Anda di halaman 1dari 95

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan bangsa yang kaya dengan seni dan budaya, yang terdiri dari
beragam etnik yang menyatu padu dalam sebuah bangsa. Kesenian merupakan
produk budaya yang keberadaannya tidak lepas dari masyarakat. Kesenian sampai
saat ini masih difungsikan oleh masyarakat pendukungnya.

Menurut Koentjaraningrat (1981) kebudayaan adalah keseluruhan sistem


gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat
yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar. Kesenian merupakan unsur
dari kebudayaan. Kesenian masih terdiri dari beberapa bagian seni seperti:
musik, sastra, tari, teater, dan lain-lain.

Daerah Jawa Barat dikenal sangat kaya dengan ragam jenis kesenian tradisional.
Kesenian tradisional itu merupakan kesenian yang hidup dan tersebar dihampir
seluruh daerah Jawa Barat. Kehadirannya sebagai sarana hiburan, masih diminati
dan digemari oleh masyarakat pendukungnya yaitu masyarakat Sunda. Salah satu
dari sekian banyak kesenian masyarakat Sunda adalah gamelan.
Koesoemahdinata, R. Macjar Angga (seperti dikutip Ayutiana, 2014) Gamelan
Sunda yang merupakan salah satu bentuk kesenian musik masyarakat Sunda,
Gamelan ini ada yang berlaras salendro, pelog dan Degung, namun seperangkat
gamelan yang digunakan masyarakat Sunda, yakni gamelan Degung, Gamelan
Degung memiliki karakteristik yang berbeda dengan gamelan pelog dan salendro,
baik dari jenis instrumennya, lagu-lagunya, teknik memainkannya. Karena
perbedaan inilah maka gamelan degung sebagai musik khas dan merupakan
identitas kebudayaan masyarakat Sunda.

Jaap Kunst dalam bukunnya Tookunst van Java (seperti dikutip Ayutiana, 2014),
mencatat bahwa awal perkembangan Degung adalah sekitar abad ke-18 sampai
awal abad ke-19. Masyarakat Sunda mengatakan bahwa Degung merupakan
musik kerajaan atau kadaleman dihubungkan dengan kirata basa (bahas Sunda

1
lama) yaitu degung berasal dari kata ngadeg (berdiri) dan agung (megah)
mengandung arti bahwa degung digunakan bagi kemegahan martabat bangsawan.

Waditra ialah alat-alat bunyi yang biasanya digunakan pada seni pertunjukan
sebagai alat musik tradisional, disebut juga sebagai alat tatabeuhan atau
instrumen (Kubarsah, R. Ubun, 1994, h.1). Waditra yang dipergunakan pada seni
musik Degung, diantaranya yaitu: bonang, jenglong, saron, cempres, suling,
kendang, kulanter dan goong. Gamelan Degung biasanya terbuat dari bahan
perunggu dan untuk lebih memasyarakatkan Degung dibuat dari bahan besi dan
bentuk yang lebih sederhana agar lebih terjangkau masyarakat terutama
dilembaga pendidikan (Kubarsah, R. Ubun, 1994, h.101). Gamelan Degung
dipergunakan sebagai hiburan masyarakat, dalam rangka resepsi, hajatan,
pernikahan, khinatan, serta penyambutan tamu.

Menurut Kubarsah R, Ubun (1994) ternyata buku-buku pembelajaran kesenian


yang bersifat apresiatif, masih sangat kurang dan langka. Apresiasi merupakan
proses pembentukan sikap dalam mengkhayati, minikmati dan menghargai suatu
karya seni. Untuk meningkatkan apresiasi seni dikalangan peserta didik, terlebih
dahulu harus tersedia sarana, media dan bahan pengajaran yang diperlukan
untuk para guru.

Adanya perbedaan sajian gamelan Degung pada saat sekarang berpengaruh


terhadap teknik memainkannya dan terhadap alat musik yang digunakan.
Sebagian masyarakat pada saat sekarang tidak menggunakan Degung sebagai
hiburan dalam hajatan maupun peresmian-peresmian diantaranya lebih memilih
musik modern.

Perkembangan Degung pada saat ini masih didominasi oleh kaum yang sudah
berumur pelaku remaja melakukanya bila ada ajakan dari orang tua atau guru.
Kurangnya regerenasi Degung dikhawatirkan lambat laun akan punah, karena bisa
jadi pelaku seni Degung pada saat sekarang adalah kaum berumur merupakan
pelaku seni generasi terakhir yang memainkan Degung. Peran aktif dari
pemerintah dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dan Dinas Pendidikan telah
melakukan upaya dengan memberikan seperangkat alat musik Degung ke
sekolah-sekolah dan pengajar kesenian daerah. Pada saat sekarang sekolah-

2
sekolah umum atau sekolah kejuruan di Bandung menggunakan kurikulum KTSP
tahun 2013 yang fokus pada pengetahuan dan keterampilan siswa. Salah satu
pelajaran yang diajarkan pada siswa yaitu pelajaran seni budaya yang mempelajari
kesenian dan budaya Indonesia. Pelajaran seni budaya mengajarkan seni rupa,
seni musik dan teater, pada seni musik yang diajarkan kepada siswa merupakan
seni musik modern, seni musik tradisional seperti Degung terdapat pada program
ektrakurikuler karawitan itupun tidak semua sekolah ada ektrakurikuler tersebut.

Kurangnya informasi mengenai Degung dibuku-buku paket kesenian dan juga di


perpustakaan sekolah menyebabkan banyak remaja tidak tahu tentang Degung
sebagai warisan budaya dari Jawa Barat. Informasi mengenai seni musik daerah
pada buku paket kesenian dan juga koleksi perpustakaan sekolah di Jawa Barat
didominasi oleh seni musik dari daerah Jawa dan Jakarta.

Dengan demikian maka perlunya media informasi tentang Degung yang


merupakan satu penunjang dalam pengenalan budaya yang akan disampaikan
kepada masyarakat luas terutama dalam hal ini remaja.

I.2 Identifikasi Masalah

Dari hal-hal yang telah diuraikan di atas, ada beberapa hal yang dijadikan sebagai
identifikasi permasalahan pada penelitian ini, antara lain:

1. Kurangnya pengetahuan remaja terhadap seni musik tradisional Degung.


2. Kurangnya media pembelajaran tentang karakteristik, bentuk, fungsi dan cara
memainkan dari alat musik bonang, jenglong, saron, cempres, suling,
kendang, kulanter dan goong di sekolah.
3. Lambatnya regerenasi seni musik Degung dikhawatirkan Degung sebagai
warisan budaya bisa punah.
4. Kurangnya pengetahuan siswa terhadap musik Degung sebagai seni musik
khas Jawa Barat mengakibatkan siswa tidak mempuyai pembentukan sikap
dalam menikmati, mengkhayati dan menghargai suatu karya seni dalam hal
ini Degung.

3
5. Kurang tersedianya sarana dan program di sekolah yang mengajarkan seni
musik tradisional dalam hal ini Degung kepada siswa, mengakibatkan
minimnya minat dan bakat siswa terhadap Degung.

I.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka rumusan masalah dapat diuraikan


ke dalam pertanyaan :

“Bagaimana menginformasikan karakteristik, bentuk, fungsi dan cara memainkan


alat musik gamelan Degung, untuk meningkatkan pengetahuan dan minat remaja
untuk melestarikan seni musik Degung?”

I.4 Batasan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka membatasi masalah pada perancangan media


informasi Degung Sunda, karena masalah utama yang muncul di atas adalah
mengenai kurangnya dan langkanya bahan pembelajaran yang menginformasikan
karakteristik, bentuk, cara memainkan, dan fungsi alat musik Degung.
Pengetahuan remaja terhadap seni musik Degung sangat kurang bahkan tidak tahu
sama sekali apa itu Degung kecuali mereka yang turun temurun mewarisi dari
orang tua dan mempelajarinya melalui kegiatan ektrakulikuler di sekolah, dalam
hal ini sekolah di kota Bandung.

I.5 Tujuan Perancangan

Adapun yang menjadi tujuan dalam perancangan ini adalah:

1. Masyarakat dalam hal ini remaja mengetahui tentang karakteristik, bentuk,


fungsi, dan cara memainkan alat musik Degung Sunda.
2. Meningkatkan minat remaja pada pembentukan sikap apresiatif yang mampu
menghargai karya budaya bangsanya terutama seni musik Degung untuk
melestarikannya.

4
3. Memudahkan pengajar dalam mengajarkan Degung kepada siswa di sekolah
sebagai media pembelajaran.
4. Memberikan pengetahuan dasar kepada siswa di sekolah tentang Degung
untuk merespon minat siswa mempelajari seni musik tradisional Degung.

5
BAB II

PENGETAHUAN REMAJA TENTANG DEGUNG SUNDA

II.1 Seni Musik Tradisional

Nugroho, C Ferry (2011) Musik tradisional adalah musik atau seni suara yang
berasal dari berbagai daerah, dalaam hal ini Indonesia. Musik tradisional adalah
musik yang lahir dan berkembang di suatu daerah tertentu dan diwariskan secara
turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Musik ini menggunakan
bahasa, gaya, dan tradisi khas daerah setempat. Bahwa musik tradisi bersifat
eksklusif. Artinya, musik ini tidak dapat dinikmati secara luas oleh masyarakat di
luar kebudayaan yang melahirkan musik tersebut. Komposisi, fungsi, nilai, dan
karakteristik syair musik tradisi suatu masyarakat sangatlah khas sehingga tidak
mudah dinikmati atau diterima sebagai bagian dari kebudayaan masyarakat lain.
Oleh karena itu, musik tradisi cenderung kurang dapat berkembang sehingga
musik ini sering disebut musik tradisional.

