PENDAHULUAN
Daerah Jawa Barat dikenal sangat kaya dengan ragam jenis kesenian tradisional.
Kesenian tradisional itu merupakan kesenian yang hidup dan tersebar dihampir
seluruh daerah Jawa Barat. Kehadirannya sebagai sarana hiburan, masih diminati
dan digemari oleh masyarakat pendukungnya yaitu masyarakat Sunda. Salah satu
dari sekian banyak kesenian masyarakat Sunda adalah gamelan.
Koesoemahdinata, R. Macjar Angga (seperti dikutip Ayutiana, 2014) Gamelan
Sunda yang merupakan salah satu bentuk kesenian musik masyarakat Sunda,
Gamelan ini ada yang berlaras salendro, pelog dan Degung, namun seperangkat
gamelan yang digunakan masyarakat Sunda, yakni gamelan Degung, Gamelan
Degung memiliki karakteristik yang berbeda dengan gamelan pelog dan salendro,
baik dari jenis instrumennya, lagu-lagunya, teknik memainkannya. Karena
perbedaan inilah maka gamelan degung sebagai musik khas dan merupakan
identitas kebudayaan masyarakat Sunda.
Jaap Kunst dalam bukunnya Tookunst van Java (seperti dikutip Ayutiana, 2014),
mencatat bahwa awal perkembangan Degung adalah sekitar abad ke-18 sampai
awal abad ke-19. Masyarakat Sunda mengatakan bahwa Degung merupakan
musik kerajaan atau kadaleman dihubungkan dengan kirata basa (bahas Sunda
1
lama) yaitu degung berasal dari kata ngadeg (berdiri) dan agung (megah)
mengandung arti bahwa degung digunakan bagi kemegahan martabat bangsawan.
Waditra ialah alat-alat bunyi yang biasanya digunakan pada seni pertunjukan
sebagai alat musik tradisional, disebut juga sebagai alat tatabeuhan atau
instrumen (Kubarsah, R. Ubun, 1994, h.1). Waditra yang dipergunakan pada seni
musik Degung, diantaranya yaitu: bonang, jenglong, saron, cempres, suling,
kendang, kulanter dan goong. Gamelan Degung biasanya terbuat dari bahan
perunggu dan untuk lebih memasyarakatkan Degung dibuat dari bahan besi dan
bentuk yang lebih sederhana agar lebih terjangkau masyarakat terutama
dilembaga pendidikan (Kubarsah, R. Ubun, 1994, h.101). Gamelan Degung
dipergunakan sebagai hiburan masyarakat, dalam rangka resepsi, hajatan,
pernikahan, khinatan, serta penyambutan tamu.
Perkembangan Degung pada saat ini masih didominasi oleh kaum yang sudah
berumur pelaku remaja melakukanya bila ada ajakan dari orang tua atau guru.
Kurangnya regerenasi Degung dikhawatirkan lambat laun akan punah, karena bisa
jadi pelaku seni Degung pada saat sekarang adalah kaum berumur merupakan
pelaku seni generasi terakhir yang memainkan Degung. Peran aktif dari
pemerintah dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dan Dinas Pendidikan telah
melakukan upaya dengan memberikan seperangkat alat musik Degung ke
sekolah-sekolah dan pengajar kesenian daerah. Pada saat sekarang sekolah-
2
sekolah umum atau sekolah kejuruan di Bandung menggunakan kurikulum KTSP
tahun 2013 yang fokus pada pengetahuan dan keterampilan siswa. Salah satu
pelajaran yang diajarkan pada siswa yaitu pelajaran seni budaya yang mempelajari
kesenian dan budaya Indonesia. Pelajaran seni budaya mengajarkan seni rupa,
seni musik dan teater, pada seni musik yang diajarkan kepada siswa merupakan
seni musik modern, seni musik tradisional seperti Degung terdapat pada program
ektrakurikuler karawitan itupun tidak semua sekolah ada ektrakurikuler tersebut.
Dari hal-hal yang telah diuraikan di atas, ada beberapa hal yang dijadikan sebagai
identifikasi permasalahan pada penelitian ini, antara lain:
3
5. Kurang tersedianya sarana dan program di sekolah yang mengajarkan seni
musik tradisional dalam hal ini Degung kepada siswa, mengakibatkan
minimnya minat dan bakat siswa terhadap Degung.
4
3. Memudahkan pengajar dalam mengajarkan Degung kepada siswa di sekolah
sebagai media pembelajaran.
4. Memberikan pengetahuan dasar kepada siswa di sekolah tentang Degung
untuk merespon minat siswa mempelajari seni musik tradisional Degung.
5
BAB II
Nugroho, C Ferry (2011) Musik tradisional adalah musik atau seni suara yang
berasal dari berbagai daerah, dalaam hal ini Indonesia. Musik tradisional adalah
musik yang lahir dan berkembang di suatu daerah tertentu dan diwariskan secara
turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Musik ini menggunakan
bahasa, gaya, dan tradisi khas daerah setempat. Bahwa musik tradisi bersifat
eksklusif. Artinya, musik ini tidak dapat dinikmati secara luas oleh masyarakat di
luar kebudayaan yang melahirkan musik tersebut. Komposisi, fungsi, nilai, dan
karakteristik syair musik tradisi suatu masyarakat sangatlah khas sehingga tidak
mudah dinikmati atau diterima sebagai bagian dari kebudayaan masyarakat lain.
Oleh karena itu, musik tradisi cenderung kurang dapat berkembang sehingga
musik ini sering disebut musik tradisional.
Siregar, Lydia (2013) Kekayaan seni musik Indonesia sangat luas dan beragam,
jenis musik tradisional dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain sebagai berikut:
6
menggunakan alat musik campuran, yaitu alat musik daerah setempat dan alat
musik Barat.
5 Alat Musik Tradisional Riau, Riau memiliki dua musik tradisional yang
terdiri atas musik gambus, dan orkes Melayu.
6 Musik tradisional dari Jakarta (Betawi), antara lain gambang kromong dan
tanjidor.
7 Musik Tradisional Jawa Barat, Jawa barat memiliki keanekaragaman jenis
musik tradisional, antara lain sebagai berikut ini :
a. Gamelan Degung merupakan seperangkat gamelan yang memiliki ciri
khas tertentu. Alat musik yang di pergunakan, yaitu bonang, saron,
rincik, rebab, gendang, kecapi, suling, peking, gong, dan jenglong.
