Abstract
The writing of this article aims to identify and examine the values contained in the Reog
Ponorogo tradition as one of the cultures that strengthen national identity. This article was
compiled using the literature study method, which is a method of data collection which is car-
ried out by utilizing sources and literature material. The results and conclusions of this study
include: 1. Religious Value, 2. Social Value, 3. Economic Value and 4. Performance Value. But
Reog Ponorogo culture began to be abandoned along the times. This is indicated by the large
number of corruption, terrorism, radicalism, and the challenges of globalization that can lead
to the weakness of national identity. The values contained in the Reog Ponorogo tradition are
expected to be one of the cultures that can strengthen the national identity. Reog Ponorogo values can
be used as a source of inspiration and can contribute to the formation of national identity.
PENDAHULUAN
Interaksi sosial membuat manusia membentuk Reog Ponorogo merupakan kesenian yang
tradisi karena kebiasaan yang dilakukan, setiap terkenal dan melegenda bagi masyarakat
tradisi terdiri dari beraneka macam. Menurut Indonesia dan merupakan seni budaya oleh
pandangan Gie (1977:40) Setiap manusia mem- UNESCO yang ditetapkan sebagai pertun-
punyai aspek dalam kehidupanya yang melipu- jukan kesenian asli (Soedarsono, 1994:98).
ti ilmu, kepercayaan, filsafat, dan seni. Semua tersebut merupakan kesenian kekayaan
aspek tersebut saling berinteraksi dan meleng- budaya Jawa yang kaya dengan nilai adilu-
kapi satu dengan yang lain. Hal tersebut mem- hung (keutamaan). Masyarakat Ponorogo
buktikan bahwa semua manusia selalu meny- bangga dengan kesenian Reog Ponorogo-
isihkan waktunya sebagian untuk mencukupi nya. Masyarakat memberikan apresiasi ter-
kepuasan batin dengan berbagai ungkapan. hadap kesenian tersebut dan menjadikanya
Penggolongan seni terbagi menjadi dua yaitu sebagai sumber inspirasinya. Menurut Koent-
seni pertunjukan dan seni rupa. Apabila dit- jaraningrat, Reog Ponorogo merupakan tarian
injau dari aspeknya seni terbagi menjadi tiga raksasa yang berkesenian secara berkelompok, di
yaitu: seni tari, seni musik, dan seni teater. dalam kesenian reog terdiri atas: warok, bar-
Serta fungsi dari seni adalah untuk sarana hiburan, ongan (penari raksasa), tembem (penari
sarana ritual, dan sarana penyajian keindahan. topeng), jathil (penari kuda), penari klana, dan
75
penabuh gamelan (kendhang, kempul, gong mengolah data yang berasal dari buku dan
terompet kayu) (Koentjaraningrat, 1984:225) jurnal yang berhubungan dengan tradisi Reog
Ponorogo sebagai budaya penguat jati diri
Berjalannya kondisi bangsa Indonesia yang bangsa. Selanjutnya olah data, kemudian diana-
berdampak negatif terhadap reformasi ditam- lisis, dirangkum dan digeneralisasikan dengan
bah merebaknya kekerasan, budaya asing memakai kajian teori yang sesuaiasehingga men-
yang masuk cenderung merusak, kejahatan, jadi satu kesatuan artikelayang utuh.
lunturnya cinta tanah air. Ideologi yang masuk
berupa aksi kekerasan yang mengatasnamakan HASIL DAN PEMBAHASAN
agama. Kebenaran yang harus dipertahankan A. Sejarah Kesenian Reog Ponorogo
serta diperjuangkan dengan berbagai cara Lokasi Ponorogo adalah sebelah barat daya
menjadi landasan untuk beragama. Tindakan provinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung
kekerasan melawan siapa yang tidak sepema- dengan Jawa Tengah, serta diapit gunung
haman, yang dijadikan acuan adalah tafsir yang Lawu dan gunung Wilis. Ponorogo didiri-
keras, fundamental, dan radikal (Syarbani, kan pada tahun 1486 oleh Bupati Ponorogo
2009:132). Yang merusak jati diri bangsa ada- pertama yang keturunan raja Brawijaya ke
lah hal-hal yang seperti itu, yang menimbul- V yaitu Raden Katong. Sebelum diperintah
kan masyarakat menjadi lemah. Langkah yang Raden Katong, wilayah Ponorogo merupa-
harus dilakukan adalah dengan memperkuat kan kademangan Wengker dengan raja Klana
kebudayaan nasional maupun daerah melalui Sewandanadan patih Klan Wijaya yang
kebudayan, tradisi, dan adat istiadat salah satun-
terkenal sakti mandraguna. Kerajaan Wengk-
ya menggunakan kesenian Reog Ponorogo yang
er selesai setelah dikalahkan oleh Airlangga.