II.1.1 Jenis Seni Musik Tradisional

Siregar, Lydia (2013) Kekayaan seni musik Indonesia sangat luas dan beragam,
jenis musik tradisional dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain sebagai berikut:

1 Musik Tradisional Aceh, Musik tradisional Aceh mendapat pengaruh dari


agama Islam. Alat musik yang di pergunakan dalam musik Aceh, antara lain
rebana, canangtring, suling (bangsai), gambus, gensang, marwas, dan hareu.
2 Musik Tradisional Sumatra Utara (Batak), Musik di daerah Batak mendapat
pengaruh dari musik gereja. Jenis musiknya disebut dengan gondang atau
tataganing.
3 Musik Tradisional Nias Musik tradisional Nias, pada umumnya untuk
mengiringi suatu cerita yang mendatangkan roh-roh dari alam gaib.
4 Musik Tradisional Sumatra Barat (Minangkabau), Musik tradisional dari
Sumatra Barat yang terkenal, yaitu talempong. Musik talempong

6
menggunakan alat musik campuran, yaitu alat musik daerah setempat dan alat
musik Barat.
5 Alat Musik Tradisional Riau, Riau memiliki dua musik tradisional yang
terdiri atas musik gambus, dan orkes Melayu.
6 Musik tradisional dari Jakarta (Betawi), antara lain gambang kromong dan
tanjidor.
7 Musik Tradisional Jawa Barat, Jawa barat memiliki keanekaragaman jenis
musik tradisional, antara lain sebagai berikut ini :
a. Gamelan Degung merupakan seperangkat gamelan yang memiliki ciri
khas tertentu. Alat musik yang di pergunakan, yaitu bonang, saron,
rincik, rebab, gendang, kecapi, suling, peking, gong, dan jenglong.
Gamelan degung di kenal sejak zaman kerajaan Pajajaran. Gamelan
degung dalam kehidupan sehari-hari berfungsi untuk mengiringi berbagai
upacara keagamaan dan mengiringi sendra tari (sebagai hiburan).
b. Angklung merupakan alat musik yang terbuat dari bambu yang
dimainkan dengan cara dikocok (digoyang). Musik angklung
menggunakan tangga nada diatonis.
c. Calung, calung merupakan alat musik yang terbuat dari bambu. Calung
merupakan seperangkat alat musik yang cara memainkannya dengan cara
di pukul. Tangga nada yang dipergunakannya adalah pentatonis berlaras
pelog dan selendro. Calung terdiri atas calung gamelan, calung gambang,
dan calung jingjing.
d. Tarling merupakan singkatan dari gitar dan suling. Musik tarling berasal
dari Cirebon. Pada awalnya, alat tarling berasal dari gamelan bambu
kemudian, berkembang pada gamelan yang terbuat dari perunggu atau
besi dan menggunakan alat musik kecapi. Setelah mendapat pengaruh
dari musik barat, kecapi diganti oleh alat musik gitar.
e. Calempungan adalah musik tradisional yang mengutamakan vokal atau
nyanyian alat musik yang dippergunakan, yaitu calempung (bambu besar
yang di beri dawai), rebab, kecapi, gendang, dan gong.
8 Musik tradisional Jawa musik tradisional yang berasal dari Jawa Tengah dan
Jawa Timur, yaitu gamelan. Musik gamelan menggunakan tangga nada

7
pentatonis yang belaras pelog dan salendro. Gamelan di Jawa memiliki nama-
nama seperti gamelan gede, gamelan munggang, gamelan sekatem, dan
gamelan kodok ngorek. Fungsi musik gamelan, antara lain untuk mengiringi
upacara adat (seperti pernikahan dan khitanan), hiburan, dan mengiringi
pertunjukan (wayang orang atau wayang kulit).
9 Musik tradisional Papua musik tradisional Papua mendapat pengaruh dari
Maluku karena letaknya berdekatan. Alat musiknya yang unik dan khas dari
papua, yaitu genderang dengan hiasan pahatan, pewarnaan yang artistik, dan
kulitnya dari kulit biawak yang di sebut tifa. Alat musik yang lain yaitu
sekakas merupakan alat musik yang di gunakan untuk perburuan ikan hiu di
laut. Alat-alat musik yang lain pada umumnya sama seperti daerah maluku,
yaitu rebab, gong, dan rebana.

II.1.2 Alat Musik Tradisional Jawa Barat

Kubarsah, R Ubun (1994) daerah Jawa Barat dikenal sangat kaya dengan ragam
jenis kesenian tradisional. Kesenian tradisional itu merupakan kesenian daerah
yang hidup dan tersebar hampir diseluruh daerah Jawa Barat. Kehadiranya sebagai
sarana hiburan, masih diminati dan digemari oleh masyarakat pendukungnya
(Sunda). Oleh karena itu tidak heran jika alat-alat kesenian atau waditra yang
dipergunakan dalam seni pertunjukan daerah Jawa Barat, sangat beragam dan
banyak jenis-jenisnya.

Setiap jenis waditra mempuyai nama-nama tersendiri. Yang disebut waditra,


antara lain; kecapi, suling, terompet, rebab, tarawangsa, kendang, dogdog, rebana,
goong dan lainnya.

Waditra adalah sebutan untuk alat-alat bunyi yang lazim dipergunakan sebagai
alat musik tradisional. Waditra biasa disebut alat tatabeuhan (tatabuhan) atau
instrumen. Pengertian ini, terbatas pada alat-alat bunyi yang biasa dipergunakan
sebagai alat musik tradisional Sunda

8
II.2 Tinjauan Umum Gamelan Degung

Kubarsah, R Ubun (1994) “Gamelan Degung adalah gamelan khas tradisional


Sunda. Gamelan ini hanya terdapat di daerah Jawa Barat. Pada mulanya Degung
disajikan dalam bentuk gendingan (musik instrumental), namun perkembangan
selanjutnya Degung dipergunakan untuk mengiringi sekar (vokal)” (h.101).

Gambar II.1 Seperangkat alat gamelan Degung


sumber: Dokumentasi pribadi (14 november 2015)

Degung termasuk kedalam penyajian parangkat sedeng (racikan sedeng), disebut


racikan sedeng dikarenakan dalam Degung mempergunakan antara enam sampai
sembilan jenis waditra didalamnya.

Tim Penulisan Naskah Pengembangan Media Kebudayaan Jawa Barat (seperti


dikutip Kancasora, 2012) dalam sejarahnya, pemanggungan gamelan Degung
terbatas di lingkungan pendopo-pendopo kabupaten untuk mengiringi upacara-
upacara yang bersifat resmi. Menurut riwayat, gamelan Degung yang masuk ke
kabupaten Bandung berasal dari kabupaten Cianjur. Raden Aria Adipati
Wiranatakusumah V yang kemudian dikenal dengan julukan Dalem Haji sebelum
menjadi bupati Bandung pernah berkedudukan sebagai bupati Cianjur. Pada
waktu itu di kabupaten Cianjur telah berkembang seni Degung. Pada tahun 1920
R.A.A. Wiranatakusumah V mulai diangkat menjadi bupati Bandung, ketika itu

9
beberapa orang pemain seni Degung Cianjur ada yang ikut serta ke Bandung
(1977: 69).

Soepandi, Atiek (1974) arti Degung di Jawa Barat sama artinya dengan istilah
Gong di Bali, Gangsa di Jawa Tengah atau Jawa Timur, Gong di Banten Selatan
yaitu gamelan dalam istilah umum.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ahmad Yani selaku pelaku seni Degung di
Jawa Barat dan sebagai Kepala sekolah di SMP 1 Cibaliung menjelaskan pada
dasarnya waditra pada Degung jaman dahulu dengan sekarang sama tidak ada
penambahan utamanya, namun pada saat sekarang untuk variasi tatabeuhan
(intrumen) untuk mengiringi sekar (vokal) agar lebih hidup ditambahkan waditra
kecapi dan rebab. Perbedaan sajian gamelan degung pada zaman dahulu dengan
sekarang dilihat dari teknik memainkannya. Teknik tabuhan aslinya digumek
iramanya semacam irama sekar merdika. Sajian sekarang menabuhnya
dikemprang iramanya sejenis sekar tandak.

Gamelan Degung tersebar di seluruh Jawa Barat masih diminati dan digemari oleh
masyarakat Sunda sebagai masyarakat pendukungnya. Tidak ada perbedaan antara
Degung di Bandung, Tasik, Cianjur atau daerah manapun di Jawa Barat. Biasanya
Degung dipergunakan sebagai hiburan masyarakat dalam acara peresmian-
peresmian kegiatan, hajatan, khinatan dan lain sebagainya.

Jumlah pelaku seni gamelan Degung ini lebih sedikit kalau dibandingkan dengan
pelaku seni gamelan di Jawa Tengah, di Jawa Barat pun jika membandingkan
pelaku seni Degung lebih sedikit ketimbang pelaku seni gamelan lainnya.
Misalnya pelaku gamelan wayang dibandingkan dengan pelaku seni Degung.

II.2.1 Karakteristik Degung

Penampilan waditra Degung yang pokok ada tujuh buah waditra lazimnya untuk
sebuah pertunjukan Degung. Waditra-waditra tersebut terdiri dari: Sebuah
bonang, dua buah saron, sebuah jenglong, satu set kendang, sebuah suling, dan
satu set goong gantung. (Kubarsah, R. Ubun, 1994, h.8, h.102). Berdasarkan hasil
wawancara dengan Ujang Hendi sebagai pimpinan seni Degung di Sukabumi jika

10
dihubungkan dengan nama Degung jika diambil dari kirata basa (bahasa Sunda
lama) ngadeg (berdiri) kepada Yang Maha Kuasa dan agung (megah) sama
dengan gede (besar) luyu (sependapat) dengan lagu yang diheulangkeun
(disajikan) lagu-lagu besar. Herawan, Rachmat (2009) menuturkan bahwa
karakteristik yang paling menonjol dan jarang ditemukan pada ensambel gamelan
lain dari musik degung adalah pola tabuhan bonangnya yang menggunakan teknik
gumekan. Pola tabuhan bonang inilah yang mewakili ekpresi melodi utama musik
intrumental Degung seperti piano pada musik klasik barat. Teknik gumekan inilah
yang menjadi ciri khas lagu-lagu Degung sekaligus membedakannya dengan
teknik kemprangan atau carukan kliningan, ketuk tiluan, dan jaipongan. Musik
Degung hampir seluruhnya menggambarkan suasana alam pegunungan, apalagi
setelah mendengarkan lagu-lagunya yang mengalun lembut. Herliata, S (2009)
menjelaskan bahwa “karakteristik gamelan Degung terletak pada teknik atau cara
permainan dan alat-alat yang mengiringinya, Degung dikenal mendayu-dayu dan
didominasi oleh suara seruling”.

II.2.2 Degung Dalam Bentuk, Fungsi dan Cara Permainan

Dalam pengertian ini, terbatas hanya pada alat musik yang dipergunakan pada
seni musik gamelan Degung. Untuk mengenal alat musik Degung dapat dilihat
dari bentuk, fungsi dan cara memainkannya. Alat musik yang biasa dipergunakan
pada gamelan Degung antara lain: bonang, jenglong, saron, suling, kendang, dan
goong (Kubarsah, R Ubun, 1994).