Gamelan degung di kenal sejak zaman kerajaan Pajajaran. Gamelan
degung dalam kehidupan sehari-hari berfungsi untuk mengiringi berbagai
upacara keagamaan dan mengiringi sendra tari (sebagai hiburan).
b. Angklung merupakan alat musik yang terbuat dari bambu yang
dimainkan dengan cara dikocok (digoyang). Musik angklung
menggunakan tangga nada diatonis.
c. Calung, calung merupakan alat musik yang terbuat dari bambu. Calung
merupakan seperangkat alat musik yang cara memainkannya dengan cara
di pukul. Tangga nada yang dipergunakannya adalah pentatonis berlaras
pelog dan selendro. Calung terdiri atas calung gamelan, calung gambang,
dan calung jingjing.
d. Tarling merupakan singkatan dari gitar dan suling. Musik tarling berasal
dari Cirebon. Pada awalnya, alat tarling berasal dari gamelan bambu
kemudian, berkembang pada gamelan yang terbuat dari perunggu atau
besi dan menggunakan alat musik kecapi. Setelah mendapat pengaruh
dari musik barat, kecapi diganti oleh alat musik gitar.
e. Calempungan adalah musik tradisional yang mengutamakan vokal atau
nyanyian alat musik yang dippergunakan, yaitu calempung (bambu besar
yang di beri dawai), rebab, kecapi, gendang, dan gong.
8 Musik tradisional Jawa musik tradisional yang berasal dari Jawa Tengah dan
Jawa Timur, yaitu gamelan. Musik gamelan menggunakan tangga nada
7
pentatonis yang belaras pelog dan salendro. Gamelan di Jawa memiliki nama-
nama seperti gamelan gede, gamelan munggang, gamelan sekatem, dan
gamelan kodok ngorek. Fungsi musik gamelan, antara lain untuk mengiringi
upacara adat (seperti pernikahan dan khitanan), hiburan, dan mengiringi
pertunjukan (wayang orang atau wayang kulit).
9 Musik tradisional Papua musik tradisional Papua mendapat pengaruh dari
Maluku karena letaknya berdekatan. Alat musiknya yang unik dan khas dari
papua, yaitu genderang dengan hiasan pahatan, pewarnaan yang artistik, dan
kulitnya dari kulit biawak yang di sebut tifa. Alat musik yang lain yaitu
sekakas merupakan alat musik yang di gunakan untuk perburuan ikan hiu di
laut. Alat-alat musik yang lain pada umumnya sama seperti daerah maluku,
yaitu rebab, gong, dan rebana.
Kubarsah, R Ubun (1994) daerah Jawa Barat dikenal sangat kaya dengan ragam
jenis kesenian tradisional. Kesenian tradisional itu merupakan kesenian daerah
yang hidup dan tersebar hampir diseluruh daerah Jawa Barat. Kehadiranya sebagai
sarana hiburan, masih diminati dan digemari oleh masyarakat pendukungnya
(Sunda). Oleh karena itu tidak heran jika alat-alat kesenian atau waditra yang
dipergunakan dalam seni pertunjukan daerah Jawa Barat, sangat beragam dan
banyak jenis-jenisnya.
Waditra adalah sebutan untuk alat-alat bunyi yang lazim dipergunakan sebagai
alat musik tradisional. Waditra biasa disebut alat tatabeuhan (tatabuhan) atau
instrumen. Pengertian ini, terbatas pada alat-alat bunyi yang biasa dipergunakan
sebagai alat musik tradisional Sunda
8
II.2 Tinjauan Umum Gamelan Degung
9
beberapa orang pemain seni Degung Cianjur ada yang ikut serta ke Bandung
(1977: 69).
Soepandi, Atiek (1974) arti Degung di Jawa Barat sama artinya dengan istilah
Gong di Bali, Gangsa di Jawa Tengah atau Jawa Timur, Gong di Banten Selatan
yaitu gamelan dalam istilah umum.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ahmad Yani selaku pelaku seni Degung di
Jawa Barat dan sebagai Kepala sekolah di SMP 1 Cibaliung menjelaskan pada
dasarnya waditra pada Degung jaman dahulu dengan sekarang sama tidak ada
penambahan utamanya, namun pada saat sekarang untuk variasi tatabeuhan
(intrumen) untuk mengiringi sekar (vokal) agar lebih hidup ditambahkan waditra
kecapi dan rebab. Perbedaan sajian gamelan degung pada zaman dahulu dengan
sekarang dilihat dari teknik memainkannya. Teknik tabuhan aslinya digumek
iramanya semacam irama sekar merdika. Sajian sekarang menabuhnya
dikemprang iramanya sejenis sekar tandak.
Gamelan Degung tersebar di seluruh Jawa Barat masih diminati dan digemari oleh
masyarakat Sunda sebagai masyarakat pendukungnya. Tidak ada perbedaan antara
Degung di Bandung, Tasik, Cianjur atau daerah manapun di Jawa Barat. Biasanya
Degung dipergunakan sebagai hiburan masyarakat dalam acara peresmian-
peresmian kegiatan, hajatan, khinatan dan lain sebagainya.
Jumlah pelaku seni gamelan Degung ini lebih sedikit kalau dibandingkan dengan
pelaku seni gamelan di Jawa Tengah, di Jawa Barat pun jika membandingkan
pelaku seni Degung lebih sedikit ketimbang pelaku seni gamelan lainnya.
Misalnya pelaku gamelan wayang dibandingkan dengan pelaku seni Degung.
Penampilan waditra Degung yang pokok ada tujuh buah waditra lazimnya untuk
sebuah pertunjukan Degung. Waditra-waditra tersebut terdiri dari: Sebuah
bonang, dua buah saron, sebuah jenglong, satu set kendang, sebuah suling, dan
satu set goong gantung. (Kubarsah, R. Ubun, 1994, h.8, h.102). Berdasarkan hasil
wawancara dengan Ujang Hendi sebagai pimpinan seni Degung di Sukabumi jika
10
dihubungkan dengan nama Degung jika diambil dari kirata basa (bahasa Sunda
lama) ngadeg (berdiri) kepada Yang Maha Kuasa dan agung (megah) sama
dengan gede (besar) luyu (sependapat) dengan lagu yang diheulangkeun
(disajikan) lagu-lagu besar. Herawan, Rachmat (2009) menuturkan bahwa
karakteristik yang paling menonjol dan jarang ditemukan pada ensambel gamelan
lain dari musik degung adalah pola tabuhan bonangnya yang menggunakan teknik
gumekan. Pola tabuhan bonang inilah yang mewakili ekpresi melodi utama musik
intrumental Degung seperti piano pada musik klasik barat. Teknik gumekan inilah
yang menjadi ciri khas lagu-lagu Degung sekaligus membedakannya dengan
teknik kemprangan atau carukan kliningan, ketuk tiluan, dan jaipongan. Musik
Degung hampir seluruhnya menggambarkan suasana alam pegunungan, apalagi
setelah mendengarkan lagu-lagunya yang mengalun lembut. Herliata, S (2009)
menjelaskan bahwa “karakteristik gamelan Degung terletak pada teknik atau cara
permainan dan alat-alat yang mengiringinya, Degung dikenal mendayu-dayu dan
didominasi oleh suara seruling”.
