Anda di halaman 1dari 5

KESENIAN TARI REOG PONOROGO

KELOMPOK:

Ivania Grasella Isabella Nurani Jayanti Margaretha Magdalena

Reog ponorogo merupakan salah satu seni tarian di Jawa Timur yang sampai saat
ini masih terus di lestarikan. Reog ini merupakan kebudayaan dan kesenian asli
Indonesia. Memang budaya dan seni ini sering dikaitkan dengan hal-hal yang
berbau mistis, oleh karenanya tak jarang sering dihubungkan dengan dunia
kekuatan spiritual bahkan dunia hitam.

Lepas dari hal itu, Reog Ponorogo ini oleh masyarakat biasanya sering
dipentaskan saat acara pernikahan, khitanan, hari-hari besar nasional, dan juga
festival tahunan yang diadakan oleh pemerintah setempat. Festival yang
diadakan oleh pemerintah tersebut terdiri dari Festival Reog Mini Nasinonal,
Festival Reog Nasional dan juga pertunjukan pada bulan purnama yang
bertempat di alun-alun ponorogo. Sedangkan Festival Reog Nasional itu selalu
diadakan saat akan memasuki bulan Maharam atau yang sering dalam tradisi
Jawa itu biasa di sebut dengan bulan Suro. Pementasan reog ponorogo
merupakan rangkaian dari acara Grebeg Suro atau juga dalam rangka ulang
tahun kota Ponorogo.

Dalam rangka menyambut tahun baru islam atau yang sering dikenal dengan
sebutan tanggal satu Suro, pemerintah kabupaten Ponorogo mengadakan event
budaya terbesar di Ponorogo yaitu Grebeg Suro. Saat Grebeg Suro berlangsung,
biasanya saat pementasan kesenian Reog Ponorogo itu selalu dibanjiri penonton
baik dari semua penjuru Ponorogo, bahkan karena pagelaran kesenian ini
bertaraf nasional, tak jarang wisatawan dari luar daerah Ponorogo bahkan dari
luar negeri pun turut hadir untuk melihat acara pagelaran kesenian Reog
Ponorogo ini. Hal inipun dimanfaatkan oleh pemerintah daerah Ponorogo sebagai
salah satu senjata andalan untuk meningkatkan daya tarik wisata Ponorogo itu
sendiri.

Selain festival Grebeg Suro, Festival Reog Mini tingkat nasional juga bisa
menyedot antusias para wisatawan. Seluruh peserta yang mengikutinya
merupakan generisa muda, rata-rata mereka masih duduk dibangku sekolah
setingkat SD atau SMP. Salah satu tujuan dari festival Reog Mini tingkat nasional
adalah untuk tetap menjaga kesenian ini terus berlangsung turun temurun,
karena generasi muda inilah kelak yang akan meneruskan kesenian Rog ini.
Semua pola kegiatan yang ada di festival Reog Mini hampir sama dengan
Festival Reog Nasional, yang membedakannya hanya pada peserta sera waktu
pelaksanaannya saja. Waktu pelaksanaan Festival Reog Mini ini pada bulan
Agustus.

Rangkaian pementasan kesenian Reog yang lainnya dan tak kalah seru dari
pementasan sebelumnya yaitu pementasan atau pertunjukan Reog Bulan
Purnama. Pertunjukan ini selalu rutin dilaksanakan bertepatan dengan adanya
malam bulan purnama. Biasanya peserta yang ikut dalam pentas ini merupakan
grup-grup lokal perwakilan dari kecamatannya masing-masing. Selain itu dalam
pementasan ini juga sering dijumpai beberapa pertunjukan tari garapan yang
berasal dari sanggar seni yang ada di Ponorogo.

Sejarah Reog Ponoro

Banyak cerita yang berbeda-beda akan sejarah Reog Ponorog oitu hadir, namun
cerita yang paling populer dan berkembang di masyarakat adalah cerita tentang
pemberontakan dan perlawanan seorang abdi kerajaan yang bernama ki Ageng
Kutu Suryonggalan pada masa kerajaan Majapahit Bhre Kerthabumi. Bhe
Kertabumi itu sendiri adalah raja Majapahit yang berkuasa sekitar abad ke-15.

