Anda di halaman 1dari 20

LITERATUR REVIEW TERAPI KOMPLEMENTER PADA PASIEN

HIV/AIDS

diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan HIV/AIDS


Dosen ampu : Ns. Siti Nurlaela, M.Kep

oleh :
Gita Suci (1117017)

S1 – Keperawatan 2B

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RAJAWALI BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah Keperawatan HIV/AIDS. Solawat
dan salam tak lupa kami sampaikan kepada junjungan Nabi kita Nabi Agung
Muhammad saw. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Keperawatan HIV/AIDS. Selama pembuatan makalah ini kami juga mendapat
banyak dukungan dan juga bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu kami
ucapkan banyak terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Ibu Tonika Tohri, S.Kp., M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Rajawali.
2. Ibu Istianah, S.Kep., Ners, M.Kep selaku Ketua Program Studi S1
Keperawatan & Ners.
3. Ibu Ns. Siti Nurlaela, M.Kep selaku Dosen mata kuliah Keperawatan
HIV/AIDS.
4. Teman-teman kelas Keperawatan B yang senantiasa memberikan
dukungan.

Semoga pembuatan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para


pembaca. Terima kasih.

Bandung, Juli 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Tujuan........................................................................................................3

BAB II METODE................................................................................................4

BAB III DISKUSI

A. Pengaruh Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)


Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada Pasien HIV/AIDS................14
B. Terapi Kognitif Perilaku Religius Untuk Menurunkan Depresi Pada Pasien
HIV/AIDS..................................................................................................15

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................16
B. Saran..........................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Depresi merupakan kondisi psikiatrik yang paling banyak ditemui pada
penderita HIV (Candra, Desai dan Ranjan, 2005) angkanya dapat mencapai
33–50%, hal ini sangat tergantung pada kriteria diagnostik yang digunakan
(Ciesla & Roberts, 2001). Penelitian yang dilakukan oleh Pyne, dkk., (2007)
dan Ofovwe (2013) yang dilakukan pada 113 responden, menemukan bahwa
penderita HIV memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami depresi. Bahkan
diperkirakan penderita HIV positif memiliki risiko dua sampai lima kali lebih
tinggi dibandingkan dengan orang-orang dengan HIV negatif. Wanita
memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk mengalami depresi
dibandingkan dengan pria. Kurang lebih seperempat dari seluruh wanita
cenderung mengalami depresi pada saat yang sama dalam kehidupan mereka
(Feldman, 2011). Beck (2009) dalam bukunya menjelaskan bahwa faktor
penyebab depresi adalah adanya penyimpangan atau distorsi kognitif dari
penderitanya. Terdapat pikiran-pikiran yang buruk mengenai dirinya, ditandai
dengan adanya penilaian diri yang negatif dan harga diri yang rendah,
memiliki harapan-harapan yang negatif. Cenderung menyalahkan dan
mengkritik diri sendiri serta sulit untuk mengambil keputusan. Penderita
depresi memiliki sikap pesimis yang disebabkan karena merasa tidak
berharga, memiliki bayangan yang buruk tentang masa depannya dan sangat
mengkhawatirkan adanya sebuah penolakan akibat perubahan yang
dialaminya. Mereka berkeyakinan bahwa keadaan buruk yang dialaminya
akan berlangsung terus menerus dan akan menjadi semakin buruk.
Hal tersebut selaras dengan prinsip terapi yang terdapat di dalam SEFT
(Spiritual Emotional Freedom Technique). Terapi ini memiliki prinsip dasar
spiritual power yaitu yakin, ikhlas, pasrah, syukur dan khusyu (Zainudin,
2012). Ketika seseorang dalam keadaan yakin bahwa apa yang terjadi pada
kehidupan ini adalah atas izin Allah SWT, dan semua kejadian dalam hidup