memiliki kekhasan dan melegenda.
Dua ratus tahun kemudian berdiri kerajaan
kademangan Bantarangin yang didirikan oleh
Kesenian Reog Ponorogo memiliki nilai-nilai
keturunan Klana Wijaya adalah Ki Ageng
yang keutamaannya sesuai dengan kebua-
dayaan Jawa. Kesenenian Reog Ponorogo Kutu Suryangalam yang terkenal sakti.
kelestariannya tetap terjaga karena generasi (Purwowijoyo, 1984:32). Kesenian Reog
muda dan generasi tua tetap melestarikan dan Ponorogo memiliki beberapa versi cerita.
menjaga keasliannya. Bahkan kesenian Reog Yang pertama, putri raja Kediri Dewi Sang-
sampai menyebar ke kota-kota besar di ga Langit dilamar oleh Klana Sewandana raja
Indonesia. Sehingga setiap tahunnya di dari kerajaan Bantarangin. Kemudian pihak
kota Ponorogo selalu diadakan kegiatan kerajaan Kediri meminta syarat untuk lamaran
festival nasional kesenian reog. Terkait dengan yang berupa minta dibuatkan manusia berke-
melemahnya jati diri bangsa yang diakibat- pala harimau dan gamelan model terbaru.
kan oleh kekerasan dan korupsi, diharapkan Gamelan tersebut sekarang sebagai gumbung.
nilai-nilai kesenian reog dapat diimplementasi- Versi yang kedua sebagai abdi raja Brawijaya V,
kan membangun jati diri bangsa. Pemikiran Ki Ageng Kutu memilih untuk meninggalkan
tentang kesenian reog dari Bathara Katong Majapahit, karena isteri Brawijaya V mengua-
dalam membangun warga Ponorogo serta reog sai Majapahit dibanding Brawijaya V. Kemu-
dijadikan media pemersatu rakyat Ponorogo. dian Ki Ageng Kutu mendirikan padepokan
Surukubeng di daerah Wengker untuk melatih
METODE PENELITIAN para pemuda berlatih ilmu kanuragan den-
Penelitian ini menggunakan penelitian kepus- gan permainan barongan. Barongan tersebut
takaan baik berupa buku, catatan, maupun dibuat sindiran yang ditujukan kepada Raja
laporan hasil penelitian terdahulu. Sumber Brawijaya V, yang berakibatkan Ki Ageng
didapatkan dari sumber-sumber kepustakaan Kutu dianggap memberontak. Brawijaya V
(Mahmud, 2011) pelaksanaannya dengan berfikir untuk menaklukan Surukubeng na-
Bekti Galih Kurniawan, Marzuki, Tradisi Reog Ponorogo Sebagai Budaya Penguat Jati Diri Bangsa. 77
sehari-hari. Berikut nilai-nilai yang terung- nusia yang ingin mencapai sesuatu dengan
kap dalam kesenian reog adalah: cara menggunakan kekuatan gaib yang ada
pada alam. Bisa dikatakan cara yang diyak-
1. Nilai Religius ini dapat menimbulkan kekuatan gaib serta
Nilai religius meliputi a. Nilai dakwah. Media dapat menguasai alam pikiran dan tingkah
dakwah ada pada gamelan reog yang dipakai laku manusia (Koentjaraningrat, 1984:54).