Di ceritakan sang raja sangat korup dan bertindak dzhalim kepada rakyatnya, hal
ini membuat seorang Ki Ageng Kutu marah kepada sang raja. Apalagi didapati
permaisuri sang raja yang keterunan cina mempunyai pengaruh kuat pada
kerajaan. Selain itu, sahabat permaisuri yang masih keturunan Cina mengatur
segala gerak-geriknya. Saat itu Ki Ageng Kutu berpendapat, kekuasaan kerajanan
Majapahit akan segera berakhir jika hal ini terus dibiarkan begitu saja. Kemudian
dia akhirnya meninggalkan sang raja dan mendirikan sebuah perguruan yang
didalamnya mengajarkan seni bela diri, ilmu kekebalan diri kepada anak-anak
muda. Dia berharap, kelak anak-anak muda ini akan membuat kebangkitan
kerajaan Majapahit seperti sedia kala dan bisa melawan terhadap kerajaan Bhre
Kerthabumi.

Namun Ki Ageng Kutu juga menyadari, pasukan yang dia bangun masih terlalu
kecil dan belum terlalu kuat untuk mmelakukan perlawanan terhadap pasukan
kerajaan. Oleh karenanya, Ki Agung hanya mampu memanfaatkan kepopuleram
Reog. Seni Reog ini dimanfaatkan oleh Ki Agung sebagai sarana untuk
mengumpulkan massa sebagai perlawanan terhadap kerajaan. Selain itu, hal ini
dilakukan oleh Ki Agung sebagai sarana komunikasi utuk menyindir penguasa
pada waktu itu.

Dalam pertunjukan Reog, ditampilkan sebuah topeng berbentuk kepala singa


yang biasa dikenal Singa Barong. Selanjutnya ada juga topeng yang berbentuk
raja hutan yang dijadikan simbol untu Kerthabumi. Di atas topeng-topeng itu
ditancapkan pula bulu-bulu merak sehingga seperti kipas raksasa yang
melambangkan pengaruh kuat para kerabat cinanya.

Jatilan dimainkan oleh kelompok penari gemblak yang menunggani kuda-kudaan


yang menjadi lambang kekuatan pasukan kerajaan Majapahit. Hal ini menjadi
perbandingan terbalik dengan kekuatan warok yang meraka memakai topeng
badut merah yang menjadi lambang Ki Ageng Kutu. Jathilan sendiri adalah tarian
yang menceritakan ketangkasan prajurit berkuda yang sedang berlatih, tokoh ini
disebut dengan Jathil. Sedangkan warok adalah orang yang mempunyai tekad
suci yang memberikan perlindungan dan tuntunan tanpa mengharap pamrih.

Saat itu kepopuleran Reog yang dibuat oleh Ki Ageng Kutu membuat Bhre
Kerthabumi mengambil tindakan yaitu menyerang perguruan Ki Ageng Kutu.
Pemberontakan dan perlawanan oleh warok dengan cepat diatasi, begitupun
perguruannya dilarang untuk melanjutkan pengajarannya lagi tentang warok.
Akan tetapi, ternyata murid-murid Ki Ageng Kutu masih melanjutkannya
walaupun secara diam-diam. Meski pada waktu itu perguruannya dilarang,
namun kesenian Reog sendiri masih tetap diperbolehkan untuk diadakan karena
sudah menjadi acara atau pementasan yang populer di mata masyarakat. Hanya
saja jalan ceritanya mempunyai alur yang baru di mana saat itu ditambahkan
dengan karakter-karakter dari cerita masyarakat Ponorogo yaitu Dewi
Songgolangit, Kelono Sewandono dan Sri Genthayu.

Jika tadi sudah bercerita tentang versi reog Ponorogo yang paling populer, kini
versi resmi sejarah Reog Ponorogo adalah cerita tentang seorang Raja Ponorogo
bernama raja kelono yang berniat untuk melamar putri Kediri, yaitu Dewi ragil
kuning Hanum. Saat akan melamar, di tengah perjalanan dia dihadang oleh Raja
Singabarong yang berasal dari Kediri. Pasukan Raja Singabarong terdiri dari singa
dan merak, sedangkan dari pihak Raja Kelono dan wakilnya yaitu Bujang Anom,
hanya dikawal oleh warok (seorang pria yang memakai pakaian hitam) yang
mempunyai ilmu hitam mematikan. Dalam seluruh tarian yang mereka lakukan,
keduanya mengadu ilmu hitam dan dalam tarian perangnya semua penari dalam
keadaan kerasukan dalam mementaskan tariannya.

Ada juga persi lainnya mengenai sejarag Reog. kali ini ceritanya tentang
perjalanan seorang prabu Kelana Sewandanan yang sedang mencari gadis
pujaannya. Sang Prabu dalam perjalannya didampingi prajurit berkuda dan
patihnya yang setia menemani bernama Pujangganong. Akhirnya sang Prabu
menemukan pujaan hatinya, dan ia jatuh cinta kepada seorang putri Kediri yang
bernama Dewi Saanggalangit. Namun ternyata Dewi Sanggalangit ini mau
menerima Prabu dengan mengajukan satu syarat kepadanya. Tak lain ternyata
syarat itu adalah Sang Prabu harus menciptakan sebuah kesenian baru. Singkat
cerita, kesenian yang menjadi syarat itu dengan nama Reog yang didalamnya
dimasukan unsur mistis dan kekuatan spiritual.

Sampai Saat ini masyarakat Ponorogo terus mengikuti dan menjaga warisan
leluhur ini dengan sangat baik. Dalam perjalanannya Seni reog adalah cipta
kreasi manusia yang terbentuk dari adanya aliran kepercayaan secara turun
temurun dan masih terjaga keasliannya. Dalam pelaksanannya, upacara
sebelum melakukan Reog Ponorogo ini menggunakan syarat-syarat yang tidak
mudak dilakukan bagi orang awam. orang yang melakukan kesenaian inipun
harus memiliki garis keturunan parental yang jelas dan hukum adat yang masih
berlaku.

Sayangnya perubahan zaman dan perilaku manusia itu sendiri menyebabkan


terjadinya pergeseran makna yang ada dalam kesenian Reog Ponorogo. Di
Ponorogo sendiri kina masyarakat setempat hanya menganggap kesenian Reog
merupakan pemeriah atau hiburan saja dari sebuah acara. Contohnya
pementasan dan pertunjukan Reog yang dilombakan pada acara-acara tertentu
saja yang bertujuan untuk memeriahkan acara itu, misalnya perlombaan dalam
suatu festival.

Tari Reog Ponorogo


Seni Reog Ponorogo terdiri dari beberapa rentetan dua hingga tiga tarian
pembukaan. Sekitar enam sampai sembilan pria gagah berani yang memakai
pakaian serba hitam dan mukanya dipoles warna merah membawakan tarian
pertamanya. Digambarkan para penari ini merupakan sosok singa yang
pemberani. kemudian datang enam hingga sembilan gadis menaiki kuda
melanjutkan tarian Reog itu. Pada Reog tradisional, biasanya para penari ini
diperankan oleh penari lak-laki yang berpakaian seperti wanita. Sebagai tarian
pembuka, biasanya ada beberapa anak kecil yang membawakan tarian dengan
adegan yang sangat lucu. Nah, tarian yang dibawakan oleh anak-anak ini dikenal
dengan sebuatan Bujang ganong.

Saat tarian pembuka sudah selesai, selanjutnya dipentaskanlah adegan inti yang
isinya adalah sesuai dengan kondisi dimana seni reog itu ditampikan pada acara
apa. Misalkan jika berhungangan dengan pernikahan, maka biasanya di adegan
intu itu mereka menampilkan tarian adegan percintaan. Atau misal berhubungan
dengan khitanan, maka bisanya bercerita tentang seorang pendekar.

Adegan dalamnseni ini biasanya tidak sesuai dengan skenario yang telah dibuat.
Untuk memeriahkan acara, selalu ada interkasi antara dalang dengan para
pemain, atau kadang-kadang juga dengan penontong yang hadir. Apabila
seroang pemain yang sedang tampil kelelahan, biasanya dia digantikan oleh
pemain yang lain. Namun dari itu semua, hal yang terpenting juga adalah
kepuasan yang bisa dirasakan oleh penonton itu sendiri. Pada adegan terakhir
dari pementasan seni ini adalah Singa Barong. Para pemain menggunakan
topeng yang berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu
merak. Asal kamu tau saja, berat topeng itu bisa mencapai 50-60 kg. Topeng itu
mereka bawa dengan menggunakan giginya. kemampuan yang diluar nalar itu
mereka dapat dengan latihan yang berat, yang didalamnya juga terdapat latihan
spiritual seperti berpuasa dan tapa.

Gambar Reog Ponorogo

Anda mungkin juga menyukai