1
ini adalah yang terbaik untuk dijalani. Yakin pada Maha kuasanya Allah
SWT dan Maha sayangnya Allah pada mahluknya maka seseorang akan
menjalani kehidupan ini dengan lebih tenang dan ringan (Zainudin, 2012).
Gymnastiar (2008) menyatakan bahwa seseorang yang memiliki kayakinan
akan pertolongan Allah SWT, maka pertolongan itu pasti datang, jika
seseorang yakin bahwa kesulitannya akan dilapangkan oleh Allah SWT maka
Dia akan melapangkannya, karena Allah SWT akan sesuai dengan prasangka
hambanya (Gymnastiar, 2008).
Terapi kognitf perilaku adalah terapi yang bersifat terbuka di mana Anda
dan terapis bisa mendiskusikan jalan yang terbaik tanpa dipaksa dan dicekoki
saran dari terapis yang tidak sesuai dengan diri. Pentingnya pemberian terapi
kognitif perilaku terhadap depresi pada wanita yang terinfeksi HIV adalah
untuk membantu para wanita tersebut dalam mempertahankan kondisinya, di
mana kesehatan baik fisik maupun psikologis pada mereka sangat berpotensi
untuk mengalami gangguan. Terapi kognitif-perilaku akan membantu mereka
mengurangi gejala-gejala yang mengarah pada depresi, sehingga mereka
dapat tetap menjalani tugasnya sebagai ibu rumah tangga serta membantu
perekonomian keluarganya atau bahkan menjadi tulang punggung dari
keluarganya. Kondisi tersebut didukung dengan kenyataan di lapangan, di
mana jumlah wanita yang terinfeksi HIV dari suaminya terus meningkat,
tetapi belum diimbangi dengan penanganan yang optimal yang dapat
membantu wanita tersebut dalam menjalani tugas-tugasnya setelah terjadi
“perubahan” pada mereka. Penanganan depresi pada wanita tidak cukup
hanya dengan menggunakan terapi obat. Mereka dapat menemukan kembali
beberapa faktor fisik yang dapat mengakibatkan depresi serta keluhan-
keluhan fisik yang dapat bertahan di dalam tubuh wanita tersebut dalam
waktu yang lama sehingga dibutuhkan proses healing yang juga panjang.
Oleh karena itu, diperlukan adanya dukungan dari lingkungan yang dapat
membantu mereka dalam menghadapi masalah yang mereka hadapi seperti
konseling atau peer group5 . Selain itu, dengan memberikan psikoterapi juga
akan dapat membantu mereka dalam proses healing tersebut. Pada awal

2
proses terapi ini, terapis menjelaskan tentang dasar rasionalisasi dari terapi
kognitif. Kemudian pasien diajarkan untuk mengenali, memonitor, dan
mencatat pemikiran-pemikiran negatifnya ke dalam catatan harian pemikiran
negatif yang telah disediakan terapis. Terapi perilaku digunakan tidak hanya
bertujuan untuk merubah perilaku mal-adaptif pasien, tetapi juga untuk
menunjukkan pengaruh atau hubungan kognisi terhadap perilaku.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan HIV/AIDS
sebagai kewajiban mahasiswa dalam menyelesaikan setiap program
mata kuliah yang diberikan.
2. Tujuan Khusus
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan mengenai
Terapi-terapi untuk penderita HIV/AIDS yang lebih luas terutama
kepada mahasiswa Keperawatan.

3
BAB II
METODE

Journa Authors and Years Title and Aim of Metode Intervention Search
l Article
1. Reini Astuti, Iyus PENGARUH 1. Metode penelitian Instrumen dalam Google Scholar
Yosep, dan Raini INTERVENSI SEFT yang digunakan pada penelitian ini digunakan
Diah Susanti (2015) (SPIRITUAL penelitian ini adalah untuk mengukur tingkat
EMOTIONAL quasi-experimental depresi pada ibu rumah
FREEDOM dengan pretest and tangga dengan HIV. Alat
TECHNIQUE) posttest design, ukur yang digunakan
TERHADAP menggunakan adalah BDI (Beck
PENURUNAN kelompok kontrol Depression Inventory).
TINGKAT untuk dapat menguji BDI merupakan alat ukur
DEPRESI IBU adanya sebab dan yang dapat dipercaya
RUMAH TANGGA akibat pada sebuah untuk mendeteksi ada
DENGAN HIV fenomena. atau tidaknya depresi
2. Penelitian ini secara cepat dan tepat

4
Tujuan: mengetahui terdapat droup out serta dapat
pengaruh pemberian pada kelompok memperlihatkan tingkat
terapi (SEFT) dalam intervensi sebanyak 1 keparahan penderitanya,
pasien dengan HIV orang pada hari ke 3. dengan skor lebih dari 17
Kelompok intervensi dan kurang dari 40,
menjadi 15 orang, dan responden berada dalam
agar hasilnya lebih rentang usia produktif
homogen maka (18 – 45 tahun, memiliki
kelompok kontrol pun Insight (kesadaran diri).
menjadi 15 orang Setelah mendapatkan
juga. persetujuan responden,
kemudian dilakukan
pengukuran tingkat
depresi pada ibu rumah
tangga dengan HIV pada
kelompok intervensi
maupun kelompok
kontrol, pada kelompok
intervensi diberikan