II.2.2.1 Bentuk dan Fungsi Alat Musik Pada Degung

Kubarsah, R. Ubun (1994) Waditra-waditra seperti gamelan Degung dapat


diketahui bentuk dasar wujudnya. Waditra yang termasuk dalam seni Degung
tersebut dalam bentuk dan fungsinya terdiri dari:

1. Bonang, terdapat sebuah bonang dalam Degung. Bonang adalah waditra jenis
alat pukul berpenclon, terbuat dari bahan logam perunggu yang dimainkan

11
dengan cara dipukul mempergunakan alat bantu pemukul. Bentuk waditra
bonang seperti bentuk goong, namun penclonnya berukuran lebih kecil.

Gambar II.2 bonang Degung


sumber: Dokumentasi pribadi (14 November 2015)

Gambar II.3 Alat pemukul bonang


sumber: Dokumentasi pribadi (14 November 2015)

Jika dilihat dari cara pemasanganya, penclon-penclon bonang diletakan diatas


rentangan benang-benang. Benang-benang tersebut terbuat dari kain atau
plastik.
Fungsi dari bonang yaitu sebagai pemangku lagu (melodi), piringan, pengatur
tempo dalam memperlambat, mempercepat, menurunkan, memberhentikan
gending (Soepandi, 1974).

12
2. Saron, terdapat dua buah saron (panerus dan peking). Saron adalah waditra
jenis alat pukul berbilah, terbuat dari bahan logam perunggu yang dimainkan
dengan cara dipukul, mempergunakan alat bantu pemukul.

Gambar II.4 Alat musik saron Degung


sumber: Dokumentasi pribadi (14 November 2015)

saron adalah jenis waditra yang bersuara nyaring/keras. Saron pada Degung
berfungsi sebagai pembawa arkuh lagu, ornamen dan akopayemen. Soepandi,
A (1974) saron sebagai variasi dalam lagu.
3. Jengglong (gantung atau duduk) jengglong adalah waditra berpenclon
dibuat dari perunggu, kuningan atau besi yang berdiameter antara tiga puluh
sampai dengan empat puluh centimeter. Dalam suatu ancak atau kakanco
terdiri atas enam buah kromong.

13
Gambar II.5 Alat musik jengglong Degung
sumber: Dokumentasi pribadi (14 November 2015)

Gambar II.6 Alat pemukul jengglong Degung


sumber: Dokumentasi pribadi (14 November 2015)

Penclon pada alat musik jengglong berjumlah enam buah yang terdiri dari
nada lima hingga lima di bawahnya dengan wilayah nada yang lebih rendah
dari bonang. Penclon-penclon ini digantung dengan tali pada penyangga yang
berbentuk tiang gantungan. Soepandi, A (1974) jenglong berfungsi sebagai
rangka gending.
4. Satu set kendang (besar atau kecil), kendang adalah waditra jenis alat tepuk
terbuat dari kulit, yang dimainkan dengan cara ditepuk.

14
Gambar II.7 Alat musik kendang Degung
sumber: Dokumentasi pribadi (14 November 2015)

kendang biasa disebut gendang, asal kata dari ke dan ndang (artinya cepat)
dalam bahasa jawa. Berdasarkan ukuran, bentuk terdapat 3 jenis kendang
Sunda antara lain: kendang gede (dipergunakan dalam kendang penca sebagai
iringan pencak silat), kendang gending (kendang yang biasa dipergunakan
dalam kliningan wawayangan, kacapian biasa disebut juga kendang sedeng),
kulanter adalah kendang yang berukuran kecil). Fungsi dari kendang itu pun
yakni pengatur irama lagu. Soepandi (1974) sebagai anggeran wiletan.
5. Sebuah suling, suling adalah waditra jenis alat tiup yang terbuat dari bahan
bambu berlubang (4, 5 dan 6), yang dimainkan dengan cara ditiup. Suling
dipergunakan membawakan melodi lagu, baik untuk mengiringi vokal
maupun untuk dimainkan sendiri.

15
Gambar II.8 Alat musik suling Degung
sumber: Dokumentasi pribadi (14 November 2015)

suling berlubang empat adalah suling Degung, sebelum istilah suling di Jawa
Barat, ada yang disebut bangsi kata bangsi berubah menjadi bangsing.
Bangsing di Jawa Barat sekarang adalah alat tiup terbuat dari bahan bambu
yang di tiup melintang dengan lubang berjumlah enam. Soepandi (1974)
fungsi suling itu sendiri sebagai lilitan melodi yang menjiwa Degung.
6. Satu set Goong (besar atau kecil), goong adalah waditra jenis alat pukul
berpenclon, terbuat dari bahan logam perunggu. Dibunyikan dengan cara
dipukul oleh alat bantu pemukul dang menghasilkan suara yang paling besar.

Gambar II.9 Alat musik goong Degung


sumber: Dokumentasi pribadi (14 November 2015)

16
Gambar II.10 Alat pemukul goong Degung
sumber: Dokumentasi pribadi (14 November 2015)

Pengertian istilah goong merupakan peniruan dari bunyi atau suara waditranya
jika dipukul berbunyi “gong”. Goong mempuyai ukuran bentuk paling besar, jika
dibandingkan dengan waditra berpenclon lainnya, seperti bonang, kenong,
jengglong, dan lainnya. Di daerah Jawa Barat ada beberapa jenis waditra goong,
yaitu goong gantung, goong buyung, goong tiup (goong awi/bambu). Goong
gantung adalah goong yang diletakan dengan cara digantungkan pada sebuah
ancak/kakanco. Goong buyung adalah goong yang dimuat dari perunggu atau besi
berbentuk bilahan atau daun yang dibagian tengahnya terdapat penclon. Goong
tiup (goong awi) goong yang terbuat dari bambu besar, dimainkan dengan cara
ditiup. Soepandi (1974) fungsi goong dalam Degung yaitu sebagai barometer
lagu. Bertugas sebagai pengatur wiletan (birama) atau sebagai tanda akhir periode
melodi dan penutup kalimat lagu.

II.2.2.2 Cara Permainan Waditra Degung

Kubarsah, R Ubun (1994) waditra-waditra dapat diketahui teknik memainkannya


termasuk jenis alat waditra tersebut dan peranan waditra dalam membentuk dasar
komposisi musikal baik untuk sekaran (vokal) atau gendingan (intrumental) dapat
diketahui melalui proses permainannya antara lain:

17
1. Bonang

Untuk memainkan bonang, dipergunakan alat pemukul yang terbuat dari bahan
kayu yang dibulatkan dan dibungkus oleh kain yang dililit benang-benang. Kedua
alat pukul dipegang tangan sebelah kiri dan sebelah kanan. Alat pukul ditabuhkan
pada bagian tengah penclon bonang, untuk mendapatkan bunyi yang tepat.

Gambar II.11 Memainkan alat bonang Degung


sumber: Dokumentasi pribadi (14 November 2015)

2. Saron

Memukul bilah saron, untuk membunyikan nada-nada saron dipergunakan alat


pemukul yang disebut panakol saron. Panakol saron terbuat dari bahan kayu yang
bentuknya hampir menyerupai palu. Panakol saron dipergunakan oleh tangan
sebelah kanan. Menengkep (menekan bilah nada), menengkep yaitu menekan
bilah-bilah saron, agar bilah nada yang dipukul tidak terlalu lama bergetar.
Menekan bilah saron dilakukan jari tengah sebelah kiri.

18
Gambar II.12 Memainkan saron Degung
sumber: Dokumentasi pribadi (14 November 2015)

3. Jengglong

Jengglong dimainkan dengan cara dipukul, bersifat harmonis tidak beda dengan
bonang cara memainkan jengglong. Dipergunakan alat pemukul yang terbuat dari
bahan kayu yang dibulatkan dan dibungkus oleh kain yang dililit benang-benang.

Gambar II.13 Memainkan jengglong Degung


sumber: Dokumentasi pribadi (24 Juli 2008)

19
4. Kendang

Meletakkan waditra kendang besar, dengan cara dibaringkan diatas rehal.


Kendang kecil diletakkan di samping kiri dan kanan Kendang besar. Pada
dasarnya cara memainkan kendang yaitu dengan cara ditepuk kedua telapak
tangan. Telapak tangan sebelah kiri berfungsi untuk menepuk bagian Bem, sedang
telapak tangan kanan menepuk bagian kempyang. Suara-suara kendang
dibunyikan dengan cara bagian bem kendang ditekan tungkai kaki, untuk
menghasilkan macam-macam variasi suara. Teknik pukulannya dilakukan dengan
telapak tangan dan alat pemukul kendang.

Gambar II.14 Memainkan kendang Degung


sumber: Dokumentasi pribadi (14 November 2015)

5. Suling

Secara garis besar cara meniup Suling ada 3 macam yaitu, tiupan lembut untuk
membunyikan nada-nada rendah, tiupan sedang untuk membunyikan nada-nada
sedang, dan tiupan keras untuk membunyikan nada-nada tinggi. Untuk suling
lubang enam, diperlukan enam buah jari yaitu 3 jari tangan kiri tempatkan
dibagian lubang suling atas, dan tiga jari tangan kanan ditempatkan dibagian
lubang suara bawah. Ketiga jari baik tangan kanan maupun kiri itu adalah,
telunjuk, jari tengah dan jari manis. Keenam jari dipergunakan membuka dan
menutup seluruh lubang suara suling.

20
Gambar II.15 Memainkan suling Degung
sumber: Dokumentasi pribadi (14 November 2015)

6. Goong

Goong gantung dipukul dengan alat talu, dipukulnya kearah pinggir, alat pemukul
goong berbentuk bulat pada bagian kepalanya, dibungkus oleh kain setelah ada
benda empuk didalamnya. Alat tersebut digenggam oleh tangan kanan. Setelah itu
dipukulkan kepada penclon goong tersebut. Untuk memendekan suara agar tidak
terlalu panjang, maka tangan kiri dipergunakan untuk menahan (nangkep) bagian
belakang, tepatnya penengkepan suara dilakukan oleh tangan kiri yang menekan
bagian belakang penclon.

Gambar II.16 Memainkan goong Degung


sumber: Dokumentasi pribadi (14 November 2015)

21
II.3.1 Pengetahuan Remaja pada Degung

Untuk mengetahui pemahaman remaja tentang gamelan Degung maka dilakukan


wawancara. Berdasarkan hasil wawancara dengan 15 siswa/siswi SMP di kota
Bandung berikut adalah hasil dari wawancara.