Dalam pengertian ini, terbatas hanya pada alat musik yang dipergunakan pada
seni musik gamelan Degung. Untuk mengenal alat musik Degung dapat dilihat
dari bentuk, fungsi dan cara memainkannya. Alat musik yang biasa dipergunakan
pada gamelan Degung antara lain: bonang, jenglong, saron, suling, kendang, dan
goong (Kubarsah, R Ubun, 1994).
1. Bonang, terdapat sebuah bonang dalam Degung. Bonang adalah waditra jenis
alat pukul berpenclon, terbuat dari bahan logam perunggu yang dimainkan
11
dengan cara dipukul mempergunakan alat bantu pemukul. Bentuk waditra
bonang seperti bentuk goong, namun penclonnya berukuran lebih kecil.
12
2. Saron, terdapat dua buah saron (panerus dan peking). Saron adalah waditra
jenis alat pukul berbilah, terbuat dari bahan logam perunggu yang dimainkan
dengan cara dipukul, mempergunakan alat bantu pemukul.
saron adalah jenis waditra yang bersuara nyaring/keras. Saron pada Degung
berfungsi sebagai pembawa arkuh lagu, ornamen dan akopayemen. Soepandi,
A (1974) saron sebagai variasi dalam lagu.
3. Jengglong (gantung atau duduk) jengglong adalah waditra berpenclon
dibuat dari perunggu, kuningan atau besi yang berdiameter antara tiga puluh
sampai dengan empat puluh centimeter. Dalam suatu ancak atau kakanco
terdiri atas enam buah kromong.
13
Gambar II.5 Alat musik jengglong Degung
sumber: Dokumentasi pribadi (14 November 2015)
Penclon pada alat musik jengglong berjumlah enam buah yang terdiri dari
nada lima hingga lima di bawahnya dengan wilayah nada yang lebih rendah
dari bonang. Penclon-penclon ini digantung dengan tali pada penyangga yang
berbentuk tiang gantungan. Soepandi, A (1974) jenglong berfungsi sebagai
rangka gending.
4. Satu set kendang (besar atau kecil), kendang adalah waditra jenis alat tepuk
terbuat dari kulit, yang dimainkan dengan cara ditepuk.
14
Gambar II.7 Alat musik kendang Degung
sumber: Dokumentasi pribadi (14 November 2015)
kendang biasa disebut gendang, asal kata dari ke dan ndang (artinya cepat)
dalam bahasa jawa. Berdasarkan ukuran, bentuk terdapat 3 jenis kendang
Sunda antara lain: kendang gede (dipergunakan dalam kendang penca sebagai
iringan pencak silat), kendang gending (kendang yang biasa dipergunakan
dalam kliningan wawayangan, kacapian biasa disebut juga kendang sedeng),
kulanter adalah kendang yang berukuran kecil). Fungsi dari kendang itu pun
yakni pengatur irama lagu. Soepandi (1974) sebagai anggeran wiletan.
5. Sebuah suling, suling adalah waditra jenis alat tiup yang terbuat dari bahan
bambu berlubang (4, 5 dan 6), yang dimainkan dengan cara ditiup. Suling
dipergunakan membawakan melodi lagu, baik untuk mengiringi vokal
maupun untuk dimainkan sendiri.
15
Gambar II.8 Alat musik suling Degung
sumber: Dokumentasi pribadi (14 November 2015)
suling berlubang empat adalah suling Degung, sebelum istilah suling di Jawa
Barat, ada yang disebut bangsi kata bangsi berubah menjadi bangsing.
Bangsing di Jawa Barat sekarang adalah alat tiup terbuat dari bahan bambu
yang di tiup melintang dengan lubang berjumlah enam. Soepandi (1974)
fungsi suling itu sendiri sebagai lilitan melodi yang menjiwa Degung.
6. Satu set Goong (besar atau kecil), goong adalah waditra jenis alat pukul
berpenclon, terbuat dari bahan logam perunggu. Dibunyikan dengan cara
dipukul oleh alat bantu pemukul dang menghasilkan suara yang paling besar.
16
Gambar II.10 Alat pemukul goong Degung
sumber: Dokumentasi pribadi (14 November 2015)
Pengertian istilah goong merupakan peniruan dari bunyi atau suara waditranya
jika dipukul berbunyi “gong”. Goong mempuyai ukuran bentuk paling besar, jika
dibandingkan dengan waditra berpenclon lainnya, seperti bonang, kenong,
jengglong, dan lainnya. Di daerah Jawa Barat ada beberapa jenis waditra goong,
yaitu goong gantung, goong buyung, goong tiup (goong awi/bambu). Goong
gantung adalah goong yang diletakan dengan cara digantungkan pada sebuah
ancak/kakanco. Goong buyung adalah goong yang dimuat dari perunggu atau besi
berbentuk bilahan atau daun yang dibagian tengahnya terdapat penclon. Goong
tiup (goong awi) goong yang terbuat dari bambu besar, dimainkan dengan cara
ditiup. Soepandi (1974) fungsi goong dalam Degung yaitu sebagai barometer
lagu. Bertugas sebagai pengatur wiletan (birama) atau sebagai tanda akhir periode
melodi dan penutup kalimat lagu.
17
1. Bonang
Untuk memainkan bonang, dipergunakan alat pemukul yang terbuat dari bahan
kayu yang dibulatkan dan dibungkus oleh kain yang dililit benang-benang. Kedua
alat pukul dipegang tangan sebelah kiri dan sebelah kanan. Alat pukul ditabuhkan
pada bagian tengah penclon bonang, untuk mendapatkan bunyi yang tepat.
