Anda di halaman 1dari 9

TUGAS WAWASAN SENI PERTUNJUKAN

(Seni Pertunjukan Musik Zaman Prasejarah)

KELOMPOK 1A

Anggota :
1. Ronald Restu A.P.
2. Dhea Ariesta A.D.
3. Mercy Sambo
4. Devi Puspita Kartika Putri
Kelas : A

PRODI PENDIDIKAN S1 SENDRATASIK


FAKULTAS SENI DAN DESAIN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Tugas Wawasan Seni
Pertunjukan (Seni Pertunjukan Musik Zaman Prasejarah)”. Meskipun banyak hambatan
yang kami alami dalam proses penyusunan makalah ini, tetapi akhirnya kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Tidak lupa kami sampaikan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah
membantu dan membimbing kami dalam mengerjakan dan menyelesaikan makalah ini.Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman mahasiswa/mahasiswi yang telah
memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah
ini.

Tentunya terdapat hal-hal yang ingin kami sampaikan kepada masyarakat dari hasil
makalah ini.Oleh karena itu, kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang
berguna bagi kita bersama.

Kami menyadari bahwa makalah serta susunan makalah ini masih sangat jauh dari
kata sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun guna untuk menyempurnakan makalah ini.Kami berharap semoga makalah ini
bisa bermanfaat bagi kami sebagai penyusun, dan dapat berguna bagi pembaca pada
umumnya.

Makassar, 1 April 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
1. LATAR BELAKANG .................................................................................................... 1
2. RUMUSAN MASALAH ................................................................................................ 1
3. TUJUAN ......................................................................................................................... 1
BAB II........................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 2
1. Pengertian dan Latar Belakang Gordang Sembilan ........................................................ 2
2. Fungsi Gordang Sembilan............................................................................................... 2
3. Syarat-syarat Menggunakan Gordang Sembilan ............................................................ 3
4. Ansambel Gordang lima (Gordang Kecil) ...................................................................... 3
5. Ansambel Gondang ......................................................................................................... 4
BAB III ...................................................................................................................................... 5
PENUTUP.................................................................................................................................. 5
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 6

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Dewasa ini, seni pertunjukan telah berkembang sangat pesat. Dalam makalah ini, kami
akan membahas contoh seni pertunjukan, tetapi kami bukan membahas seni pertunjukan
musik modern, melainkan kami membahas seni pertunjukan musik pada zaman
Prasejarah. Kami membahas seni pertunjukam dari Pulau Sumatera (Sumatera Utara)

2. RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan pengertian dan latar belakang Gordang Sembilan
2. Apa fungsi utama Gordang Sembilan
3. Apa syarat menggunakan Gordang Sembilan
4. Jelaskan ansambel Gordang Lima
5. Jelaskan ansambel Gondang

3. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dan latar belakang gordang sembilan
2. Untuk mengetahui fungsi utama Gordang Sembilan
3. Untuk mengetahui syarat menggunakan Gordang Sembilan
4. Untuk mengetahui ansambel Gordang Lima
5. Untuk mengetahui ansambel Gondang

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian dan Latar Belakang Gordang Sembilan


Penghuni asli yang mendiami wilayah Sumatera Utara adalah kelompok etnis Batak.
Mereka masih dibedakan lagi menjadi kelompok etnis yang lebih kecil, yaitu Batak
Toba, Batak Karo, Batak Pakpak Dairi, Batak Simalungun, dan Batak Mandailing.
Dalam sejarah, sebenarnya Sumatera Utara pernah pula mendapat pengaruh budaya
Hindu. Peninggalan-peninggalan pengaruh masa kebudayaan Hindu di Sumatera Utara
bisa dicermati dari reruntuhan sembilan candi Hindu dan Buddha. Hanya saja
peninggalan masa Hindu itu oleh sebagian masyarakat Batak, terutama Batak
Mandailing, dianggapnya sebagai rumah nenek moyang mereka.
Dalam berbagai tradisi masih biasa dijumpai kata-kata yang jelas berasal dari kata-
kata Sanskrit, seperti misalnya kata raja. Alfabet dari masyarakat Batak juga tampak
adanya ciri-ciri alfabet dari India.
Salah satu bentuk seni pertunjukan yang sangat menarik untuk diketengahkan di sini
adalah ansambel musik gordang yang sangat mengutamakan melodi yang dihasilkan
oleh sejumlah instrumen gendang berkepala satu (gordang).

