Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

JENIS-JENIS SUNDA (TEATER, TARI, MUSIK)


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah “Bahasa dan Seni Sunda”.
Dengan Dosen Pengampu: Muhammad Rasis Najwan, M.Pd

Disusun Oleh
Kelompok 3 :
Adinda Febriana Rahmah (41182109200094)
Agnia Nurcahya N.I (41182109200092)
Azkia Farhatun Hanifa (41182109200099)
Widya Novianti (41182109200088)

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM ’45 BEKASI


2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Jenis-jenis
Sunda: Musik, Teater dan Tari” ini. Semoga makalah yang
kami susun dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari


bantuan, bimbingan, dan arahan berbagai pihak. Oleh
karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membimbing kami.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini


masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran
dari semua pihak sangat kami harapkan demi perbaikan dan
kesempurnaan tugas makalah ini. Kami mohon maaf
apabila ada kesalahan dalam penyusunan makalah ini.
Terima kasih.

Bekasi, 27 Juni 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
Latar Belakang........................................................................................................................
Rumusan Masalah..................................................................................................................1
Tujuan.....................................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................................2
A. Musik Sunda......................................................................................................................
B. Seni Teater ......................................................................................................................10
C. Seni Tari...........................................................................................................................16
BAB III......................................................................................................................................21
PENUTUP.................................................................................................................................21
A. Kesimpulan.......................................................................................................................21
B. Saran.................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................22

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seni pertunjukan merupakan sebuah seni yang dipergelarkan langsung di hadapan


penonton/apresiator, dan melibatkan empat unsur, yaitu; waktu, ruang, tubuh seniman, dan
hubungan antara seniman dengan penonton. Seni pertunjukan memiliki berbagai macam
jenis, diantaranya yaitu, seni peran, seni musik, seni rupa, seni sastra, seni tari, teater, drama,
dan lain-lain. Seni pertunjukan berfungsi sebagai sarana ritual, pendidikan, hiburan dan juga
sebagai kritik sosial. Salah satu seni pertunjukan yang didalamnya terdapat banyak jenis
kesenian adalah seni teater. Dalam KBBI teater merupkan sebuah gedung atau ruangan
tempat pertunjukan, sedangkan menurut istilah, teater merupakan segala hal yang
dipertunjukan di atas pentas berorientasi pada seni peran. Pertunjukan teater mencakup 5
kesenian yaitu, seni peran, seni sastra, seni tari, seni musik dan seni rupa. Seni peran dalam
teater diungkapkan dalam perilaku pemeran, seni sastra diungkapkan dalam sebuah dialog,
seni tari diungkapkan dalam sebuah koreografi gerak, seni musik diungkapkan dalam iringan
suara/alat musik untuk mendukung suasana, dan seni rupa diungkapkan dalam sebuah
properti yang digunakan oleh pemeran maupun sebagai pendukung latar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja macam macam musik serta alat musik pada musik sunda ?
2. Apa saja teater yang ada pada suku sunda ?
3. Apa saja tarian yang ada pada suku sunda ?
C. Tujuan
1. Mengetahui jenis jenis sunda ( Tari, Teater dan Musik )
2. Mempelajari jenis jeni sunda ( Tari, Teater dan Musik )

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Musik Sunda

Musik Sunda adalah istilah umum yang mencakup beragam tradisi musik yang
berkembang pada masyarakat Sunda di wilayah pulau Jawa bagian barat. Orang Sunda
kadang-kadang secara salah disebut oleh orang asing sebagai orang Jawa. Budaya, bahasa,
dan musik Sunda sangat berbeda dengan orang Jawa di Jawa Tengah dan Jawa Timur -
meskipun tentu saja ada juga unsur-unsurnya yang menunjukkan kemiripan. Di Sunda ada
keragaman yang membingungkan dari genre musik, komposisi musik dan sistem tuning
yang sangat berbeda.

1. Notasi
 Saléndro

Dalam penyeteman salendro dan pelog degung, semuanya sangat mudah, karena 1-
2-3-4-5 berhubungan dengan barang - kenong - panelu - bem - singgul , disuarakan
sebagai da - mi - na - ti - la . Namun, dalam sorog (biasanya disebut madenda oleh
penganut daminatila) keadaan menjadi lebih rumit, karena da / 1 tidak lagi
berhubungan dengan barang. Seperti do-re-mi, suku kata daminatila dialihkan ke
posisi yang berbeda untuk menunjukkan interval relatif.