2. Saron
18
Gambar II.12 Memainkan saron Degung
sumber: Dokumentasi pribadi (14 November 2015)
3. Jengglong
Jengglong dimainkan dengan cara dipukul, bersifat harmonis tidak beda dengan
bonang cara memainkan jengglong. Dipergunakan alat pemukul yang terbuat dari
bahan kayu yang dibulatkan dan dibungkus oleh kain yang dililit benang-benang.
19
4. Kendang
5. Suling
Secara garis besar cara meniup Suling ada 3 macam yaitu, tiupan lembut untuk
membunyikan nada-nada rendah, tiupan sedang untuk membunyikan nada-nada
sedang, dan tiupan keras untuk membunyikan nada-nada tinggi. Untuk suling
lubang enam, diperlukan enam buah jari yaitu 3 jari tangan kiri tempatkan
dibagian lubang suling atas, dan tiga jari tangan kanan ditempatkan dibagian
lubang suara bawah. Ketiga jari baik tangan kanan maupun kiri itu adalah,
telunjuk, jari tengah dan jari manis. Keenam jari dipergunakan membuka dan
menutup seluruh lubang suara suling.
20
Gambar II.15 Memainkan suling Degung
sumber: Dokumentasi pribadi (14 November 2015)
6. Goong
Goong gantung dipukul dengan alat talu, dipukulnya kearah pinggir, alat pemukul
goong berbentuk bulat pada bagian kepalanya, dibungkus oleh kain setelah ada
benda empuk didalamnya. Alat tersebut digenggam oleh tangan kanan. Setelah itu
dipukulkan kepada penclon goong tersebut. Untuk memendekan suara agar tidak
terlalu panjang, maka tangan kiri dipergunakan untuk menahan (nangkep) bagian
belakang, tepatnya penengkepan suara dilakukan oleh tangan kiri yang menekan
bagian belakang penclon.
21
II.3.1 Pengetahuan Remaja pada Degung
Calung 1 0 Bukan
Kendang 7 4 Ya
Goong 11 7 Ya
Suling 3 4 Ya
Karinding 4 3 Bukan
Angklung 6 5 Bukan
Kecapi 2 0 Bukan
Saron 6 3 Ya
Bonang 6 3 Ya
22
Dari tabel diatas menjelaskan bahwa remaja mengetahui alat musik daerah Jawa
Barat tetapi tidak mengetahui alat musik tersebut termasuk perangkat gamelan
Degung. Mereka ada yang mengetahui bentuk fungsi dan cara memainkannya dan
lainnya hanya mengetahui bentuknya saja. Ketika ditanya dimana mereka
mengetahui alat tersebut delapan remaja menjawab mengetahui dari alat musik
yang ada di sekolahnya dan dua remaja mengetahui dari media televisi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Endah, seni musik Degung sudah
diajarkan kepada anak didiknya pada saat kelas delapan berdasarkan kurikulum
2013 tentang musik daerah. Adanya kesulitan memberikan pengetahuan mengenai
alat musik Degung dan cara memainkannya disebabkan minat dan bakat anak
berbeda-beda ada yang cepat tanggap dan ada yang bingung menghafalkan
patiturnya, motif dan pola. Menurutnya diperlukan media informasi untuk
membantu memberikan pelajaran agar murid bisa cepat mengerti.
Berdasarkan wawancara dengan guru kesenian bapak Irfan, seni musik Degung
pada saat ini sangat disayangkan minat dari remaja sebagai penerus bangsa sangat
kurang. Dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dan Dinas Pendidikan sudah
melakukan pelestarian Degung dengan cara memberikan seperangkat alat musik
Degung ke sekolah-sekolah dan mengirim guru kepelatihan mengenai gamelan
Degung itu sendiri. Jika terus dilakukan pengenalan kepada anak didik mungkin
bisa menarik minat remaja. Diperlukanya media informasi untuk bisa menarik
minat remaja agar mau mempelajari Degung.
23
II.3.2 Resume Yang Mengarah Pada Solusi
Maka solusi dari permasalahan tersebut perlunya media informasi yang membahas
khusus tentang seni musik gamelan Degung berdasarkan karakteristik Degung,
bentuk, fungsi, dan cara memainkan alat musik tersebut secara mudah dan
menarik. Media informasi tersebut harus memiliki desain yang menarik bagi
remaja supaya mampu mempelajarinya dan membangun minat remaja terhadap
seni musik Degung.
Menurut Rizal Aziz dalam tulisannya “Budaya dan Generasi Muda” pada tanggal
17 Juni 2015, Budaya merupakan identitas bangsa. Maka kemudian ada keharusan
menjaga dan melestarikan identitas bangsa ini. Upaya menjaga dan melesetarikan
budaya merupakan tanggung jawab orang-orang didalamnya. Peranan masyarakat
sangatlah penting dalam melestarikan budaya, termasuk generasi muda yang akan
menjadi penerus bangsa. Tidak hanya dalam kanca politik saja, aset bangsa ini
pun menjadi tanggung jawab besar bagi generasi muda, dilestarikan atau
dihilangkan, itu semua ada ditangan generasi penerus bangsa.
24
Demografis:
Geografis:
Psikografis:
a. Senang bereksperimentasi.
b. Senang bereksplorasi.
c. Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan
kelompok.
25
BAB III
26
Dalam perancangan media informasi (buku, audio-video), diinformasikan defiinisi
dari gamelan Degung, karakteristik dari gamelan Degung, bentuk alat musik
beserta fungsi dan cara memainkanya. Serta merancang bentuk alat musik pada
seperangkat gamelan Degung yang lazimnya ada tujuh buah alat musik.
27
2. Pendekatan komunikasi visual
Pada pendekatan komunikasi secara visual dilakukan dengan cara menyapaikan
informasi dengan menggunakan penyederhanaan ilustrasi dan tipografi, ilustrasi
tersebut terdiri dari beberapa visual dari masing-masing alat musik yang ada pada
Degung, dalam satu jenis alat musik terdapat visual-visual yang digambarkan
secara mendetail dari bagian-bagian dari alat musik tersebut. Pada setiap bagian
alat musik Degung dijelaskan nama-nama artinya termasuk juga visual dari alat
pemukul untuk alat musik Degung yang.