Bathara Katong pada saat dakwah, ketika Pada tahun 1990-an praktek magis dalam
masyarakat Ponorogo menganut kepercayaan kesenian reog masih dilakukan pada reog
Hindu, Bathara Katong menyebarkan Islam. obyogan yaitu kesenian reog yang dilaksan-
Dahulu gumbung disebut sebagai gamelan akan di desa. Terungkapnya pada pembe-
reog yang dipakai kerajaan Wengker ketika rian magis pada pembarong. Hal tersebut
latihan perang. Metode yang dilakukan oleh dilakukan karena untuk tambahan kekuatan
Bathara Katong seperti yang dilaksanakan pembarong tahu sendiri kalau pembarong
oleh Walisongo dalam menyebarkan agama mengangkatnya menggunakan gigi yang
islam di tanah Jawa dengan media wayang. beratnya bisa mencapai 50-60 kg selain itu
Faktor luar dari karakter Islam yang disiarkan digunakan sebagai daya tarik tersendiri bagi
oleh Bathara Katong dan Walisongo memili- grup reyog. (Fauzannafi, 2005:171). 4. Nilai
ki banyak unsur kesamaan dan sesuai dengan superioritas bisa dikatakan sebagai kelebihan,
unsur kebudayaan asli Indonesia, contohnya keunggulan atau daya linuwih. Stigma yang
pakai gamelan (Saksono, 1995:221). Seka- berkembang di masyarakat kekuatan punya
rang ini banyak sekali acara-acara besar Islam keunggulan atau daya linuwih biasanya mereka
menggunakan kesenain Reog yang bertu- menyebut dari alam gaib, benda yang dijadikan
juan untuk membuat keramaian serta sangat pusaka seperti tombak, keris, cincin, akik, dsb,
efektif mengumpulkan massa. Kalung merjan dan bisa melalui ilmu kanuragan apabila sering
atau tasbih dan paruh burung merak melam- digunakan atau diasah maka semakin bagus
bangkan ajaran Islam merupakan nilai dakwah kalau jarang digunakan juga tidak berfung-
(Fauzannafi, 2005:79). Selanjutnya b. Nilai si. Contohnya seperti pisau sering digunakan
kepercayaan adalah anggapan bahwa keyak- semakin tajam dan begitu sebaliknya. Biasan-
inan yang dipercayai itu nyata atau benar. ya para warok yang sakti mempunyai daya
Kepercayaan dipakai oleh masyarakat yang linuwih atau memiliki ilmu kanuragan hal
tidak percaya satu dari lima agama yang ada tersebut bertujuan untuk memberi kekuatan
di Indonesia. Kepercayaan dalam pandan- tambahan dan pesona pada saat pentas.
gan Endraswara kepercayaan mempunyai
dua arti. 1. Sebagai agama karena didasarkan 2. Nilai Sosial
oleh wahyu dan tidak dapat dijangkau oleh Nilai sosial meliputi: 1. Nilai kepahlawanan
daya pikir manusia apalagi kalau dicari kebe- arti dari pahlawan adalah orang yang berani
narannya. 2. Dalam artian luas bisa meliputi dan berkorban dalam membela kebenaran.