Berdasarkan hasil wawancara dengan 15 anak SMP di Bandung, ketika


ditanyakan tentang tahu tidaknya Degung sebagai seni musik Sunda, tujuh dari
lima belas anak menjawab, mengetahui apa itu Degung, mereka mengetahui
degung sebagai seperangkat alat musik Sunda. Ketika ditanya apa saja yang
mereka tahu alat musik daerah Jawa Barat berdasarkan bentuk dan fungsinya,
semuanya menjawab tahu bentuk dari alat musik seperti calung, kendang, goong,
suling, karinding, angklung, kecapi, saron, dan bonang.

Daftar Tabel II.1 Hasil wawancara pada remaja

Jenis alat Jumlah siswa Alat musik yang


Jumlah siswa yang
musik yang dapat temasuk pada
mengetahui bentuk
tradisional memainkan gamelan Degung

Calung 1 0 Bukan

Kendang 7 4 Ya

Goong 11 7 Ya

Suling 3 4 Ya

Karinding 4 3 Bukan

Angklung 6 5 Bukan

Kecapi 2 0 Bukan

Saron 6 3 Ya

Bonang 6 3 Ya

22
Dari tabel diatas menjelaskan bahwa remaja mengetahui alat musik daerah Jawa
Barat tetapi tidak mengetahui alat musik tersebut termasuk perangkat gamelan
Degung. Mereka ada yang mengetahui bentuk fungsi dan cara memainkannya dan
lainnya hanya mengetahui bentuknya saja. Ketika ditanya dimana mereka
mengetahui alat tersebut delapan remaja menjawab mengetahui dari alat musik
yang ada di sekolahnya dan dua remaja mengetahui dari media televisi.

Adapun dari hasil observasi ke perpustakaan sekolah tidak ditemukannya buku


yang membahas mengenai Degung baik buku paket kesenian standar kurikulum
KTSP atau buku karangan lainnya. Namun pada buku paket kesenian yang untuk
kelas tujuh dan delapan terdapat bab mengenai musik daerah tapi bukan
merupakan musik daerah Jawa Barat melainkan membahas tentang kesenian dari
Jakarta.

Untuk mengetahui peran pengajar dalam memberikan pengetahuan kepada anak


didiknya dilakukan wawancara dengan dua orang guru kesenian, pertama Ibu
Endah dari SMP IT AN’NIMAH dan Bapak Irfan dari SMP IT AN’NIMAH.

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Endah, seni musik Degung sudah
diajarkan kepada anak didiknya pada saat kelas delapan berdasarkan kurikulum
2013 tentang musik daerah. Adanya kesulitan memberikan pengetahuan mengenai
alat musik Degung dan cara memainkannya disebabkan minat dan bakat anak
berbeda-beda ada yang cepat tanggap dan ada yang bingung menghafalkan
patiturnya, motif dan pola. Menurutnya diperlukan media informasi untuk
membantu memberikan pelajaran agar murid bisa cepat mengerti.

Berdasarkan wawancara dengan guru kesenian bapak Irfan, seni musik Degung
pada saat ini sangat disayangkan minat dari remaja sebagai penerus bangsa sangat
kurang. Dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dan Dinas Pendidikan sudah
melakukan pelestarian Degung dengan cara memberikan seperangkat alat musik
Degung ke sekolah-sekolah dan mengirim guru kepelatihan mengenai gamelan
Degung itu sendiri. Jika terus dilakukan pengenalan kepada anak didik mungkin
bisa menarik minat remaja. Diperlukanya media informasi untuk bisa menarik
minat remaja agar mau mempelajari Degung.

23
II.3.2 Resume Yang Mengarah Pada Solusi

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di lapangan remaja pada umumnya


tidak mengetahui apa itu gamelan Degung hanya 7 dari 15 remaja yang ditanya
menjawab mengetahui bentuk alat musik tradisional, pada dasarnya mereka
mengetahui alat musik daerah Jawa Barat namun tidak mengetahui alat tersebut
masuk ke dalam perangkat Degung. Para remaja mengetahui bentuk namun
kurang mengetahui fungsi dan cara memainkannya, media telivisi dan sekolah
berperan aktif dalam pengetahuan Degung kepada remaja.

Tidak adanya media informasi mengenai gamelan Degung di perpustakan sekolah


namun ada buku tentang alat musik karawitan itupun jumlahnya masih didominasi
buku tentang alat musik modern.

Kesulitan dalam memberikan pengetahuan dari pengajar kepada anak didiknya


disebabkan kurangnya minat remaja.

Maka solusi dari permasalahan tersebut perlunya media informasi yang membahas
khusus tentang seni musik gamelan Degung berdasarkan karakteristik Degung,
bentuk, fungsi, dan cara memainkan alat musik tersebut secara mudah dan
menarik. Media informasi tersebut harus memiliki desain yang menarik bagi
remaja supaya mampu mempelajarinya dan membangun minat remaja terhadap
seni musik Degung.

II.4 Target Audience

Menurut Rizal Aziz dalam tulisannya “Budaya dan Generasi Muda” pada tanggal
17 Juni 2015, Budaya merupakan identitas bangsa. Maka kemudian ada keharusan
menjaga dan melestarikan identitas bangsa ini. Upaya menjaga dan melesetarikan
budaya merupakan tanggung jawab orang-orang didalamnya. Peranan masyarakat
sangatlah penting dalam melestarikan budaya, termasuk generasi muda yang akan
menjadi penerus bangsa. Tidak hanya dalam kanca politik saja, aset bangsa ini
pun menjadi tanggung jawab besar bagi generasi muda, dilestarikan atau
dihilangkan, itu semua ada ditangan generasi penerus bangsa.

24
Demografis:

 Gender : Laki-laki dan Wanita


 Usia : Remaja 12 – 18 tahun
 Pendidikan : SMP dan SMA

Geografis:

Sekolah SMP dan SMA di kota Bandung

Psikografis:

Notoatmojo (seperti dikutip Manurung,L 2011) masa remaja merupakan salah


satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan
atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan
biologik, psikologik dan perubahan sosial.

Gunarsa (seperti dikutip Amalia, R 2015) menerangkan beberapa karakteristik


remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu:

a. Senang bereksperimentasi.
b. Senang bereksplorasi.
c. Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan
kelompok.

25
BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

III.1 Strategi Perancangan

Setelah melakukan observasi di lapangan permasalahan yang muncul adalah


kurangnya pengetahuan siswa terhadap seni musik Degung mengenai apa itu
Degung, seperti apa karakteristiknya, bentuk alat musik pada gamelan Degung
beserta fungsi dan cara memainkanya. Tidak adanya media pembelajaran berupa
buku di perpustakaan sekolah tentang seni musik Degung. Tidak semua sekolah
mempuyai sarana sebagai wadah untuk mempelajari seni musik tradisional,
sebagai pemecahan masalah perlu dirancang sebuah media pembelajaran untuk
siswa sebagai pengetahuan umum seni musik Degung dan juga berguna sebagai
penunjang kegiatan muatan lokal pada sekolah di kota Bandung.

Strategi pemecahan masalah yang dilakukan berdasarkan tahapanya adalah


melakukan pencarian data berupa definisi seni musik Degung, karakteristik,
bentuk alat musik pada Degung beserta fungsi dan cara memainkanya dan data
referensi pembuatan media, lalu menyampaikan informasi berupa media informasi
(buku, audio-video) yang didalamnya terdapat informasi mengenai hal-hal
mengenai seni musik Degung seperti: definisi Degung, karakteristik Degung,
bentuk alat musik Degung, fungsi alat musik pada Degung, cara memainkan alat
musik Degung. Perangcangan media informasi (Buku, audio-video) dibuat
diharapakan menambah pengetahuan dan minat siswa mampu mempelajari
ataupun melestarikan seni musik khas Jawa Barat dalam hal ini gamelan Degung
dan juga meningkatkan apresiasi seni di kalangan siswa.

III.1.1 Tujuan Komunikasi

Menurut Krusrianto (2007) “komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan


oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau untuk mengubah sikap,
pendapat atau perilaku, baik langsung secara lisan maupun tidak langsung
memalui media”.

26
Dalam perancangan media informasi (buku, audio-video), diinformasikan defiinisi
dari gamelan Degung, karakteristik dari gamelan Degung, bentuk alat musik
beserta fungsi dan cara memainkanya. Serta merancang bentuk alat musik pada
seperangkat gamelan Degung yang lazimnya ada tujuh buah alat musik.

Adapun tujuan perancangan media informasi (buku, audio-video) guna mengatasi


permasalahan yang ada di lingkungan sekolah dan sekitarnya antara lain:

1. Memberikan informasi kepada siswa sebagai pengetahuan umum, arti dari


Degung, bagaimana karakteristik Degung, bentuk alat musik pada Degung,
fungsi alat musik dalam Degung, dan cara memainkan alat musik dalam
Degung.
2. Membantu pengajar dalam mengajarkan seni musik Degung kepada siswa.
3. Merespon minat siswa untuk mempelajari seni musik Degung dan mampu
melestarikan seni musik Degung agar tidak punah.
4. Membangun sikap menghayati, menikmati dan menghargai suatu karya seni
dikalangan siswa sekolah

III.1.2 Pendekatan Komunikasi

Pendekatan yang dilakukan melalaui dua cara yaitu, pendekatan komunikasi


secara verbal dan visual.

1. Pendekatan komunikasi verbal


Pada pendekatan komunikasi verbal dilakukan dengan menggunakan
penyampaian informasi menggunakan bahasa indonesia agar penyampaian
komunikasi dapat dengan mudah dibaca dan dimengerti. Untuk lebih
memperdalam kesan alat kesenian Jawa Barat maka digunakan juga istilah-
istilah dalam bahasa Sunda, istilah-istilah tersebut disertai artinya dalam
bahasa Indonesia.

27
2. Pendekatan komunikasi visual
Pada pendekatan komunikasi secara visual dilakukan dengan cara menyapaikan
informasi dengan menggunakan penyederhanaan ilustrasi dan tipografi, ilustrasi
tersebut terdiri dari beberapa visual dari masing-masing alat musik yang ada pada
Degung, dalam satu jenis alat musik terdapat visual-visual yang digambarkan
secara mendetail dari bagian-bagian dari alat musik tersebut. Pada setiap bagian
alat musik Degung dijelaskan nama-nama artinya termasuk juga visual dari alat
pemukul untuk alat musik Degung yang.

Terdapat juga ilustrasi penabuh alat musik Degung disetiap jenis alat musik pada
halamannya. Pada halaman alat musik Degung terdapat juga visual tata krama
memainkan alat musik Degung tersebut disertai posisi duduk yang benar dan
visual cara permainan alat musik Degung diantaranya ditiup, dipukul dan ditepuk.
Pada teknik permainanya divisualisasikan juga secara mendetail posisi tangan dan
posisi alat musik Degung tersebut. Divisualisasikan juga penabuh alat musik
Degung dengan pakaian adatnya yang juga mendetail pada setiap bagianya.