Terdapat juga ilustrasi penabuh alat musik Degung disetiap jenis alat musik pada
halamannya. Pada halaman alat musik Degung terdapat juga visual tata krama
memainkan alat musik Degung tersebut disertai posisi duduk yang benar dan
visual cara permainan alat musik Degung diantaranya ditiup, dipukul dan ditepuk.
Pada teknik permainanya divisualisasikan juga secara mendetail posisi tangan dan
posisi alat musik Degung tersebut. Divisualisasikan juga penabuh alat musik
Degung dengan pakaian adatnya yang juga mendetail pada setiap bagianya.
Tipografi terdiri dari jenis huruf serif yang digunakan untuk bagian judul, sub
judul, dan teks agar memudahkan ketika dibaca dan juga menggukan huruf dari
aksara kawi Sunda sebagai ornamen dan pelengkap.
Selain penyederhanaan ilustrasi dan tipografi digunakan juga media berupa audio-
video yang didalamnya berisi tutorial teknik permainan dasar pada alat musik
Degung. Pertama-tama divisualisasikan posisi duduk yang benar pada setiap alat
musik Degung yang ditampilkan. Pada setiap alat musik Degung ditampilkan
bagaimana memegang alat pemukul jika menggunakan alat pemukul dan cara
memainkanya. Bentuk visual alat musik Degung dan teknik pukulan-pukulan
dasar disertai dengan keterangan notasi angka dan bilah-bilah alat musik Degung.
Untuk mengenal setiap karakter bunyi alat musik Degung serta mengenal interval
antar nada dilakukan secara berulang yang kemudian dilanjutkan dengan latihan
dasar pada setiap alat musik Degung. Setelah semua alat musik dikenalkan dan
diajarkan kemudian terdapat demo lagu Degung yang disertai keterangan tangga
nada untuk setiap alat musik.
28
III.1.3 Materi Pesan
Sasaran yang dituju adalah remaja di kota Bandung yang belum mengenal dan
tidak mengetahui tentang gamelan Degung berdasarkan alat musik yang termasuk
perangkat Degung, bentuk, fungsi dan cara memainkan alat musik Degung
tersebut.
a. Geografis
29
b. Demografis
Secara demografis jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
Pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan pelajar Sekolah Menengah
Atas (SMA).
Segmentasi semua kalangan dari menengah bawah hingga menengah atas.
c. Psikografis
d. Consumer insight
Untuk media informasi Degung target audien adalah semua kalangan remaja.
Audien tersebut adalah yang memiliki minat dan bakat dalam mempelajari
kesenian khususnya seni musik tradisional. Adapun dengan kemampuan dalam
memainkan alat musik tradisional ataupun seni musik modern.
Dengan target audien yang mengikuti pelajaran di sekolah dan insight dari target
maka media informasi dibuat dengan melibatkan target audien secara langsung,
dengan media yang disadari digunakan oleh target audien.
e. Consumer journey
30
Daftar Tabel III.1 Consumer journey
Strategi kreatif yang dilakukan pada media informasi Degung akan disampaikan
dengan memberikan visual secara rasional untuk mengajak target audien
mempelajari seni musik Degung. Penyederhanaan bentuk visual yang disesuaikan
dengan seni budaya merupakan teknik yang digunakan pada media informasi ini.
Visual yang berupa ajakan, menginformasikan seni musik Degung sebagai
kebudayaan yang perlu dilestarikan. Diharapkan agar menarik minat pelajar
mempelajari seni musik Degung.
1. Copywriting
Tagline “Yuk Belajar musik Tradisi” yang merupakan tagline yang bersifat ajakan
kepada pelajar di kota Bandung menjadi salah satu pesan yang disampaikan.
Diharapkan dengan media informasi yang dilakukan dapat bisa masuk ke dalam
benak pelajar.
31
Headline: “Cintai, Hargai dan Lestarikan”
Headline pesan yang akan disampaikan pada informasi langkah agar pelajar
mengapresiasi, mengetahui dan mempelajari seni musik tradisional Degung
sebagai bentuk mencintai, menghargai dan melestarikan kebudayaan Jawa Barat
khusunya agar tidak punah.
Visualisasi
2. Storyline
Opening tease
Adegan 1
Pengenalan alat musik Degung saron, pelaku seni Degung mempraktikan posisi
duduk pada alat musik saron. Kemudian cara memegang alat penakol saron.
Memposisikan tangan kanan dan kiri, kemudian memperkenalkan laras nada pada
saron dengan sambil dibunyikan, pada ada dua buah jenis dimainkan yaitu saron
peking dilanjutkan dengan penerus. Setelah itu pelaku seni Degung melakukan
intro sebagai media latihan.
Adegan 2
Pengenalan alat musik Degung bonang, pelaku seni Degung mempraktikan posisi
duduk pada alat musik bonang. Kemudian cara memegang alat penakol bonang.
Memposisikan tangan kanan dan kiri, kemudian memperkenalkan laras nada pada
32
bonang dengan sambil dibunyikan. Setelah itu pelaku seni Degung melakukan
intro sebagai media latihan.
Adegan 3
Adegan 4
Adegan 5
Pengenalan alat musik Degung suling, pelaku seni Degung memperaktikan posisi
tangan pada alat musik suling. Kemudian cara cara meniup suling. Memposisikan
tangan kanan dan kiri, kemudian memperkenalkan laras nada pada suling dengan
sambil dibunyikan. Setelah itu pelaku seni Degung melakukan intro sebagai
media latihan.
Adegan 6
Pengenalan alat musik Degung goong, pelaku seni Degung memperaktikan posisi
duduk pada alat musik goong. Kemudian cara memegang alat penakol goong.
Memposisikan tangan kanan dan kiri, kemudian memperkenalkan laras nada pada
goong dengan sambil dibunyikan. Setelah itu pelaku seni Degung melakukan
intro sebagai media latihan.
33
3. Storyboard
Sebagai sarana dan pesan terhadap khalayak sasaran diperlukan strategi media
yang berkaitan dengan media informasi yang dibuat dala menyampaikan pesan
yang ada kepada khalayak sasaran yang dituju
Pemilihan media
Media Utama
Buku
Buku digunakan sebagai media informasi yang mudah dijangkau yang memiliki
kemampuan menyajikan informasi yang lengkap mudah dibawa dan dipahami
sehingga efektif untuk mengenalkan seni musik Degung di kota Bandung.
Dibagikan kepada perpustakaan di sekolah-sekolah di kota Bandung.