spiritual, pemujaan, dan praktek yang campur Contoh dari pahwalan adalah patih Gajah
dengan kebudayaan. Contohnya: pemujaan Mada kebesaran patih Gajah Mada tidak pada
terhadap binatang dan benda, nujum, tahayul, keturunan raja, tetapi mempunyai keinginan
magis dsb. Nilai tersebut ada pada sesaji yang yang besar yaitu ingin menyatukan Nusan-
digunakan ketika reog memulai untuk pentas. tara yang dikenal dengan sumpah Palapa yang
Tujuanya adalah supaya tidak diganggu oleh beliau ucapkan di hadapan rakyat dan raja Ma-
orang maupun makhluk halus. Sesaji ditempat- japahit (Nasrudin, 2008: 43). Nilai kepahla-
kan di muka barongan atau di dhanyang desa wanan yang terungkap terhadap kesenian reog
(Endraswara, 2006:162). 3. Nilai magis mempunyai pahlawan ialah warok, menurut
menurut Fraser merupakan sikap dari ma- masyarakat Ponorogo terhadap warok seperti
Bekti Galih Kurniawan, Marzuki, Tradisi Reog Ponorogo Sebagai Budaya Penguat Jati Diri Bangsa. 79
enian reog. Nilai dari pertunjukan terhadap Budaya Penguat Jati Diri Bangsa
kesenian reog menurut caturwati adalah kar- Keadaan negara Indonesia dalam pandangan
ya seni tari adalah kesatuan yang selaras dan Koentjaraningrat dan Muchtar Lubis beliau
ketepatan idiom tersebut, didalam kesenian mengemukakan bangsa Indonesia memiliki
reog terdapat idiom-idiom, seperti halnya da- jati diri yang tidak terlalu kuat, karena masyar-
lam reog obyogan idiomnya gerak, alur cerita, akatnya mempunyai sifat yang meremehkan
tata busana, tema, iringan gamelan, dsb. Nilai kualitas, tidak percaya diri, tidak punya malu,
pertunjukan dari reog Ponorogo mempunyai etos kerja buruk, serta tidak disiplin (Saptono,
dua jenis pertunjukan yaitu: reog pentas yang 2011:19) bagaimana supaya masyarakat Indo-
pertunjukannya di panggung, dan reog obyo- nesia memiliki jati diri yang kuat dan dapat
gan yang pertunjukannya tidak di panggung menanggulangi segala permasalahan hal terse-
tetapi di desa-desa. (Caturwati, 2007:169). but memang tidaklah mudah, di zaman seka-
Nilai-nilai yang meliputi pertunjukan ada- rang ini timbulah berbagai masalah seperti:
lah: a. Nilai hiburan. Hiburan adalah sesuatu maraknya korupsi di berbagai kalangan dan
perbuatan yang menyenangkan hati sehingga tingkatan, krisis ekonomi, faham radikalisme,
dapat melupakan kesedihan. Dengan meng- dan pornografi. Hal tersebut akan berdampak
hibur akan dapat membuat suasana hati men- pada lemahnya jati diri bangsa. Langkah untuk
jadi senang dan dapat menyejukan hati seh- menanggulanginya adalah dengan penguatan
ingga rasa gundah gulana dapat teratasi. Seni empat pilar yaitu: Pancasila, UUD 1945,
hiburan perannya sangat penting dalam kon- Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI, nilai
disi situasi dalam keadaan orang lelah bekerja, kebangsaan serta nilai patriot. Kesenian
pusing kuliah dsb. Nilai pertunjukan kesenian Reog Ponorogo dapat diimplementasikan
reog memiliki nilai hiburan yang besar apabila penguat jati diri bangsa didalam terkandung
dibandingkan dengan nilai-nilai lainya. keseni- nilai kebangsaan dan nikai patriotisme. Dengan
an reog obyogan dengan reog pentas mempu- demikian nilai-nilai dari reog Ponorogo dapat
nyai nilai hiburan yang berbeda. Reog pentas dikaitkan dengan nilai Pancasila yaitu: a. Nilai
mempunyai nilai hiburan yang glamor, sedang Religius sesuai dengan nilai ketuhanan, b. Nilai
reog obyogan mempunyai nilai hiburan ma- sosial sesuai dengan nilai kemanusiaan, c. Nilai
buk-mabukan pemainya dan sensualitas. Nilai pertunjukan sesuai dengan nilai persatuan,
hiburan dari kesenian dari Reog Ponorogo d. Nilai sosial sesuai dengan nilai kerakyatan,
mempunyai daya tarik tersendiri dibandingkan e. Nilai Ekonomi sesuai dengan nilai keadilan.