 Pélog
Dalam skala pelog degung, nada barang - kenong - panelu - bem - singgul secara
kasar bersesuaian dengan bahasa Barat nada-nada G - F # - D - C - B. Kita dapat
menunjukkan ukuran interval antara nada-nada ini dengan menggunakan tanda sama
dengan untuk mewakili interval sekitar satu seminada: G = F # ==== D == C = B
atau da = mi ==== na == ti = la. Kedua nada da = mi ( barang = kenong )
berdekatan, begitu pula tiga nada na == ti = la ( panelu == bem =singgul).
 Sorog / Madenda

2
Dalam tangga nada sorog yang digunakan dalam gamelan degung, nada-nada
tersebut barang = kenong == panelu sorog ==== bem = singgul kurang lebih sesuai
dengan nada Barat G = F # == E ==== C = B. Di sini pengelompokan not berbeda:
dua not bem = singgul berdekatan, begitu pula tiga not barang = kenong == panelu '
'sorog. Saat menyuarakan nada-nada ini ke daminatila, bem / C menjadi da / 1.

2. Genre
 Tembang Sunda
Tembang Sunda, juga disebut seni mamaos cianjuran, atau hanya cianjuran, adalah
salah satu bentuk puisi yang dilantunkan yang muncul pada masa penjajahan di
Cianjur . Ini pertama kali dikenal sebagai seni aristokrat; salah satu pencipta
cianjuran adalah RAA Kusumahningrat (Dalem Pancaniti), penguasa Cianjur (1834–
1862). Alat musik Cianjuran adalah kacapi indung, kacapi rincik dan suling atau
seruling bambu, dan rebab untuk gubahan salendro. Lirik biasanya dinyanyikan
dalam bait bebas, tetapi versi yang lebih modern, panambih, adalah metrik, biasanya
drum.
 Jaipongan
Jaipongan adalah musik tari ritmis yang sangat kompleks dari masyarakat Sunda di
Jawa Barat. Ritme cenderung berubah secara acak, membuat tarian sulit bagi
sebagian besar pendengar. Instrumennya seluruhnya Sunda, sama sekali tanpa
instrumen impor. Itu ditemukan oleh seniman seperti Gugum Gumbira setelah
Soekarno melarang rock and roll dan genre barat lainnya pada 1960-an.[4]
 Celempungan
Celempungan adalah salah satu genre musik Sunda yang mencakup beberapa alat
musik seperti kacapi, kendang, goong/gong, dan suling atau rebab (opsional), dan
Juru Kawih (sinden/penyanyi). Kendang, tabuhan untuk mengontrol tempo
ansambel dan memperkuat pengukur.
 Degung
Degung adalah ensambel musik Sunda yang menggunakan subset dari alat musik
gamelan yang dimodifikasidengan modus tangga nada pelog tertentu.
 Calungan
Calung bukan saja pada bentuk alat musiknya, namun penampilannya telah
berkembang menjadi seni pertunjukan yang bersifat tontonan atau hiburan. Bentuk
seni pertunjukan Calung yang populer ini telah dilengkapi dengan vokal/lagu.

3
 Tanji
Tanji merupakan genre musik khas Jawa Barat yang merupakan versi pentatonik
dari kesenian Tanjidor. Meskipun memiliki nama yang sama, akan tetapi sejarah
kesenian Tanji ini berbeda dengan Tanjidor. Pada umumnya, Tanji merupakan salah
satu unsur kesenian yang juga melengkapi atraksi kuda renggong yang merupakan
atraksi selamatan sunatan yang ada di Sumedang. Susunan lagu yang dimainkannya
ialah Kembang Gadung, Kidung Rahayu, Buah Kawung, serta Geboy.
 Terbangan
Terbangan juga disebut Terbang Pusaka merupakan salah satu seni pertunjukan
rakyat yang tersebar di beberapa tempat di Jawa Barat, dengan beberapa sebutan,
seperti Terbang Pusaka, Terebang Gede, Terebang Gebes, Terebang Ageung, dan
lainnya. Bentuk seni ini mulai dilengkapi dengan alat musik moderen seperti organ
dan bass
 Pongdut
Pongdut atau Jaipong dangdut juga disebut Dangdut sunda atau Dangdut rampak
merupakan genre musik yang berkembng di Jawa Barat. Lagu lagu dari Pongdut
biasanya diambil dari lagu Pop Sunda kemudian dipraktikan dengan gaya musik ini
dengan tabuhan kendang khas Sunda.
 Bajidoran
Bajidoran, merupakan kesenian yang berasal dari Jawa Barat. Kekhasan kesenian ini
dibandingkan dengan kesenian yang telah ada sebelumnya adalah pada posisi pelaku
seni, pola tarian, dan musik. Posisi sinden atau ronggeng (penari) di atas panggung
dan tidak berbaur dengan penonton; terdapat pola tarian terstuktur dan terdapat pula
gerakan tarian bebas para penari dan bajidor yang dipengaruhi dari tarian yang telah
ada sebelumnya. Lagu yang dibawakan diantaranya Kidung (Kembang Gadung),
lagu-lagu tradisi kliningan (lagu ageung, lagu alit), lagu-lagu kreasi baru, dan
termasuk pula lagu pop dan dangdut.
 Tarawangsa
Tarawangsa adalah jenis kesenian masyarakat agraris tradisional di Jawa Barat.
Pertunjukan tarawangsa di setiap wilayah memiliki perbedaan bentuk dan struktur.
Pertunjukan tarawangsa di wilayah Rancakalong, pertunjukannya tidak dilengkapi
oleh vokal, hanya dua instrumen saja, yaitu jentreng dan tarawangsa. Sedangkan
seni tarawangsa di Kecamatan Cibalong, Kabupaten Tasikmalaya disebut Calung
Tarawangsa, dilengkapi dengan instrumen lainnya.