34
Audio-Video
Media Pendukung
Poster
X-banner
X-banner adalah salah satu media yang dapat menarik perhatian dari siswa dapat
di tempatkan di perpustakaan sekolah.
Merchandise
Kalender
T-shirt
T-shirt merupakan media yang menarik, dilihat dari pergaulan anak remaja
Bandung pada jaman sekaran.
Mug
Mug ini berfungsi sebagai promosi karena daya tahanya cukup lama digunakan
dan dapat terlihat setiap hari.
35
Gantungan kunci
Stiker
Jam dinding
Jam dinding berfungsi sebagai promosi karena daya tahanya cukup lama
digunakan dan dapat terlihat setiap hari.
Totebag
Strategi distribusi digunakan agar media informasi dapat dijangkau oleh khalayak
sasaran bertujuan pesan media informasi dapat ditangkap oleh remaja.
Pendistribusian dilakukan dengan cara menempatkan media informasi di
perpustakaan sekolah dan pada saat kegiatan ektrakulikuler seni musik karawitan.
36
Daftar Tabel III.2 Jadwal Distribusi
Juli Agustus
Tahapan
2016
Minggu Minggu
1. Awarness Tempat
1 2 3 4 1 2 3 4
Ditempatkan di mading sekolah dan
Poster
perpustakaan
September Oktober
Tahapan
2016
Minggu Minggu
2. Persuasive Tempat
1 2 3 4 1 2 3 4
X-banner Ditempatkan di sekolah-sekolah
September Oktober
Tahapan
2016
Minggu Minggu
3. Reminding Tempat
1 2 3 4 1 2 3 4
Diberikan kepada pelajar yang
Merchandise mengikuti ektrakulikuker dan
peminjam buku di perpustakaan
Konsep buku ini adalah buku tentang pengenalan alat musik, oleh karena itu
diperlukan beberapa acuan buku sejenis untuk dijadikan referensi. Menggunakan
objek yang serupa dengan dunia nyata tanpa ada perubahan ukuran dan bentuk
itupun berlaku pada anatomi manusia yang ada pada buku ini. Jadi pada sebuah
halaman menggambarkan sebuah alat musik saron, maka alat musik saron tersebut
mengacu pada alat musik saron di dunia nyata tanpa ada perubahan pada bentuk
37
dan anatomi alat musik tersebut, perubahan yang dilakukan hanyalah pada ekpresi
pada karakter manusia dan ornamaen pada alat musik.
Buku ini menggunakan konsep full color tujuannya adalah agar dimengerti,
menarik dan tidak membosankan.
Format desain yang digunakan dalam perancangan buku ilustrasi ini dibuat
sederhana dengan menggunakan posisi square. Pada bagian sampul halaman
menggunakan hard cover, agar memudahkan ketika dibaca dan mudah ditemukan.
Buku tersebut berukuran 20cm x 20cm
Jenis kertas yang digunakan untuk bagian sampul art papper 210 gram dengan
dilaminasi lagi. Untuk isi pada buku menggunakan kertas art papper 150 gram.
38
Gambar III.3 screenshot video tutorial Degung
sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)
Untuk buku ini dilengkapi oleh audio-video berupa tutorial alat musik Degung
dengan ukuran 1920x1080 25 fps dengan format video WMV (windows media
video) dengan durasi video sekitar 15 menit.
Peletakan tata visual yang lebih menonjol dijadikan sebagai pusat perhatian
pembaca. Bertujuan agar khalayar dapat langsung fokus pada visual buku
tersebut. Pada buku ilustrasi ini menampilkan kesan hangat tetapi tetap
menampilkan kesan visual yang dinamis.
39
III.2.2.1 Struktur Buku
1. Cover
Pada terdapat gambar seniman degung dengan beberapa alat-alat dari Degung
yang diwakilkan dengan gambar saron, kendang dan suling, kemudian terdapat
logo dinas dan nama pengarang. Buku ilustrasi ini tidak hanya mengenalkan
Degung tapi juga mengenalkan bagaimana cara memainkan alat musik Degung.
Selain itu juga terdapat headline dan subheadline dengan judul dari buku ilustrasi.
40
2. Halaman 1 dan 2
Pada halaman 1 dan 2 elemen grafis terdapat pada samping halaman 1, image
yang ada pada halaman 1 tidak menggunakan background. Pada halaman 2 hanya
terdapat headline dari bab dengan aksara sunda dan elemen grafis.
3. Halaman 3 dan 4
Pada halaman 3 dan 4 body text sangat terlihat dominan, halaman 4 memakai
visual para pelakon seni Degung, dan elemen grafis yg terdapat pada pojok bawah
halaman 6.
41
4. Halaman 5 dan 6
Pada halaman 5 dan 6 image berada di tengah halaman elemen grafis berada di
samping dari halaman 6 kemudian body text berada di halaman 5. Visual sangat
menonjol pada halaman ini dengan ilustrasi seperangakat alat musik Degung.
5. Halaman 7 dan 8
42
Pada halaman 7 dan 8 pembuka halaman pada halaman 8 tidak disertai tulisan dan
gambar namun pada halaman 7 terdapat tulisan dan elemen grafis.
6. Halaman 9 dan 10
Pada halaman 9 dan 10 terdapat gambar ilustrasi pemain bonang sebagai ilustrasi
dari tulisan pada halaman 9 yang membahas tentang karakteristik Degung yang
bisa dilihat dari permainan bonangnya dengan teknik gumek.
7. Halaman 11 dan 12
43
Pada halaman 11 dan 12 hanya terdapat pembuka halaman dengan headline saron
dan aksara Sunda lama.
8. Halaman 13 dan 14
Pada halaman 13 dan 14 banyak elemen gambar pada bagian saron dan tulisan
yang menjelaskan tentang saron serta elemen grafis yang ditempatkan di sebelah
pojok kanan halaman 14.
9. Halaman 15 dan 16
44
Pada halaman 15 dan 16 terdapat ilustrasi saron yang penggambarannya melewati
batas halaman tengah, kemudian terdapat tulisan pada bagian kanan halaman 16.
Pada halaman 17 dan 18 terdapat ilustrasi cara bagaimana memukul bilah saron
dan menangkepnya serta sedikit tulisan pada bawah gambar, halaman 18 menjadi
pembuka judul bab bonang.
45
Pada halaman 3 dan 4 body text sangat terlihat dominan, halaman 4 memakai
visual para pelakon seni Degung, dan elemen grafis yg terdapat pada pojok bawah
halaman 6.