2. Fungsi Gordang Sembilan


Gordang Sembilan yang keramat itu fungsi utamanya adalah untuk
menghadirkan roh nenek moyang turun ke bumi, guna dimintai restu dan nasihat.
Upacara menghadirkan roh nenek moyang itu terutama terpusat pada upacara
pemakaman dan pernikahan .
Instrumen pokok dari Gordang Sembilan yang terdiri dari sembilan gendang
besar berkepala satu yang dilaras, juga dilengkapi dengan sepasang gong agak besar
yang disebut ogung, dua atau tiga gong berukuran sedang yang disebut yang disebut
momongan, sebuah doal (seperti ketuk), sebuah sarune, dan sepasang simbal atau
ceng-ceng yang disebut talisasayap.
Dari kenyataan kehadiran ansambel musik Gordang Sembilan pada
masyarakat Batak Mandailing yang fungsi utamanya adalah untuk mengundang roh
nenek moyang itu jelas, bahwa budaya musik ini merupakan peninggalan tradisi dari
Masa Pra-Hindu atau Masa Pra-Sejarah.

2
3. Syarat-syarat Menggunakan Gordang Sembilan
Untuk menurunkan instrumen-instrumen Gordang Sembilan diperlukan izin khusus
dari raja. Pada peristiwa itu seekor kerbau harus dipotong, bahkan bisa lebih asal
jumlahnya ganjil. Penurunan Gordang Sembilan ini hanya terjadi apabila ada upacara
pemakaman serta pernikahan dari keluarga terpandang.
Untuk menandai bahwa ada seseorang meninggal dunia atau sebuah upacara
pemakaman akan diselenggarakan, gendang tersebar ditabuh.
Selain Gordang Sembilan, masyarakat Mandailing juga memiliki ansambel gordang
yang lebih kecil yang jumlah gendangnya yang berkepala satu hanya lima buah.
Ansambel ini disebut Gordang Lima, yang dahulu disimpan di rumah seorang syaman
yang disebut sibaso. Instrumentasinya mirip dengan Gordang Sembilan, tetapi jumlah
gordangnya hanya lima buah. Di samping itu kadang-kadang juga dilengkapi dengan
seorang penyanyi. Ansambel ini dimainkan untuk mengundang roh-roh untuk masuk ke
tubuh sibaso.
Sibaso yang telah kemasukan roh-roh itu, kemudian memberikan petuah-petuah
kepada masyarakat yang memerlukan dengan mengajukan berbagai pertanyaan.
Misalnya saja, siapa yang bakal menang perang; ramuan jamu-jamuan apa yang
diperlukan untuk menyembuhkan suatu penyakit; dan sebagainya.

4. Ansambel Gordang lima (Gordang Kecil)


Masyarakat Batak Mandailing yang mendiami wilayah Tapanuli Selatan merupakan
masyarakat pemeluk agama Islam, tetapi yang terpadu dengan kepercayaan Masa
Prasejarah, yaitu kepercayaan animisme dan penyembahan kepada roh nenek moyang.
Dalam bidang seni pertunjukan, ternyata masyarakat Batak Mandailing masih
melestarikan warisan tradisi lama mereka. Ansambel musik yang merupakan ansambel
kebanggaan masyarakat Batak Mandailing adalah Gordang Sembilan yang dianggap
sangat keramat.
Angka sembilan melambangkan jumlah klen dari masyarakat Batak Mandailing, dan
klen Lubis yang dianggap sebagai klen utama.
Karena begitu keramatnya, ansambel Gordang Sembilan disimpan di rumah khusus
yang disebut Sopo Gordang, yang juga berfungsi sebagai balai pertemuan, yang hanya
dimiliki pleh klen Lubis. Kesembilan klen dipimpin oleh sembilan pimpinan, dan
pimpinan tertingginya disebut raja.

3
5. Ansambel Gondang
Selain Gordang Sembilan dan Gordang Lima, masyarakat Mandailing memiliki
sebuah ansambel musik gendang yang tidak begitu sakral, yang sering pula dipergunakan
sebagai sarana hiburan. Ansambel itu disebut Gondang, yang instrumentasinya sama
dengan Gordang Lima kecuali sepasang gendangnya yang berkepala dua yang disebut
Gondang.
Ansambel ini biasanya digunakan untuk mengiringi tari yang disebut Tortor.
Ansambel Gondang juga dimainkan untuk mengiringi perayaan-perayaan kecil, seperti
misalnya kelahiran seorang bayi, pemberian nama, khitan bagi anak laki-laki, dan
sebagainya.

4
BAB III

PENUTUP

 Kesimpulan
Salah satu bentuk seni pertunjukan yang sangat menarik untuk diketengahkan di sini
adalah ansambel musik gordang yang sangat mengutamakan melodi yang dihasilkan
oleh sejumlah instrumen gendang berkepala satu (gordang).

5
DAFTAR PUSTAKA

Soedarsono, Prof.Dr.R.M. Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi;UGM

2002

Anda mungkin juga menyukai