Tipografi terdiri dari jenis huruf serif yang digunakan untuk bagian judul, sub
judul, dan teks agar memudahkan ketika dibaca dan juga menggukan huruf dari
aksara kawi Sunda sebagai ornamen dan pelengkap.

Selain penyederhanaan ilustrasi dan tipografi digunakan juga media berupa audio-
video yang didalamnya berisi tutorial teknik permainan dasar pada alat musik
Degung. Pertama-tama divisualisasikan posisi duduk yang benar pada setiap alat
musik Degung yang ditampilkan. Pada setiap alat musik Degung ditampilkan
bagaimana memegang alat pemukul jika menggunakan alat pemukul dan cara
memainkanya. Bentuk visual alat musik Degung dan teknik pukulan-pukulan
dasar disertai dengan keterangan notasi angka dan bilah-bilah alat musik Degung.
Untuk mengenal setiap karakter bunyi alat musik Degung serta mengenal interval
antar nada dilakukan secara berulang yang kemudian dilanjutkan dengan latihan
dasar pada setiap alat musik Degung. Setelah semua alat musik dikenalkan dan
diajarkan kemudian terdapat demo lagu Degung yang disertai keterangan tangga
nada untuk setiap alat musik.

28
III.1.3 Materi Pesan

Materi pesan yang akan disampaikan mengenai arti, karakterisistik, bentuk,


fungsi, dan cara permainan pada seni musik Degung. Pengertian dari gamelan
Degung yaitu berisi penjelasan secara padat tentang gamelan Degung yang sudah
disimpulkan dari berbagai macam sumber. Ciri dari gamelan Degung berdasarkan
alat musik yang dipakai pada Degung dan cara penyajianya, dijelaskan apa saja
alat musik Jawa Barat yang termasuk kepada seperangkat gamelan Degung
disertai arti dari masing-masing alat musik tersebut.

Karakteristik Degung berupa penjelasan ciri dari gamelan Degung yang


berdasarkan pola tabuhan, suasana yang dihasilkan dari lagu-lagunya.
Karakteristik Degung berdasarkan teknik atau cara permainan dan alat-alat
mengiringinya.

Bentuk-bentuk alat musik beserta fungsinya dalam gamelan Degung, penjelasan


bentuk dari bonang, saron, jengglong, kendang, suling dan goong dan alat
pemukul yang digunakan. Cara permainan alat musik Degung berdasarkan teknik
permainanya cara memukul, meniup atau menepuk. Posisi duduk dan tata krama
sebelum memainkan alat musik Degung, penjelasan tentang laras nada pada setiap
alat musik Degung dan Materi lagu Degung.

III.1.4 Khalayak Sasaran Perancangan

Sasaran yang dituju adalah remaja di kota Bandung yang belum mengenal dan
tidak mengetahui tentang gamelan Degung berdasarkan alat musik yang termasuk
perangkat Degung, bentuk, fungsi dan cara memainkan alat musik Degung
tersebut.

Adapun dalam strategi perancangan dapat diuraikan diantaranya :

a. Geografis

Secara geografis yang menjadi sasaranya adalah pelajar/remaja di kota Bandung.

29
b. Demografis
 Secara demografis jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
 Pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan pelajar Sekolah Menengah
Atas (SMA).
 Segmentasi semua kalangan dari menengah bawah hingga menengah atas.
c. Psikografis

Pelajar di kota Bandung yang senang bereksperimen, bereksplorasi dan mampu


membentuk kegiatan kelompok guna mensosialisasikan gamelan Degung di kota
Bandung.

d. Consumer insight

Untuk media informasi Degung target audien adalah semua kalangan remaja.
Audien tersebut adalah yang memiliki minat dan bakat dalam mempelajari
kesenian khususnya seni musik tradisional. Adapun dengan kemampuan dalam
memainkan alat musik tradisional ataupun seni musik modern.

Berikut insight dari target audien:

 Adanya kebanggaan dalam melestarikan kebudayaan.


 Senang atau hobi terhadap alat musik.

Dengan target audien yang mengikuti pelajaran di sekolah dan insight dari target
maka media informasi dibuat dengan melibatkan target audien secara langsung,
dengan media yang disadari digunakan oleh target audien.

e. Consumer journey

Untuk menentukan cara penyampaian pesan dalam media-media yang akan


digunakan diperlukan perancangan yang baik agar mendapatkan interaksi dari
audien maka diperlukan aktivitas dari audien.

30
Daftar Tabel III.1 Consumer journey

NO Kegiatan Tempat Point of Contact


1. Bangun pagi Kamar tidur Mug
2. Perjalan ke sekolah Jalan Stiker
3. Belajar Sekolah, Kalender, Jam dinding,
Perpustakaan x-banner
4. Istirahat Kantin Poster, stiker
5. Pulang sekolah Jalan Stiker
6. Berkumpul dengan keluarga Rumah Kaos, gantungan kunci

III.1.5 Strategi Kreatif

Strategi kreatif yang dilakukan pada media informasi Degung akan disampaikan
dengan memberikan visual secara rasional untuk mengajak target audien
mempelajari seni musik Degung. Penyederhanaan bentuk visual yang disesuaikan
dengan seni budaya merupakan teknik yang digunakan pada media informasi ini.
Visual yang berupa ajakan, menginformasikan seni musik Degung sebagai
kebudayaan yang perlu dilestarikan. Diharapkan agar menarik minat pelajar
mempelajari seni musik Degung.

1. Copywriting

Tagline: “ Yuk Belajar Musik Tradisi”

Tagline “Yuk Belajar musik Tradisi” yang merupakan tagline yang bersifat ajakan
kepada pelajar di kota Bandung menjadi salah satu pesan yang disampaikan.
Diharapkan dengan media informasi yang dilakukan dapat bisa masuk ke dalam
benak pelajar.

31
Headline: “Cintai, Hargai dan Lestarikan”

Headline pesan yang akan disampaikan pada informasi langkah agar pelajar
mengapresiasi, mengetahui dan mempelajari seni musik tradisional Degung
sebagai bentuk mencintai, menghargai dan melestarikan kebudayaan Jawa Barat
khusunya agar tidak punah.

Visualisasi

Strategi visual yang ditampilkan pada perancangan media informasi Degung


digambarkan alat musik Degung. Maka divisualkan sebuah alat musik Degung
baik itu saron, bonang, jengglong, kendang, suiling atau goong dengan
menggunakan visual penjelasan yang efektif dan semenarik mungkin. Agar
ditujukan mengenai target sasaran.

2. Storyline

“Tabuhan Dasar Alat Musik Degung”

Opening tease

Adegan dibuka dengan pelaku seni Degung memperkenalkan diri sebagai


penabuh.

Adegan 1

Pengenalan alat musik Degung saron, pelaku seni Degung mempraktikan posisi
duduk pada alat musik saron. Kemudian cara memegang alat penakol saron.
Memposisikan tangan kanan dan kiri, kemudian memperkenalkan laras nada pada
saron dengan sambil dibunyikan, pada ada dua buah jenis dimainkan yaitu saron
peking dilanjutkan dengan penerus. Setelah itu pelaku seni Degung melakukan
intro sebagai media latihan.

Adegan 2

Pengenalan alat musik Degung bonang, pelaku seni Degung mempraktikan posisi
duduk pada alat musik bonang. Kemudian cara memegang alat penakol bonang.
Memposisikan tangan kanan dan kiri, kemudian memperkenalkan laras nada pada

32
bonang dengan sambil dibunyikan. Setelah itu pelaku seni Degung melakukan
intro sebagai media latihan.

Adegan 3

Pengenalan alat musik Degung jenglong, pelaku seni Degung memperaktikan


posisi duduk pada alat musik jengglong. Kemudian cara memegang alat penakol
jengglong. Memposisikan tangan kanan dan kiri, kemudian memperkenalkan laras
nada pada jengglong dengan sambil dibunyikan. Setelah itu pelaku seni Degung
melakukan intro sebagai media latihan.

Adegan 4

Pengenalan alat musik Degung kendang, pelaku seni Degung memperaktikan


posisi duduk pada alat musik kendang, bagaimana posisi alat musik kendang.
Kemudian cara memegang menepuk bagian kendang. Memposisikan tangan
kanan dan kiri, setelah itu pelaku seni Degung melakukan intro sebagai media
latihan.

Adegan 5

Pengenalan alat musik Degung suling, pelaku seni Degung memperaktikan posisi
tangan pada alat musik suling. Kemudian cara cara meniup suling. Memposisikan
tangan kanan dan kiri, kemudian memperkenalkan laras nada pada suling dengan
sambil dibunyikan. Setelah itu pelaku seni Degung melakukan intro sebagai
media latihan.

Adegan 6

Pengenalan alat musik Degung goong, pelaku seni Degung memperaktikan posisi
duduk pada alat musik goong. Kemudian cara memegang alat penakol goong.
Memposisikan tangan kanan dan kiri, kemudian memperkenalkan laras nada pada
goong dengan sambil dibunyikan. Setelah itu pelaku seni Degung melakukan
intro sebagai media latihan.

33
3. Storyboard

Gambar III.1 Storyboard


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

III.1.6 Strategi Media

Sebagai sarana dan pesan terhadap khalayak sasaran diperlukan strategi media
yang berkaitan dengan media informasi yang dibuat dala menyampaikan pesan
yang ada kepada khalayak sasaran yang dituju

 Pemilihan media

Media ditentukan untuk menyampaikan pesan terhadap sasaran secara informatif


dan persuasif, yang bertujuan untuk memudahkan menginformasikan pesan
kepada sasaran.

 Media Utama

Buku

Buku digunakan sebagai media informasi yang mudah dijangkau yang memiliki
kemampuan menyajikan informasi yang lengkap mudah dibawa dan dipahami
sehingga efektif untuk mengenalkan seni musik Degung di kota Bandung.
Dibagikan kepada perpustakaan di sekolah-sekolah di kota Bandung.

34
Audio-Video

Audio-video digunakan untuk melengkapi media informasi buku dalam


memberikan pengetahuan cara memainkan alat musik Degung secara mendasar.
Disatukan dengan buku sebagai media informasi.

 Media Pendukung

Poster

Poster digunakan untuk menyampaikan pesan dengan memberikan ajakan untuk


mengenal seni musik Degung. Ditempatkan di mading sekolah dan perpustakaan
sekolah.

X-banner

X-banner adalah salah satu media yang dapat menarik perhatian dari siswa dapat
di tempatkan di perpustakaan sekolah.

 Merchandise

Kalender

Kalender merupakan media untuk mengingatkan khalayak sasaran dengan


menggunakan visual alat musik Degung yang sedang dimainkan. Dibagikan
kepada sekolah agar di tempatkan disetiap kelas.

T-shirt

T-shirt merupakan media yang menarik, dilihat dari pergaulan anak remaja
Bandung pada jaman sekaran.

Mug

Mug ini berfungsi sebagai promosi karena daya tahanya cukup lama digunakan
dan dapat terlihat setiap hari.

35
Gantungan kunci

Gantungan kunci merupakan media yang menarik, penyampaianya secara


langsung kepada target dan dapat juga sebagai aksesoris untuk pengingat media
utama.

Stiker

Stiker merupakan media yang menarik, penyampaianya secara langsung kepada


target dan dapat juga sebagai aksesoris untuk pengingat media utama.

Jam dinding

Jam dinding berfungsi sebagai promosi karena daya tahanya cukup lama
digunakan dan dapat terlihat setiap hari.

Totebag

Totebag merupakan media yang menarik, penyampaianya secara langsung kepada


target dan dapat juga sebagai aksesoris untuk pengingat media utama.

III.1.7 Strategi Distribusi

Strategi distribusi digunakan agar media informasi dapat dijangkau oleh khalayak
sasaran bertujuan pesan media informasi dapat ditangkap oleh remaja.
Pendistribusian dilakukan dengan cara menempatkan media informasi di
perpustakaan sekolah dan pada saat kegiatan ektrakulikuler seni musik karawitan.

Diperlukan pendistribusian media-media informasi secara sistematis agar dapat


berjalan secara efektif. Jadwal penyebaran media dilakukan dalam enam bulan.
Waktu penyelenggaran media informasi akan dilakukan pada bulan juli sampai
dengan januari, dilakukan pada bulan juli dikarenakan dimana pelajar masuk
sekolah setelah pembagian rapot, sehingga terselenggaranya media informasi yang
tepat.

36
Daftar Tabel III.2 Jadwal Distribusi

Juli Agustus
Tahapan
2016
Minggu Minggu
1. Awarness Tempat
1 2 3 4 1 2 3 4
Ditempatkan di mading sekolah dan
Poster
perpustakaan

September Oktober
Tahapan
2016
Minggu Minggu
2. Persuasive Tempat
1 2 3 4 1 2 3 4
X-banner Ditempatkan di sekolah-sekolah

September Oktober
Tahapan
2016
Minggu Minggu
3. Reminding Tempat
1 2 3 4 1 2 3 4
Diberikan kepada pelajar yang
Merchandise mengikuti ektrakulikuker dan
peminjam buku di perpustakaan

III.2 Konsep Visual

Konsep buku ini adalah buku tentang pengenalan alat musik, oleh karena itu
diperlukan beberapa acuan buku sejenis untuk dijadikan referensi. Menggunakan
objek yang serupa dengan dunia nyata tanpa ada perubahan ukuran dan bentuk
itupun berlaku pada anatomi manusia yang ada pada buku ini. Jadi pada sebuah
halaman menggambarkan sebuah alat musik saron, maka alat musik saron tersebut
mengacu pada alat musik saron di dunia nyata tanpa ada perubahan pada bentuk

37
dan anatomi alat musik tersebut, perubahan yang dilakukan hanyalah pada ekpresi
pada karakter manusia dan ornamaen pada alat musik.

Buku ini menggunakan konsep full color tujuannya adalah agar dimengerti,
menarik dan tidak membosankan.

III.2.1 Format Desain

Format desain yang digunakan dalam perancangan buku ilustrasi ini dibuat
sederhana dengan menggunakan posisi square. Pada bagian sampul halaman
menggunakan hard cover, agar memudahkan ketika dibaca dan mudah ditemukan.
Buku tersebut berukuran 20cm x 20cm

Gambar III.2 Format ukuran buku


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

Jenis kertas yang digunakan untuk bagian sampul art papper 210 gram dengan
dilaminasi lagi. Untuk isi pada buku menggunakan kertas art papper 150 gram.

38
Gambar III.3 screenshot video tutorial Degung
sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

Untuk buku ini dilengkapi oleh audio-video berupa tutorial alat musik Degung
dengan ukuran 1920x1080 25 fps dengan format video WMV (windows media
video) dengan durasi video sekitar 15 menit.

III.2.2 Tata Letak (layout)

Peletakan tata visual yang lebih menonjol dijadikan sebagai pusat perhatian
pembaca. Bertujuan agar khalayar dapat langsung fokus pada visual buku
tersebut. Pada buku ilustrasi ini menampilkan kesan hangat tetapi tetap
menampilkan kesan visual yang dinamis.

39
III.2.2.1 Struktur Buku

1. Cover

Gambar III.4 Cover buku Degung


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

Pada terdapat gambar seniman degung dengan beberapa alat-alat dari Degung
yang diwakilkan dengan gambar saron, kendang dan suling, kemudian terdapat
logo dinas dan nama pengarang. Buku ilustrasi ini tidak hanya mengenalkan
Degung tapi juga mengenalkan bagaimana cara memainkan alat musik Degung.
Selain itu juga terdapat headline dan subheadline dengan judul dari buku ilustrasi.

40
2. Halaman 1 dan 2

Gambar III.5 layout halaman 1 dan 2


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

Pada halaman 1 dan 2 elemen grafis terdapat pada samping halaman 1, image
yang ada pada halaman 1 tidak menggunakan background. Pada halaman 2 hanya
terdapat headline dari bab dengan aksara sunda dan elemen grafis.

3. Halaman 3 dan 4

Gambar III.6 layout halaman 3 dan 4


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

Pada halaman 3 dan 4 body text sangat terlihat dominan, halaman 4 memakai
visual para pelakon seni Degung, dan elemen grafis yg terdapat pada pojok bawah
halaman 6.

41
4. Halaman 5 dan 6

Gambar III.7 layout halaman 5 dan 6


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

Pada halaman 5 dan 6 image berada di tengah halaman elemen grafis berada di
samping dari halaman 6 kemudian body text berada di halaman 5. Visual sangat
menonjol pada halaman ini dengan ilustrasi seperangakat alat musik Degung.

5. Halaman 7 dan 8

Gambar III.8 layout halaman 7 dan 8


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

42
Pada halaman 7 dan 8 pembuka halaman pada halaman 8 tidak disertai tulisan dan
gambar namun pada halaman 7 terdapat tulisan dan elemen grafis.

6. Halaman 9 dan 10

Gambar III.9 layout halaman 9 dan 10


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

Pada halaman 9 dan 10 terdapat gambar ilustrasi pemain bonang sebagai ilustrasi
dari tulisan pada halaman 9 yang membahas tentang karakteristik Degung yang
bisa dilihat dari permainan bonangnya dengan teknik gumek.

7. Halaman 11 dan 12

Gambar III.10 layout halaman 11 dan 12


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

43
Pada halaman 11 dan 12 hanya terdapat pembuka halaman dengan headline saron
dan aksara Sunda lama.

8. Halaman 13 dan 14

Gambar III.11 layout halaman 13 dan 14


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

Pada halaman 13 dan 14 banyak elemen gambar pada bagian saron dan tulisan
yang menjelaskan tentang saron serta elemen grafis yang ditempatkan di sebelah
pojok kanan halaman 14.

9. Halaman 15 dan 16

Gambar III.12 layout halaman 15 dan 16


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

44
Pada halaman 15 dan 16 terdapat ilustrasi saron yang penggambarannya melewati
batas halaman tengah, kemudian terdapat tulisan pada bagian kanan halaman 16.

10. Halaman 17 dan 18

Gambar III.13 layout halaman 17 dan 18


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

Pada halaman 17 dan 18 terdapat ilustrasi cara bagaimana memukul bilah saron
dan menangkepnya serta sedikit tulisan pada bawah gambar, halaman 18 menjadi
pembuka judul bab bonang.

11. Halaman 19 dan 20

Gambar III.14 layout halaman 19 dan 20


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

45
Pada halaman 3 dan 4 body text sangat terlihat dominan, halaman 4 memakai
visual para pelakon seni Degung, dan elemen grafis yg terdapat pada pojok bawah
halaman 6.

12. Halaman 21 dan 22

Gambar III.15 layout halaman 21 dan 22


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

Pada halaman 21 dan 22 terdapat ilustrasi pemukul bonang dan alat pemukulnya
kemudian cara bagainmana memegang pemukul bonang.

13. Halaman 23 dan 24

Gambar III.16 layout halaman 23 dan 24


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

46
Pada halaman 23 dan 24 terdapat ilustrasi penclon-penclon bonang dan pada
halaman 24 terdapat pembuka judul bab dari jengglong.

14. Halaman 25 dan 26

Gambar III.17 layout halaman 25 dan 26


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

Pada halaman 25 dan 26 terdapat visual berupa ilustrasi jengglong serta di


halaman selanjutnya terdapat ilustri pemukul jengglong dan terdapat teks pada
bagian atas gambar serta elemen grafis pada bagian tengah.

15. Halaman 27 dan 28

Gambar III.18 layout halaman 27 dan 28


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

47
Pada halaman 27 dan 28 hanya terdapat pembukan judul halaman suling beserta
aksara Sunda.

16. Halaman 29 dan 30

Gambar III.19 layout halaman 29 dan 30


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

Pada halaman 29 dan 30 terdapat ilustrasi suling lubang 6 dan lubang 4 kemudian
kepala suling dan lubang pada suling serta ditambah teks pada setiap halamannya,
terdapat elemen grafis pada samping halaman 29.

17. Halaman 31 dan 32

Gambar III.20 layout halaman 31 dan 32


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

48
Pada halaman 32 dan 32 terdapat ilustrasi pemain suling beserta teks tulisan pada
samping gambar ditambah elemen grafis pada bagian atasnya, pada halaman 32
terdapat pembuka halaman judul kendang.

18. Halaman 33 dan 34

Gambar III.21 layout halaman 33 dan 34


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

Pada halaman 33 dan 34 terdapat ilustrasi kendang cara memukul bagian bem
kendang dan elemen grafis pada bagian tengahnya dilengkapin dengan teks tulisan
pada setiap halaman.

19. Halaman 35 dan 36

Gambar III.22 layout halaman 35 dan 36


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

49
Pada halaman 35 dan 36 hanya terdapat pembuka judul halaman goong berserta
aksara Sunda.

20. Halaman 37 dan 38

Gambar III.23 layout halaman 37 dan 38


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)
Pada halaman 37 dan 38 terdapat ilustrasi goong dan ilustrasi pemukul goong
dilengkapi dengan teks tulisan dan elemen grafis pada pojok kiri bawah halaman
38.