Pada halaman 21 dan 22 terdapat ilustrasi pemukul bonang dan alat pemukulnya
kemudian cara bagainmana memegang pemukul bonang.
46
Pada halaman 23 dan 24 terdapat ilustrasi penclon-penclon bonang dan pada
halaman 24 terdapat pembuka judul bab dari jengglong.
47
Pada halaman 27 dan 28 hanya terdapat pembukan judul halaman suling beserta
aksara Sunda.
Pada halaman 29 dan 30 terdapat ilustrasi suling lubang 6 dan lubang 4 kemudian
kepala suling dan lubang pada suling serta ditambah teks pada setiap halamannya,
terdapat elemen grafis pada samping halaman 29.
48
Pada halaman 32 dan 32 terdapat ilustrasi pemain suling beserta teks tulisan pada
samping gambar ditambah elemen grafis pada bagian atasnya, pada halaman 32
terdapat pembuka halaman judul kendang.
Pada halaman 33 dan 34 terdapat ilustrasi kendang cara memukul bagian bem
kendang dan elemen grafis pada bagian tengahnya dilengkapin dengan teks tulisan
pada setiap halaman.
49
Pada halaman 35 dan 36 hanya terdapat pembuka judul halaman goong berserta
aksara Sunda.
III.2.2.2 Tipografi
Jenis tipografi yang digunakan pada tipografi ini terdiri dari 2 font. Untuk cover
judul headline dan drop cap menggunakan huruf sangkuriang untuk body text
memakai huruf king. Pada pembuka bab terdapat aksara Sunda yaitu font
costume.
50
Gambar III.24 Aksara Sunda
sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)
Font jenis ini sangat bagus jiga digunakan di media cetak karena termasuk jenis
font serif yang memudahkan pembaca melihat tulisan dan mudah dibaca.
51
III.2.3 Ilustrasi
Buku ini mengacu pada buku ilustrasi Indonesia Ensiklopedia Mengenai Teh
Hitam Ciwidey dengan ilustrasi oleh Mirna Livianisa.
Buku tersebut adalah refernsi utama dalam pembuatan buku ini ditambah dengan
beberapa modifikasi agar menjadi sebuah karya yang baru seperti mengadaptasi
teknik pewarnaan digital menggunaka software. Modifikasi yang dilakukan adalah
pada bagian pewarnaan nya yang menggunakan software namun pada tahap sketsa
masih manual. Pada beberapa karakter dalam buku Ensiklopedia Mengenai Teh
Hitam Ciwidey masih terlihat flat namun pengaplikasiannya pada buku ini
digunakan gradasi dan tekstur agar lebih membentuk suasana dan menambah
detail ilustrasi. Beberapa karakter wajah pada buku ini mengacu pada wajah asli
pelaku seni yang sudah difoto sebelumnya.
52
Gambar III.28 Contoh halaman pada buku Gamelan Degung
sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)
1. Bonang
Pada alat musik bonang tidak mengalami banyak perubahan hanya ditambahkan
ornamen pelengkap pada bagian depan, dan warna pada ilustrasi tersebut
didominasi oleh warna perunggu. Pada ilustrasi pemain bonang masih mengacu
pada gambar aslinya baik ekspresi dan gestur hanya gaya gambarnya menjadi
vektor.
53
Gambar III.29 Referensi bonang dan pemain bonang
sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)
2. Saron
Ilustrasi pada saron mengacu pada gambar nyata, gambar A dan B adalah cara
memainkan alat musik saron dengan cara dipukul kemudian ditengkep bagian
bilah saron, gambar C dan D adalah gambar alat musik saron masih mengacu pada
bentuk nyatanya namun ada sedikit perubahan pada jumlah bilahnya dan hanya
ada sedikit ornamen pada ilustrasinya.
54
Gambar III.30 Referensi saron
sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)
3. Jengglong
Ilustrasi pada saron mengacu pada gambar nyata, gambar A dan B adalah alat
musik jengglong dan gambar C dan D adalah pemukul alat musik jengglong
mengacu pada gambar nyata. Pada pewarnaan mengacu pada gambar aslinya
hanya saja ilustrasi tersebut dengan gaya vektor.
55
Gambar III.31 Referensi jengglong
sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)
4. Kendang
Ilustrasi pada kendang mengacu pada gambar nyata, gambar C dan D adalah
gambar alat musik kendang masih mengacu pada bentuk nyatanya, gambar A dan
B adalah cara memainkan alat musik kendang dengan cara dipukul, ilustrasi
memukul bagian bem kendang.
56
Gambar III.32 Referensi kendang
sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)
5. Suling
Ilustrasi pada suling mengacu pada gambar nyata, gambar A dan B adalah gambar
pemain suling yang sedang meniup suling perubahan warna saja yang dilakukan
untuk visual tersebut, gambar C dan D adalah alat musik suling berlubang 4 dan
yang berlubang 6.
57
Gambar III.33 Referensi suling
sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)
6. Goong
Ilustrasi pada goong mengacu pada gambar nyata, gambar A dan B adalah gambar
alat musik goong, gambar C dan D adalah pemukul alat musik goong yang
mengacu pada bentuk nyatanya.
58
Gambar III.34 Referensi goong
sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)
59
III.2.4 Warna
Warna yang digunakan pada buku ilustrasi ini merupakan warna-warna cerah dan
diadaptasi dari warna asli dari alat musik itu sendiri namun melewati beberapa
perubahan warna agar terlihat lebih menarik yang diadaptasi dari warna-warna
monocrome.
Gambar III.35 Warna yang digunakan pada cover dan tone pada video
sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)
60
BAB IV
2. Tahap pengerjaan
Setelah mendapatkan materi pesan dan ilustrasi, tahap selanjutnya ialah mengolah
tata letak untuk buku dan cover menggunakan Adobe Photoshop CS6 dan Adobe
Ilustration CS6. Pada tahap ini juga dilakukan shooting untuk pembuatan video
dan materi video yang sudah ada selanjutnya mengedit video menggunakan
software Adobe Premiere CS.
3. Finishing
Tahap selanjutnya adalah proses mencetak buku sesuai dengan ukuran yang
ditentukan sebelumnya dan melakukan proses rendering untuk audio-video
dengan format yang sudah ditentukan.
