Setelah sepuluh tahun kemudian yakni pada 1 April 1990 ditambahkan dengan nama “Sri
Baduga”. Nama “Sri Baduga” diambil dari gelar salah seorang Raja Pajajaran, Sri Baduga Maharaja (Sri
Baduga Maharaja Ratu Haji di Pakwan Padjajaran Sri Sang Ratu Dewata) sesuai yang tertulis pada
Prasasti Batutulis. Penamaan Sri Baduga pada museum ini bertujuan agar nama besar Raja Padjajaran
dapat dikenang sepanjang masa oleh masyarakat Jawa Barat.
ada satu yang membuat saya terkesan di koleksi koleksi Museum Sribaduga , adalah alat musik
tradisional khas sunda yaitu “KARINDING”
PEMBAHASAN
Karinding adalah alat musik tradisional suku Sunda, jawa barat. Karinding berasal dari beberapa
tempat di jawa barat seperti dari citamiang, Pasir mukti, Tasikmalaya,malangbong (garut) dan cikalong
Kulon (cianjur). di daerah ini biasanya alat musik tradisional karinding dibuat dari pelepah kawung atau
pohon aren sedangkan dibeberapa tempat seperti di limbangan dan cililin, kebanyakan alat musik
karinding dibuat dari bambu.
alat musik tradisional karinding ini sangat unik, selain dari asal daerah pembuatan karinding,
ternyata pemakai karindingpun mempengaruhi bahan pembuat karinding itu sendiri. untuk karinding
yang dibuat dari bambu digunakan oleh perempuan. Bentuknyapun sedikit kecil dan memanjang, konon
alat musik ini juga digunakan sebagai susuk yang diselipkan dalam gelungan rambut pemakainya.
Sedangkan untuk karinding yang terbuat dari pelepah kawung digunakan oleh pria. bentuknyapun lebih
pendek agar mudah menyimpan tembako
Karinding merupakan alat musik sunda yang terbilang unik, terbuat dari daun pelepah kawung
atau bilah bambu, getar nadanya tergantung kemampuan pengolahan rasa dari peniupnya. Kepekaan
rasa sangat diperlukan dalam memainkan alat musik ini, karena tidak memiliki nada-nada permanen
seperti halnya alat tiup lainnya. alat musik karinding tergantung dari kemampuan mengolah gema
rongga mulut dari peniupnya.
Karinding memiliki tiga bagian yaitu bagian jarum tempat keluarnya nada yang disebut cecet
ucing (buntut kucing), lalu pembatas jarum, dan bagian ujung yang disebut panenggeul (pemukul).
Panenggeul jika dipukul oleh tangan akan berfungsi untuk menggerakan jarum. maka, keluarlah bunyi
khas dari karinding.
Disebut karinding karena dari sejenis serangga sawah yang nyaring bunyinya yaitu Karindingan
(kemungkinan serangga jenis ini sudah punah). Pada jaman dahulu Karinding tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan masyarakat Pertanian sunda karena digunakan untukmengisi kebosanan saat di ladang.
Resonansi suaranya dapat digunakan sebagai pengusir hama. Seni karinding juga digunakan kaum
“jajaka” (pemuda) untuk menaklukan hati pujaanhatinya
PENUTUPAN
Itulah sebahagian yang dapat saya berikan mengenai alat musik tradisional karindang.alat musik
ini adalah warisan budaya dari nenek moyang kita yang berharga dan sangat bernilai yang harus kita jaga
dan lestarikan.
Kita semua sadar bahwa pada masa sekarang ini terutama di era globalisasi sudah semakin
langka orang-orang memiliki kemahiran membuat alat-alat musik tradisional tersebut. dan apabila kita
perhatikan sudah jarang kita temukan orang yang pandai memainkan peralatan musik tradisional
tersebut
Maka dari itu tujuan saya memilih alat musik ini, saya ingin mengajak untuk mencintai alat
musik tradisional di era globalisasi agar peninggalan yang telah diwariskan ini tidak punah atau hilang
dimakan waktu.