III.2.2.2 Tipografi

Jenis tipografi yang digunakan pada tipografi ini terdiri dari 2 font. Untuk cover
judul headline dan drop cap menggunakan huruf sangkuriang untuk body text
memakai huruf king. Pada pembuka bab terdapat aksara Sunda yaitu font
costume.

50
Gambar III.24 Aksara Sunda
sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

Gambar III.25 Font jenis sangkuriang


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

Gambar III.26 Font jenis king


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

Font jenis ini sangat bagus jiga digunakan di media cetak karena termasuk jenis
font serif yang memudahkan pembaca melihat tulisan dan mudah dibaca.

51
III.2.3 Ilustrasi

Buku ini mengacu pada buku ilustrasi Indonesia Ensiklopedia Mengenai Teh
Hitam Ciwidey dengan ilustrasi oleh Mirna Livianisa.

Gambar III.27 Ensiklopedia Mengenai Teh Hitam Ciwidey


sumber: Mirna Livianisa (2012)

Buku tersebut adalah refernsi utama dalam pembuatan buku ini ditambah dengan
beberapa modifikasi agar menjadi sebuah karya yang baru seperti mengadaptasi
teknik pewarnaan digital menggunaka software. Modifikasi yang dilakukan adalah
pada bagian pewarnaan nya yang menggunakan software namun pada tahap sketsa
masih manual. Pada beberapa karakter dalam buku Ensiklopedia Mengenai Teh
Hitam Ciwidey masih terlihat flat namun pengaplikasiannya pada buku ini
digunakan gradasi dan tekstur agar lebih membentuk suasana dan menambah
detail ilustrasi. Beberapa karakter wajah pada buku ini mengacu pada wajah asli
pelaku seni yang sudah difoto sebelumnya.

52
Gambar III.28 Contoh halaman pada buku Gamelan Degung
sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

Berikut beberapa visual yang muncul dalam buku Gamelan Degung.

1. Bonang

Pada alat musik bonang tidak mengalami banyak perubahan hanya ditambahkan
ornamen pelengkap pada bagian depan, dan warna pada ilustrasi tersebut
didominasi oleh warna perunggu. Pada ilustrasi pemain bonang masih mengacu
pada gambar aslinya baik ekspresi dan gestur hanya gaya gambarnya menjadi
vektor.

53
Gambar III.29 Referensi bonang dan pemain bonang
sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

2. Saron

Ilustrasi pada saron mengacu pada gambar nyata, gambar A dan B adalah cara
memainkan alat musik saron dengan cara dipukul kemudian ditengkep bagian
bilah saron, gambar C dan D adalah gambar alat musik saron masih mengacu pada
bentuk nyatanya namun ada sedikit perubahan pada jumlah bilahnya dan hanya
ada sedikit ornamen pada ilustrasinya.

54
Gambar III.30 Referensi saron
sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

3. Jengglong

Ilustrasi pada saron mengacu pada gambar nyata, gambar A dan B adalah alat
musik jengglong dan gambar C dan D adalah pemukul alat musik jengglong
mengacu pada gambar nyata. Pada pewarnaan mengacu pada gambar aslinya
hanya saja ilustrasi tersebut dengan gaya vektor.

55
Gambar III.31 Referensi jengglong
sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

4. Kendang

Ilustrasi pada kendang mengacu pada gambar nyata, gambar C dan D adalah
gambar alat musik kendang masih mengacu pada bentuk nyatanya, gambar A dan
B adalah cara memainkan alat musik kendang dengan cara dipukul, ilustrasi
memukul bagian bem kendang.

56
Gambar III.32 Referensi kendang
sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

5. Suling

Ilustrasi pada suling mengacu pada gambar nyata, gambar A dan B adalah gambar
pemain suling yang sedang meniup suling perubahan warna saja yang dilakukan
untuk visual tersebut, gambar C dan D adalah alat musik suling berlubang 4 dan
yang berlubang 6.

57
Gambar III.33 Referensi suling
sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

6. Goong

Ilustrasi pada goong mengacu pada gambar nyata, gambar A dan B adalah gambar
alat musik goong, gambar C dan D adalah pemukul alat musik goong yang
mengacu pada bentuk nyatanya.

58
Gambar III.34 Referensi goong
sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

59
III.2.4 Warna

Warna yang digunakan pada buku ilustrasi ini merupakan warna-warna cerah dan
diadaptasi dari warna asli dari alat musik itu sendiri namun melewati beberapa
perubahan warna agar terlihat lebih menarik yang diadaptasi dari warna-warna
monocrome.

Gambar III.35 Warna yang digunakan pada cover dan tone pada video
sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

60
BAB IV

TEKNIS PRODUKSI DAN MEDIA

IV.1 Teknis Produksi


Dalam proses produksi media pada perancangan buku ilustrasi Degung Sunda
melalui beberapa tahap yaitu:

1. Tahap penyusunan materi

Penyusunan materi ialah tahap proses merangkum dari materi-materi tentang


Degung untuk disajikan pada buku, kemudian membuat konsep ilustrasi dari
referensi yang sudah ada, ilustrasi tersebut bertujuan mendukung materi yang
sudah ada. Penyusunan storyline dan storyboard untuk pembuatan video tutorial
agar mempermudah pengerjaan ketika shooting.

2. Tahap pengerjaan

Setelah mendapatkan materi pesan dan ilustrasi, tahap selanjutnya ialah mengolah
tata letak untuk buku dan cover menggunakan Adobe Photoshop CS6 dan Adobe
Ilustration CS6. Pada tahap ini juga dilakukan shooting untuk pembuatan video
dan materi video yang sudah ada selanjutnya mengedit video menggunakan
software Adobe Premiere CS.

3. Finishing

Tahap selanjutnya adalah proses mencetak buku sesuai dengan ukuran yang
ditentukan sebelumnya dan melakukan proses rendering untuk audio-video
dengan format yang sudah ditentukan.

IV.2.1 Media Utama

Media utama pada perancangan buku ilustrasi Degung ini yaitu berupa buku dan
video. Media utama buku dengan judul “Mengenal Gamelan Degung” yaitu buku
ilustrasi berisikan tentang Degung, karakteristik Degung, bentuk, fungsi dan cara
memainkan alat musik yang termasuk ke dalam perangakat Degung. Media utama

61
video berisi tentang cara memainkan alat musik Degung, tangga nada yang
terdapat pada alat musik Degung dan pukulan dasar pada alat musik tersebut.
Dalam buku tersebut terdapat sebuah cover yang jelas untuk menarik minat
khalayak.

Cover Buku
Ukuran : 20 cm x 20 cm
Bahan : Art Paper 210 gram
Teknis Produksi : Visual menggunakan ilustrasi beberapa alat musik dari
Degung dan seniman Degung, dengan di tambah ornamen pada Headline memberi
kesan tradisi. Ditambahkan logo dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan
nama pengarang di bawah judul. Tahap-tahap pembuatan cover buku tersebut
yaitu:

1. Membuat sketsa manual

Gambar IV.1 proses sketsa cover


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

62
2. Membuat line art pada gambar menggunakan software

Gambar IV.2 proses dari sketsa diberikan line art


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

3. Memberikan warna dasar secara digital

Gambar IV.3 gambar diberikan warna dasar


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

63
4. Memberikan shadow, highlight dan texture pada gambar

Gambar IV.4 Setelah diberikan shadow, highlight dan texture


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

5. Gambar disusun kemudian ditambahkan judul, tagline, logo dinas dan nama
pengarang sehingga menjadi sebuah cover

Gambar IV.5 Cover depan


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

64
6. Cover bagian belakang berisi judul, intisari buku, barcode dan logo dinas
beserta alamat lengkap

Gambar IV.6 Cover belakang


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

Isi Buku

Ukuran : 20 cm x 20 cm
Bahan : Art Paper 150 gram
Teknis Produksi : Visual menggunakan ilustrasi digital yang sebelumnya
dari tahap sketsa kemudian diwarna digital menggunakan software Adobe
Ilustration CS6. Kemudian diaplikasikan pada kertas melalui printer inkjet. Isi
buku berjumlah 46 halaman, berikut isi dari setiap halaman buku.

65
1. Halaman setelah cover

Gambar IV.7 Gambar setelah cover


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

2. Halaman preliminaris berisi informasi buku

Gambar IV.8 Halaman preliminaris


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

66
3. Halaman daftar isi

Gambar IV.9 Halaman daftar isi


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

4. Halaman 1 dan 2

Gambar IV.10 Halaman 1 dan 2


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

67
5. Halaman 3 dan 4

Gambar IV.11 Halaman 3 dan 4


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

6. Halaman 5 dan 6

Gambar IV.12 Halaman 5 dan 6


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

68
7. Halaman 7 dan 8

Gambar IV.13 Halaman 7 dan 8


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

8. Halaman 9 dan 10

Gambar IV.14 Halaman 9 dan 10


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

69
9. Halaman 11 dan 12

Gambar IV. 15 Halaman 11 dan 12


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

10. Halaman 13 dan 14

Gambar IV. 16 Halaman 13 dan 14


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

70
11. Halaman 15 dan 16

Gambar IV.17 Halaman 15 dan 16


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

12. Halaman 17 dan 18

Gambar IV.18 Halaman 17 dan 18


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

71
13. Halaman 19 dan 20

Gambar IV.19 Halaman 19 dan 20


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

14. Halaman 21 dan 22

Gambar IV.20 Halaman 21 dan 22


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

72
15. Halaman 23 dan 24

Gambar IV.21 Halaman 23 dan 24


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

16. Halaman 25 dan 26

Gambar IV.22 Halaman 25 dan 26


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

73
17. Halaman 27 dan 28

Gambar IV.23 Halaman 27 dan 28


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

18. Halaman 29 dan 30

Gambar IV.24 Halaman 29 dan 30


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

74
19. Halaman 31 dan 32

Gambar IV.25 Halaman 31 dan 32


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

20. Halaman 33 dan 34

Gambar IV.26 Halaman 33 dan 34


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

75
21. Halaman 35 dan 36

Gambar IV.27 Halaman 35 dan 36


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

22. Halaman 37 dan 38

Gambar IV.28 Halaman 37 dan 38


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

76
23. Halaman catatan

Gambar IV.29 Halaman catatan


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

24. Halaman daftar pustaka

Gambar IV.30 Daftar pustaka


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

77
Video

Ukuran : 1920 px x 1080 px 25fps


Format : WMV (windows media video)
Teknis Produksi : Visual setelah melalui proses editing dan rendering di
ADOBE Premiere CS6 kemudian di burning dengan format dvd kemudian di beri
label cd. Berikut penggalan-penggalan dari media utama video yang diawali
dengan cara memainkan alat musik bonang, saron, jengglong, kendang, suling dan
yang terakhir goong, yang diakhiri dengan permainan sekelompok seniman
Degung.