dengan kesenian lainya, contohnya dalam hal:
keasyikan, sorak-sorak pemain, mendebarkan, Sebagai orang Ponorogo, menjadi warok
kekaguman, dan kelucuan. B. Nilai kepuasan memiliki kebanggan tersendiri karena per-
dari istilah kepuasan yang berarti gembira, annya sangat penting. Dikalangan orang
lega, plong, dsb, kondisi yang telah terpenu- Ponorogo menjadi warok dianggap menja-
hi hasrat dari hati. Nilai kepuasan tercurah- di orang yang berkualitas, di kesenian reog
kan oleh pemain setelah pertunjukan selesai tokoh warok berada di posisi paling depan, bisa
mereka yang memerankan kesenian reog ter- dikatakan sebagai komandan maupun pem-
asa puas. Penonton juga merasa puas setelah impin dalam suatu kelompok kesenian reog
menyaksikan atraksi kesenian Reog Ponoro- Ponorogo, selain itu tokoh warok juga memiki
go. Penanggap Reog Obyogan juga merasa perawakan yang menyeramkan. Oleh karena
puas dan senang karena dapat menghibur dan itu tokoh warok harus memikiki ketangguhan,
memberikan kesenangan dan kepuasan bagi kesaktian dan wibawa. Peran dari tokoh warok
penonton dan pemain kesenian reog. sangat penting bagi kesenian reog dan masyar-
akat Ponorogo, berikut ini adalah implemen-
C. Tradisi Reog Ponorogo Sebagai tasi dari nilai kesenian Reog Ponorogo dima-
Bekti Galih Kurniawan, Marzuki, Tradisi Reog Ponorogo Sebagai Budaya Penguat Jati Diri Bangsa. 81
Universitas Negeri Yogyakarta yang memberi Penerbitan Fakultas Filsafat UGM.
dukungan dalam penerbitan artikel ini.
Kattsoff, Louis O.
DAFTAR PUSTAKA 1986. Pengantar Filsafat, terj. Soejono
Budhisantoso. Soemargono, Yogyakarta: Tiara
1994. Kesenian dan Kebudayaan. Surakarta: Wacana.
STSI Press.
Koentjaraningrat.
Caturwati, Endang. 1984. Kebudayaan Jawa, Jakarta:
2007. Tari di Latar Sunda, Bandung: Balai Pustaka.
STSI Bandung.
Mahmud.
De Vos. 2011. Metode Penelitian Pendidikan.
1987. Pengantar Etika, terj. Soejono Soemargono, Bandung: Pustaka Setia.
Yogyakarta: Tiara Wacana.
Mulyana, Deddy, dan Jalaluddin Rakhmat.
Endraswara, Suwardi. 2006. Komunikasi Antar-budaya:Panduan
2006. Budi Pekerti Jawa, Yogyakarta: Berkomunikasi dengan Orang-Orang
Gelombang Pasang Press. Berbeda Budaya, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Fajar, Pramono Muh.
2006. Raden Bathara Katong Bapak-e Wong Purwowijoyo.
Pono-rogo, Ponorogo: Lembaga 1984. Babad Ponorogo I – VIII,
Penelitian Pemberdayaan Birokrasi Ponorogo: t.p.
dan Masyarakat Ponorogo.
Saksono. Widji.
Fauzannafi, Muh. Zamzam. 1995. Mengislamkan Tanah Jawa,
2005. Reog Ponorogo Memori diantara Dominasi Bandung: Mizan.
dan Keragaman,Yogyakarta: Kepel.
Saptono.
Frondizi, Risieri, 2011. Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter,
1963. What is Value?: An Introduction to Surabaya: Erlangga.
Axiology, LaSalle, Ill. : Open Court
Pub Co. Soedarsono.
1994. Pengantar Sejarah Kesenian I-II,
Gie, The Liang. Yogyakarta: ISI Yogya-karta.
1977. Suatu Konsepsi ke Arah Penertiban
Bidang Filsafat, alih bahasa: Syarbaini, Syahrial.
Ali Mudhofir, Yogyakarta: Tiara 2009. Pendidikan Pancasila: Implementasi
Wacana Press. Nilai-nilai Karakter Bangsa, Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Kaelan.
2005. Filsafat Pancasila: Pandangan Titus, Harold H., et.al.
Hidup Bangsa, Yogyakarta: Paradigma. 1984. Persoalan-Persoalan Filsafat,
terj. H. M. Rasyidi, Jakarta:
Kartini. Bulan Bintang, Jakarta.
2008. Horizon Estetika, Yogyakarta: Badan