Media utama pada perancangan buku ilustrasi Degung ini yaitu berupa buku dan
video. Media utama buku dengan judul “Mengenal Gamelan Degung” yaitu buku
ilustrasi berisikan tentang Degung, karakteristik Degung, bentuk, fungsi dan cara
memainkan alat musik yang termasuk ke dalam perangakat Degung. Media utama
61
video berisi tentang cara memainkan alat musik Degung, tangga nada yang
terdapat pada alat musik Degung dan pukulan dasar pada alat musik tersebut.
Dalam buku tersebut terdapat sebuah cover yang jelas untuk menarik minat
khalayak.
Cover Buku
Ukuran : 20 cm x 20 cm
Bahan : Art Paper 210 gram
Teknis Produksi : Visual menggunakan ilustrasi beberapa alat musik dari
Degung dan seniman Degung, dengan di tambah ornamen pada Headline memberi
kesan tradisi. Ditambahkan logo dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan
nama pengarang di bawah judul. Tahap-tahap pembuatan cover buku tersebut
yaitu:
62
2. Membuat line art pada gambar menggunakan software
63
4. Memberikan shadow, highlight dan texture pada gambar
5. Gambar disusun kemudian ditambahkan judul, tagline, logo dinas dan nama
pengarang sehingga menjadi sebuah cover
64
6. Cover bagian belakang berisi judul, intisari buku, barcode dan logo dinas
beserta alamat lengkap
Isi Buku
Ukuran : 20 cm x 20 cm
Bahan : Art Paper 150 gram
Teknis Produksi : Visual menggunakan ilustrasi digital yang sebelumnya
dari tahap sketsa kemudian diwarna digital menggunakan software Adobe
Ilustration CS6. Kemudian diaplikasikan pada kertas melalui printer inkjet. Isi
buku berjumlah 46 halaman, berikut isi dari setiap halaman buku.
65
1. Halaman setelah cover
66
3. Halaman daftar isi
4. Halaman 1 dan 2
67
5. Halaman 3 dan 4
6. Halaman 5 dan 6
68
7. Halaman 7 dan 8
8. Halaman 9 dan 10
69
9. Halaman 11 dan 12
70
11. Halaman 15 dan 16
71
13. Halaman 19 dan 20
72
15. Halaman 23 dan 24
73
17. Halaman 27 dan 28
74
19. Halaman 31 dan 32
75
21. Halaman 35 dan 36
76
23. Halaman catatan
77
Video
78
1. Packaging buku dan label cd
Media promosi diberikan ketika buku sudah ada pada khalayak ramai.
1. Poster
79
Gambar IV.33 Visual poster
sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)
Media : poster
Material : art papper 150gr
Ukuran : A3 42cm x 29.5cm
Teknis : print laser
2. X-banner
X-banner adalah salah satu media yang dapat menarik perhatian dari siswa dapat
di tempatkan di perpustakaan sekolah.
80
Gambar IV.34 Visual x-banner
sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)
Media : x-banner
Material : jerman
Ukuran : 160 cm x 60 cm
Teknis : cetak indoor
3. Kalender
81
Gambar IV.35 Visual kalender
sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)
Media : kalender
Material : art papper 150gr
Ukuran : 42 cm x 18.75 cm
Teknis : cetak offset
4. T-Shirt
Media ini dipilih untuk diberikan pada siswa yang mengikuti muatan lokal
Degung khususnya ektrakurikuler.
82
Gambar IV.36 Contoh t-shirt
sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)
Media : t-shirt
Material : combat 30s
Teknis : cetak DTG
5. Mug
83
Media : mug
Material : keramik
Teknis : menggunakan printer inkjet dan papper decal
6. Gantungan kunci
7. Stiker
84
Gambar IV.39 Contoh stiker
sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)
Media : stiker
Material : art papper 150gr
Ukuran : diameter 4.5 cm
Teknis : cetak offset
8. Jam dinding
Jam dinding berfungsi sebagai promosi karena daya tahanya cukup lama
digunakan dan dapat terlihat setiap hari.
85
Media : jam dinding
Material : art papper 150gr dan jam
Ukuran : diameter 30 cm
Teknis : cetak offset
9. Totebag
Media : totebag
Material : canvas
Ukuran : diameter 30 cm
Teknis : print DTG
86
Laporan Pengantar Tugas Akhir
DK 38315/Tugas Akhir
Semester I 2015/2016
Oleh:
Muhammad Iqbal
51910291
FAKULTAS DESAIN
BANDUNG
2016
DAFTAR ISI
vi
III.1.1 Tujuan Komunikasi ...................................................................... 26
III.1.2 Pendekatan Komunikasi............................................................... 27
III.1.3 Materi Pesan ................................................................................. 29
III.1.4 Khalayasak Sasaran Perancangan ................................................ 29
III.1.5 Strategi Kreatif ............................................................................. 31
III.1.6 Strategi Media .............................................................................. 34
III.1.2 Strategi Distribusi ........................................................................ 36
III.2 Konsep Visual .............................................................................. 37
III.2.1 Format Desain .............................................................................. 38
III.2.2 Tata Letak (layout) ....................................................................... 39
III.2.2.1 Struktur Buku ............................................................................... 40
III.2.2.2 Tipografi ...................................................................................... 50
III.2.3 Ilustrasi ......................................................................................... 52
III.2.4 Warna ........................................................................................... 60
vii
DAFTAR PUSTAKA
87
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya lah sehingga perancangan tugas akhir yang berjudul “Alat Musik
Tradisional Degung Sunda” ini dapat diselesaikan. Tugas akhir ini dibuat guna
sebagai syarat kelulusan bagi mahasiswa/i yang telah menempuh pendidikan pada
Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Desain di Universitas
Komputer Indonesia.
Pada kesempatan ini, penulis sekaligus ingin mengucapkan terima kasih atas
bantuan dari berbagai pihak sehingga laporan ini dapat disusun dan dapat
diselesaikan dengan tepat waktu, terutama kepada pembimbing Bapak Taufan
Hidayatullah, M.Ds. Dosen wali yang selalu memberikan arahan dan nasihatnya
Bapak Irwan Tarmawan, M.Ds. Dan Kepada kedua orang tua yang atas kasih
sayangnya selama ini selalu mendorong dan mengingatkan akan pentingnya
pendidikan formal maupun non formal, terlebih lagi agama bagi kehidupan anak-
anaknya.
Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis sendiri
dan umumnya bagi para pembaca.
Penulis
iii
i
ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP