Anda di halaman 1dari 3

TAMPIL MEMUKAU, PASUKAN SINGA BARONG

TETAP EKSIS DI KALANGAN MASYARAKAT

Pasukan Singabarong atau yang lebih dikenal dengan sebutan Reog,


berasal dari kota Ponorogo, Jawa Timur. Reog merupakan salah satu budaya
kesenian asli Indonesia yang saat ini mungkin sudah jarang dipentaskan di kota –
kota besar. Namun, di daerah tertentu seperti halnya di wilayah Kabupaten
Wonogiri, budaya ini masih sangat dikenal dan kental dengan hal - hal yang
berbau mistik dan ilmu kebatinan atau spiritual yang kuat. Di sisi lain, dalam
pertujukannya, kesenian ini menyuguhkan kemegahan yang memukau sehingga
banyak menarik perhatian masyarakat. Di daerah tersebut, kesenian reog masih
sering ditampilkan dalam acara besar seperti dalam memperingati hari jadi
kabupaten, bahkan merupakan pertunjukkan wajib pada saat acara pawai
memperingati hari kemerdekaan Indonesia.

Belum lama ini, dalam rangka memperingati hari jadi Kota Wonogiri yang
ke 276, diadakan Pawai Budaya dan Event Festival Reog se-Kabupaten Wonogiri
dan. Acara ini digelar pertama kali di Alun – alun Giri Krida Bhakti, Kabupaten
Wonogiri dan sukses menghibur ribuan orang yang menonton (22/5). Festival ini
diikuti oleh 12 Grup Reog yang berasal dari berbagai daerah di Wonogiri,
menyuguhkan atraksi dan aksi kelincahan yang memukau para penonton. Acara
tersebut digelar untuk melestarikan khasanah budaya khususnya di Wonogiri.
Karena, reog merupakan salah satu icon kesenian yang paling banyak diminati
masyarakat Wonogiri. Antusiasme warga sangat terlihat ketika para penonton rela
berjubel di sekitar panggung untuk menikmati pertunjukkan reog, hingga panitia
kewalahan untuk mengatur tempat bagi penonton. Hal ini membuktikan bahwa di
era modern dan serba canggih ini kesenian reog tetap eksis dan menjadi icon
budaya yang banyak menarik antusias masyarakat.
Dalam pertunjukannya, Reog ditampilkan dengan sosok bertopeng
berbentuk kepala singa yang diatasnya ditancapkan bulu - bulu merak menyerupai
kipas raksasa, lebih dikenal sebagai sebutan “Singa Barong“, raja hutan yang
menjadi simbol untuk Kertabumi. Sedangkan, jatilan diperankan oleh kelompok
penari gemblak yang menunggangi kuda – kudaan. Dalam cerita terdahulu, jatilan
menjadi simbol kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit yang berbanding kontras
dengan kekuatan warok. Warok merupakan sosok dibalik topeng dan menopang
berat topeng Singa Baarong yang mencapai 50 kg hanya dengan menggunakan
giginya.

Asal – usul dari reog itu sendiri, bermula dari kisah pemberontakan
seorang abdi kerajaan pada masa Bhre Kertabhumi abad ke-15, yang bernama Ki
Ageng Kutu. Ia marah besar dan murka kepada rajanya, Kertabumi, karena
pengaruh kuat dari pihak istri raja kerajaan Majapahit yang asalnya dari Cina. Ia
dapat memastikan bahwa kekuasaan dari kekuasaan kerajaan Majapahit akan
segera berakhir. Dan akhirnya, ia memutuskan untuk meninggalkan sang raja lalu
ia mendirikan perguruan, yang mana ia sendiri yang mengajar ilmu kekebalan
diri, seni bela diri kepada anak - anak muda, serta ilmu kesempurnaan hidup
dengan menaruh harapan bahwa mereka inilah calon bibit - bibit kebangkitan
kerajaan Majapahit yang mulai runtuh. Karena pasukannya terlalu lemah dan kecil
untuk diadu melawan pasukan dari kerajaan, maka Ki Ageng Kutu berpesan
melalui pertunjukan seni Reog Ponorogo, yang berarti “sindiran” kepada Raja
Kertabhumi. Hal ini dilakukan sebagai cara dan strategi Ki Ageng Kutu untuk
membangun perlawanan masyarakat lokal dengan menggunakan kepopuleran
Reog.

Kepopuleran Reog ini menyebabkan Raja Bhre Kertabhumi segera


menyerang dan melarang adanya keberadaan perguruan Ki Ageng Kutu. Namun,
ternyata murid-murid Ki Ageng kutu tetap melanjutkan ajaran ini secara diam-
diam. Meskipun begitu, kesenian Reog tersebut dengan sendirinya masih
diperbolehkan untuk acara pementasan, karena kesenian ini telah menjadi
pertunjukan yang populer di antara kaum masyarakat. Seni Reog Ponorogo ini
merupakan cipta dari kreasi manusia dalam aliran kepercayaan secara turun
temurun dan masih dilestarikan.

Anda mungkin juga menyukai