 5
Saron II ●4 ●2 ●4 5 ●5 ●2 ●4 5
Atau
Saron I 3 1 3 5 3 1 3 5
Saron II ●2 ●2 ●4 5 4 ●4 ●2 ●4 5
5 1 5 02 ●5 ●4 ●2 1
5 1 5 0 2 2 5 2
5 1 5 03 ●1 ●3 ●1 2
05 ●2 1 4 52 ●5 ●4 ●2 1
05 1 5 ●2●2 1 5 2 5 1 5 ●2●2 1 5 2 4
32 5 5 32 42 32 55 32 4
3 2 ●4●4 3 2 4 2 3 2 ●4●4 3 2 4
04 ●4 ●4 ●5 ●5 ●5 ●5 1
3 2 3 4 5 5 5 2
3 2 3 41 ●1 ●1 ●1 2
3 2 3 4 5 5 5 2
3 2 3 41 ●1 ●1 ●1 2
1 2 5 1 2 2 2 4
1 2 5 13 ●3 ●3 ●3 4
1 2 5 1 2 2 2 4
1 2 5 13 ●3 ●3 ●3 4
5 3 5 3 4 4 4 1
04 ●4 ●4 ●5 ●5 ●5 ●5 1
c. Dicaruk
Jika tabuh dikemprang yang menjadi patokan itu
swarantara gembyang, maka dalam tabuhan dicaruk
(carukan), yang menjadi patokan itu adalah swarantara
adularas, seperti:
~ Tugu dengan Galier alit
~ Loloran dengan singgul ait
~ Panelu dengan Tugu
~ Galimer dengan Loloran
~ Singgul dengan Panelu
Jatuhnya pukulam Bonang adalah diantara pukulan
Demung, kecuali pada ketukan akhir matra adalah
bersamaan (ketukan ke 4).
Begitu pula Rincik dicaruk dengan
Peking, banyaknya dalah dua kali lipat carukan Bonang
dengan Demung atau Panerus.
Contoh:
Bonang 04 ●2 ●4 ●4 4 4 ●2 ●4 ●4 4
Demung 5 B 5 4 5 3 5 4
! ● 3 ● 5 ! ● 3 ● 4 !
c. Dicewak
. . . . . .
0 04 52 4 ∙4 ∙5 4 2
5123 44 4 3 43 2
d. Dipuruluk
05 1 2 ∙5∙5∙5∙5 ∙5∙5 2 2
e. Dirajek
4 43 0 0 03 4
0 44 4 44 4 21 51 2 4
1. 0 01 54 33∙4 51 1
0 11 5511 0 11 5511 0
2. 3 ∙1 54 34 4
333∙ 5555 5554 0
3. 04 55∙5 5 4
04 04 04 54 0
c. Bunyi Katipung
- Bunyi tung, ditabuh oleh sebagian jari kena pada bidang.
Menabuhnya di “los”.
d. Bunyi Kutiplak
- Bunyi poung, ditabuh oleh sebagian jari atau telunjuk
saja. Mennabuhnya di “los”.
- Bunyi pak, ditabuh oleh sebagian telapak tangan.
Menabuhnya ditekan.
2. Nada Pangaget
Yaitu pada tingkat ke III,. Ini merupakan nada yang tidak
enak dan justru bukan tidak enak saaja tetapi juga mengejutkan
atau mengagetkan, atau yang mendenra mungkin menyangka
ada kesalahan tabuh (untuk mengagetkan).
3. Nada Pancer
Yaitu nada tingkat ke IV.
Merupakan penghubung atau perantara dari nada kenongan
sesuatu lagu, serta letaknya di tengah antara kenongan dengan
kenongan.
Kalau skema patet dan fungsinya itu kita tulis dengan nada
relatifnya, maka akan tampak seperti gambar berikut ini :
FUNGSI-FUNGSI/TAHAPANTAHAPAN NADA
NAMA PATET
I II III IV V
NEM 1 2 3 4 5
LOLORAN 2 3 4 5 1
MANYURO 3 4 5 1 2
SANGA 4 5 1 2 3
SINGGUL 5 1 2 3 4
BAB XI KENONGAN
A. Pengertian Kenongan
Setiap lagu mempunyai kenongan-kenongan tersendiri
menurut melodi akhir lagu tersebut.
Adapun engertian dari kenongan itu sendiri adalah sebagai
berikut :
a. Berasal dari kata kenong + an. Kenong adalah sebuah
waditra yang besar berbentuk penolon. Fungsinya membantu
irama dan membatasi wiletan demi wiletan. Pukulannya
jatuh pada ketukan ke empat seiap wiletan.
b. Kenongan adalah jatuhnya nada atau suara akhir daripada
lagu pada wiletan-wiletan tertentu, misalnya :
- Pada lagu irama 1 wilet jatuh pada wiletan ke 2 keyukan
ke 8, dan pada wiletan ke 4 ketukan ke 16.
- Pada lagu irama 4 wilet jatuh pada wiletan ke ketukan ke
16, dan pada wiletan ke 8 ketukan ke 32.
Untuk jelasnya :
Irama 1 wilet
! ● ● ● ! ● ● ● N !
! ● ● ● ● ! ● ● ● N !
Irama 2 wilet
! ● ● ● ● ! ● ● ● ● ! ● ● ● ● ! ● ● ● N !
! ● ● ● ● ! ● ● ● ● ! ● ● ● ● ! ● ● ● N !
2. Kenongan Pancer
Merupakan penghubung atau perantara dari nada
kenongan sesuatu lagu dan juga dapat menunjukkan patet
dari sesuatu lagu serta letaknya di tengah antara kenongan
dengan kenongan, pada wiletan pertama dan ketiga (ketukan
akhir).
Wiletan pertama dan ketiga merupakan wiletan
pancer, dan wiletan ke 2 dan ke 4 dalah wiletan kenongan.
Untuk jelasnya :
! ● ● ● 5 ! ● ● ● N ! ● ● ● 5 ! ● ● ● N !
Wiletan pancer wil. kenongan pancer wil. Kenongan
Dengan mengetahui pancernya 5, maka dengan mudah
kita dapat mengetahui/mentebutnya bahwa lagu di atas
adalah Patet Nem.
3. Kenongan Lagu
Kenongan lafu adalah nada atau suara akhir dari
sebuah lagu pada wiletan-wiletan tertentu dengan menyebut
nada-nada relatifnya.
Contoh :
- Kenongan lagu dari lagu Gendu Laras Salendro adalah da
(1) dan ti (4).
- Kenongan lagu dari lagu Gendu Laras Madenda Surupan
4 = T adalah ti (4) dan mi (2).
- Kenongan lagu dari lagu Gendu Laras Degung Surupan 2
= T adalah mi (2) dan la (5).
4. Kenongan Tabuh
Kenongan Tabuh adalah nada atau suara dari sebuah
lagu pada wiletan-wiletan tertentu dengan menyebut nada-
nada mutlaknya (purwa suara).
Contoh :
- Kenongan tabuh lagu Gendu adalah T - G
- Kenongan tabuh lagu Banjaran adalah T-L-T-G
- Kenongan tabuh lagu Panglima adalah G-T-G-L
- Kenongan tabuh lagu Kulu-kulu Barang adalah G - T
- Kenongan tabuh lagu Kulu-kulu Bem adalah L - G
- Kenongan tabuh lagu Cirebonan adalah L-F-L-S
BAB XII RUMUS ARKUH LAGU
b. Patet Loloran.
NG
Pangkat Saron : 2 4 2 3 5 3 4 5
! ---- 4 ---- 1 !------ 4 ------3 !------ 4 ------ 1 !------ 5 ------ 1!
e. Patet Singgul.
NG
Pangkat Saron : 1 2 1 2 3 1 2 3
! ----- 2 ------ 4 !----- 2 ----- 1 !----- 2 ------ 4 !------ 2 ------ 3!
3. Posisi Bendrong.
Di dalam posisi ini ada pertukaran tempat antara Pangaget (
III ) dengan Paneer ( V ). Hal ini disesuaikan dengan ketentuan
tabuh yang sudah lazim di masyarakat/wiyaga Sunda. Tekhnik
tabuhan ini terutama digunakan dalam gerakan sawilet?setengah
wilet.
Dengan demikian, maka rumus arkuh lagunya adalah :
! . V . I! . V . I! . V . III! . V . II !
! . V . II ! . V . I I ! . V . III! . V . I!
Pangkat tiap patet jatuh pada Patokaning laras ( I ).
a. Patet Nem, lagunya : Bendrong.
NG
Pangkat Saron : 4 3 2 2 4 3 2 4 3 2 1
! ----- 5 ----- 1 !------ 5 ------ 1 !------ 5 ------ 3 !------ 5 ------ 2 !
! ----- 5 ----- 2 !------ 5 ------ 2 !------ 5 ------ 3 !------ 5 ------ 1 !
b. Patet Loloran.
NG
Pangkat Saron : 2 1 2 3 5 4 3 2
! ------ 1 ----- 2 !------ 1 ------ 2 !------ 1 ------ 4 !------ 1 ------ 3 !
! ------ 1 ----- 3 !------ 1 ------ 3 !------ 1 ------ 4 !------ 1 ------ 2 !
c. Patet Manyuro, lagunya : Waled.
NG
Pangkat Saron : 1 2 1 5 1 2 1 3
! ------ 2 ----- 3 !------ 2 ------ 3 !------ 2 ------ 5 !------ 2 ------ 4 !
! ------ 2 ----- 4 !------ 2 ------ 4 !------ 2 ------ 5 !------ 2 ------ 3 !
d. Patet Sanaga, lagunya : Bendrong Gede.
NG
Pangkat Saron : 5 2 1 5 1 2 3 4
! ------ 3 ----- 4 !------ 3 ------ 4 !------ 3 ------1 !------ 3 ------ 5 !
! ------ 3 ----- 5 !------ 3 ------ 5 !------ 3 ------1 !------ 3 ------ 4 !
e. Patet Singgul.
NG
Pangkat Saron : 3 2 3 1 2 3 4 5
! ------ 4 ------ 5 !------ 4 ------ 5 !------ 4 ------ 2 !------ 4 ------ 1
!
! ------ 4 ------ 1 !------ 4 ------ 1 !------ 4 ------ 2 !------ 4 ------ 5
!
4. Posisi Banjaran.
Rumus arkuh lagunya adalah :
! . III . V ! . III . I ! . III . V ! . III . II !
! . III . V ! . III . I ! . III . V ! . III . II !
Pangkat tiap patet jatuh pada Renaning Laras ( IV ), kecuali
dalam patet Sanga pangkat jatuh pada Panglangen ( II ).
a. Patet Nem, lagunya : Banjaran.
NG
Pangkat Saron : 2 3 5 1 4 5 3 4
! ------ 3 ------ 5 !------ 3 ----- 1 !------ 3 ------ 5 !------ 3 ------ 2 !
! ------ 3 ------ 5 !------ 3 ----- 1 !------ 3 ------ 5 !------ 3 ------ 4 !
b. Patet Loloran, lagunya : Cirebonan.
NG
Pangkat Saron : 2 3 2 1 5 3 4 5
! ------ 1 ------ 2 !----- 1 ------ 2 !------ 1 ------ 4 !------ 1 ------ 3 !
! ------ 1 ------ 3 !----- 1 ------ 3 !------ 1 ------ 4 !------ 1 ------ 2 !
c. Patet Manyuro, lagunya : Rancag.
NG
Pangkat Saron : 3 1 2 4 3 2 1
! ------ 5 ------ 2 !------ 5 ------ 3 !----- 5 ------ 2 !------ 5 ------ 4 !
! ------ 5 ------ 2 !------ 5 ------ 3 !----- 5 ------ 2 !------ 5 ------ 1 !
d. Patet Sanaga, lagunya : Bungur.
NG
Pangkat Saron : 3 3 4 4 3 3 4 5 3 4 5
! ------ 3 ------ 4 !------ 3 ------ 4 !----- 3 ------1 !------ 3 ------ 5 !
! ------ 3 ------ 5 !------ 3 ------ 5 !----- 3 ------1 !------ 3 ------ 4 !
e. Patet Singgul, lagunya : Banjaran Sanga.
NG
Pangkat Saron : 1 2 1 2 3 1 2 3
! ------ 2 ----- 4 !------ 2 ------ 5 !------ 2 ------ 4 !------ 2 ------ 1 !
! ------ 2 ----- 4 !------ 2 ------ 5 !------ 2 ------ 4 !------ 2 ------ 3 !
5. Posisi Panglima.
Rumus arkuh lagunya adalah :
! . III . V ! . III . IV ! . III . V ! . III . II !
! . III . V ! . III . IV ! . III . V ! . III . I !
Pangkat tiap patet jatuh pada Patokaning Laras ( I ).
a. Patet Nem, lagunya : Panglima / Senggot.
NG
Pangkat Saron : 5 5 4 4 5 4 3 3 5 5 1
! ------ 3 ------ 5 !----- 3 ------ 4 !------ 3 ------ 5 !------ 3 ------ 2 !
! ------ 3 ------ 5 !----- 3 ------ 4 !------ 3 ------ 5 !------ 3 ------ 1 !
b. Patet Loloran, lagunya : Senggot Gede.
NG
Pangkat Saron : 3 4 5 2 4 3 2
! ------ 4 ------ 1 !------ 4 ----- 5 !------ 4 ------ 1 !------ 4 ------ 3 !
! ------ 4 ------ 1 !------ 4 ----- 5 !------ 4 ------ 1 !------ 4 ------ 2 !
c. Patet Manyuro, lagunya : Sinyur.
NG
Pangkat Saron : 1 2 5 1 3 5 4 3
! ------ 5 ------ 2 !------ 5 ------ 1 !----- 5 ------ 2 !------ 5 ------ 4 !
! ------ 5 ------ 2 !------ 5 ------ 1 !----- 5 ------ 2 !------ 5 ------ 3 !
d. Patet Sanaga, lagunya : Barlen Gede.
NG
Pangkat Saron : 2 1 5 4 2 3 4
! ------ 1 ------ 3 !------ 1 ------ 2 !----- 1 ------3 !------ 1 ------ 5 !
! ------ 1 ------ 3 !------ 1 ------ 2 !----- 1 ------3 !------ 1 ------ 4 !
e. Patet Singgul.
NG
Pangkat Saron : 4 3 2 5 3 4 5
! ------ 2 ------ 4 !------ 2 ----- 3 !------ 2 ------ 4 !------ 2 ------ 1 !
! ------ 2 ------ 4 !------ 2 ----- 3 !------ 2 ------ 4 !------ 2 ------ 5 !
NG
Pangkat Saron : 3 2 1 2 4 3 2
! ------ 5 ------ 2 !------ 5 ----- 2 !------ 3 ------ 5 !------ 3 ------ 4 !
! ------ 5 ------ 4 !------ 5 ----- 4 !------ 3 ------ 5 !------ 3 ------ 2 !
b. Patet Loloran, lagunya : Jipang Lontang.
NG
Pangkat Saron : 2 2 3 3 2 2 3 5 3 4 5
! ------ 1 ------ 5 !------ 1 ------ 5 !----- 4 ------ 1 !------ 4 ------ 3 !
! ------ 1 ------ 3 !------ 1 ------ 3 !----- 4 ------ 1 !------ 4 ------ 5 !
c. Patet Manyuro, lagunya : Cala-culu / Mojang Geulis.
NG
Pangkat Saron : 3 2 1 4 2 3 4
! ------ 5 ------ 2 !------ 5 ------ 4 !----- 5 ------ 2 !------ 5 ------ 1 !
! ------ 5 ------ 2 !------ 5 ------ 4 !----- 5 ------ 2 !------ 5 ------ 3 !
e. Patet Singgul.
NG
Pangkat Saron : 3 4 5 1 3 2 1
! ------ 4 ------ 1 !------ 4 ------ 1 !----- 2 ------ 4 !------ 2 ------ 3 !
! ------ 4 ------ 3 !------ 4 ------ 3 !----- 2 ------ 4 !------ 2 ------ 5 !
! ------ 4 ------ 5 !------ 4 ------ 5 !----- 2 ------ 4 !------ 2 ------ 1 !
9. Posisi Renggong Gancang ( 2 patet ).
Posisi Renggong Gancang ini adalah mempergunakan
dua patet, yang masing-masing patetnya – yaitu patet yang
pertama dan patet yang kedua – terselang oleh satu patet
(berjarak satu patet), misalnya : papatet Nem (yang pertama)
dengan patet Manyuro (yang kedua), dan seterusnya.
Pangkat tiap patet jatuh pada Patokaning Laras ( I ).
Rumus arkuh lagunya adalah :
Patet yang ke dua
! ● III ● V ! ● III ● I ! ● III ● V ! ● III ● II !