5
intervensi SEFT
(Spiritual Emotional
Freedom Technique)
sebanyak empat kali.
Pada akhir sesi dilakukan
pengukuran kembali
tingkat depresi pada
kelompok intervensi
maupun kelompok
kontrol. Penelitian ini
menggunakan analisa
univariat untuk
mengetahui distribusi
frekuensi, presentase dari
karakteristik responden
meliputi usia, status
marital, tingkat
pendidikan, agama dan
lamanya terdiagnosa

6
HIV. Selain karakteristik
responden analisis
univariat ini bertujuan
untuk melihat gambaran
karakteristik responden
yang mengalami depresi
pada responden
kelompok intervensi
maupun kelompok
kontrol. Analisa bivariat
dalam penelitian ini
dilakukan untuk
mengetahui apakah
terdapat pengaruh
intervensi SEFT terhadap
penurunan tingkat
depresi.
2. Melynda Serasita PENGARUH 1. Jenis penelitian ini Peneliti menjelaskan Google Scholar
Pamularsih (2019) SPIRITUAL adalah penelitian kepada responden bahwa

7
EMOTIONAL kuantitatif, dengan akan diberikan pre test
FREEDOM rancangan Quasi untuk mengukur tingkat
TECHNIQUE Eksperimental dengan stress kemudian
(SEFT) pendekatan one group diberikan terapi SEFT
TERHADAP pretest-post test selama 15 menit
TINGKAT design. sebanyak satu kali
KEKEBALAN 2. Dalam penelitian kemudian diberikan post
STRESS PADA ini terdapat 28 test untuk mengukur
ODHA DI responden yang tingkat stress setelah
PUSKESMAS semuanya diberikan diberikan terapi SEFT.
MANAHAN perlakuan sama. Peneliti menggunakan uji
Wilcoxon untuk
mengetahui Pengaruh
Spiritual Emotional
Freedom Technique
(SEFT) terhadap Tingkat
Kekebalan Stress pada
ODHA di Puskesmas
Manahan

8
3. Christina Dinda PENGARUH 1. Jenis penelitian ini penelitian ini berupa data Google Scholar
Permata Kasih, Arina TERAPI adalah kuantitatif. kuantitatif yang berupa
Nurfianti, Jaka SPIRITUAL Metode penelitian skor dimana diperoleh
Pradika EMOTIONAL eksperimen semu dari perhitungan skor
FREEDOM (quasi eksperiment kuesioner yaitu skor
TECHNIQUE design) dengan depresi. Teknik
(SEFT) rancangantime series. pengumpulan data primer
TERHADAP Lokasi penelitian di dalam penelitian ini
PERUBAHAN Rumah Sakit Jiwa diperoleh dengan
SKOR DEPRESI Sungai Bangkong, melaksanakan pre test
PADA ORANG Pontianak Kalimantan yaitu tes sebelum terapi
DENGAN HIV- Barat pada 03-31 Juli SEFT dan post test, yaitu
AIDS (ODHA) DI 2017. tes sesudah terapi SEFT
RUMAH SAKIT 2. Pengambilan
JIWA SUNGAI sampel ini dengan
BANGKONG menggunakan
purposive sampling.
Sampel pada
penelitian ini

9
berjumlah 22 orang.
4. Irawati, Deasy, TERAPI KOGNITIF 1. Penelitian ini Persiapan penelitian ini Google Scholar
Subandi, M.A., PERILAKU merupakan penelitian meliputi pelaksanaan
Kumolohadi, Retno RELIGIUS UNTUK eksperimen, dengan need assesment melalui
(2011) MENURUNKAN rancangan wawancara dengan
KECEMASAN eksperimen, dengan anggota dan pimpinan
TERHADAP rancangan eksperimen LSM HIV/AIDS,
KEMATIAN PADA pre-test post-test pengurusan perizinan,
PENDERITA control group design. penyusunan rancangan
HIV/AIDS penelitian dan mosul
2. subjek pada
terapi kognitif perilaku
penelitian ini
religius, seleksi terapis,
berjumlah 8 orang
ko-terapis, dan observasi,
penderita HIV/AIDS
persiapan terapis untuk
berjenis kelamin
melakukan terapi,
perempuan.
penentuan subjek
penelitian, penyusunan
skala dan uji coba modul
penelitian, dan terakhir