Gambar IV.31 Video tutorial alat musik Degung


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

78
1. Packaging buku dan label cd

Gambar IV.32 Label cd


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

IV.2.2 Media Pendukung

Media promosi diberikan ketika buku sudah ada pada khalayak ramai.
1. Poster

Poster digunakan untuk menyampaikan pesan dengan memberikan ajakan untuk


mengenal seni musik Degung. Ditempatkan di mading sekolah dan perpustakaan
sekolah.

79
Gambar IV.33 Visual poster
sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

Media : poster
Material : art papper 150gr
Ukuran : A3 42cm x 29.5cm
Teknis : print laser

2. X-banner

X-banner adalah salah satu media yang dapat menarik perhatian dari siswa dapat
di tempatkan di perpustakaan sekolah.

80
Gambar IV.34 Visual x-banner
sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

Media : x-banner
Material : jerman
Ukuran : 160 cm x 60 cm
Teknis : cetak indoor

3. Kalender

Kalender merupakan media untuk mengingatkan khalayak sasaran dengan


menggunakan visual alat musik Degung yang sedang dimainkan. Dibagikan
kepada sekolah agar di tempatkan disetiap kelas.

81
Gambar IV.35 Visual kalender
sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

Media : kalender
Material : art papper 150gr
Ukuran : 42 cm x 18.75 cm
Teknis : cetak offset

4. T-Shirt

Media ini dipilih untuk diberikan pada siswa yang mengikuti muatan lokal
Degung khususnya ektrakurikuler.

82
Gambar IV.36 Contoh t-shirt
sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

Media : t-shirt
Material : combat 30s
Teknis : cetak DTG

5. Mug

Gambar IV.37 Contoh mug


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

83
Media : mug
Material : keramik
Teknis : menggunakan printer inkjet dan papper decal

6. Gantungan kunci

Gantungan kunci merupakan media yang menarik, penyampaianya secara


langsung kepada target dan dapat juga sebagai aksesoris untuk pengingat media
utama.

Gambar IV.38 Contoh gantungan kunci


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

Media : gantungan kunci


Material : plastic, kertas art papper
Ukuran : diameter 4 cm
Teknis : cetak foil

7. Stiker

Stiker ini dibagikan kepasa siswa yang mengikuti program ektrakurikuler


karawitan atau Degung yang nanti nya bisa ditempel di kendaraan ataupun dikaca.
Bahan stiker dengan stiker chromo menggunakan teknis offset.

84
Gambar IV.39 Contoh stiker
sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

Media : stiker
Material : art papper 150gr
Ukuran : diameter 4.5 cm
Teknis : cetak offset

8. Jam dinding

Jam dinding berfungsi sebagai promosi karena daya tahanya cukup lama
digunakan dan dapat terlihat setiap hari.

Gambar IV.40 Contoh jam dinding


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

85
Media : jam dinding
Material : art papper 150gr dan jam
Ukuran : diameter 30 cm
Teknis : cetak offset

9. Totebag

Totebag merupakan media yang menarik, penyampaianya secara langsung kepada


target dan dapat juga sebagai aksesoris untuk pengingat media utama.

Gambar IV.41 Contoh totebag


sumber: Dokumentasi pribadi (13 Januari 2016)

Media : totebag
Material : canvas
Ukuran : diameter 30 cm
Teknis : print DTG

86
Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN MEDIA INFORMASI BERUPA BUKU ILUSTRASI


DAN VIDEO ALAT MUSIK GAMELAN DEGUNG

DK 38315/Tugas Akhir

Semester I 2015/2016

Oleh:

Muhammad Iqbal

51910291

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

2016
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... i


LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................... ii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iii
ABSTRAK ................................................................................................ iv
ABSTRACT .............................................................................................. v
DAFTAR ISI .............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1


I.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
I.2 Identifikasi Masalah ............................................................................. 3
I.3 Rumusan Masalah ................................................................................. 4
I.4 Batasan Masalah ................................................................................... 4
I.5 Tujuan Penelitian .................................................................................. 4

BAB II PENGETAHUAN REMAJA TENTANG DEGUNG SUNDA ... 6


II.1 Seni Musik Tradisional ................................................................. 6
II.1.1 Jenis Seni Musik Tradisional ........................................................ 6
II.1.2 Alat Musik Tradisional Jawa Barat ............................................... 8
II.2 Tinjauan Umum Gamelan Degung ............................................... 9
II.2.1 Karakteristik Degung .................................................................... 10
II.2.2 Degung Dalam Bentuk, Fungsi, dan Cara Permainan ................... 11
II.2.2.1 Bentuk dan Fungsi Waditra Degung ............................................. 11
II.2.2.2 Cara Permainan Waditra Degung .................................................. 17
II.3.1 Pengetahuan Remaja Pada Degung ............................................... 22
II.3.2 Resume Yang Mengarah Pada Solusi ........................................... 24
II.4 Target Audience ............................................................................ 24

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL ......... 26


III.1 Strategi Perancangan .................................................................... 26

vi
III.1.1 Tujuan Komunikasi ...................................................................... 26
III.1.2 Pendekatan Komunikasi............................................................... 27
III.1.3 Materi Pesan ................................................................................. 29
III.1.4 Khalayasak Sasaran Perancangan ................................................ 29
III.1.5 Strategi Kreatif ............................................................................. 31
III.1.6 Strategi Media .............................................................................. 34
III.1.2 Strategi Distribusi ........................................................................ 36
III.2 Konsep Visual .............................................................................. 37
III.2.1 Format Desain .............................................................................. 38
III.2.2 Tata Letak (layout) ....................................................................... 39
III.2.2.1 Struktur Buku ............................................................................... 40
III.2.2.2 Tipografi ...................................................................................... 50
III.2.3 Ilustrasi ......................................................................................... 52
III.2.4 Warna ........................................................................................... 60

BAB IV STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL ......... 61


IV.1 Teknis Produksi ........................................................................... 61
IV.1.1 Media Utama .............................................................................. 61
IV.1.2 Media Pendukung ....................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 87


LAMPIRAN ............................................................................................... 88

vii
DAFTAR PUSTAKA

Sumber dari Buku


Amalia, Rita (2015). Perancangan Sign System wisata setu babakan. Skripsi
sarjana Universitas Komputer Indonesia,18.
Herliata, S. (2009). Seni Karawitan. Bandung: Aneka Ilmu 2009
Koentjaraningrat. (1990). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta
Kubarsah R, Drs. Ubun. (1994). WADITRA mengenal alat-alat kesenian Jawa
Barat. Bandung: CV.Sampurna
Kunst, Jaap. (1934).Toonkunst van Java. Batavia:s’Gravenhage
Manurung, Lenci (2011). Hubungan pendidikan seks dengan aktivitas seksual
pada remaja di SMA negeri 14 Medan. Skripsi sarjana Univesritas Sumatra
Utara,7.
Notoadmodjo, S. (2007). Kesehatan masyarakat ilmu dan seni, edisi revisi.
Jakarta: Rineka Cipta.
Putri, Ayu Triana. (2014).KAJIAN ORGANOLOGIS KENDANG SUNDA
BUATAN KANG ASEP PERMATA BUNDA DI MEDAN POLONIA.
Skirpsi sarjana Universitas Sumatra Utara, 1-2.
Soepandi, Atiek. (1974). Perkembangan degung di Jawa Barat. Bandung:
Akademi Seni Karawitan Indonesia

Sumber dari Internet


Ferry, Cahyu Nugroho. 2011(27 juni). Pengertian musik tradisional. Tersedia di:
https://pendidikansenibudaya.wordpress.com/2011/06/27/pengertian-musik-
tradisional. [27 juni 2011]
Kancasora. 2012 (23 september), Sejarah Gamelan Degung Sunda. Tersedia di:
https://kancasora.wordpress.com/2012/10/10/sejarah-gamelan-degung-sunda. [10
oktober 2012]
Lydia, Siregar 2013 (9 januari). JENIS MUSIK NUSANTARA. Tersedia di:
http://lydiasiregar.weebly.com/jenis-jenis-musik-tradisional-nusantara.html
Rahmat, Herawan 2009. MUSIK DEGUNG SUNDA. Tersedia di:
https://classicaldegung.wordpress.com/category/karawitan/. ;tanpa tahun’
Rizal ,Abd Aziz. 2015 (29 maret). Budaya dan Generasi muda. Tersedia di:
http://www.kompasiana.com/rizal.abd.aziz./budaya-dan-generasi-
muda_555460eeb67e616d14ba54af.[17 juni 2015]

87
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya lah sehingga perancangan tugas akhir yang berjudul “Alat Musik
Tradisional Degung Sunda” ini dapat diselesaikan. Tugas akhir ini dibuat guna
sebagai syarat kelulusan bagi mahasiswa/i yang telah menempuh pendidikan pada
Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Desain di Universitas
Komputer Indonesia.

Pada kesempatan ini, penulis sekaligus ingin mengucapkan terima kasih atas
bantuan dari berbagai pihak sehingga laporan ini dapat disusun dan dapat
diselesaikan dengan tepat waktu, terutama kepada pembimbing Bapak Taufan
Hidayatullah, M.Ds. Dosen wali yang selalu memberikan arahan dan nasihatnya
Bapak Irwan Tarmawan, M.Ds. Dan Kepada kedua orang tua yang atas kasih
sayangnya selama ini selalu mendorong dan mengingatkan akan pentingnya
pendidikan formal maupun non formal, terlebih lagi agama bagi kehidupan anak-
anaknya.

Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis sendiri
dan umumnya bagi para pembaca.

Bandung, Februari 2015

Penulis

iii
i
ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Muhammad Iqbal


NIM : 51910291
TTL : Bandung, 29 Nov 1992
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Fakultas : Desain dan Seni
Program Studi : Desain Komunikasi
Visual
Jenjang : S-1

Alamat : Komp Graha Alam Raya w5 no8 RT/RW 004/009


kel:Margasari Kec:Buah Batu
Telepon : 085956591810
Email : iqbal777al@gmail.com
Facebook : -
Twitter/IG : -

Anda mungkin juga menyukai