4
3. Alat Musik Tradisional
1. Aerophone
 Suling, sebagian besar terbuat dari " tamiang " bambu ( Schizostachyum
blumei , Nees), tabung bambu berdinding tipis dan panjang. Corong suling
dilingkari dengan pita tipis dari rotan di dekat lubang kecil.

 Toleat, mirip dengan Suling , tetapi suara yang dihasilkan mirip dengan
Saksofon dan berbeda dari teknik meniup.

 Tarompét, sejenis bunyi terompet, varian khas musik Sunda, yang terbuat
dari kayu dan memiliki tujuh lubang bunyi.

5
2. Idiophone
 Angklung, alat musik yang terdiri dari dua sampai empat tabung bambu
digantung dalam rangka bambu, diikat dengan tali rotan. Tabung dipotong
dan dipotong dengan hati-hati oleh pengrajin ahli untuk menghasilkan nada
tertentu saat rangka bambu diguncang atau diketuk. Setiap angklung
menghasilkan satu not atau akor, sehingga beberapa pemain harus
berkolaborasi untuk memainkan melodi. Pada tanggal 18 November 2010,
UNESCO secara resmi mengakui angklung Indonesia sebagai Masterpiece of
the Oral and Intangible Heritage of Humanity.

 Gamelan Sunda, ansambel multi timbre yang terdiri dari


metalofon ,gambang, seruling, gong, suara, serta dawai yang ditekuk dan
dipetik.

6
 Calung, terdiri dari beberapa tabung bambu yang dipukul di bagian
pangkalnya untuk menghasilkan suara berkayu.

 Karinding, alat musik yang terbuat dari bambu panjang sekitar satu kaki dan
panjang satu inci, di ujungnya dipegang alat musik kecil dengan lidah di
atasnya. Instrumen ini dipukul dengan jari dan ditiup, bila bersuara seperti
harpa orang Yahud.

3. Membranofon
 Kendang, alat musik dibuat dari kayu nangka , kelapa atau cempedak . Kulit
kerbau sering digunakan untuk bam (permukaan inferior yang memancarkan

7
ketukan nada rendah) sedangkan kulit kambing lembut digunakan untuk
chang (permukaan superior yang memancarkan ketukan nada tinggi).

 Dogdog, alat musik kayu berbentuk silinder, bagian tengahnya dibuat


berlubang, dengan salah satu sisinya dilapisi selaput Kulit Kambing yang
terdiri dari 4 set alat musik dengan ketukan yang berbeda-beda.

 Dogdog Lojor, alat musik kayu berbentuk silinder yang memanjang. Bagian
tengahnya dibuat berlubang, dengan salah satu sisinya dilapisi dengan
selaput Kulit Kambing . Kulit kambing ini diregangkan dengan diikat dengan
tali yang terbuat dari kulit bambu. Derajat peregangan kulit kambing
menentukan suara yang dihasilkan.

8
 Celempung, alat musik yang terbuat dari bambu yang dipotong runcing ,
memanfaatkan gelombang resonansi yang ada di ruas batang bambu.

4. Kordofon
 Kacapi, instrumen memiliki kotak resonansi dengan bagian bawah terbuka
untuk memungkinkan suara keluar, sisi-sisi kacapi jenis ini meruncing ke
dalam dari atas ke bawah, yang memberikan instrumen tersebut berbentuk
perahu. Pada zaman dahulu, dibuat langsung dari kayu solid melalui lubang.
Ini setara dengan Guzheng.

 Jentreng, sejenis alat musik kecapi dengan tujuh senar. Ukurannya jauh lebih
kecil jika dibandingkan kacapi pada umumnya. Terbuat dari kayu bunga
(kenanga) atau kayu nangka.

9
 Tarawangsa, alat musik gesek memiliki resonator yang terbuat dari kayu
dengan leher yang panjang dengan jumlah senar antara 2 sampai dengan 3
helai.

B. Seni Teater

Arti kata “Teater” berasal dari kata yunani kuno yakni theatron, yang dalam bahasa
inggris seeing place dan dalam bahasa Indonesia “tempat untuk menonton” adalah cabang
dari seni pertunjukan yang berkaitan dengan akting/seni peran di depan penonton dengan
menggunakan gabungan dari ucapan, gestur (gerak tubuh), mimik, boneka, musik, tari dan
lain-lain. Teater merupakan salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar
menggunakan tubuhnya sebagai unsure utama yang menyatakan dirinya yang mewujudkan
dalam suatu karya seni pertunjukan (pementasan) yang didukung dengan unsur gerak, suara,
bunyi, dan rupa yang dijalin dalam cerita (lakon).
Secara etimologis: Teater adalah gedung pertunjukan atau auditorium. Dalam arti luas:
Teater ialah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Dalam arti
sempit: Teater adalah drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas
pentas dengan media: Percakapan, gerak dan laku didasarkan pada naskah yang tertulis
ditunjang oleh dekor, musik, nyanyian, tarian, dsb. Misalnya wayang orang, ketoprak,
ludruk, arja, reog, lenong, topeng, dagelan, sulapan akrobatik, bahkan pertunjukan band dan
lain sebagainya. Dalam arti sempit/khusus: drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang
diceritakan di atas pentas, disaksikan oleh penonton, dengan media percakapan, gerak dan
laku, dengan atau tanpa dekor (setting), didasarkan atas naskah yang tertulis (hasil dari seni
sastra) dengan atau tanpa musik, nyanyian, tarian.

10
1. Pengertian Teater Tradisional
Sejarah teater tradisional di Indonesia dimulai sejak sebelum Zaman Hindu. Pada
zaman tersebut, terdapat tanda-tanda bahwa unsur-unsur teater tradisional banyak
digunakan untuk mendukung upacara ritual. Dimana Teater tradisional adalah
merupakan bagian dari suatu upacara keagamaan ataupun upacara adat-istiadat dalam
tata cara kehidupan masyarakat.
Penyebutan teater pada saat itu sebenarnya baru merupakan unsur-unsur teater, dan
belum merupakan suatu bentuk kesatuan teater yang utuh. Setelah melepaskan diri
dari kaitan upacara, unsur-unsur teater tersebut membentuk suatu seni pertunjukan
yang lahir dari spontanitas rakyat dalam masyarakat lingkungannya. Proses terjadinya
atau munculnya teater tradisional di Indonesia sangat bervariasi dari satu daerah
dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan oleh unsur-unsur pembentuk teater
tradisional itu berbeda- beda, tergantung kondisi dan sikap budaya masyarakat,
sumber dan tata-cara di mana teater tradisional lahir.
Teater tradisional atau yang juga dikenal dengan istilah “Teater daerah” adalah
merupakan suatu bentuk pertunjukan dimana para pemainnya berasal dari daerah
setempat dengan membawakan cerita yang bersumber dari kisah-kisah yang sejak
dulu telah berakar dan dirasakan sebagai milik sendiri oleh setiap masyarakat yang
hidup di lingkungan tersebut, misalnya mitos atau legenda dari daerah itu. Dalam
teater tradisional, segala sesuatunya disesuaikan dengan kondisi adat istiadat, diolah
sesuai dengan keadaan sosial masyarakat, serta struktur geografis masing-masing
daerah. Teater Tradisional mempunyai ciri-ciri yang spesifik kedaerahan dan
menggambarkan kebudayaan lingkungannya.
Contoh teater tradisional antara lain: ludruk (Jawa timur), ketoprak (Jawa tengah), dan
lenong (Jawa barat). Yang disebut teater tradisional itu, oleh Kasim Ahmad
diklarifikasikan menjadi 3 macam, yaitu:
a. Teater rakyat
Sifat teater rakyat sama halnya seperti tradisional, yaitu improvisasi, sederhana,
spontan dan menyatu dengan kehidupan rakyat. Contohnya antara lain: Makyong
dan Mendu didaerah Riau dan Kalimantan Barat, Randai dan Bakaba di Sumatera
Barat, Ketoprak, Srandul, Jemblung di Jawa Tengah dan lain sebagainya.
b. Teater Klasik
Sifat teater ini sudah mapan, artinya segala sesuatunya sudah teratur, dengan
cerita, pelaku yang terlatih, gedung pertunjukkan yang memadai dan tidak lagi
menyatu dengan kehidupan rakyat (penontonnya). Lahirnya jenis teater ini dari
pusat kerajaan. Sifat feodalistik tampak dalam jenis teater ini. Contohnya: wayang
kulit, wayang orang dan wayang golek. Ceritanya statis, tetapi memiliki daya tarik
berkat kretatifitas dalang atau pelaku teater tersebut dalam menghidupkan lakon.
c. Tetaer Transisi

11
Teater transisi merupakan teater yang bersumber dari teater tradisional, tetapi
gaya penyajiannya sudah dipengaruhi oleh teater barat. Jenis teater seperti komedi
istambul, sandiwara dardanela, srimulat dan sebagai contoh, pola ceritanya sama
dengan ludruk atau ketoprak, tetapi jenis ceritanya diambil dari dunia modern.
Musik, dekor dan properti lain menggunakan tehnik barat.

2. Unsur-Unsur Teater Tradisional


Unsur-unsur dalam pementasan teater tradisional adalah sebagai berikut.
1. Tema
Tema adalah pikiran pokok yang mendasari kisah drama. Pikiran pokok tersebut
di kembangkan sedemikian rupa sehingga menjadi kisah yang seru dan menarik.
Tema dapat di persempit menjadi topik kemudian topik tersebut di kembangkan
menjadi kisah dalam teater dengan dialpg-dialognya. Sementara itu, judul dapat
diambil dari isi ceritanya.
2. Plot
Plot adalah rangkaian peristiwa atau jalan kisah dalam drama. Plot terdiri atas
konflik yang berkembang secara bertahap, dari sederhana menjadi kompleks,
klimaks, sampai penyelesaian. Tahapan plot yaitu sebagai berikut.
a. Eksposisi: Perkenalan tokoh melalui adegan-adegan dan dialog yang
mengantarkan penonton pada keadaan yang nyata.
b. Konflik: Pada tahapan ini mulai ada kejadian atau peristiwa atau insiden
yang melibatkan tokoh dalam masalah.
c. Komplikasi: Insiden yang terjadi mulai berkembang dan menimbulkan
konflik semakin banyak, rumit dan saling terkait tetapi belum tampak
pemecahan masalahnya.
d. Klimaks: Berbagai konflik telah sampai pada puncaknya atau puncak
ketegangan bagi para penonton. Disinilah konflik atau pertikaian antar
tokoh semakin memanas.
e. Penyelesaian: Tahap ini merupakan akhir penyelesaian konflik. Disini,
penentuan ceritanya akan berakhir menyenangkan,mengharukan, tragis,
atau menimbulkan sebuah teka-teki bagi para penonton.

3. Penokohan
Penokohan dalam teater mencakup beberapa hal di antaranya sebagai berikut.
12
a. Aspek Fsisikologis
Aspek ini berkaitan dengan penamaan, pameran dan keadaan fisik tokoh.
Keadaan fisik antara lain tinggi, pendek, warna rambut, rambut panjang,
gemuk, kurus atau warna kulit.
b. Aspek Sosiologis
Aspek ini berkaitan dengan keadaan sosial tokoh, yaitu interaksi atau peran
sosial tokoh dengan tokoh lain.
c. Aspek sosiologis
Aspek ini berkaitan dengan karakter yaitu keseluruhan ciri-ciri jiwa atau
kepribadian seorang tokoh. Jenis karakter dalam sebuah pementasan teater
antara lain protagonis, antagonis, figuran serta tritagonis.

Penokohan/karakter pelaku utama adalah pelukisan karakter/kepribadian


pelaku utama. Penokohan erat hubungannya dengan perwatakan. Penokohan
berhubungan dengan nama pelaku, jenis kelamin, usia, bentuk fisik, dan
kejiwaannya. Perwatakan berhubungan dengan sifat pelaku. Dalam teater
penokohan dapat dikelompokkan ke dalam tiga macam, yaitu:

Tokoh protagonis, yaitu tokoh yang pertama kali mengambil prakarsa dalam
cerita. Tokoh protagonis adalah tokoh yang pertama mengalami benturan-
benturan atau masalah, memiliki sifat yang baik sehingga penonton biasanya
berempati.

Tokoh antagonis, yaitu tokoh yang menentang tokoh protagonis atau tokoh
yang menentang cerita. Tokoh antagonis biasanya memiliki sifat jahat.

Tokoh tritagonis, yaitu tokoh penengah serta pendamai dua pihak (tokoh
protagonis dan tokoh antagonis) dan penyelesaian ketegangan.

4. Dialog
Dialog adalah percakapan antar tokoh (yang bersamaan dalam satu gerak atau
adegan) untuk merangkai jalannya kisah. Dialog harus mendukung karakter
tokoh, mengarahkan plot dan mengungkap makna yang tersirat.
5. Bahasa
Bahasa merupakan bahan dasar naskah atau skenario dalam wujud kata dan
kalimat. Kata dan kalimat harus dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan
secara komunikatif dan efektif.

13
6. Ide dan Pesan
Ide dan pesan dalam pertunjukan harus bisa di tuliskan oleh penulis dan di
implementasikan di atas panggung oleh pemeran. Ide bisa di dapat dengan cara
merekayasa secara logis, sehingga selain dapat menghibur, pementasan teater
juga menampilkan pesan moral melalui nilai-nilai pendidikan.
7. Setting
Setting atau latar adalah keadaan tempat dan suasana terjadinya suatu adegan di
panggung. Setting ini bisa mencakup tata panggung dan tata lampu.

3. Ciri-Ciri Teater Tradisional


Teater tradisional tiap-tiap daerah memiliki keunikan yang berbeda-beda. Namun,
secara umum teater tradisional memiliki ciri-ciri yang bersifat sama (kecuali teater
transisi), yaitu :

1. Tidak ada naskah


Teater tradisional biasanya tidak menggunakan naskah. Para pelaku hanya
diberi garis besar ceritanya (Wos). Mereka berbicara secara spontan
mengikuti pembicaraan pelaku lain. Oleh karena itu, pelaku dituntut bisa
berimprovisasi. Jika tidak bisa, jalannya pertunjukan akan tersendat-sendat.
2. Persiapan dilakukan secara sederhana
Pada umumnya teater tradisional tidak memiliki perencanaan yang formal dan
tidak ada penjadwalan secara rinci. Persiapan, latihan, dan persiapan
dilaksanakan secara sederhana. Misalnya, persiapan dilakukan tanpa
menggunakan naskah, pelaku hanya diberi garis besar ceritanya. Sutradara
tidak membuat perencanaan latihan secara formal, latihan hanya dilakukan
pada saat akan pentas. Pada saat pelaksanaan, persiapan peralatan pun
dilakukan secara sederhana. Dekorasi, tata rias, tata busana, tata lampu, dan
tata musik dipersiapkan secara sederhana juga.
3. Ceritanya monoton
Cerita teater tradisional biasanya monoton, tidak beragam dan tidak bervariasi
seperti bervariasinya kehidupan manusia. Biasanya cerita diambil dari cerita
rakyat daerah setempat, seperti dongeng, hikayat, atau cerita kepahlawanan
(epos) daerah setempat. Ini berbeda dengan teater modern yang ceritanya
lebih bervariasi. Teater modern bercerita tentang segala aspek kehidupan
manusia, seperti keagamaan, ekonomi, kemasyarakatan dan budaya.
4. Menyatu dengan masyarakat
Teater tradisional bersifat fleksibel, artinya pertunjukan itu bisa dilaksanakan
dimana saja, teater tradisional tidak memerlukan tempat khusus. Bahkan, bisa
menyatu dengan masyarakat. Hal ini disebabkan karena teater tradisonal tidak
memerlukan perlengkapan yang kompleks.

14
4. Macam-Macam Teater Tradisional
1. Wayang
Wayang dikenal sejak zaman prasejarah yaitu sekitar 1500 tahun sebelum
Masehi. Masyarakat Indonesia memeluk kepercayaan animisme berupa
pemujaan roh nenek moyang yang disebut hyang atau dahyang, yang
diwujudkan dalam bentuk arca atau gambar. Wayang merupakan seni tradisional
Indonesia yang terutama berkembang di Pulau Jawa dan Bali. Pertunjukan
wayang telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai
karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan
yang indah dan sangat berharga. G.A.J. Hazeu mengatakan bahwa wayang
dalam bahasa/kata Jawa berarti: bayangan

2. Makyong
Makyong adalah seni teater tradisional masyarakat Melayu yang sampai
sekarang masih digemari dan sering dipertunjukkan sebagai dramatari dalam
forum internasional. Makyong dipengaruhi oleh budaya Hindu-Buddha Thai dan
Hindu-Jawa. Nama makyong berasal dari mak hyang, nama lain untuk dewi sri,
dewi padi. Makyong adalah teater tradisional yang berasal dari Pulau Bintan,
Riau. Makyong berasal dari kesenian istana sekitar abad ke-19 sampai tahun
1930-an. Makyong dilakukan pada siang hari atau malam hari. Lama

pementasan ± tiga jam


3. Drama Gong

15
Drama Gong adalah sebuah bentuk seni pertunjukan Bali yang masih relatif
muda usianya yang diciptakan dengan jalan memadukan unsur- unsur drama
modern (non tradisional Bali) dengan unsur-unsur kesenian tradisional Bali.
Dalam banyak hal Drama Gong merupakan pencampuran dari unsur-unsur teater
modern (Barat) dengan teater tradisional (Bali). Karena dominasi dan pengaruh
kesenian klasik atau tradisional Bali masih begitu kuat, maka semula Drama
Gong disebut "drama klasik". Nama Drama Gong diberikan kepada kesenian ini
oleh karena dalam pementasannya setiap gerak pemain serta peralihan suasana
dramatik diiringi oleh gamelan Gong (Gong Kebyar). Drama Gong diciptakan
sekitar tahun 1966 oleh Anak Agung Gede Raka Payadnya dari desa Abianbase
(Gianyar). Drama Gong mulai berkembang di Bali sekitar tahun 1967 dan
puncak kejayaannya adalah tahun 1970. Namun semenjak pertengahan tahun
1980 kesenian ini mulai menurun popularitasnya, sekarang ini ada sekitar 6 buah
seka Drama Gong yang masih aktif.

C. Seni Tari
1. Tari Jaipong

Tanah Sunda (Priangan) dikenal memiliki aneka budaya yang unik dan menarik.
Jaipongan adalah salah satu seni budaya yang terkenal dari daerah ini. Jaipongan
atau Tari Jaipong sebetulnya merupakan tarian yang sudah modern karena
merupakan modifikasi atau pengembangan dari tari tradisional khas Sunda yaitu
Ketuk Tilu. Tari Jaipong ini dibawakan dengan iringan musik yang khas, yaitu

16
Degung. Musik ini merupakan kumpulan beragam alat musik seperti Kendang,
Go’ong, Saron, Kacapi, dsb. Degung bisa diibaratkan ‘Orkestra’ dalam musik
Eropa/Amerika. Ciri khas dari Tari Jaipong ini adalah musiknya yang menghentak,
dimana alat musik kendang terdengar paling menonjol selama mengiringi tarian.
Tarian ini biasanya dibawakan oleh seorang, berpasangan atau berkelompok.
Sebagai tarian yang menarik, Jaipong sering dipentaskan pada acara-acara hiburan,
selamatan atau pesta pernikahan.
2. Tari Ketuk Tilu

Ketuk Tilu adalah suatu tarian pergaulan dan sekaligus hiburan yang biasanya
diselenggarakan pada acara pesta perkawinan, acara hiburan penutup kegiatan atau
diselenggrakan secara khusus di suatu tempat yang cukup luas. Pemunculan tari ini
di masyarakat tidak ada kaitannya dengan adat tertentu atau upacara sakral tertentu
tapi murni sebagai pertunjukan hiburan dan pergaulan. Oleh karena itu, tari ketuk
tilu ini banyak disukai masyarakat terutama di pedesaan yang jarang ada kegiatan
hiburan.

3. Tari Merak

Tari merak merupakan tarian tradisi suku sunda yang menggambarkan burung-
burung merak yang sedang menari dengan gembira. Tarian ini dibawakan oleh
penari wanita-wanita sunda dan biasanya tarian merak ini dibawakan untuk acara
perkawinan ataupun menyambut tamu yang datang berkunjung ke tanah sunda.
17
4. Tari Topeng

Tari topeng adalah tarian suku sunda yang dibawakan oleh sekelompok orang penari
pria atau wanita, yang menggunakan topeng khas suku sunda, dan biasanya tarian ini
untuk menyambut tamu-tamu yang ingin berkunjung datang, dan sebagai
pementasan pada saat acara-acara tertentu. Seperti perkawinan,khitanan,dan
sebagainya
5. Kuda Lumping

Kuda Lumping merupakan kesenian yang beda dari yang lain, karena dimainkan
dengan cara mengundang roh halus sehingga orang yang akan memainkannya
seperti kesurupan. Kesenian ini dimainkan dengan cara orang yang sudah kesurupan
itu menunggangi kayu yang dibentuk seperti kuda serta diringi dengan tabuhan
gendang dan terompet. Keanehan kesenian ini adalah orang yang memerankannya
akan mampu memakan kaca serta rumput. Selain itu orang yang memerankannya
akan dicambuk seperti halnya menyambuk kuda. Biasanya kesenian ini dipimpin
oleh seorang pawang. Kesenian ini merupakan kesenian yang dalam memainkannya
membutuhkan keahlian yang sangat husus, karena merupakan kesenian yang cukup
berbahaya.
6. Reog

18
Di daerah Jawa Barat terdapat kesenian yang disebut Reog. Kesenian ini pada
umumnya ditampilkan dengan Bodoran, serta diiringi dengan musik tradisional yang
disebut Calung. Kesenian ini biasanya dimainkan oleh beberapa orang yang
mempunyai bakat melawak dan berbakat seni. Kesenian ini ditampilkan dengan
membawakan sebuah alur cerita yang kebanyakan cerita yang dibawakan adalah
cerita lucu atau lelucon.
7. Wayang Golek

Wayang Golek merupakan kesenian tradisional dari Jawa Barat, yaitu pementasan
sandiwara boneka yang terbuat dari kayu dan dimainkan oleh seorang sutradara
merangkap pengisi suara yang disebut Dalang. Seorang Dalang memiliki keahlian
dalam menirukan berbagai suara manusia. Seperti halnya Jaipong, pementasan
Wayang Golek diiringi musik Degung lengkap dengan Sindennya. Wayang Golek
biasanya dipentaskan pada acara hiburan, pesta pernikahan atau acara lainnya.
Waktu pementasannya pun unik, yaitu pada malam hari (biasanya semalam suntuk)
dimulai sekitar pukul 20.00 – 21.00 hingga pukul 04.00 pagi. Cerita yang dibawakan
berkisar pada pergulatan antara kebaikan dan kejahatan (tokoh baik melawan tokoh
jahat). Ceritanya banyak diilhami oleh budaya Hindu dari India, seperti Ramayana

19
atau Perang Baratayudha. Tokoh-tokoh dalam cerita mengambil nama-nama dari
tanah India. Dalam Wayang Golek, ada ‘tokoh’ yang sangat dinantikan
pementasannya yaitu kelompok yang dinamakan Purnakawan, seperti Dawala
danCepot. Tokoh-tokoh ini digemari karena mereka merupakan tokoh yang selalu
memerankan peran lucu (seperti pelawak) dan sering memancing gelak tawa
penonton. Seorang Dalang yang pintar akan memainkan tokoh tersebut dengan
variasi yang sangat menarik.
8. Bangreng

Seni ini merupakan pengembangan dari seni Terbang dan Ronggeng. Seni terbang
adalah kesenian yang menggunakan “terbang” yaitu semacam rebana dengan ukuran
yang sangat besar, dimainkan oleh 5 orang dan 2 penabuh gendang besar dan kecil.
Dijadikan sebagai media dakwah disebarluaskan oleh Wangsa Kusumah. Ronggeng
sendiri adalah sebutan bagi si penari dan penyanyi (perempuan) sehingga disebut
“Nyi Ronggeng”. Seni ini berasal dari Kabupaten Sumedang, biasanya
dipertunjukkan pada saat acara-acara hiburan dan acara khusus seperti ruatan rumah,
mendirikan bangunan baru dan syukuran lainnya.

9. Dogdog Lojor

20
Dogdog Lojor adalah kesenian khas Banten, nama dogdog lojor berdasarkan
waditra/alat yang digunakan berupa dogdog panjang yang terbuat dari pohon jambe
(pinang) dan dilengkapi oleh angklung serta kohkol untuk lebih menyemarkan
suasana. Kesenian ini bertujuan memohon kepada Yang Maha Kuasa agar
diturunkan hujan bila saat musim kemarau panjang, sambal memandikan kucing dan
diarak beramai-ramai.

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Seni pertunjukan memiliki berbagai macam jenis, diantaranya yaitu, seni peran, seni
musik, seni rupa, seni sastra, seni tari, teater, drama, dan lain-lain. Seni pertunjukan
berfungsi sebagai sarana ritual, pendidikan, hiburan dan juga sebagai kritik sosial. Salah
satu seni pertunjukan yang didalamnya terdapat banyak jenis kesenian adalah seni
teater.

B. Saran
Dengan selesainya makalah ini penyusun berharap semoga makalah ini dapat
menambah dan memenuhi kebutuhan materi bacaan, terutama bagi mahasiswa. Selain
itu penyusun berharap bagi semua orang yang membaca makalah ini dapat menambah
ilmu dan wawasannya mengenai jenis-jenis Sunda: Teater, Tari dan Musik.

22
DAFTAR PUSTAKA

Sasaki, Mariko (2007). Laras pada karawitan Sunda:


https://books.google.co.id/books/about/Laras_pada_karawitan_Sunda.html?
hl=id&id=O7afAAAAMAAJ&redir_esc=y Pusat Penelitian dan Pengembangan
Seni Tradisional, Universitas Pendidikan Indonesia.
Wikipedia (2022). Musik Sunda: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Musik_Sunda
Universitas 17 Agustus 1945 (2022). Seni tari : https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://siat.ung.ac.id/files/wisuda/2016-1-2-88209-
341412014-bab1-
28122016111609.pdf&ved=2ahUKEwickp3OkM_4AhWVSGwGHWjzAZIQFnoE
CA0QAQ&usg=AOvVaw2Zf-nF30xySfidOqFtew3G

23

Anda mungkin juga menyukai