10
penandatanganan
persetujuan dan
screening subjek.
5. Luthfi Athmasari TERAPI KOGNITIF Penelitian ini Alat pengumpul data Google Scholar
PERILAKU merupakan penelitian yang digunakan adalah
WANITA pre-eksperimen yang Beck Depression
PENDERITA melibatkan dua wanita Inventory (BDI) yang
HIV/AIDS YANG yang terinfeksi HIV terdiri dari 21 pernyataan
TERINFEKSI DARI dari suaminya dan yang digunakan untuk
SUAMINYA mengalami depresi. mengukur tingkat depresi
pada wanita yang
terifeksi HIV dari
suaminya. Analisis data
yang digunakan adalah
analisis data non-
parametrik, dan untuk
teknik perhitungan yang
digunakan adalah
Wilcoxon signed-rank

11
test dengan bantuan
SPSS 18.0 for Windows.
Perhitungan Wilcoxon
signed-rank test
berdasarkan rangking
positif sebesar z = -
1,342 dan signifikansi
sebesar p = 0,180 (p <
0,05).
6. Nita Trimulyaningsih TERAPI KOGNITIF Jumlah subjek yang Penelitian ini Google Scholar
(2010) PERILAKUAN ikut dalam penelitian menggunakan Beck
RELIGIUS UNTUK ini berjumal 2 orang, Depression Inventory
MENURUNKAN dengan jenis kelamin (BDI) yang telah
GEJALA DEPRESI perempuan. Jenis digunakan dan diukur
kelamin subjek tingkat validitas dan
Tujuan: untuk penelitiankeduanya reabilitasnnya. Selain
mengetahui efek dari perempuan dengan dengan BDI, data
terapi kognitf pada skir BDI 17 (Subjek didapatkan dengan
penurunan gejala E-sedang) dan 24 observasi dan

12
depresi. (Subjek K-berat) wawancara. Observasi
dan wawancara
dilakukan untuk
mendapatkan data
sebelum, selama, sesudah
intervensi.

13
BAB III

DISKUSI

A. Pengaruh Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)


Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada Pasien HIV/AIDS
Terdapat perbedaan skor tingkat depresi pada kelompok intervensi
dan kelompok kontrol setelah dilakukan SEFT (Spiritual Emotional
Freedom Technique) pada kelompok intervensi. Hal ini disebabkan karena
adanya lima prinsip utama SEFT (Spiritual Emotional Freedom
Technique), yaitu syukur, ikhlas, sabar, yakin dan pasrah. Jika hal tersebut
dapat di jalani dengan baik oleh ibu rumah tangga dengan HIV yang
mengalami depresi, maka akan sangat membantu untuk menurunkan
tingkat depresi. Hal tersebut dikarenakan kelima prinsip tersebut
merupakan cara-cara yang dapat dilakukan untuk mereposisi distorsi
kognitif atau difungsional keyakinan yang biasa terjadi pada orang dengan
depresi (Cervone dan Pervin, 2012). Tidak terdapat perubahan tingkat
depresi pada kelompok kontrol, bahkan cenderung mengalami sedikit
peningkatan. Hal tersebut dikarenakan pada kelompok kontrol tidak
diberikan intervensi SEFT seperti pada kelompok intervensi.
Kekebalan Stress sebelum diberikan terapi SEFT pada ODHA rata-
rata 59.18 menunjukan tidak kebal tehadap stress. Awal mula mereka
terdiagnosa HIV positif mengatakan dengan kondisi seperti ini sebagai
ODHA mereka menganggap hidup mereka tidak berguna lagi, mereka
mengatakan depresi, stress, kacau, down, mereka menganggap hidup
mereka hanyalah beban untuk masyarakat dan mereka belum terbuka
untuk masyarakat karena takut mereka tidak akan punya tetangga lagi
meskipun mereka sudah minum vitamin (ARV). Beruntungnya keluarga
selalu mendukung mereka apapun keadaan mereka. Kekebalan Stress
sesudah diberikan terapi SEFT pada ODHA rata-rata 38.57 menunjukan
kurang kebal tehadap stress. Setelah dilakukan tindakan terapi Spiritual.
Emotional Freedom Technique (SEFT) mereka merasa lebih baik, emosi

14
mereka terkontrol, mereka mesara dingin sejuk, mereka seperti
menemukan hidup baru, semangat baru, pemikiran yang mulanya negatif
bisa berubah menjadi positif, mereka mnjadi lebih percaya dengan
lingkungan sekitar, mereka merasa lebih kuat menjalani kehidupan
mendatang.
Skor depresi responden sebelum diberikan terapi SEFT terbanyak
mengalami depresi ringan (skor penelitian dan diharapkan bagi peneliti
selanjutnya dapat melakukan tindak lanjut dalam observasi pada
mekanisme koping serta faktor-faktor lain).

B. Terapi Kognitif Perilaku Religius Untuk Menurunkan Depresi Pada


Pasien HIV/AIDS
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terapi kognitif
perilaku religius berhasil menurunkan kecemasan terhadap kematian pada
penderita HIV/AIDS. Hasil penelitian ini secara umum menemukan bahwa
terapi kognitif perilaku religius mampu membantu penderita HIV/AIDS
dalam menurunkan kecemasan terhadap kematian. Hasil ini berlaku pada
kelompok eksperimen dalam penelitian ini dan belum bisa
digeneralisasikan pada kelompok diluar eksperimen.
Kesimpulan dari tulisan adalah terapi kognitif perilaku efektif
untuk menurunkan depresi pada wanita yang terinfeksi HIV dari
suaminya. Terapi ini dapat membantu mengurangi pikiran-pikiran negatif
atau distorsi kognitif, membantu menurunkan gejala-gejala fisik serta
mendorong munculnya perilaku yang lebih adaptif.
Terapi kognitif perilakuan Religius efektif menurunkan gejala
depresi. Serangkaian teknik restrukturisasi kognitif religius membantu
klien untuk menggantikan pikiran negatif dengan pikiran yang lebih
adaptif. Serangkaian teknik relaksasi yang digabungkan dengan konsep
kepasrahan, doa, dan rasa syukur mampu mengurangi gejala somatik yang
muncul mengiringi depresi sehingga turut menuunkan tingkat depresi.

15
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada kelompok intervensi setelah diberikan perlakuan SEFT
mengalami penurunan tingkat depresi, sedangkan pada kelompok kontrol
terdapat perubahan yang tidak begitu signifikan dan cenderung mengalami
peningkatan. Pengaruh Intervensi SEFT terhadap Penurunan Tingkat
Depresi Ibu Rumah Tangga signifikan pada tingkat depresi ibu rumah
tangga dengan HIV setelah dilakukan intervensi SEFT (Spiritual
Emotional Freedom Technique).
Terapi kognitif perilaku ini dapat membantu mengurangi pikiran-
pikiran negatif atau distorsi kognitif, membantu menurunkan gejala-gejala
fisik serta mendorong munculnya perilaku yang lebih adaptif.
B. Saran
Semoga makalah ini dapat dimanfaatkan secara maksimal,
sehingga dapat membantu proses pembelajaran, dan dapat
mengefktifitaskan kemandirian dan kreatifitas mahasiswa.

16
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, R., Yosep, I., & Susanti, R. D. (2015). Pengaruh intervensi SEFT
(Spiritual Emotional Freedom Technique) terhadap penurunan tingkat depresi ibu
rumah tangga dengan HIV. Jurnal Keperawatan Padjadjaran, 3(1).

Pamularsih, S. M., Agustin, R. M., Harti, S. A. (2019). PENGARUH SPIRITUAL


EMOTI ONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) TERHADAP TINGKAT
KEKEBALAN STRESS PADA ODHA DI PUSKESMAS MANAHAN. Jurnal
Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta.

Kasih, C. D. P. PENGARUH TERAPI SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM


TECHNIQUE (SEFT) TERHADAP PERUBAHAN SKOR DEPRESI PADA
ORANG DENGAN HIV-AIDS (ODHA) DI RUMAH SAKIT JIWA SUNGAI
BANGKONG. Jurnal ProNers, 3(1).

Irawati, D., Subandi, M. A., & Kumolohadi, R. (2011). Terapi Kognitif Perilaku
Religius untuk Menurunkan Kecemasan terhadap Kematian pada Penderita
HIV/AIDS. Jurnal Intervensi Psikologi, 3(2), 169-186.

Atmasari, L. TERAPI KOGNITIF PERILAKU WANITA PENDERITA


HIV/AIDS YANG TERINFEKSI DARI SUAMINYA.

Trimulyaningsih, N., & Subandi, M. A. (2010). Terapi kognitif-perilakuan religius


untuk menurunkan gejala depresi. Jurnal Intervensi Psikologi, 2(2), 205-227.

17

Anda mungkin juga menyukai